RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN BANJAR DENGAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2017 1
A. LATAR BELAKANG Pendidikan untuk semua merupakan salah satu paradigma pembangunan pendidikan dan kebudayaan tahun 2015-2019 (Bappenas, 2015). Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia, sesuai dengan amanat Konstitusi 1945 yang berbunyi bahwa setiap penduduk berhak mendapat akses pendidikan dasar tanpa dibatasi oleh usia, tempat, dan waktu. Selanjutnya, tantangan pembangunan manusia dalam bidang pendidikan dalam RPJMN 2015-2019 di antaranya mempercepat peningkatan taraf pendidikan seluruh masyarakat untuk memenuhi hak seluruh penduduk usia sekolah dalam memperoleh layanan pendidikan dasar yang berkualitas, menurunkan kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok sosial-ekonomi, antar wilayah dan antar jenis kelamin, memberikan pemihakan bagi seluruh anak dari keluarga kurang mampu, dan meningkatkan pembelajaran sepanjang hayat (Bappenas, 2014). Oleh karena itu, meskipun penyelenggaraan pendidikan berkualitas bagi setiap warga negara menjadi tanggung jawab pemerintah, namun berbagai pihak dapat berkontribusi dalam peningkatan layanan dan kualitas pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan harus disikapi sebagai suatu gerakan, yang mengintegrasikan semua potensi negeri dan peran aktif seluruh masyarakat. Pendidikan menjadi modal utama bagi pemerintah Kabupaten Banjar untuk mewujudkan visinya, yakni menjadikan masyarakat Kabupaten Banjar yang sejahtera dan barokah. Pendidikan memberikan perlindungan anak dengan menjamin terpenuhinya hak-haknya untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera (Permeneg PP & PA Nomor 5 Tahun 2011). Pemerintah Kabupaten Banjar menetapkan berbagai kebijakan pendidikan yang bertujuan membenahi sistem pembelajaran agar sesuai ketentuan pemerintah dan karakteristik anak didik di Kabupaten Banjar, yaitu lebih menonjolkan nilai-nilai luhur yang diwujudkan dalam sistem pembelajaran, 2
berfokus pada program wajib belajar 12 tahun, dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah sekolah agama seperti pondok pesantren dan sekolah ibtidaiyah. Pelaksanaan pendidikan di Kabupaten Banjar mengacu kepada Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menetapkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah memberi jaminan terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Dengan demikian, pemerintah dan pemerintah Kabupaten Banjar wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik di tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat. Salah satu upaya nyata pemerintah dalam pemerataan dan peningkatan kualitas layanan pendidikan dasar tampak dari kebijakan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sejak bulan Juli 2005. BOS adalah program pemerintah yang dianggarkan untuk biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar (Permendikbud Nomor 80 Tahun 2015). Sejalan dengan UU dan Permendikbud di atas, Pemerintah Kabupaten Banjar menetapkan Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pendidikan, terutama Pasal 58 pada Ayat 1 bahwa Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan anggaran pendidikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah minimal 20%. Hal ini diperkuat Pasal 58 ayat 2 bahwa anggaran pendidikan dialokasikan untuk meningkatan dan pengembangan mutu pendidik dan tenaga kependidikan; meningkatkan mutu proses pembelajaran; meningkatkan mutu sarana dan prasana; meningkat mutu sistem akses informasi pendidikan berbasis IT; meningkatkan biaya operasional sekolah; pengembangan bakat dan minat peserta didik; peningkatan pengawasan/monitoring kependidikan; pelaporan; badan advokasi pendidikan Banjar; beasiswa bagi yang miskin, berprestasi dan ikatan dinas; dan pemiliharaan. Dengan demikian, program BOS sebagai program pemerintah pusat perlu mendapatkan dana pendamping dari pemerintah daerah kabupaten Banjar sebagai komitmen dalam menyelenggarakan pendidikan berkualitas di kabupaten Banjar. Komitmen daerah sebagaimana yang dituangkan dalam Perda tersebut di atas dapat memberikan arah kebijakan yang 3
konkret bagi penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Pemerintah sejak tahun 2009 melakukan perubahan tujuan, pendekatan, dan orientasi program BOS dari perluasan akses menuju peningkatan kualitas, serta peningkatan biaya satuan dan perubahan mekanisme penyaluran. Standar biaya operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009). Mekanisme penyaluran dana BOS tahun 2011 melalui transfer langsung dari pemerintah pusat ke daerah kabupaten/kota dalam bentuk Dana Penyesuaian untuk Bantuan Operasional Sekolah, namun mekanisme penyaluran mulai tahun 2012 melalui transfer dari pemerintah propinsi. Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah, dana BOS diklasifikasikan sebagai hibah langsung, yaitu hibah yang diterima langsung oleh KL/SKPD tanpa melalui entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan (BUN/BUD). BOS sebagai hibah langsung diserahkan dalam bentuk uang oleh Satuan pendidikan sesuai butir 3 Interperetasi pada Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) 02 tentang Pengakuan Pendapatan yang diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Pendapatan yang diterima dan digunakan langsung oleh satuan pendidikan tanpa melalui BUN/BUD diakui sebagai pendapatan hibah jika dilaporkan kepada BUN/BUD untuk pengesahan. Pemerintah Kabupaten Banjar mendukung sepenuhnya program BOS dalam rangka memberikan layanan pendidikan dasar berkualitas bagi semua jenjang pendidikan. Hal ini sesuai dengan visi pemerintah Kabupaten Banjar untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Banjar yang sejahtera dan barokah. Sejahtera dalam hal ini dapat dimaknai bahwa ketika penyaluran BOS diterimakan kepada yang berhak menerima sehingga dapat dipergunakan untuk kepentingan pendidikan setiap warga dan masyarakat pembelajar di Kabupaten Banjar yang terlihat dari output dan outcome. Output di sini adalah BOS telah diterima oleh yang berhak menerima, dan outcome adalah hasil dari proses pendidikan yang diukur dari kompetensi dan prestasi belajar masyarakat pembelajar penerima BOS. Barokah dalam konteks ini sesuai dengan visi pemerintah Kabupaten Banjar 4
dalam meneguhkan asas kemanfaatan dan ketercukupan di mana penerima BOS mampu menggunakan dana BOS untuk kepentingan belajar dan berproses dalam pendidikan. Dengan demikian, barokah sesuai dengan capaian kegiatan dalam pendidikan dasar bagi mereka yang memerlukan dan membutuhkan dana BOS demi pengembangan kualitas sumber daya manusia. Atas dasar itu, kajian tentang evaluasi pelaksanaan BOS tingkat SDN di Kabupaten Banjar perlu dilakukan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kondisi sekolah penerima program BOS di Kabupaten Banjar; mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketepatan penggunaan dana BOS bagi penyelenggaraan pendidikan dasar bermutu tingkat SDN di Kabupaten Banjar, dan menentukan arahan strategi yang efektif dalam mendukung program BOS bagi penyelenggaraan pendidikan dasar bermutu di Kabupaten Banjar. B. TEMUAN PENELITIAN Temuan penelitian ini adalah penerimaan dan realisasi pemanfaatan program BOS di Kabupaten Banjar sudah sesuai dengan petunjuk teknis BOS. Simpulan di atas berdasarkan temuan-temuan di bawah ini: 1. SDN penerima BOS di Kabupaten Banjar menerima dana BOS sejumlah peserta didik riil dikalikan alokasi/peserta didik/pertahun. Bagi 34 SDN (> 60 peserta didik) menerima sesuai petunjuk teknis BOS, namun bagi 4 SDN (<60 peserta didik) menerima belum sesuai petunjuk teknis BOS. 2. Semua kepala sekolah dan hampir keseluruhan bendahara sekolah, guru, dan komite sekolah sudah memahami petunjuk teknis BOS. 3. Tim pengelola BOS sudah mengikuti sosialisasi program BOS, namun 29,4% tim pengelola masih masih kesulitan mengelola program BOS karena kurang memahami petunjuk teknis BOS, besaran BOS kurang mencukupi kebutuhan operasional sekolah, hanya 15% dari dana BOS untuk membayar guru honor, kurang menguasai IT, petunjuk teknis BOS berubah-ubah. 4. Sebanyak 58,4% orang tua merasa bahwa BOS adalah bantuan untuk operasional sekolah, namun 25,7% orang tua merasa BOS adalah bantuan untuk menggratiskan biaya untuk peserta didik dan 15,9% merasa tidak tahu. 5
5. Sekolah sudah menyusun RKAS sebagai persyaratan mengajukan program BOS dengan melibatkan kepala sekolah, bendahara, dan beberapa orang tua peserta didik yang diwakili komite sekolah. Dana BOS menjadi sumber dana utama dalam RABS. 6. Realisasi pemanfaatan program BOS didasarkan kesepakatan kepala sekolah, bendahara, guru, dan komite sekolah. Alokasi dana BOS lebih banyak untuk membiayai pengembangan perpustakaan, kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler, kegiatan ulangan dan ujian, pembelian bahan habis pakai, langganan daya dan jasa, perawatan sekolah/rehab ringan dan sanitasi sekolah, pembayaran honorarium bulanan, dan pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan, serta biaya lainnya. Alokasi biaya pendaftaran ulang peserta didik, pengeluaran pendataan dapodikdasmen tidak terlalu besar. 7. Sekolah memajang realisasi penggunaan program BOS di papan pengumuman sekolah dan menginformasikannya kepada dewan guru, komite sekolah, dan orang tua peserta didik. Namun, ada sebagian orang tua peserta didik masih merasa kurang mendapatkan informasi program BOS dari sekolah. 8. Hampir keseluruhan sekolah penerima BOS tidak lagi memungut iuran bulanan peserta didik, meskipun masih ada 13,3% kepala sekolah dan 34,5% orang tua merasa pihak sekolah masih perlu memungut iuran bulanan peserta didik secara seragam untuk semua peserta didik. Besarnya pungutan didasarkan kesepakatan kepala sekolah, guru, dan komiter sekolah. 9. Hampir keseluruhan sekolah penerima BOS tidak lagi melakukan pungutan di luar iuran bulanan peserta didik, namun beberapa sekolah terkadang masih melakukan pungutan untuk setiap kegiatan yang belum teralokasikan dananya dari BOS. Penetapan besar pungutan berdasarkan kesepakatan kepala sekolah, dewan guru, dan komite sekolah/orang tua peserta didik. 10. Sebanyak 15,7% komponen sekolah menyatakan masih menerima sumbangan komite/orang tua peserta didik, namun 84,3% komponen sekolah merasa sekolah tidak lagi menerima sumbangan dari komite sekolah/orang tua peserta didik. Pendidikan berkualitas seharusnya menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat terutama orang tua 6
peserta didik sehingga komite sekolah/peserta didik masih perlu memberikan sumbangan sesuai kemampuan masing-masing. 11. Pelaporan penggunaan dana BOS dilakukan secara periodik pada setiap triwulan. Laporan penggunaan dana BOS diinformasikan kepada dewan guru, komite sekolah, dan orang tua peserta didik. Selain itu, hasil audit dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar tidak ditemukan masalah dalam pengelolaan program BOS pada masing-masing sekolah. 7
C. Arahan Strategi Kebijakan Program BOS di Kabupaten Banjar 1) Arah Kebijakan Memperkuat sistem pembiayaan operasional pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan berkelanjutan dengan BOS sebagai sumber utamanya. Sasaran Strategi Pencapaian Asumsi Pemetaan kebutuhan pembiayaan operasional pendidikan bagi SD mengacu SPM bagi SD yang belum memenuhi SPM, dan SNP bagi SD yang sudah memenuhi SPM. Pemetaan kegiatan operasional yang dibiayai dan yang belum dibiayai pemerintah maupun pemerintah daerah. Revisi kebijakan sekolah gratis yang memperjelas peran pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam mendukung pembiayaan pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan. Pemerintah daerah mengalokasikan BOSDA untuk mengatasi kebutuhan pembiayaan pendidikan yang belum dialokasikan dalam program BOS. Sosialisasi peran sekolah, komite sekolah, dan orang tua peserta didik dalam mendukung kebijakan sekolah gratis terutama mengatasi kekurangan pembiayaan operasioanl pendidikan untuk meningkatkan SPM atau SNP. Meningkatnya peran tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam mendukung pembiayaan operasional dengan program BOS sebagai sumber utama untuk meningkatkan layanan pendidikan yang berkualitas. Biaya operasional pendidikan setiap SD berbeda-beda. Sekolah gratis bukan berarti semua pembiayaan digratiskan oleh pemerintah Prinsip keadilan: besarnya pendanaan pendidikan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Prinsip kecukupan: pendanaan pendidikan cukup untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang memenuhi SNP. Prinsip keberlanjutan: pendanaan pendidikan dapat digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan layanan pendidikan yang memenuhi SNP. 8
2) Arah Kebijakan Memperkuat sistem pengelolaan program BOS secara efektif, efisien, transparan, akuntabel, kepatutan, dan manfaat. Sasaran Strategi Pencapaian Asumsi Program penyegaran bagi tim pengelola BOS dalam merencanakan, mengelola, dan membuat laporan pertanggungjawaban program BOS berbasis IT. Program pendampingan terutama tim pengelola BOS yang masih kesulitan dalam menjalankan tugastugasnya. Pemerintah daerah melalui dinas pendidikan memfasilitasi layanan konsultasi dan diskusi antar tim pengelola BOS SD dengan memaksimalkan media ICT misal whatshap dan facebook. Meningkatnya kompetensi tim pengelola BOS SD dalam merencanakan, mengelola, dan membuat laporan pertanggung jawaban program BOS. Teratasinya masalah keterlambatan pencairan dana BOS Meningkatnya pemahaman dan peran tanggung jawab orang tua peserta didik dalam mendukung pembiayaan operasional pendidikan dengan sumber utamanya dari program BOS. Memaksimalkan peran pengawas dan pendidik dalam pemuthakiran dapodik oleh tim pengelola BOS SD secara berkala dan tepat waktu. Sekolah menggunakan berbagai media informasi yang memudahkan masyarakat terutama orang tua peserta didik dapat mengetahui dan mendapatkan informasi pengelolaan dana BOS. Memaksimalkan peran orang tua peserta didik dalam mengawasi pelaksanaan program BOS dan membantu mengatasi permasalahan selama proses pelaksanaannya. Petunjuk teknis BOS setiap tahun berubah seiring meningkatnya kebutuhan SPM maupun SNP. Efektif: sesuai kebutuhan yang telah ditetapkan. Efisien: menggunakan dana dan daya yang ada untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkatsingkatnya. Transparan: menjamin keterbukaan yang memungkinkan masyarakat dapat mengetahui dan mendapatkan informasi pengelolaan dana BOS. Akuntabel: pelaksanaan kegiatan dapat dipertanggungjawabkan. Kepatutan: penjabaran program/ kegiatan dilaksanakan secara realistis dan proporsional. Manfaat: pelaksanaan program/ kegiatan sejalan dengan prioritas nasional yang menjadi urusan daerah dalam kerangka pelaksanaan desentralisasi dan secara riil dirasakan manfaatnya dan berdaya guna bagi sekolah. 9
3) Arah Kebijakan Meningkatkan pengelolaan, penempatan, dan kesejahteraan guru honorer Sasaran Strategi Pencapaian Asumsi Pengembangan kapasitas pemerintah kabupaten kabupaten Banjar dalam mengelola perekrutan dan penempatan guru honorer secara efektif dan efisien. Penguatan kerjasama antara LPTK dan pemerintahan kabupaten Banjar untuk menjamin mutu dan distribusi guru PNS maupun guru honorer yang merata. Pemerintah kabupaten Banjar mengkoordinasikan bagi guru honorer yang memenuhi persyaratan tertentu dapat menerima penghasilan yang layak di wilayah tempatnya mengajar. Meningkatnya kesejahteraan guru honorer. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Pasal 14-15 UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen: seorang guru dalam menjalankan tugas keprofesionalannya berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial PP Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen 10
11