DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... ABSTRAK... ABSTRACT... RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi vii viii ix x xi xiii xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum... 5 1.3.2. Tujuan Khusus... 5 1.4. Manfaat Penelitian... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi Hipertensi... 7 2.1.2. Klasifikasi Hipertensi... 8 2.1.3. Mekanisme Hipertensi... 8 2.1.4. Konsekuensi Patologis Hipertensi... 10 2.1.5. Diagnosis Hipertensi... 11 2.2. Penatalaksanaan Hipertensi... 12 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP 3.1. Kerangka Berpikir... 20 3.2. Kerangka Konsep... 20 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian... 21 4.2. Subjek dan Sampel 4.2.1. Variabilitas Populasi... 22 4.2.2. Kriteria Subjek... 22 4.2.3. Besaran Sampel... 22 4.2.4. Teknik Penentuan Sampel... 23 4.3. Variabel 4.3.1. Identifikasi Variabel... 24 4.3.2. Definisi Operasional Variabel... 24 4.4. Bahan dan Instrumen Penelitian... 26 4.5. Protokol Penelitian... 27
4.6. Pengolahan dan Teknik Analisis Data... 27 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Subjek Penelitian... 29 5.2. Pola Penatalaksanaan Hipertensi 5.2.1. Pola Penatalaksanaan Berdasarkan Tingkat Keparahan Hipertensi... 31 5.2.1. Pola Penatalaksanaan Berdasarkan Penyakit Penyerta Hipertensi... 41 BAB VI PENUTUP 6.1. Simpulan... 44 6.2. Saran... 44 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah (Chobanian dkk, 2003)... 8 Tabel 4.1. Kategori Usia Menurut Depkes RI (2009)... 24 Tabel 5.1. Karakteristik Subyek Penelitian... 29 Tabel 5.2.Pola Penggunaan Obat Antihipertensi Tunggal dan Kombinasi Berdasarkan atas Tingkat Keparahan Hipertensi... 32 Tabel 5.3. Pola Penggunaan Obat Antihipertensi Tunggal Berdasarkan atas Tingkat Keparahan Hipertensi... 32 Tabel 5.4. Pola Penggunaan Obat Antihipertensi Kombinasi Berdasarkan atas Tingkat Keparahan Hipertensi... 35 Tabel 5.5. Golongan Obat Antihipertensi Kombinasi... 35
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Formulir Penelitian... 48 Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup... 50
ABSTRAK GAMBARAN DESKRIPTIF POLA PENATALAKSANAAN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2013 Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Pencapaian target tekanan darah, pengontrolan faktor risiko kardiovaskular serta pengobatan penyakit komorbid harus dilakukan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola penatalaksanaan hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng pada tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah semua pasien hipertensi yang memiliki data rekam medis pada bulan Oktober-Desember 2013 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng yang telah dipilih dengan menggunakan metode consequtive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 45 sampel penelitian, sebanyak 77,8% subyek menerima terapi kombinasi dan 22,2% subyek menerima terapi tunggal. Berdasarkan atas tingkat keparahan hipertensi, baik hipertensi tingkat I maupun hipertensi tingkat II lebih banyak menerima terapi kombinasi. Sebanyak 11,1% subyek dengan penyakit penyerta menerima terapi kombinasi. Dapat disimpulkan bahwa pola penggunaan obat antihipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng pada tahun 2013 terbanyak dalam bentuk terapi kombinasi. Kata kunci : Hipertensi, Pola penatalaksanaan, Terapi tunggal, Terapi kombinasi
ABSTRACT DESCRIPTIVE OVERVIEW ABOUT PATTERN OF HYPERTENSION MANAGEMENT IN INSTALANSI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BULELENG IN 2013 Hypertension is still a major problem in the world. Achieving the blood pressure target, controlling the risk factor and treating the comorbid disease should be done to decrease the morbidity and mortality from hypertension. Therefore, this study was conducted to determine the pattern of hypertension management in Instalansi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng in 2013. This research is a descriptive observational with cross-sectional approach. The samples were all patients with hypertension who have medical records from October to December 2013 in Instalansi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng which was selected using a consequtive sampling method. The result showed that from the 45 samples, 77,8% subjects received combination therapy and 22,2% subjects received monotherapy. Based on the severity of hypertension, either stage 1 and stage 2 hypertension more receive combination therapy. There were 11,1% subjects with comorbid disease and they received combination therapy. It is concluded that the pattern of hypertension management in Instalansi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng in 2013 most in the form of combination therapy. Keywords : Hypertension, Management pattern, Monotherapy, Combination therapy
RINGKASAN GAMBARAN DESKRIPTIF POLA PENATALAKSANAAN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2013 Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Pencapaian target tekanan darah, pengontrolan faktor risiko kardiovaskular serta pengobatan penyakit komorbid harus dilakukan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola penatalaksanaan hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng pada tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan pada 45 subyek dengan hipertensi yang memiliki data rekam medis dari bulan Oktober 2013 sampai Desember 2013 di Instalansi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng yang telah dipilih dengan menggunakan metode consequtive sampling. Subyek penelitian terdiri dari 23 orang (51,1%) laki-laki dan 22 orang (48,9%) perempuan dengan usia lebih dari 26 tahun. Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Usia juga mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Sebagian besar subyek penelitian (42,2%) digolongkan pada masa manula (65 tahun ke atas). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak sepuluh orang subyek (22,2%) menerima terapi tunggal dan 35 orang subyek (77,8%) menerima terapi kombinasi. Pada terapi tunggal, obat antihipertensi yang paling banyak diberikan adalah golongan ACE-I sedangkan pada terapi kombinasi, obat antihipertensi yang paling banyak diberikan adalah kombinasi golongan CCB dan ARB. Berdasarkan atas tingkat keparahan hipertensi, subyek penelitian lebih banyak digolongkan pada hipertensi tingkat I (84,4%), diikuti oleh hipertensi tingkat II (15,6%). Baik hipertensi tingkat I maupun hipertensi tingkat II lebih banyak mendapat terapi kombinasi. Pada penelitian ini, terdapat lima orang subyek (11,1%) dengan penyakit penyerta dan
40 orang subyek tanpa penyakit penyerta (88,9%). Penyakit yang menyertai hipertensi pada subyek penelitian ini meliputi diabetes melitus dan penyakit jantung koroner. Dua orang subyek menderita diabetes melitus dan diberikan injeksi insulin yang dosisnya disesuaikan dengan target gula darah masing-masing serta diberikan obat anti hipertensi kombinasi golongan CCB dan ACE-I. Tiga orang subyek menderita penyakit jantung koroner dan diberikan antiangina serta kombinasi golongan β-blocker dengan golongan diuretik, CCB atau ACE-I. Pola penatalaksanaan pada kelima subyek dengan penyakit penyerta ini telah sesuai dengan pedoman JNC 7. Dapat disimpulkan bahwa pola penggunaan obat antihipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng pada tahun 2013 terbanyak dalam bentuk terapi kombinasi.
SUMMARY DESCRIPTIVE OVERVIEW ABOUT PATTERN OF HYPERTENSION MANAGEMENT IN INSTALANSI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BULELENG IN 2013 Hypertension is still a major problem in the world. Achieving the blood pressure target, controlling the risk factor and treating the comorbid disease should be done to decrease the morbidity and mortality from hypertension. Therefore, this study was conducted to determine the pattern of hypertension management in Instalansi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng in 2013. This research is a descriptive observational with cross-sectional approach. These research was done on 45 samples with hypertension who have medical records from October to December 2013 in Instalansi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng which was selected using a consequtive sampling method. Subjects of this research consist of 23 male (51,1%) and 22 female (48,9%) older than 26 years old. Gender effect on the occurence of hypertension, where more male suffer from hypertension compare with female. Age also effect the occurence of hypertension. With increasing age, the risk of suffering hypertension become higher. Most subjects (42,2%) are classified to masa manula (older than 65 years old). The result showed that ten subjects (22,2%) received monotherapy and 35 subjects (77,8%) received combination therapy. On monotherapy, the antihypertensive drug that most widely prescribed is ACE-I, while on combination therapy, the antihypertensive drug that most widely prescribed is combination of CCB and ARB. Based on the severity of hypertension, subjects are classified to stage 1 hypertension (84,4%) and stage 2 hypertension (15,6%). Either stage 1 and stage 2 hypertension more receive combination therapy. There were five subjects (11,1%) with comorbid disease and 40 subjects (88,9%) without comorbid disease. Diseases that accompanied hypertension were diabetes mellitus and coronary heart disease. Two subjects suffer from diabetes mellitus, they were received insulin injections that adjusted based on blood glucose target and combination therapy of CCB and ACE-I. Three
subjects suffer from coronary heart disease, they were received antiangina and combination therapy of β-blocker with diuretics, CCB or ACE-I. Management pattern of that five subjects with comorbid disease is well matched with the JNC 7 guidelines. It is concluded that the pattern of hypertension management in Instalansi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng in 2013 most in the form of combination therapy.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang disebabkan oleh kemunduran fungsi sel saraf dari keadaan normal ke keadaan yang lebih buruk. Penyakit degeneratif sering dijumpai pada masyarakat modern yang umumnya disebabkan oleh perubahan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kurang aktivitas fisik atau olahraga, dan pola makan yang tidak sehat. Dari beberapa penyakit degeneratif seperti jantung koroner, stroke, kanker, diabetes melitus dan osteoporosis, penyakit jantung memiliki angka kejadian tertinggi dan merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Salah satu faktor risiko yang paling besar terhadap penyakit jantung adalah hipertensi (Khatib dan El-Guindy, 2005). Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) 140/90 mm Hg. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung kronik akan menyebabkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular, serebrovaskular dan renovaskular (Tedjasukmana, 2012). Comparative Risk Assessment Collaborating Group menyatakan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko utama kematian dan penyebab ketiga beban penyakit secara global (Khatib dan El-Guindy, 2005). Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang telah diobati tetapi 1
tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas terkait hipertensi (Hapsari, 2010). Analisis Kearney dkk, memperlihatkan bahwa peningkatan angka kejadian hipertensi sangat tinggi yaitu pada tahun 2000, lebih dari 25% populasi dunia atau sekitar 1 miliar orang merupakan penderita hipertensi, dan dua pertiga penderita hipertensi ada di negara berkembang. Bila tidak dilakukan upaya yang tepat, jumlah ini akan terus meningkat, dan pada tahun 2025 yang akan datang, jumlah penderita hipertensi diprediksi akan meningkat menjadi 29%, atau sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia (Tedjasukmana, 2012). Hipertensi diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap tingginya biaya pengobatan karena tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit atau penggunaan obat jangka panjang (Muchid dkk., 2006). Di Indonesia, belum ada data secara menyeluruh mengenai prevalensi hipertensi. Berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan menunjukkan 1,8 28,6% penduduk yang berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Kirakira 90-95% orang yang menderita hipertensi dikatakan menderita hipertensi primer yang juga dikenal sebagai hipertensi esensial. Sedangkan 5% adalah hipertensi sekunder akibat penyakit lain seperti kerusakan parenkim ginjal atau aldosteronisme primer (Hapsari, 2010). Upaya dan tindakan sudah banyak dilakukan serta tersedia banyak obat untuk mengatasi hipertensi, namun tata laksana hipertensi masih jauh dari berhasil karena kesadaran dan kepatuhan pasien terhadap terapi yang masih rendah
(Tedjasukmana, 2012). Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES III), paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan dibawah 140/90 mmhg. Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar (Muchid dkk., 2006). Hipertensi umumnya asimptomatik, segera dapat dideteksi, biasanya mudah diatasi dan seringkali mengakibatkan komplikasi yang mematikan jika dibiarkan tidak diterapi (Longo dkk., 2012). Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent killer. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal. Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti pusing, gangguan penglihatan, dan sakit kepala, seringkali terjadi pada saat hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka tertentu yang bermakna (Muchid dkk., 2006). Data terakhir menunjukkan bahwa individu yang memiliki tekanan darah normal pada usia 55 tahun memiliki 90% risiko seumur hidup untuk menderita hipertensi. Hubungan antara tekanan darah dan risiko penyakit serebrovaskular adalah berkelanjutan, konsisten dan tidak bergantung pada faktor risiko lain. Semakin tinggi tekanan darah semakin besar kemungkinan untuk menderita infark miokard, gagal jantung, stroke dan penyakit ginjal. Pada individu usia 40 70 tahun, setiap kenaikan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmhg atau tekanan darah diastolik sebesar 10 mmhg meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk
menderita penyakit kardiovaskular. Data ini menunjukkan bahwa dibutuhkan kesadaran masyarakat yang lebih besar pada kenaikan tekanan darah dan tindakan agresif untuk terapi anti hipertensi (Khatib dan El-Guindy, 2005). Pencapaian target tekanan darah, pengontrolan faktor-faktor risiko kardiovaskular lainya serta pengobatan penyakit komorbid harus dilakukan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi. Tujuan terapi hipertensi adalah mencegah komplikasi, menurunkan kejadian kardiovaskular, serebrovaskular, dan renovaskular, dengan kata lain menurunkan efek tekanan darah tinggi terhadap kerusakan organ sasaran. Secara umum, target tekanan darah yang harus dicapai adalah 140/90 mmhg, sedangkan untuk pasien diabetes atau dengan penyakit ginjal kronik (chronic kidney diseases, CKD), target tekanan darah adalah 130/80 mmhg (Tedjasukmana, 2012). Meskipun mekanisme regulasi tekanan darah belum diketahui sempurna, pada saat ini diketahui ada tiga sistem yang sangat berperan dalam homeostasis tekanan darah. Ketiga sistem tersebut adalah: sistem saraf simpatis, sistem RAAS (Renin-Angiotensin-Aldosterone System), dan keseimbangan natrium-cairan tubuh (ADH/aldosteron). Hal yang perlu diingat dalam penatalaksanaan hipertensi adalah bahwa patofisiologi peningkatan tekanan darah pada tiap pasien berbedabeda (Tedjasukmana, 2012). Berdasarkan atas fakta-fakta tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan studi epidemiologi mengenai pola penatalaksanaan hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng. Data tersebut nantinya diharapkan dapat menjadi evaluasi dalam penalataksanaan hipertensi sehingga berimplikasi pada penurunan morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pola penatalaksanaan hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng pada tahun 2013? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan pembahasan topik dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut : 1.3.1 Tujuan Umum 1. Untuk mengetahui pola penatalaksanaan hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng pada tahun 2013. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pola penatalaksanaan hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng pada tahun 2013 berdasarkan atas tingkat keparahan hipertensi. 2. Untuk mengetahui pola penatalaksanaan hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng pada tahun 2013 berdasarkan atas penyakit penyerta hipertensi. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai data awal untuk menyusun studi analitik maupun studi intervensional yang lebih konklusif terkait dengan penatalaksanaan hipertensi.
2. Memberikan informasi kepada instansi terkait dan tenaga kesehatan di dalamnya terkait dengan evaluasi penatalaksanaan hipertensi sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi.