BAB IV STUDI KASUS GUNUNG API BATUR - BALI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISIS. V.1 Analisis Data

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

Kata Kunci : Deformasi; Gunung Merapi; InSAR

Eko Yudha ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI PENGAMATAN PENURUNAN DAN KENAIKAN MUKA TANAH MENGGUNAKAN METODE DIFFERENTIAL INTERFEROMETRI SYNTHETIC APERTURE RADAR

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN METODE INSAR DIFERENSIAL UNTUK PEMANTAUAN DEFORMASI ERUPSI GUNUNG MERAPI PADA TAHUN 2010

BAB II RADAR APERTUR SINTETIK INTERFEROMETRI. (Interferometric Synthetic Aperture Radar INSAR)

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data

PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)

BAB III PENGOLAHAN DATA SAR DENGAN ROI PAC

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Synthetic Aperture Radar (SAR)

BAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR

BAB II DASAR TEORI. II.1 Penginderaan Jauh (Remote Sensing)

Phased Array Type L-Band Synthetic Aperture Radar (PALSAR)

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Gunung Merapi [

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Pengukuran Angin dan Arus Laut Pada Data Sentinel-1, Data Bmkg, dan Data In-Situ (Studi Kasus: Perairan Tenggara Sumenep)

BAB II DAERAH PENELITIAN & BAHAN

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jupi Nurul Azkiya Retnadi Heru Jatmiko

EVALUASI PENGUKURAN ANGIN DAN ARUS LAUT PADA DATA SENTINEL-1, DATA BMKG, DAN DATA IN-SITU (Studi Kasus: Perairan Tenggara Sumenep)

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

Spektrum Gelombang. Penginderaan Elektromagnetik. Gelombang Mikro - Pasif. Pengantar Synthetic Aperture Radar

Pemanfaatan Metode Differential Intermerometry Synthetic Aperture Radar (DInSAR) untuk Pemantauan Deformasi Akibat Aktivitas Eksploitasi Panasbumi

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Data

STATISTIKA. Tabel dan Grafik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16

DETEKSI PENURUNAN MUKA TANAH KOTA SEMARANG DENGAN TEKNIK DIFFERENTIAL INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari.

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Magister Pengelolaan Air dan Air Limbah Universitas Gadjah Mada. 18-Aug-17. Statistika Teknik.

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

BAB IV PENGOLAHAN DATA

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 2 A. PENGINDERAAN JAUH NONFOTOGRAFIK. a. Sistem Termal

Scientific Echosounders

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS DEFORMASI PERMUKAAN GUNUNG RAUNG MENGGUNAKAN TEKNOLOGI

BAB III PENGOLAHAN DATA SAR DENGAN GMTSAR

BAB 2 KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemetaan Sawah Baku 2.2. Parameter Sawah Baku

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia

B A B IV HASIL DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB V HASIL PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB 3 DATA DAN PENGOLAHAN DATA

ix

PENGOLAHAN CITRA SATELIT ALOS PALSAR MENGGUNAKAN METODE POLARIMETRI UNTUK KLASIFIKASI LAHAN WILAYAH KOTA PADANG ABSTRACT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

BAB IV PENGOLAHAN DATA

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

BAB II Tinjauan Pustaka

Teknik Pengolahan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

PENGENALAN TEKNOLOGI RADAR UNTUK PEMETAAN SPASIAL DI KAWASAN TROPIS. Haniah, Yudo Prasetyo *)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II DASAR TEORI. 2.1 DEM (Digital elevation Model) Definisi DEM

Tahun Penelitian 2005

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

PEMANFAATAN METODE INSAR UNTUK PEMANTAUAN AKTIVITAS GUNUNG SEMERU

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN Bujur Timur ( BT) Gambar 5. Posisi lokasi pengamatan

ANALISIS DAN SIMULASI PARAMETER RADAR TERHADAP PERFORMANSI SYNTHETIC APERTURE RADAR PADA TAHAP AWAL PENCITRAAN SENSOR RADAR PROPOSAL SKRIPSI

kecuraman yang tajam (Leberl 1990; Woodhouse 2006; Curlander and McDonough 1991). Flight direction

BAB II TINJAUAN UMUM

Hasil dan Analisis. IV.1.2 Pengamatan Data IR1 a) Identifikasi Pola Konveksi Diurnal dari Penampang Melintang Indeks Konvektif

Pemodelan Aliran Lahar Menggunakan Perangkat Lunak LAHARZ Di Gunung Semeru, Jawa Timur

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

Gambar 3.1 Lintasan Pengukuran

Transkripsi:

BAB IV STUDI KASUS GUNUNG API BATUR - BALI IV.1 Sekilas Tentang Gunung Api Batur Area yang menjadi kajian (studi) untuk dilihat sinyal deformasinya (vertikal) melalui Teknologi InSAR selama kurun waktu 1996 sampai dengan 2001 ini adalah gunung api Batur (Bali). Secara fisik dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini. Gambar 4.1 Potongan mirror citra SAR pasangan 19960423-19960424 dan Gambar gunung api Batur tampak dari arah timur Dapat dilihat Gambar 4.1 gunung api Batur yang merupakan sebuah gunung berapi aktif di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia. Terletak di barat laut Gunung Agung, gunung ini memiliki kaldera berukuran 13,8 x 10 km dan merupakan salah satu yang terbesar dan terindah di dunia (van Bemmelen, 1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m - 2152 m (puncak G. Abang). Di dalam kaldera I terbentuk kaldera II yang berbentuk melingkar dengan garis tengah lebih kurang 7 km. Dasar kaldera II terletak antara 120-300 m lebih rendah dari Undak 52

Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang panjangnya sekitar 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya sekitar 22 km dan luasnya sekitar 16 km2 yang yang dinamakan Danau Batur. Kaldera Gunung Batur diperkirakan terbentuk akibat dua letusan besar, 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu. Gunung Batur terdiri dari tiga kerucut gunung api dengan masing-masing kawahnya, Batur I, Batur II dan Batur III. Gunung Batur telah berkali-kali meletus. Kegiatan letusan G. Batur yang tercatat dalam sejarah dimulai sejak tahun 1804 dan letusan terakhir terjadi tahun 2000. Sejak tahun 1804 hingga 2005, Gunung Batur telah meletus sebanyak 26 kali dan paling dahsyat terjadi tanggal 2 Agustus dan berakhir 21 September 1926. Tabel 4.1 dibawah sejarah letusan penting gunung api batur sampai skarang. Tabel 4.1 Aktifitas Gunung Api Batur sejak tahun 1804 sampai sekarang NO AKTIFITAS TAHUN KEJADIAN 1 Mengeluarkan lava panas 1821, 1849, 1888, 1897, 1904, 1921, 1922, 1923, 1924, 1925, 1926, 1963 2 Menyemburkan Abu 1965 dan 1966 3 Mengeluarkan lava panas 1968 4 Menyemburkan Abu 1970 dan 1971 5 Mengeluarkan Lava panas 1974 6 Terbentuk kawah baru 1994 7 Ekslosip 1995 8 Pelepasan gas 1997 9 Letusan gas kering dan terbentuk kawah baru 1998 10 Hembusan asap 1999 11 Letusan piroklastik 2000 [sumber : Museum Gunung Api Batur, Bali] 53

IV.2 Satelit ERS-1 & ERS-2 ERS yang kepanjangan dari Euroupean Remote-Sensing Satellites terdiri atas 2 satelit yaitu ERS-1 dan ERS-2, di kembangkan oleh European Space Agency (ESA) untuk keperluan pengamatan multidisiplin dari bumi. Resolusi temporal dari ERS-1 dan ERS-2 adalah 35 hari, dengan perbedaan waktu melintas antara ERS-1 dan ERS-2 adalah 1 hari, kondisi ini masih tetap terjaga sampai sekarang. Sensor pada satelit ERS-1 dan ERS-2 melalukan penginderaan ke arah samping kanan dengan sudut masuk sebesar 23 o dan tegak lurus arah lintasan. Hal ini yang menyebabkan pada saat satelit bergerak posisi naik (arah selatan ke utara) atau disebut ascending sensornya mengarah ke timur, sebaliknya saat satelit descending atau pergerakannya dari arah utara ke selatan sensor mengarah ke barat. Tabel 4.2 Sistem radar satelit ERS-1 dan ERS-2 memiliki spesifikasi sebagai berikut. Tabel 4.2 Spesifikasi parameter satelit ERS-1 dan ERS-2 Parameter Nilai parameter Panjang gelombang (m) 0.0566 Peak power (watts) 4800 Intensitas pulsa (Hz) 1679 Panjang pulsa (μsec) 37.1 Panjang antena (m) 10.0 Lebar antena (m) 1.0 Kekuatan antena (db) 43.2 Lebar pancaran band (Mhz) 15.55 Batas suhu noise termal (K) 3700 Integrated sidelobe ratio (db) 14 Quantitation noise (5 bit) (db) 30 Resolusi slant range (m) 10.2 Resolusi azimut (m) 6 Tinggi orbit (km) 790 Incident angle (º) 23 Interval waktu orbit (hari) 35 54

IV.3 Pengolahan Citra SAR Gunung Api Batur Dalam pengolahan data InSAR untuk melihat deformasi dari gunung api Batur, disini saya menggunakan 15 data pengamatan selama kurun waktu 1996 2001, dari 15 data tersebut dicari pasangan data untuk di bentuk diferensial interferogramnya, melalui pengolahan repeat two-pass. Tapi dengan metode seperti ini pengaruh kesalahan DEM akan terbawa pada hasil deformasinya, untuk itu perlu di diferensialkan lagi dengan interferogram pada data pasangan lain sehingga akan terbebas dari pengaruh kesalahan DEM. IV.3.1 Citra Data SAR Gunung APi Batur Dalam pengamatan deformasi gunung api Batur ini, citra SAR yang digunakan adalah citra SAR ERS-1 dan ERS-2 sebanyak 15 buah dari perekaman tahun 1996 sampai tahun 2001, Tabel 4.3 berikut ini informasi lebih tentang citra SAR yang digunakan : Tabel 4.3 Informasi data InSAR ERS-1 dan ERS-2 untuk area Bali No Satelit Orbit frame Waktu observasi Arah 1 ERS-1 24955 3771 23-Apr-96 2:31:56.523 Descending 2 ERS-2 5282 3771 24-Apr-96 2:31:56.833 Descending 3 ERS-1 25456 3770 28-MAY-1996 2:31:54.239 Descending 4 ERS-2 5783 3771 29-MAY-1996 2:31:54.521 Descending 5 ERS-2 8789 3771 25-DEC-1996 2:31:48.928 Descending 6 ERS-2 12296 3771 27-AUG-1997 2:31:51.463 Descending 7` ERS-1 32470 3771 30-Sep-97 2:31:45.162 Descending 8 ERS-2 12797 3771 01-OCT-1997 2:31:50.559 Descending 9 ERS-2 13298 3771 05-NOV-1997 2:31:45.520 Descending 10 ERS-2 13799 3771 10-DEC-1997 2:31:44.735 Descending 11 ERS-2 14300 3771 14-Jan-98 2:31:48.392 Descending 12 ERS-2 14801 3771 18-Feb-98 2:31:45.741 Descending 13 ERS-2 24320 3771 15-DEC-1999 2:31:44.437 Descending 14 ERS-2 24821 3771 19-Jan-00 2:31:44.882 Descending 15 ERS-2 31334 3771 18-Apr-01 2:31:43.638 Descending 55

IV.3.2 DEM Gunung Api Batur DEM merupakan suatu citra permukaan bumi yang telah memiliki informasi 3 dimensi dan telah georeference, DEM ini diperoleh dengan metode penginderaan jauh SRTM (shuttle radar topographic missions) yang digunakan sebagai acuan referensi koordinat 3D dan interferogram untuk proses differensial interferometrinya (two pass method). DEM yang digunakan ini berasal CGIAR-CSI GeoPortal dengan format ASCII dan memiliki ketelitian horizontal sebesar 0.00083333333333332 0 dan ketelitian vertikal tidak melebihi 16 m (visualisasinya dapat dilihat pada Gambar 4.2). Berikut ini informasi metadatanya dan visualisasi dari DEM yang digunakan, sebagai berikut : -------------------------------------------------------------- ncols 423 nrows 382 xllcorner 115.16919165 yllcorner -8.43751260 cellsize 0.00083333333333332 NODATA_value -9999 Gambar 4.2 DEM SRTM 90 meter dari CGIAR-CSI Portal ncols dan nrows menginformasikan jumlah dari pikselnya, sementara x11 dan y11 menginformasikan koordinat awal (X, Y) sebagai acuan penentuan koordinat piksel lainnya, dan untuk cellsize ini merupakan ukuran tiap pikselnya. 56

IV.3.3 Pemilihan pasangan data Pemilihan pasangan citra (pair image) yang dilakukan adalah dengan pembagian berdasarkan arah pandang sorot (squint) posisitif dan negatif, lalu berdasarkan itu dilakukan pengolahan kombinasi. Tabel informasi citra SAR gunung api Batur (Tabel 4.4): Tanggal Squint Spacecraft Orbit 19960423-0,36354 ERS1 24955 19960424-0,53822 ERS2 5282 19960528-0,377404 ERS1 25456 19960529-0,550688 ERS2 5783 19961225 0,5616256 ERS2 8789 19970827 0,5427262 ERS2 12296 19971001-0,576015 ERS2 12797 19971105 0,5563682 ERS2 13298 19971210 0,5649086 ERS2 13799 19980114-0,573181 ERS2 14300 19980218 0,4224583 ERS2 14801 19991215-0,487718 ERS2 24320 20000119-0,500247 ERS2 24821 20010418-0,127977 ERS2 31334 Terdapat 5 data citra SAR yang memiliki nilai arah pandang sorotnya positif yang nilainya berkisar 0.4 sampai 0.5, dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut. Data pengamatan dengan nilai squint positif (Tabel 4.5): Tanggal Orbit Spacecraft Squint 19961225 8789 ERS2 0,561626 19970827 12296 ERS2 0,542726 19971105 13298 ERS2 0,556368 19971210 13799 ERS2 0,564909 19980218 14801 ERS2 0,422458 57

Terdapat 9 data citra SAR yang memiliki nilai arah pandang sorotnya positif yang nilainya berkisar -0.1 sampai -0.5, dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut. Pengamatan dengan nilai squint negatif (Tabel 4.6) : Tanggal Orbit Spacecraft Squint 19960423 24955 ERS1-0,36354 19960424 5282 ERS2-0,53822 19960528 25456 ERS1-0,3774 19960529 5783 ERS2-0,55069 19971001 12797 ERS2-0,57601 19980114 14300 ERS2-0,57318 19991215 24320 ERS2-0,48772 20000119 24821 ERS2-0,50025 20010418 31334 ERS2-0,12798 Dari masing masing data berdasarkan squint positif (Tabel 4.6) dan negatif (Tabel 4.5), dilakukan pengolahan secara kombinasi dua, contohnya untuk squint positif dilakukan pengolahan sebanyak 10 kali pengolahan pasangan data, sementara untuk pengolahan squint negatif dilakukan pengolahan sebanyak 33 pengolahan pasangan data, artinya dengan hanya mempertimbangkan squint saja sebanyak 43 pengolahan pasangan dilakukan (cukup tidak efektif). Tetapi yang dilakukan adalah mempertimbangkan panjang baseline temporal dan perpendicular juga, sehingga tidak lebih dari 15 pengolahan pasangan data saja yang dilakukan. 58

IV.3.4 Laporan pengolahan pasangan data SAR Dari informasi diatas tersebut (squint), sebagai pertimbangan pemilihan pasangan data yang akan digunakan pada proses nantinya. Diperoleh 15 pasangan data dan laporan pengolahannya sebagai berikut: Tabel 4.7 Laporan 15 pasangan pengolah citra SAR pada area gunung api Batur No Reference Slave Baseline (m) Processing 1 19960423 19960424 127 Perfect 2 19961225 19971210 440 Failed 3 19961225 19971105 1400 Failed 4 19961225 19970827-129 Not Perfect 5 19960423 19971001 490 Not Perfect 6 19960423 19991215 42 Not Perfect 7 19971001 19980114 650 Not Perfect 8 19980114 20000119 20 Perfect 9 19960528 19980114-195 Failed 10 19960529 19980114-310 Failed 11 19960528 19971001-845 Failed 12 19960529 19971001-1000 Not Perfect 13 19960529 20000119-286 Not Perfect 14 19960424 19971001 - Failed 15 19960424 19991215-100 Failed Dari 15 pasangan citra SAR yang dilakukan pengolahannya terdapat 3 kategori hasilnya : Perfect, disini artinya pengolahan yang dilakukan berhasil dan menghasilkan final interferogram. Not Perfect, disini artinya pengolahan yang dilakukan berhasil tetapi final interferogramnya tidak muncul. Failed, artinya pengolahan yang dilakukan tidak berhasil, hanya sampai menghasilkan flattening interferogram ataupun hanya menghasilkan single look complex (SLC). 59

IV.3.5 Hasil Pengolahan Sempurna Data Batur IV.3.5.1 Data Mentah (Raw Data) Berikut ini data mentah (raw data) yang siap diproses dalam perangkat lunak ROI PAC setelah di olah dari format nol data melalui beberapa tahapan (dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4). Pasangan citra 19960423-19960424 Gambar 4.3 Raw format citra SAR 1990423 satelit ERS-1dengan perbesaran Pasangan citra 19980114-20000119 Gambar 4.4 Raw format citra SAR 19980114 satelit ERS-2 dengan perbesaran 60

IV.3.5.2 Citra Single Look Complex (SLC) Dari masing masing data mentah tersebut, di bentuk Single Look Compex (SLC) yang merupakan matrik kompleks hamburan, data fase dan amplitudonya masih dalam satu file. Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 memperlihatkan SLC format dari masing masing pasangan pengolahan (19960423-19960424 dan 19980114-20000119). Pasangan citra 19960423-19960424 Gambar 4.5 Citra SLC mixed amplitudo dan fase 19960423 (sebelah kiri) dan 19960424 (sebelah kanan) Pasangan citra 19980114-20000119 Gambar 4.6 Citra SLC mixed amplitudo dan fase 19980114 (sebelah kiri) dan 19980119 (sebelah kanan) 61

IV.3.5.3 Interferogram fase dan amplitudo SLC tersebut di bentuk menjadi interferogram fase dan amplitudo dengan tahapan mencari area tampalan (offset), registrasi, dan komputasi. Dari kedua pasangan tersebut citra pasangan 19960423-19960424 memiliki korelasi dan koherensinya yang paling bagus. Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 memperlihatkan interferogram dari masing masing pasangan pengolahan (19960423-19960424 dan 19980114-20000119). Pasangan citra 19960423-19960424 Gambar 4.7 Interferogram pasangan Citra 19960423-19960424 fase (sebelah kiri) dan amplitudo (sebelah kanan) Pasangan citra 19980114-20000119 Gambar 4.8 Interferogram pasangan citra 19980114-20000119 fase (sebelah kiri) dan amplitudo (sebelah kanan) 62

IV.3.5.4 Interferogram di bidang datar Karena pengaruh pencitraan yang mengarah kesamping (side looking) yaitu pada bidang proyeksinya (bukan pada bidang datar), sehingga perlu di proyeksikan kedalam bidang datar. Dapat dilihat perbedaan hasilnya sangat signifikan pada interferogram dibawah ini pada Gambar 4.9 dan Gambar 5.0, berikut ini : Pasangan citra 19960423-19960424 Gambar 4.9 Interferogram pasangan Citra 19980114-20000119 setelah dilakukan flattening, citra fase (sebelah kiri) dan citra gabungan fase & amplitudo (sebelah kanan) Pasangan citra 19980114-20000119 Gambar 4.10 Interferogram pasangan Citra 19980114-20000119 setelah dilakukan flattening, citra fase (sebelah kiri) dan citra gabungan fase & amplitudo (sebelah kanan) 63

IV.3.5.5 Citra Korelasi (Image Correlation) Dapat dilihat bahwa korelasi citra pasangan 19960423-19960424 lebih baik dibanding dengan pasangan 19980114-20000119, hal ini salah satunya oleh selisih temporal yang pendek dari pasangan ini. Berikut ini Gambar masing2 yang memperlihatkan korelasi keduanya (Gambar 4.11 dan Gambar 4.12): Pasangan citra 19960423-19960424 Gambar 4.11 Interferogram correlation pasangan Citra 19960423-19960424 memperlihatkan korelasi kedua citra tersebut Pasangan citra 19980114-20000119 Gambar 4.12 Interferogram correlation pasangan Citra 19980114-20000119 memperlihatkan korelasi kedua citra tersebut 64

IV.3.5.6 Interferogram setelah penghapusan topografi Pada tahapan ini sudah masuk kedalam tahapan differensial interferogram atau tahapan pengahapusan unsur topografi yang dimiliki oleh interferogram pada pasangan citra SAR, tetapi masih dipengaruhi oleh noise dan atmosfer, oleh karena itu tahapan selanjutnya filtering differensial interferogram. Gambar 4.13, Gambar 4.14 dan Gambar 4.15 memperlihatkan interferogram masing masing pasangan citra SAR 19960423-19960424 dan 19980114-20000119 serta interferogram dari eksternal data DEM (simulasi). Pasangan citra 19960423-19960424 Gambar 4.13 Interferogram pasangan citra 19960423-19960424 setelah dihilangkan topografinya 65

Pasangan citra 19980114-20000119 Gambar 4.14 Interferogram pasangan citra 19980114-20000119 setelah dihilangkan topografinya Gambar 4.15 Interferogram DEM hasil dari SRTM 90 m (CGIAR-CSI) 66