Rancang Bangun Sistem Pendeteksi Tanah Longsor Sederhana Berbasis Sensor Soil Moisture dan Sensor Ultrasonik

dokumen-dokumen yang mirip
Rancang Bangun Sistem Peringatan Dini Tanah Longsor Berbasis Mikrokontroler ATmega328 Menggunakan Metode Penginderaan Berat

POSITRON, Vol. VI, No. 1 (2016), Hal ISSN :

MENGUKUR KELEMBABAN TANAH DENGAN KADAR AIR YANG BERVARIASI MENGGUNAKAN SOIL MOISTURE SENSOR FC-28 BERSASIS ARDUINO UNO

dunia. Hal ini didasarkan pada data statistik yang dikeluarkan United Nations

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berbagai bencana alam telah terjadi hampir diseluruh dunia bahkan, di Indonesia

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Nama : Timbangan Bayi. 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital. 4. Display : LCD Character 16x2. 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Rancang Bangun Sistem Pengontrol Intensitas Cahaya pada Ruang Baca Berbasis Mikrokontroler ATMEGA16 Maulidan Kelana 1), Abdul Muid* 1), Nurhasanah 1)

Jurnal Einstein 4 (3) (2016): 1-7. Jurnal Einstein. Available online

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

SISTEM PEMANTAU KETINGGIAN AIR SUNGAI DENGAN TAMPILAN PADA SITUS JEJARING SOSIAL TWITTER SEBAGAI PERINGATAN DINI TERHADAP BANJIR

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

ISBN:

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENYIRAM TANAMAN JAGUNG PADA TANAH TANDUS BERBASIS FUZZY LOGIC

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

OTOMATISASI SISTEM TOMOGRAFI RESISTANSI LISTRIK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

MODEL SISTEM PENYIRAMAN DAN PENERANGAN TAMAN MENGGUNAKAN SOIL MOISTURE SENSOR DAN RTC (REAL TIME CLOCK) BERBASIS ARDUINO UNO

TERMOMETER BADAN DIGITAL OUTPUT SUARA BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA8535

PENGEMBANGAN ALAT UKUR KADAR AIR TANAH BERBASIS MIKROKONTROLER AVR

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. Alat ukur adalah sesuatu alat yang berfungsi memberikan batasan nilai atau harga

BAB III ANALISA SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

PENGEMBANGAN SENSOR JARAK GP2Y0A02YK0F UNTUK MEMBUAT ALAT PENGUKUR KETINGGIAN PASANG SURUT (PASUT) AIR LAUT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Bab ini menjelaskan tentang pengujian program yang telah direalisasi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller

III. METODE PENELITIAN. Perancangan sistem dilakukan dari bulan Maret sampai Juni 2014, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8

Sistem Irigasi Sederhana Menggunakan Sensor Kelembaban untuk Otomatisasi dan Optimalisasi Pengairan Lahan

BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi merupakan salah satu hal yang banyak diperbincangkan di era globalisasi ini.

Input ADC Output ADC IN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Januari 2015.

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR CURAH HUJAN DIGITAL. Oleh Sakti Ranawijaya Putrakusuma

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN I-1

APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT)

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM. kadar karbon monoksida yang di deteksi oleh sensor MQ-7 kemudian arduino

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM

Menghitung Frekuensi Gelombang Permukaan dengan Menggunakan Simulator Sederhana Pembangkit Gelombang

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16. Enis Fitriani,DidikTristianto,SlametWinardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu

BAB I PENDAHULUAN. dari analog ke sistem digital, begitu pula dengan alat ukur.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISIS. pengukuran bahan bakar minyak pada tangki SPBU ini terbagi dalam dua

Rancang Bangun Sistem Aeroponik Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No. 02, Juli Tahun 2016

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENDETEKSI KETINGGIAN AIR BERBASIS ARDUINO UNO R3

Rancang Bangun Alat Ukur Salinitas dan Suhu Menggunakan Mikrokontroler ATMEGA328P Berbasis Data Logger yang Terintegrasi

Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK PADA KENDARAAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 OLEH : PUTU TIMOR HARTAWAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk pasti memiliki ukuran, baik itu panjang, tinggi, berat, volume,

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. sungai, salah satu faktor cuaca yang mempengaruhi debit sungai adalah hujan.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini adalah merancang suatu instrumen pendeteksi kadar

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk

APLIKASI MULTISENSOR UNTUK MENGETAHUI KETINGGIAN AIR DALAM RANGKA EARLY WARNING SYSTEM (EWS) BENCANA BANJIR DAN TSUNAMI

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANG BANGUN PROTOTYPE PENDETEKSI KADAR CO SEBAGAI INFORMASI KUALITAS UDARA BERBASIS MIKROKONTROLER

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan sensor optik berbasis mikrokontroler ATMega 8535 dengan

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB II LANDASAN SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. tempat lain, pengukuran waktu dari satu kejadian ke kejadian yang lainnya,

Transkripsi:

Rancang Bangun Sistem Pendeteksi Tanah Longsor Sederhana Berbasis Sensor Soil Moisture dan Sensor Ultrasonik Ni Luh Desi Ratna Ari Sandi 1,a), Rahadi Wirawan 2,b), Laili Mardiana 3,c), Dian Wijaya Kurniawidi 4,d) dan I Wayan Sudiarta 5,e) 1 Kelompok Keilmuan Fisika Komputasi dan Instrumentasi, Program Studi Fisika, 2 Kelompok Keilmuan Fisika Komputasi dan Instrumentasi, Program Studi Fisika, 3 Kelompok Keilmuan Fisika Komputasi dan Instrumentasi, Program Studi Fisika, 4 Kelompok Keilmuan Fisika Material, Program Studi Fisika, 5 Kelompok Keilmuan Fisika Komputasi dan Instrumentasi, Program Studi Fisika, a) desiarisandi537@ymail.com b) rwirawan@yahoo.co.id (corresponding author) c) lailimardiana@unram.ac.id d) dkurniawidi@gmail.com e) wayan.sudiarta@unram.ac.id Abstrak Tanah longsor merupakan salah satu fenomena alam yang dapat menimbulkan kerusakan yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Salah satu upaya penanggulangan bencana tanah longsor adalah membangun suatu sistem pendeteksian dini meliputi pembuatan alat pendeteksi dan monitoring pergerakan tanah serta sistem informasi deteksi dini bahaya tanah longsor. Dalam tulisan ini, ditampilkan prototipe alat pendeteksi pergerakan tanah sederhana. Alat ini tersusun atas 4 pegas paralel, sensor ultrasonik SRF08 sebagai alat pendeteksi jarak dan soil moisture sensor FC-28 untuk mengukur kandungan air sebagai parameter pemicu terjadinya pergerakan tanah serta mikrokontroler Atmega328 sebagai pengontrol kerja alat. Prototipe ini telah diujicoba dalam pendeteksian pergerakan sampel pasir untuk ukuran butir 850 m dan >850 m dengan massa yang berbeda. Hasil yang diperoleh menunjukkan sensitivitas masing-masing sensor adalah 2 cm/kg untuk sensor ultrasonik dan 5,21 %/ml hingga 8,33 %/ml untuk sensor kandungan air. Untuk potensi pergerakan material pasir dipengaruhi oleh kandungan air dalam pasir dimana pergerakan pasir mencapai titik maksimum pada jarak 54 cm dengan kandungan air 99%. ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 348

Kata-kata kunci: Longsor, Deteksi dini, Atmega328, Sensor Ultrasonik, Kandungan air PENDAHULUAN Peristiwa tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di beberapa wilayah Indonesia selain bencana banjir. Tanah longsor merupakan suatu peristiwa perpindahan material pembentuk lereng seperti batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran yang bergerak ke bawah atau keluar lereng yang dapat terjadi secara spontan ataupun perlahan [1]. Peristiwa tanah longsor terjadi akibat terganggunya kestabilan penyusun lereng dan berpotensi besar terjadi ketika atau setelah turun hujan [2,3]. Kerusakan yang ditimbulkan oleh tanah longsor tidak hanya bersifat langsung, seperti rusaknya fasilitas umum, lahan pertanian, timbulnya korban jiwa, namun juga bersifat tidak langsung yaitu dapat melumpuhkan kegiatan pembangunan dan aktivitas ekonomi di daerah sekitar bencana. Bencana tanah longsor secara alami tidak dapat dihindari. Namun kerugian yang ditimbulkannya, seperti jatuhnya korban jiwa dapat diminimalisir dengan cara membangun sistem pendeteksian dini tanah longsor. Sistem pendeteksian ini meliputi alat pendeteksi dan monitoring serta sistem informasi deteksi dini bahaya tanah longsor. Sistem pendeteksi dini umumnya menggunakan sensor ekstensometer [4]. Selain itu, sensor tersebut juga dipadukan dengan sensor hujan, kamera dan termometer untuk early warning system (EWS) [5]. Salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya longsoran tanah adalah kandungan air dalam tanah yang cukup tinggi. Keberadaan air dalam tanah tidak hanya menambah berat material tanah, namun juga mengurangi daya ikat material (gaya penahan) pada bidang gelincir. Untuk mengetahui pengaruh kandungan air dalam tanah yang diakibatkan oleh kontribusi curah hujan diperlukan suatu alat pendeteksi. Pada tulisan ini, dipaparkan suatu prototipe alat pendeteksi longsoran material berbasis sensor sensor kelembaban tanah (soil moisture) dan sensor ultrasonik. Sensor soil moisture berfungsi untuk mengukur kandungan air dalam tanah dan sensor ultrasonik digunakan untuk memonitoring adanya pergerakan tanah yang terjadi. Alat pendeteksi ini telah diujicobakan untuk material pasir dengan massa dan ukuran butir yang berbeda pada skala laboratorium. TEORI DAN PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI Dalam tinjauan mekanika, pergerakan massa yang merepresentasikan terjadinya tanah longsor analog dengan bergeraknya blok pada suatu bidang miring. Pada keadaan ini, bekerja gaya pendorong yaitu gaya tangensial dari berat massa tanah dan batuan, dan gaya penahan tanah. Jika gaya pendorong pada lereng lebih besar dibandingkan dengan gaya penahan, maka material akan bergerak [6]. Pergerakan material dapat diamati dengan cara mendeteksi posisi material tersebut. Salah cara untuk mendeteksi posisi tersebut adalah memanfaatkan pantulan gelombang ultrasonik. Jarak obyek (x) yang merepresentasikan pergerakan suatu material dihitung menggunakan persamaan berikut [7], v. t x IN (1) 2 dengan v adalah cepat rambat gelombang ultrasonik di udara (344 ms -1 ) dan t IN merupakan selisih waktu pemancaran dan penerimaan gelombang (s). Sementara itu, berkurangnya gaya penahan lereng akan memperbesar peluang terjadinya longsoran. Adapun faktor yang mempengaruhi berkurangnya gaya penahan lereng adalah kandungan air dalam tanah tersebut yang diakibatkan curah hujan yang tinggi. Kandungan air dalam tanah mengindikasikan jumlah air yang ditahan di dalam tanah setelah kelebihan air dialirkan [8]. Kandungan air ini dapat ditentukan secara langsung melalui pengukuran perbedaan berat tanah (gravimetric method) dan perbedaan volume (volumetric method). Selain itu, juga dapat ditentukan secara tidak langsung melalui pengukuran sifat-sifat yang berkaitan erat dengan daya hantar listrik (resistance method) dan tegangan (voltage method) [9]. Pengukuran kandungan air dalam tanah berdasarkan daya hantar listrik dapat dilakukan dengan memanfaatkan sensor soil moisture (sensor FC-28). Sensor FC-28 terdiri dua probe yang berfungsi melewatkan arus melalui tanah, kemudian membaca resistansinya untuk mendapatkan nilai kandungan air dalam tanah [10]. Semakin banyak air yang terkandung di dalam tanah akan membuat tanah lebih mudah menghantarkan arus listrik (resistansi kecil), sedangkan tanah yang kering sangat sulit menghantarkan arus listrik (resistansi besar) [11]. Pada tahap awal dilakukan perancangan dan pembuatan prototipe sistem akusisi pendeteksian pergeseran tanah dengan blok diagram seperti pada Gambar 1. Alat pendeteksi ini tersusun dari sensor jarak (sensor ultrasonik SRF08), sensor kandungan air (soil moisture sensor FC-28), yang dikontrol menggunakan mikrokontroler Atmega328 dengan luaran ditampilkan pada modul LCD (Liquid Crystal Display). ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 349

Gambar 1. Skematik rancangan sistem pendeteksi pergeseran tanah. Perakitan sensor jarak ultrasonik SRF08 pada mikrokontroler Atmega328 dilakukan dengan cara menghubungkan pin sensor dengan pin analog input mikrokontroler Atmega328 (Gambar 2a). Komunikasi sensor ini dengan mikrokontroler dilakukan melalui I2C (Inter Integrated Circuit), yaitu suatu sistem komunikasi data serial dengan mengirimkan data secara serial menggunakan jalur data dua arah. Rentang jarak yang dapat dibaca oleh sensor ultrasonik SRF08 adalah 3 cm hingga 6 m [12]. Sementara itu, untuk pendeteksian kandungan air dalam tanah digunakan sensor FC-28. Dalam perangkaiannya, pin sinyal output sensor dihubungan dengan pin analog input (A0) mikrokontroler Atmega328 (Gambar 2b) dan sumber tegangan yang digunakan untuk sensor ini sebesar 3,3V. Selanjutnya hasil akuisisi data dari sensor ditampilkan melalui modul LCD. (a) Gambar 2. Skema rangkaian: (a) sensor ultrasonik SRF08, (b) rangkaian sensor FC-28. Pada Gambar 3 ditampilkan diagram alir sistem kerja alat berdasarkan data sensor kandungan air dalam tanah dan pergeseran tanah yang diakibatkannya. Sensor kandungan air dalam tanah membaca arus listrik yang ada dalam tanah dengan output analog (pada port A-0). Hasil pembacaan sensor dimasukkan ke ADC untuk diolah menjadi data digital dan akan diterjemahkan menjadi angka. Angka tersebut akan diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu kering, lembab dan basah. Tanah dikatakan kering apabila mengandung air kurang dari 50%, dikatakan lembab jika mengandung air mulai dari 50% hingga 60%. Sedangkan dikatakan basah jika mengandung air hingga di atas 60%. (b) ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 350

(a) (b) Gambar 3. Diagram alir sistem pendeteksi dini bencana tanah longsor:(a) diagram alir kerja sensor ultrasonik SRF08, (b) diagram alir kerja sensor soil moisture FC-28 Sementara itu, untuk sensor jarak akan memberikan informasi adanya pergerakan tanah melalui pendeteksian peregangan yang terjadi pada pegas (Gambar 4). Gambar 4. Skema sistem mekanik pendeteksi pergeseran tanah Sensor jarak memberikan keterangan pergerakan tanah (dalam cm). Jika nilai yang dibaca sensor tersebut termasuk ke dalam kategori Aman berdasarkan data tabel klasifikasi (Tabel 1) maka nilai tersebut hanya akan ditampilkan pada LCD. Sementara itu, jika tidak dalam kategori Aman maka sistem akan mengecek kembali apakah nilai tersebut termasuk ke dalam kategori Siaga. Jika benar, maka nilai tersebut akan ditampilkan pada LCD disertai dengan aktifnya lampu LED (light-emitting diode) kuning, jika tidak maka nilai tersebut berada dalam kategori Awas dan akan ditampilkan pada LCD disertai dengan aktifnya LED merah. Tabel 1. Klasifikasi data sensor jarak SRF08 [8] No. Level jarak Jarak (cm) 1 Aman <25 2 Siaga 25< Jarak 60 3 Awas >60 Pada tahap kedua dilakukan ujicoba kerja sensor. Pada tahap ini terbagi menjadi dua bagian yaitu pengujian sensor jarak dan sistem kerja LED indikator. Pengujian dilakukan dengan cara pemberian beban (m) pada alat mekanik (Gambar 4) dengan massa 0,5 kg hingga 3,5 kg dengan rentang 0,5 kg. Selanjutnya, dilakukan pengurangan jumlah beban dengan rentang yang sama pada saat penambahan beban untuk ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 351

mengetahui tingkat keakurasian sensor. Untuk pengujian indikator LED dilakukan dengan melihat apakah LED aktif sesuai dengan rentang jarak yang telah ditentukan. Untuk mendapatkan nilai ketelitian sensor, maka pengujian dilakukan dengan pembanding mista. Error relatif sensor dapat diperoleh melalui persamaan berikut: bacaan sensor bacaan mistar % Error x100 (2) bacaan sensor Selanjutnya dilakukan pengujian untuk kerja sensor soil moisture. Pada tahap ini digunakan dua sampel pasir yang memiliki ukuran butir 850 μm dengan massa 1029,7 gram dan 1846 gram serta dua sampel pasir yang memiliki ukuran butir lebih dari 850 μm dengan massa 1029,7 gram dan 1846 gram. Sebelum sampel pasir digunakan, dilakukan proses pengeringan sampel menggunakan oven selama rentang waktu 20 menit pada suhu 200 0 C. Penentuan kandungan air dalam tanah, dilakukan dengan cara menancapkan sensor ke dalam sampel pasir pertama yang memiliki ukuran butir 850 μm dan lebih dari 850 μm dengan massa 1029,7 gram. Selanjutnya dilakukan penambahan air sebanyak 1 ml hingga 19 ml dengan rentang 1 ml dan dicatat nilai yang terbaca. Hal yang sama juga dilakukan pada sampel pasir yang memiliki ukuran butir 850 μm dan lebih dari 850 μm dengan massa 1846 gram. Pada tahap berikutnya dilakukan pengujian sistem keseluruhan di laboratorium menggunakan bidang gelincir dengan sudut elevasi 30 o dan kandungan air yang berbeda-beda dalam sebuah kotak berukuran 60 cm x 30 cm x 36 cm berbahan akrilik seperti tampak pada Gambar 5. Pada pengujian ini digunakan bidang gelincir berupa plat kaca. Material pasir (pasir putih) yang dimasukkan ke dalam kotak untuk mengisi bidang miring membentuk suatu bukit. Kedua sensor dipasang pada bidang miring tersebut. Selanjutnya bukit dilongsorkan menggunakan hujan buatan yang berupa tetesan air yang berasal dari sebuah tabung dengan kapasitas 300 ml, dimana posisi tabung berada tepat di atas bukit buatan. Gambar 5. Pengujian alat pendeteksi longsoran material di laboratorium Proses terjadinya longsoran diukur dengan peralatan yang telah dikembangkan. Kemudian dilakukan langkah yang sama untuk penambahan air hingga 5400 ml dengan rentang 300 ml menggunakan tabung tetesan air. Untuk pengujian pergerakan pasir, digunakan pedoman yang diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2. Pedoman pengujian pergerakan pasir [8] No. Level jarak Jarak (cm) 1 Aman <39 2 Siaga 39< Jarak 140 3 Awas >140 ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 352

HASIL PERANCANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM Hasil Perancangan Adapun hasil perancangan instrumen sistem pendeteksi tanah longsor secara keseluruhan ditunjukkan pada Gambar 6 dimana bentuk fisik dari instrumen terdiri dari 1) Kabel USB, 2) Soil moisture sensor FC-28, 3) Sensor ultrasonik SRF08, 4) LCD, 5) LED Indikator, dan 6) Knob potensiometer. Gambar 6. Hasil perancangan instrumen pendeteksi tanah longsor Hasil Pengujian Sistem Pengujian Keakurasian Sensor Ultrasonik SRF08 Berdasarkan hasil pengujian, terlihat bahwa sensor telah mampu menunjukkan perbedaan nilai dalam setiap kondisi yang dilakukan pada saat uji coba. Sensor ultrasonik yang digunakan dapat bekerja dengan tingkat keakurasian yang sangat baik. Begitu pula dengan LED indikator telah bekerja sesuai perintah. Hubungan antara berat beban dan simpangan plat terhadap sensor dapat dilihat pada Gambar 7. Hubungan antara nilai sensor dengan nilai mistar dinyatakan dalam persamaan regresi linier y = x, dengan koefisien determinasi (R 2 ) bernilai 1. Hal ini menunjukkan adanya ketepatan antara nilai yang ditunjukkan oleh sensor dan nilai aktual yang ditunjukkan oleh mistar. Nilai mistar (cm) 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 y = x R² = 1 8 13 18 Nilai sensor (cm) Penambahan beban Pengurangan beban Gambar 7. Grafik hasil pengujian keakurasian sensor ultrasonik SRF08 dengan pembanding mistar Grafik pada Gambar 11 menunjukkan bahwa semakin besar massa benda yang ditambahkan pada plat maka simpangan plat terhadap sensor akan semakin besar, begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan massa dari benda yang digantungkan pada plat lebih besar dibandingkan massa plat. Sehingga, kuat geser dari plat semakin kecil. Jika kuat geser dari plat semakin kecil, maka gaya penahan plat akan semakin kecil pula. Sementara itu, gaya tarik yang diakibatkan oleh benda yang digantungkan pada plat semakin besar. Besarnya gaya tarik yang diakibatkan oleh benda tersebut mengakibatkan plat bergeser menjauhi sensor. Pergeseran plat tersebut menyebabkan waktu yang dibutuhkan sensor untuk memancarkan dan menerima gelombang ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 353

ultrasonik akan semakin besar. Sehingga jarak yang terdeteksi oleh sensor ultrasonik semakin besar. Selain itu, unjuk kerja sensor berdasarkan sensitivitas sensor diperoleh sebesar 2 cm/kg. Setiap penambahan beban sebesar 1 kg, mengakibatkan perubahan jarak atau simpangan plat terhadap sensor sejauh 2 cm. Pengujian Soil Moisture Sensor FC-28 Hasil pengujian soil moisture sensor FC-28 menunjukkan bahwa sensor beroperasi dengan baik. Ketika material pasir dalam keadaan kering, sensor menunjukkan persentase kandungan air sebesar 0% hingga 49%, untuk keadaan lembab sebesar 50% hingga 60% dan keadaan basah di atas 60%. Hubungan antara jumlah air dengan persentase kandungan air di dalam pasir dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. Nilai Sensor (%) 120 100 80 60 40 20 0 0 5 10 15 20 Jumlah Air (ml) y = -0,2999x 2 + 11,971x - 14,137 R² = 0,9733 y = -0,4693x 2 + 14,181x - 3,8071 R² = 0,9938 Diameter 850 um Diameter >850 um Poly. (Diameter 850 um) Poly. (Diameter >850 um) Gambar 8. Grafik hasil pengujian soil moisture sensor FC-28 pada sampel pasir dengan massa 1029,7 gram Nilai Sensor (%) 120 100 80 60 40 20 0 0 5 10 15 20 Jumlah Air (ml) y = -0,3177x 2 + 11,93x - 9,15 R² = 0,9888 y = -0,0539x 2 + 6,764x - 7,0461 R² = 0,9923 Diameter 850 μm Dimameter >850 μm Poly. (Diameter 850 μm) Gambar 9. Grafik hasil pengujian soil moisture sensor FC-28 pada sampel pasir dengan massa 1846 gram. Pada kedua grafik tersebut, terlihat bahwa pasir dengan massa dan ukuran diameter berbeda memiliki kandungan air yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah air. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah air dalam pasir menyebabkan pasir lebih mudah menghantarkan arus listrik atau nilai konduktivitas material meningkat. Tingginya nilai konduktivitas material (pasir) mengindikasikan tingginya kandungan air dalam pasir tersebut. Selain itu, terlihat pula semakin besar ukuran diameter pasir, semakin kecil nilai kandungan airnya. Hal ini berkaitan erat dengan tekstur suatu material. Tekstur suatu material mengindikasikan kemampuan material tersebut dalam menahan air. Material dengan tekstur yang lebih halus (ukuran diameter butir lebih kecil) memiliki kapasitas menahan air yang lebih besar dibandingkan dengan material dengan tekstur yang lebih kasar (ukuran diameter butir lebih besar). Semakin besar kemampuan material dalam menahan air, maka kandungan air di dalamnya akan semakin meningkat atau sebaliknya. Besarnya ukuran diameter pasir menyebabkan luas penampang tiap-tiap butir pasir semakin besar pula. Jika luas penampang semakin besar dan arus yang mengalir semakin kecil, maka resistivitas yang dihasilkan material tersebut akan semakin besar yang berarti bahwa kandungan air dalam pasir akan semakin berkurang. Tingkat kinerja sensor dapat diamati pada range kerja yang meliputi daerah aktif dan daerah saturasi serta sensitivitas sensor. Rentang daerah aktif dan saturasi sensor ditandai dengan garis lurus pada Gambar 8 dan Gambar 9. Untuk sensitivitas sensor yang ditunjukkan masing-masing hasil pengujian ditampilkan pada Gambar 10. Gambar tersebut menunjukkan bahwa grafik sensitivitas sensor pada massa dan diameter pasir ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 354

yang berbeda menunjukkan pola yang sama, dimana untuk massa pasir yang lebih kecil menghasilkan sensitivitas sensor yang lebih tinggi pada diameter pasir yang lebih kecil dibandingkan dengan diameter pasir yang lebih besar. Hal yang serupa juga ditunjukkan untuk massa pasir yang lebih besar, dimana sensitivitas yang menunjukkan besarnya perubahan nilai kandungan air akibat penambahan jumlah air ke dalam pasir sangat dipengaruhi oleh massa dan diameter butir material. Sensitivitas Sensor (%/ml) 10 8 6 4 2 0 8,33 7,69 6,67 1029,7 1846 Massa Pasir (gram) 5,21 Diameter 850 μm Diameter >850 μm Gambar 10. Grafik tingkat sensitivitas soil moisturesensor FC-28 pada sampel pasir Pengujian Sistem Keseluruhan Sistem pendeteksi tanah longsor bekerja ketika kondisi terjadi hujan atau setelahnya, dimana sensor soil moisture FC-28 mendeteksi kandungan air dalam pasir. Sementara itu, jika terjadi pergeseran posisi plat menjauhi sensor pada kandungan air tertentu, maka sensor ultrasonik SRF08 akan mendeteksi perubahan jarak plat tersebut dan selanjutnya LED indikator akan menyala sesuai dengan range jarak yang telah ditentukan. Pengujian pada tahap ini dilakukan selama 905,09 detik (15,08 menit) dengan melihat pergerakan plat yang merepresentasikan pergerakan material pasir akibat kandungan air yang berbeda-beda (Gambar 5). Keadaan awal dibuat dengan kandungan air sebesar 0% dan jarak simpangan plat sejauh 15 cm. Data hasil pengujian menghasilkan grafik hubungan antara kandungan air dan pergerakan plat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11. 60 50 Pergerakan Plat (cm) 40 30 20 10 0 20 40 60 80 100 Kandungan Air (%) Gambar 11. Grafik hubungan antara kandungan air dalam pasir dan pergerakan plat Pada grafik di atas, terlihat bahwa semakin tinggi kandungan air dalam pasir maka plat akan bergeser semakin menjauhi alat. Hal ini dikarenakan tingginya kandungan air menyebabkan massa pasir semakin bertambah besar pula. Massa pasir sebanding dengan gaya berat yang dihasilkan, yang berarti bahwa gaya pendorong pada bukit semakin besar. Disisi lain, bidang gelincir dibuat dari bahan kaca yang memiliki kuat geser yang relatif kecil (licin). Kuat geser pada suatu bidang miring (bukit) sebanding dengan gaya penahan pada bidang tersebut. Apabila kandungan air semakin tinggi, maka gaya pendorong pada bukit akan semakin ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 355

besar dan gaya penahan pada bukit akan semakin kecil. Pada suatu kedaan tertentu bukit tidak mampu lagi mempertahankan kestabilannya. Keadaan tersebut menyebabkan potensi terjadinya longsoran pasir akan semakin besar. Pada Gambar 11 terlihat pula pada rentang kandungan air dari 45%-91% pergeseran plat relatif lambat, sementara pada kandungan air di atas 91% pergeseran plat sangat cepat yaitu pada rentang jarak 21 cm hingga 54 cm. Hal ini disebabkan oleh air dalam jumlah yang sangat besar meresap ke dalam pasir hingga ke lapisan kedap air (bidang gelincir). Apabila air telah sampai pada lapisan kedap air, maka akan semakin memperkecil kuat geser pada bidang tersebut. Sehingga proses terjadinya longsoran pasir akan semakin cepat dan material penyusun bukit akan bergerak ke bawah pada jarak yang relatif jauh. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan air pada suatu material memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pergerakan material tersebut. KESIMPULAN Telah dibuat suatu sistem pendeteksi dini tanah longsor yang tersusun atas alat pendeteksi pergerakan tanah yang dibuat dari sensor ultrasonik SRF08 dan soil moisture sensor FC-28 yang terhubung dengan mikrokontroler Atmega328. Sistem pendeteksi ini memiliki tingkat sensitivitas sebesar 2cm/kg untuk sensor ultrasonik dan 5,21%/ml hingga 8,33%/ml untuk sensitivitas sensor kandungan air. Pada pengujian pergerakan sampel material pasir, kandungan air memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pergerakan pasir. Pergerakan pasir mencapai titik maksimum pada jarak 54 cm pada kandungan air sebesar 99% hingga 100%. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kami sampaikan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi atas dukungan dana melalui program Hibah Bersaing 2016. REFERENSI 1. H. C. Hardiyatmo, Tanah Longsor & Erosi, Kejadian dan Penanganan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press (2012). 2. S. Paimin dan Irfan Budi Pramono, Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor, Bogor: Tropenbos International Indonesia Programme (2009). 3. P. Supriyono, Seri Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana Tanah Longsor, Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET (2014). 4. Lisnawati, S.W. Suciati dan Warsito, Rancang bangun Sensor Extensometer Elektris sebagai Pendeteksi Pergeseran Permukaan Tanah dan Sistem Akuisisi Data pada Komputer, Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika 1 (2013). 5. E. Intrieri, G. Gigli, F. Mugnai, R. Fanti, dan N. Casagli, Design and implementation of a landslide early warning system, Engineering Geology Journal, 147 148 (2012). 6. B. Saptadi, Pembuatan Peta Zona Daerah Bahaya Gerakan Tanah Berdasarkan Analisis Kestabilan Lereng dalam Upaya Pengelolan Lingkungan, Tesis Ilmu Lingkungan (2004). 7. R. Sulistyowati, H.A. Sujono dan A.K. Mustofa, Sistem Pendeteksi Banjir Berbasis Sensor Ultrasonik dan Mikrokontroler dengan Media Komunikasi SMS Gateway, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan III (2015). 8. S.H. Gani, D.T. Musa, dan A. Nismayanti, Rancang Bangun Sistem Penyiraman Tanaman Otomatis Menggunakan Soil Moisture Sensor Sen0057 Berbasis Mikrokontroler Atmega328p, Gravitasi 13 (2013). 9. M.H. Pandutama, A.A. Mudjiharjati, Suyono, dan Wustamidin, Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Jember Press (2003). 10. A. Gaddam, M Al-Hrooby, dan W. F. Esmael, Designing A Wireless Sensor Network for Monitoring and Predicting Droughts, Proceedings of the 8 th International Conference on Sensing Technology, Liverpool, UK (2014). 11. I. M. Sudana, Alat Ukur Kadar Air dalam Tanah (Soil Tester) Berbasis Mikrrokontroler AT89C51, Jurnal Teknik Elektro 2 (2010). 12. www.robot-electronics.co.uk/htm/srf08tech.html., SRF08 Ultra Sonic Range Finder Datasheet, diakses pada tanggal 22 Februari 2016. ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 356