ISSN Any Zubaidah, Dede Dirgahayu, Junita Monika Pasaribu. Bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana-LAPAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMANTAUAN KEKERINGAN LAHAN SAWAH

BAB I PENDAHULUAN I-1

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

Jurnal Geodesi Undip Oktober2014

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

P E N U T U P P E N U T U P

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM?

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

Gambar 1. Peta Prakiraan Cuaca Hujan Mei 2018 (Sumber : Stasiun Klimatologi Karangploso Malang)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

Gambar 3.16 Layer Jalan Kali Jatim Gambar 3.17 Atribut Tabel Jalan Kali Gambar 3.18 Layer layanan TV Gambar 3.

BERITA RESMI STATISTIK

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG


PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Miranti Indri Hastuti *), Annisa Nazmi Azzahra

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

IDENTIFIKASI PERUBAHAN DISTRIBUSI CURAH HUJAN DI INDONESIA AKIBAT DARI PENGARUH PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS

BAB III METODE PENELITIAN

ESTIMASI EVAPOTRANSPIRASI SPASIAL MENGGUNAKAN SUHU PERMUKAAN DARAT (LST) DARI DATA MODIS TERRA/AQUA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKERINGAN WAHYU ARIYADI

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014)

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

Jumlah No. Provinsi/ Kabupaten Halaman Kabupaten Kecamatan 11. Provinsi Jawa Tengah 34 / 548

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

Muhammad Aqik Ardiansyah. Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Januari Dr. Setiawan, MS

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

KABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG

Lampiran 1 Nomor : 7569 /D.3.2/07/2017 Tanggal : 26 Juli Daftar Undangan

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation :

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II 2015)

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

LUAS AREAL DAN PRODUKSI / PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN RAKYAT MENURUT KABUPATEN TAHUN Jumlah Komoditi TBM TM TT/TR ( Ton ) (Kg/Ha/Thn)

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

UPDATE HASIL MONITORING EL NINO DAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN AGUSTUS DESEMBER 2015

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

SERANGAN RHYNCOPHORUS FERRUGENIUS DI WILAYAH JAWA TIMUR

Nomor : 04521/B5/LL/ Maret 2018 Lampiran : 1 (satu) eksemplar Perihal : Permohonan ijin

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

Transkripsi:

ISSN 2338-3321 PEMANTAUAN KEJADIAN BANJIR LAHAN SAWAH MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH MODERATE RESOLUTION IMAGING SPECTRORADIOMETER (MODIS) DI PROVINSI JAWA TIMUR DAN BALI Any Zubaidah, Dede Dirgahayu, Junita Monika Pasaribu Bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana-LAPAN Email: baidah_any@yahoo.com Abstrak: Paper ini membahas tentang pemanfaatan data Satelit MODIS dan TRMM untuk memantau kejadian banjir di lahan sawah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas penyediaan informasi spasial tingkat rawan banjir pada lahan padi sawah di propinsi Jawa Timur dan Bali yang dapat dilakukan secara periodik (bulanan) berbasis data penginderaan jauh. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satelit Terra/Aqua MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) bulan November dan Desember 2011 periode 8 harian, data curah hujan yang diperoleh dari TRMM pada periode yang sama di bulan November dan Desember 2011, luas baku sawah dan peta administrasi wilayah provinsi Jawa Timur dan Bali. Metode yang digunakan adalah mengkombinasi antara Enhance Vegetation Index (EVI) dengan curah hujan pada periode yang sama sehingga diperoleh tingkat rawan banjir yang diklasifikasikan menjadi 5 kelas yaitu kelas tidak banjir, ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Kata kunci: Satelit MODIS dan TRMM, Enhance Vegetation Index (EVI, curah hujan) Abstract: This paper discussed about the utilization of MODIS and TRMM satellite data to monitor flood in paddy field. The purpose of this research is to improve the quality of provision spatial information of flood prone area in the paddy field in East Java and Bali Province which can be done periodically (monthly) based on remote sensing data. Data used in this research is Terra/Aqua MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectoradiometer) on November and December 2011 on 8 daily period, rainfall data which is obtained from TRMM data in the same period on November and December 2011, standard extensive field and administration map of East Java and Bali province. The method which is used in this research is to combine EVI (Enhance Vegetation Index) with rainfall data in the same period in order to obtain flood prone area, which is classified into 5 classes, namely non flood, mild, moderate, heavy, and very heavy. Key words: MODIS and TRMM satellite data, EVI (Enhance Vegetation Index), rainfall PENDAHULUAN Informasi ketersediaan pangan di suatu daerah terkait dengan kecukupan pangan, perimbangan pangan, dan masalah lingkungan/ekologi dan sosial lainnya, karena merupakan salah satu aspek/faktor yang menentukan tingkat Ketahanan Pangan suatu daerah. Dalam rangka membantu pemerintah untuk menentukan kebijakan pengadaan pangan di Indonesia agar tidak terjadi kerentanan pangan (Food Vulnerability) yang tinggi, maka diperlukan masukan tentang perkiraan kegagalan panen atau penurunan produksi pangan (beras dan palawija) akibat dari kejadian banjir pada lahan pertanian. Pemantauan kondisi banjir di lahan sawah secara kontinyu sangat menentukan keberhasilan panen tanaman pangan. Pemantauan banjir di lahan sawah dapat dilakukan menggunakan data MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) yang merupakan salah satu satelit penginderaan jauh, yang memiliki kemampuan untuk memantau kawasan luas, permukaan bumi dan fenomena lingkungan dengan resolusi spasial 250 m, 500 m, dan 1000 m. Satelit ini dapat mencakup wilayah cakupan yang luas, yaitu sekitar 2.330 km setiap hari dengan resolusi spektral sebanyak 36 kanal. Satelit ini mulai beroperasi sejak tanggal 18 Desember 1999 (Terra) dan 4 Mei 2002 (Aqua). Masing-masing kanal mempunyai kelebihan tersendiri berdasarkan reflektansi obyek pada tiap-tiap kanal. Kombinasi beberapa kanal ini akan memberikan manfaat untuk mengetahui liputan penutup lahan, seperti: obyek tubuh air, lahan terbuka, permukiman, serta beberapa obyek vegetasi. Dari kombinasi kanal-kanal tersebut diharapkan informasi parameter liputan penutup lahan dapat terdeteksi dengan baik. Menurut penelitian Dirgahayu, D. (2005) menyatakan bahwa reflektansi kanal 1,2,3, dan 6 data MODIS merupakan kombinasi kanal terbaik untuk melakukan klasifikasi liputan lahan. Dalam pemantauan ini dibutuhkan juga informasi curah hujan Jurnal Ilmiah WIDYA 78 Volume 1 Nomor 1 Mei-Juni 2013

yang tersedia secara kontinyu. Pendugaan curah hujan harian/aktual secara kontinyu diperoleh dari data TRMM (Tropical Rainfall Measurement Mission) yang merupakan gabungan beberapa satelit cuaca. Satelit TRMM merupakan misi bersama antara National Aeronautics and Space Administration (NASA) Amerika Serikat dan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA). TRMM diluncurkan pada bulan November 1997 dan sampai saat ini terus beroperasi dalam orbit rendah meliputi daerah tropis antara sekitar 40 LU untuk 40 LS. Beberapa sensor curah hujan utama yang dibawa oleh TRMM meliputi Sensor PR (Precipitation Radar) dan sensor TMI (TRMM Microwave Imager). (TRMM_ overview.html). Data TRMM ini mempunyai keunggulan, antara lain tersedia secara near real-time setiap tiga jam sekali, konsisten, daerah cakupan yang luas yaitu wilayah tropik, resolusi spasial yang cukup tinggi (0.25 x 0.25), dan dapat diakses secara gratis. Menurut Roswintiarti (2009) bahwa data TRMM sangat berpotensi untuk digunakan sebagai salah satu alternatif dalam memantau dan memprediksi curah hujan di Indonesia, dimana pola fluktuasi curah hujan dari TRMM dan dari stasiun meteorologi di Kabupaten Indramayu menggunakan data curah hujan bulanan selama tahun 1998 2004 relatif sama, dengan koefisien korelasinya (r) sebesar 0.807. Koreksi Geometrik Luas Baku Lahan Sawah Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zubaidah A. dan Dirgahayu D. (2011), diperoleh model estimasi curah hujan TRMM periode 8 harian Y = 0,592 X + 2,58; dimana Y adalah nilai estimasi curah hujan 8 harian dengan menggunakan data TRMM dan X adalah curah hujan 8 harian dari TRMM. Model ini dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pemantauan rawan banjir dan kekeringan lahan sawah di wilayah Indramayu dengan nilai korelasi sebesar r = 87,2% Nilai curah hujan sesudah dilakukan validasi dengan model tersebut memiliki nilai curah hujan yang mendekati nilai curah hujan di lapangan. Penelitian ini dilakukan pada bulan November dan Desember 2011 yang merupakan bulan dengan curah hujan tinggi untuk wilayah Jawa Timur dan Pulau Bali. Pemantauan banjir di samping menggunakan data penginderaan MODIS dan curah hujan dari TRMM juga dibutuhkan luas baku sawah dan peta administrasi wilayah Provinsi Jawa Timur dan Bali yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin)- Kementerian Pertanian. Metode yang digunakan adalah mengkombinasi antara Enhance Vegetation Index (EVI) yang sudah dilakukan masking awan dengan curah hujan pada periode yang sama menjadi tingkat rawan banjir dengan 5 (lima) kelas yaitu kelas tidak banjir, ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Langkah-langkah metode yang dilakukan seperti terlihat pada Gambar 1 berikut: Ektraksi Curah hujan (harian,8 harian) MODIS Terra Ekstrak reflektan Masking Awan EVI Terkoreksi Kroping Daerah Penelitian Skoring EVI TRMM Gridding 1 km Kalibrasi Curah Hujan Kroping Daerah Penelitian Skoring Curah Hujan Index Banjir Kelas Tingkat Rawan Banjir Peta Administrasi Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan Kejadian Banjir Lahan Sawah Data MODIS Terra 8 harian diakses melalui internet yang sudah terkoreksi sistematik, dilakukan koreksi geometrik menggunakan software Modis Tool dan ER Tabulasi Area dan Peta banjir Mapper, selanjutnya diekstrak nilai reflekstannya. Dari nilai reflekstan dihitung nilai EVI yang masih bercampur dengan awan, selanjutnya dilakukan pemisahan Jurnal Ilmiah WIDYA 79 Volume 1 Nomor 1 Mei-Juni 2013

awan/masking awan sehingga diperoleh nilai EVI yang sudah terkoreksi. Nilai EVI terkoreksi dilakukan pembobotan/skor Sumber: Dirgahayu dkk, 2011 berdasarkan tabel perhitungan skor pada tabel 1, yang merupakan hasil perhitungan skor EVI yang telah digunakan untuk model pemantauan banjir lahan sawah tahun 2011 (Dirgahayu D, dkk). Tabel 1. Skor EVI( Enhance Vegetation Index) Kelas EVI Skor EVI 1. 5 > 0,700 2. 15 0,626 0,699 3. 30 0,516 0,625 4. 45 0,405 0,515 5. 60 0,295 0,404 6. 75 0,184 0,294 7. 90 0,074 0,183 8. 100 < 0,074 Pengolahan data curah hujan TRMM yang dapat diakses melalui internet setiap 3 jam, di-ekstrak nilai curah hujannya dan diakumulasi menjadi periode harian, selanjutnya diakumulasi menjadi curah hujan 8 harian. Ukuran awal data curah hujan TRMM adalah 27 x 27 km, maka dilakukan ekstrapolasi dan downscaling curah hujan menjadi 1 x 1 km, dan kemudian dilakukan kalibrasi terhadap data lapangan menggunakan rumus sebagai berikut: CH=0.592*CH(TRMM)+2.58 (hasil kalibrasi TRMM dengan data lapangan). Sehingga diperoleh nilai curah hujan terkoreksi yang hasilnya mendekati curah hujan lapangan. Nilai curah hujan terkoreksi dilakukan pembobotan/ skor berdasarkan perhitungan skor pada tabel 2, yang merupakan hasil perhitungan skor curah hujan yang telah digunakan untuk model pemantauan banjir lahan sawah tahun 2011 (Dirgahayu D, dkk). Tabel 2. Skor Curah Hujan 8 Harian Kelas CH Skor Curah Hujan (mm) 1. 5 < 60 2. 15 61 75 3. 30 76 91 4. 45 92 107 5. 60 108 123 6. 75 124 138 7. 90 139 149 8. 100 150 Sumber: Dirgahayu dkk, 2011 Dalam penentuan banjir sawah sebelumnya dilakukan pembobotan indeks banjir dari faktor bobot curah hujan dan bobot EVI, dengan asumsi bahwa apabila curah hujan yang terjadi melebihi kebutuhan air tanaman maka akan berpotensi banjir. Metode overlay indeks terbobot untuk membuat zonasi rawan banjir dihitung dengan persamaan: Indeks = S(wi x skor indek).....(1) dimana: w : bobot faktor dan Sw = 1 Dalam penelitian ini faktor yang digunakan adalah indek curah hujan (CH) dan indek vegetasi (EVI), dengan bobot faktor CH adalah 2/3 dan faktor indek vegetasi adalah 1/3 sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut: Indeks Banjir = (w1 x CH skor) + (w2 x EVI skor)...(2) Tahap terakhir dilakukan klasifikasi tingkat rawan banjir di lahan sawah yang terdiri dari kelas tidak banjir, tingkat banjir ringan, banjir sedang, banjir berat, dan tingkat banjir sangat berat. Klasifikasi tersebut ditentukan berdasarkan nilai indeks banjir seperti pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Rawan Banjir Kelas Indeks Banjir Tidak banjir < 34 Ringan 35 48 Sedang 49 62 Berat 63 77 Sangat berat 78 100 Sumber: Dirgahayu dkk, 2011 PEMBAHASAN Distribusi Curah Hujan 8 Harian Bulan Nopember Desember 2011 Distribusi curah hujan spasial periode 8 harian pada bulan Nopember dan Desember 2011 di wilayah Propinsi Jawa Timur dan Bali dapat dilihat pada Gambar 2 (a) (g). Dari Gambar tersebut terlihat bahwa nilai curah hujan berkisar antara 0 hingga 200 mm untuk periode 8 harian, dengan pola distribusi yang cukup berbeda. Secara umum, curah hujan terlihat cukup tinggi yang memiliki nilai antara 150 200 mm/8 harian sudah terjadi pada periode ke I bulan Nopember 2011, yang terpantau di Kabupaten Pasuruan (Gambar 2a). Pada periode ke II tidak ditunjukkan adanya curah hujan tinggi (Gambar 2b). Selanjutnya pada periode ke III bulan Nopember Jurnal Ilmiah WIDYA 80 Volume 1 Nomor 1 Mei-Juni 2013

2011 terpantau di Kabupaten Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, dan sebagian Kabupaten Ngawi, Blitar, Kediri serta Malang (Gambar 2c). Sedangkan pada periode ke IV bulan November 2011 terdeteksi di sebagian Kabupaten Magetan, Madiun, dan Nganjuk (Gambar 2d). Curah hujan tinggi (150-200) mm/8 harian pada periode ke I bulan Desember 2011 hanya terpantau di sebagian kecil Kabupaten Nganjuk dan Jombang, dan untuk periode ke II bulan Desember 2011 terpantau di sebagian kecil Kabupaten Blitar. Pada periode ke III bulan Desember 2011 tidak terlihat adanya curah hujan yang tinggi (150 200) mm/8 harian. 76 100) untuk setiap periode paling banyak terpantau di wilayah tengah dan utara di Propinsi Jawa Timur antara lain di Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, Ngawi untuk bulan Nopember 2011. Skor EVI mulai berkurang pada bulan Desember 2011 dan namun masih terpantau di Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro. Di wilayah Pulau Bali bobot skor EVI tertinggi hanya ditunjukkan antara 61 76. Bobot skor EVI ini hanya berpengaruh 1/3 terhadap indeks rawan banjir. (a)tanggal 1 8 Nopember 2011 (b) Tanggal 9 16 Nopember 2011 a. Tanggal 1 8 Nopember 2011 b. Tanggal 9 16 Nopember 2011 (c) Tanggal 17 24 Nopember 2011 (d) Tanggal 25 Nopember 2 Desember 2011 c. Tanggal 17 24 Nopember 2011 d. Tanggal 25 Nopember 2 Desember 2011 (e) Tanggal 3 10 Desember 2011 (f) Tanggal 11 18 Desember 2011 e Tanggal 3 10 Desember 2011 f Tanggal 11 18 Desember 2011 Gambar 3. Skor EVI periode 8 harian bulan Nopember dan Desember 2011 g Tanggal 19 26 Desember 2011 Gambar 2. Nilai curah hujan periode 8 harian bulan Nopember dan Desember 2011 Distribusi Nilai Skor EVI Periode Bulan Nopember Desember 2011 Nilai Curah hujan 8 harian : Distribusi spasial skor EVI periode 8 harian bulan Nopember dan Desember 2011 dapat dilihat pada Gambar 3 (a) (g). Distribusi spasial skor EVI terbesar (antara Informasi Rawan Banjir Lahan Sawah di Provinsi Jawa Timur dan Bali Bulan November-Desember 2011 Dengan menggabungkan hasil skor curah hujan dan skor EVI dengan menggunakan persamaan (2) dan Tabel 3, diperoleh hasil pemantauan rawan banjir per periode 8 harian yang dapat dilihat pada Gambar 4 (a) (g). Tingginya curah hujan yang pada bulan November Desember 2011 menyebabkan terjadinya banjir di lahan sawah di beberapa lokasi di Provinsi Jawa Timur. Pada bulan November 2011 terjadi banjir berat/sangat Jurnal Ilmiah WIDYA 81 Volume 1 Nomor 1 Mei-Juni 2013

berat di Kabupaten Ngawi hingga mencapai 48.288 ha, selanjutnya di Kabupaten Nganjuk yang terdeteksi sampai 46.481 ha, dan di Kabupaten Madiun hingga mencapai 41.775 ha. Kemudian di Kabupaten Magetan, Ponorogo, Kediri, Tulungagung, dan Blitar kurang dari 34.000 ha. Sementara di Kabupaten Trenggalek, dan Jombang mencapai kurang dari 11.500 ha. Kabupaten Pacitan, Malang, Bojonegoro, Sidoarjo, dan Mojokerto masih diindikasikan adanya kejadian banjir berat/sangat berat kurang dari 2.000 ha. Kabupaten lainnya tidak diindikasikan adanya banjir berat/sangat berat. Adapun untuk kejadian banjir ringan/sedang ditunjukkan hampir di seluruh Kabupaten di Jawa Timur kecuali dika bupaten Madiun, Situbondo, Bondowoso dan Ponorogo. Banjir ringan/sedang terdeteksi paling luas di Kabupaten Bojonegoro hingga mencapai 57.656 ha, Pasuruan seluas 55.650 ha, Malang hingga mencapai 42.275 ha. Kabupaten Luas (x 1000Ha) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Banjir Ringan/Sedang Banjir Berat/Sangat berat Mojokerto, Kediri, Jombang, Blitar, Sidoarjo terjadi banjir ringan/sedang mencapai lebih dari 20.000 ha. Sementara di Kabupaten Lamongan dan Gresik hingga mencapai 15.394 ha dan 14.150 ha. Kabupaten lainnya yaitu Tulungagung, Nganjuk, Lumajang, Jember, Trenggalek, Probolinggo, Banyuwangi, Pacitan, Tuban, Ngawi, dan Magetan masih diindikasikan adanya banjir ringan/sedang kurang dari 4.000 ha. Wilayah P.Madura bulan Nopember 2011 tidak diindikasikan adanya banjir berat/sangat berat, namun terdeteksi banjir ringan/sedang di Kabupaten Sampang mencapai 856 ha, Pamekasan mencapai 238 ha, dan di Bangkalan hingga mencapai 31 ha. Sementara di P. Bali juga tidak diindikasikan adanya banjir berat/sangat berat akan tetapi masih diindikasikan adanya banjir ringan/sedang yaitu di Kabupaten Tabanan hingga mencapai 13 ha dan Kabupaten Gianyar mencapai 6 ha seperti terlihat pada Gambar 4 berikut: Pacitan Ponorogo Trenggal Tulungagung Blitar Kediri Malang lumajang jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto jombang nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekaran Sumenep Badung Bangli Buleleng Gianyar Jembrana Karangasem Klungkung Tabanan Banjir Lahan Sawah bulan November 2011 Kabupaten Gambar 4. Informasi Luas Banjir Lahan Sawah di Provinsi Jawa Timur dan Bali Bulan November 2011 Pada bulan Desember 2011 terjadi banjir berat/sangat berat terluas hingga mencapai 50.181 ha di Kabupaten Mojokerto, Sementara di Kabupaten Sidoarjo, Magetan, Provinsi Jawa Timur kecuali di Kabupaten Sidoarjo. Lokasi paling luas terjadi di Kabupaten Magetan hingga mencapai 59.063 ha, selanjutnya di Kabupaten dan Tulungagung, Pasuruan terdeteksi banjir berat/sangat Malang, Ngawi, Bojonegoro, Madiun, Trenggalek, Blitar, berat hingga mencapai lebih 37.000 ha selanjutnya di dan Situbondo hingga mencapai lebih dari 30.000 ha. Kabupaten Jombang, Probolinggo, Bojonegoro, dan Wilayah P.Madura bulan Desember 2011, tidak Trenggalek terdeteksi banjir berat/sangat berat hingga diindikasikan adanya banjir berat/sangat berat, namun mencapai kurang dari 22.250 ha. Selanjutnya di Kabupaten terdeteksi banjir ringan/sedang di Kabupaten Bangkalan Madiun, Tuban, Nganjuk, Ponorogo, Ngawi, Pacitan, Blitar, Dan Situbondo masih diindikasikan adanya banjir berat/sangat berat kurang dari 10.000 ha. Sementara untuk kejadian banjir ringan/sedang pada bulan Desember 2011 ini terjadi diseluruh lahan sawah yang berada di hingga mencapai 8.144 ha, dan Kabupaten Sampang mencapai 2.031 ha. Sementara di Pulau Bali tidak diindikasikan adanya banjir berat/sangat berat maupun banjir ringan/sedang seperti terlihat pada Gambar 5 berikut: Jurnal Ilmiah WIDYA 82 Volume 1 Nomor 1 Mei-Juni 2013

Luas (x 1000Ha) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Banjir Lahan Sawah bulan November 2011 Banjir Ringan/Sedang Banjir Berat/Sangat berat Pacitan Ponorogo Trenggal Tulungagung Blitar Kediri Malang lumajang jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto jombang nganjuk Madiun Kabupaten Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekaran Sumenep Badung Bangli Buleleng Gianyar Jembrana Karangasem Klungkung Tabanan Gambar 5. Luas Banjir Lahan Sawah di Provinsi Jawa Timur dan Bali Bulan Desember 2011 Secara umum, kejadian banjir berat/sangat berat di lahan sawah bulan November-Desember 2011 periode 8 harian, terbesar terpantau pada periode ke III dan ke IV bulan November 2011 yang diawali dari periode I terdeteksi banjir di Kabupaten Sidoarjo dan Pasuruan. Pada periode ke II dan ke IV terpantau di wilayah Jawa Timur bagian barat daya sekitar Kabupaten Ngawi, Magetan, Madiun, Ponorogo, Kediri, Nganjuk, dan Blitar. Selanjutnya bergeser ke tengah di sekitar Kabupaten Jombang pada periode awal Desember 2011. Pada periode ke II banjir berat masih terlihat di Kabupaten Tulungagung dan Blitar, sementara pada periode ke III bulan Desember mulai berkurang kembali terpantau di Kabupaten Jombang, Mojokerto dan Sidoarjo karena curah hujan yang mulai menurun di bulan Desember 2011. Informasi Tingkat Rawan Banjir lahan sawah di Provinsi Jawa Timur dan Bali ditunjukkan pada Gambar 6. (a) Periode 01 08 November 2011 (b) Periode 09 16 November 2011 (c) Periode 17 24 November 2011 (d) Periode 25 November 2 Desember 2011 (e) Periode 3 10 Desember 2011 (f) Periode 11 18 Desember 2011 (g) Periode 19 26 Desember 2011 Gambar 6. Informasi Tingkat Rawan Banjir Lahan Sawah di Provinsi Jawa Timur dan Bali Jurnal Ilmiah WIDYA 83 Volume 1 Nomor 1 Mei-Juni 2013

PENUTUP Kesimpulan 1. Kejadian banjir berat/sangat berat di lahan sawah bulan November Desember 2011 terbesar terpantau pada periode ke III dan ke IV bulan November 2011 di wilayah Jawa Timur sebelah barat daya. 2. Pada November dan Desember 2011 di P. Bali dan P. Madura tidak diindikasikan adanya banjir berat/sangat berat, namun terdeteksi banjir ringan/sedang di bulan November 2011 yang terpantau di P.Bali tepatnya di Kabupaten Tabanan, Gianyar, dan di P.Madura yaitu di Sampang, Pamekasan, dan Bangkalan. Sementara pada bulan Desember 2011 hanya terpantau di Kabupaten Bangkalan, Sampang. 3. Data MODIS kanal 1, 2, dan 3 dapat digunakan untuk pemantauan banjir lahan sawah. Saran-saran 1. Perlu adanya penelitian yang sama untuk kegiatan pemantauan banjir lahan sawah di lokasi lainnya. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai seberapa besar tingkat akurasi hasil pemantauan banjir di lahan sawah menggunakan data penginderaan Jauh MODIS. DAFTAR PUSTAKA Dirgahayu D., Evaluasi Kemampuan Data Modis untuk Klasifikasi Liputan Lahan Regional. Pertemuan Ilmiah Tahuan ke XIV. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya 14 15 September 2005. Roswintiarti R., Sofan P., Zubaidah A., 2009. Pemanfaatan Data TRMM dalam Mendukung Pemantauan dan Prediksi Curah Hujan Di Indonesia. Berita Inderaja. Bidang Penyajian Data. Pusat Data Pengideraan Jauh. Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional. Volume VIII. No.14 Juli 2009: Hal : 29. Zubaidah A., Dirgahayu D., 2011. Estimasi Curah Hujan Periode 8 harian/dasarian Menggunakan Data Penginderaan Jauh TRMM: Studi Kasus Wilayah Indramayu, Proceedings GEOSARNAS. Hal 423. Bogor. 12-13 September 2011 Zubaidah A., TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission), Updated: January 22, 2003 Zubaidah A., Overview TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission),. colostate.edu/crdc/datasets/trmm_overview.html Sumber Data TRMM, Jurnal Ilmiah WIDYA 84 Volume 1 Nomor 1 Mei-Juni 2013