PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA harga minyak DUNIA David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan davidf_silalahi@djk.esdm.go.id SARI Kecenderungan penurunan harga minyak mentah dunia turut mempengaruhi turunnya harga minyak mentah Indonesia (ICP). Penurunan nilai ICP yang signifikan sepanjang tahun 2015 terus berlanjut di tahun 2016. Tercatat nilai icp pada Januari 2016 sebesar 27,49 USD/barel, pada Februari 2016 icp naik sedikit menjadi 28,92 USD/barel. Penurunan icp menyebabkan turunnya harga minyak dan gas alam yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik, yang juga berdampak pada turunnya biaya produksi listrik. Dengan diterapkannya mekanisme tariff adjustment pada pelanggan non subsidi, yang mana icp menjadi salah satu komponen perhitungan, maka tarif listrik yang dibayarkan pelanggan juga turun mengikuti penurunan biaya produksi. Tarif listrik pelanggan non subsidi pada bulan Februari 2016 ditetapkan turun menjadi sebesar Rp. 959/kWh untuk pelanggan tegangan tinggi, Rp. 1.071/kWh untuk pelanggan tegangan menengah, dan Rp.1.392/kWh untuk pelanggan tegangan rendah. Tarif tersebut turun jika dibandingkan terhadap tarif pada Februari 2015 maupun terhadap tarif pada bulan Januari 2016. Kata kunci : minyak mentah, tarif listrik 1. PENDAhULUAN Sepanjang tahun 2010-2013 harga minyak mentah dunia bergerak fluktuatif dengan kecenderungan naik, disebabkan oleh peningkatan konsumsi minyak mentah dan faktor geopolitik di Timur Tengah. Pergerakan harga minyak mentah indonesia (Indonesian Crude Price/iCP) cenderung mengikuti pergerakan harga minyak mentah Brent. Selama periode 2010-2014, nilai rata-rata ICP bergerak fluktuatif yang sebelumnya mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, dari 79,4 USD/barel (2010), menjadi 111,6 USD/barel (2011) menjadi 112,7 USD/barel (2012) sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 mengalami penurunan masing-masing menjadi 105,9 USD/barel dan 96,5 USD/barel. Penurunan harga minyak mentah dunia dipengaruhi oleh tingginya pasokan minyak men- tah dunia saat ini terutama setelah amerika menerapkan kebijakan ekspor minyak mentahnya. Pada tahun 2015, realisasi icp sepanjang semester pertama tahun 2015 berada rata-rata 50 USD/barel dan sempat mencapai harga tertinggi sebesar 61,9 USD/barel pada bulan Mei. Namun perkembangan harga pada semester kedua pergerakan icp terus menunjukkan penurunan hingga di bawah 50 USD/ barel, sehingga icp rata-rata tahun 2015 tercatat hanya sebesar 49,71 USD/barel, lebih rendah daripada asumsi dalam apbnp tahun 2015 sebesar 60 USD/barel. Penurunan nilai icp terus berlanjut pada tahun 2016. Tercatat nilai icp pada Januari 2016 sebesar 27,49 USD/barel, pada Februa ri 2016 icp naik sedikit menjadi 28,92 USD/barel. angka ini jauh dibawah icp yang diasumsikan sebesar 50 USD/barel dalam apbn 2016 (Gambar 1). Penurunan nilai icp ini menyebabkan 55
gambar 1. Perkembangan nilai harga minyak mentah indonesia (icp) turunnya harga bahan bakar minyak dan gas alam yang digunakan PLN untuk pembang kit tenaga listriknya, penurunan ini berdampak pada turunnya biaya bahan bakar pembangkit listrik. Dengan adanya mekanisme tariff adjustment, dengan perubahan icp menjadi salah satu komponen perhitungan, maka tarif listrik yang dibayarkan pelanggan turun mengikuti penurunan biaya produksinya. Untuk itu perlu dipahami bagaimana dampak turunnya harga minyak mentah dunia terhadap tarif listrik. 2. PENgARUh NILAI ICP TERhADAP BIAyA PRoDUKSI LISTRIK 2.1. Porsi BBm dan gas dalam Bauran Energi PLN masih menggunakan BBM dan gas alam sebagai ener gi primer pembangkitnya. Porsi biaya BBM dan gas cukup signifikan dalam biaya bahan bakar pembangkit listrik. Pada tahun 2011, realisasi bauran BBM masih mencapai 23% dalam bauran energi pembang kit Gambar 2. Porsi BBM dan Gas dalam pembangkitan tenaga listrik 56
Tabel 1. Biaya BBM dan Gas dalam biaya bahan bakar pembangkit listrik Biaya Bahan Bakar dan Pelumas Bahan Bakar Minyak (HSD, MFO, ido) 2014 2015 (s.d TW-3) Rp. triliun % Rp. triliun % 73,2 43% 28,2 27% Gas alam 44,8 26% 37,1 36% Batubara 47,7 28% 33,9 33% Panas Bumi 4,3 3% 3,6 3% air 0,3 0,2% 0,3 0,2% Minyak Pelumas 0,3 0,2% 0,2 0,2% Total 170,5 100% 103,2 100% tenaga lis trik, kemudian pada tahun 2013 turun menjadi 15%, dan terus turun hingga 8,6% pada tahun 2015. Pemerintah terus berupaya untuk menurunkan porsi bauran BBM dalam pembangkitan tenaga listrik sebagai salah satu upaya menurunkan biaya produksi listrik. Bauran BBM ini turun dengan adanya diversifikasi pembangkit BBM menjadi pembangkit non BBM, salah satunya adalah pembangkit berbahan bakar gas PLTG/GU atau PLTMG. Peningkatan penggunaan gas alam dalam pembangkitan listrik secara perlahan meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 bauran gas masih sebesar 21%, namun pada tahun 2015 telah meningkat menjadi 24,9% (Gambar 2). 2.2. Porsi Biaya BBm dan gas Biaya bahan bakar BBM dan Gas mengambil porsi yang cukup besar dalam biaya bahan bakar pembangkit listrik yang dikeluarkan oleh PLN. Berdasarkan Laporan Keuangan PT PLN (Persero), pada tahun 2014 porsi biaya BBM mencapai 43% dari biaya bahan bakar PLN, sedangkan biaya gas alam mencapai 26%, sehingga total porsi BBM dan gas mencapai 69%. Pada tahun 2015, penurunan bauran BBM menyebabkan porsi biaya BBM turun menjadi 27%, sedangkan peningkatan bauran gas menyebabkan biaya gas meningkat men- jadi 36% (Tabel 1), sehingga total porsi BBM dan gas mencapai 63% dari total biaya bahan bakar. PLN membayarkan harga BBM maupun harga gas kepada pemasok dengan acuan nilai icp dalam formula perhitungannya. Dengan demikian, bahwa ketika terjadi perubahan nilai icp, maka harga BBM dan gas yang dibayarkan ikut berubah sehingga biaya produksi listrik pun ikut terkoreksi. 3. PENURUNAN TARIF LISTRIK 3.1. Jumlah Pelanggan PLN Saat ini pelanggan PLN seluruhnya berjumlah 60,8 juta pelanggan, yang diantaranya terdapat pelanggan non subsidi. Pelanggan non subsidi ini terdiri dari 12 golongan tarif, yaitu: (1) Rumah Tangga R-1/Tegangan rendah (TR) daya 1.300 Va; (2) Rumah Tangga R-1/ TR daya 2.200 Va; (3) Rumah Tangga R-2/ TR daya 3.500 Va s.d 5.500 Va; (4) Rumah Tangga R-3/TR daya 6.600 Va ke atas; (5) Bisnis B-2/TR daya 6.600Va s.d 200 kva; (6) Bisnis B-3/Tegangan Menengah (TM) daya di atas 200 kva; (7) industri i-3/tm daya di atas 200 kva; (8) industri i-4/tegangan Tinggi (TT) 57
Komposisi pelanggan PLN Komposisi konsumsi listrik Komposisi pendapatan 81% Non 19% 36% Non 64% 22% Non 78% gambar 3. Komposisi jumlah pelanggan, konsumsi listrik, dan pendapatan pelanggan non subsidi daya 30.000 kva ke atas; (9) Kantor Pemerintah P-1/TR daya 6.600 Va s.d 200 kva; (10) Kantor Pemerintah P-2/TM daya di atas 200 kva; (11) Penerangan Jalan Umum P-3/TR; dan (12) Layanan khusus TR/TM/TT. Pelanggan non subsidi mencapai 19% atau 11,3 juta dari total pelanggan PLN. Sebanyak 11,3 juta pelanggan non subsidi tersebut mengkonsumsi listrik sebesar 127,8 TWh atau 64% dari total konsumsi listrik seluruh pelanggan PLN (Gambar 3). Kontribusi terhadap pendapatan PLN sebesar Rp. 163,3 triliun atau sekitar 78% dari total pendapatan penjualan listrik PLN. Tidak semua pelanggan PLN mengalami penurunan tarif listrik. Pelanggan non subsidi ini lah yang merasakan penurunan tarif listrik, karena terhadapnya telah diterapkan mekanisme tarif adjustment. Sedangkan pelanggan yang masih disubsidi, tidak terjadi penurunan tarif listrik. Penerapan tariff adjustment merupakan salah satu upaya Pemerintah dalam mengendalikan subsidi listrik, untuk menjaga agar tarif listrik yang dibayarkan oleh pelanggan non subsidi tetap berada dalam level keekonomian. Keseimbangan kepentingan antara PLN dan pelanggan dapat terjaga, bahwa jika biaya produksi listrik naik, tarif yang dibayar pelanggan turut naik, namun jika biaya produksi listrik turun maka tarif yang dibayarkan juga turun. 3.2 mekanisme tariff adjustment Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No.31 Tahun 2014 bahwa perhitungan tariff adjustment terhadap tarif listrik mengacu pada perubahan 3 indikator makro ekonomi yaitu perubahan nilai kurs USD, inflasi, dan ICP dengan rumusan : % T a = % (K kurs x Kurs) + % (K icp x ICP) + % (K inflasi x Inflasi) dengan : = Tariff Adjustment T a K kurs = Koefisien Kurs USD, ΔKurs = perubahan Kurs USD, K inflasi = Koefisien Inflasi, ΔInflasi = perubahan Inflasi, K icp = Koefisien ICP, ΔICP = perubahan nilai icp Tarif listrik yang dibayar oleh pelanggan non subsidi turun mengikuti harga minyak mentah indonesia (icp). Berdasarkan perhitungan bia ya produksi listrik (BPP tenaga listrik) tahun 2016 (asumsi icp 50 USD/barrel), sensitivitas perubahan biaya produksi listrik setiap perubah an 1 USD/barrel akan menyebabkan perubahan biaya produksi sebesar 0,31%. artinya setiap penurunan nilai icp 1 USD/barel, maka biaya produksi listrik akan ikut turun sebesar 0,31%, dan tarif listrik akan turun dengan besaran yang setara. Namun demikian, penurunan tarif listrik (tariff adjustment) tidak 58
hanya disebabkan oleh penurunan nilai icp, namun perubahan nilai kurs USD dan inflasi turut berpengaruh sebagaimana ditetapkan dalam formula tarif adjustment. Perhitungan tarif listrik dengan mekanisme tariff adjustment menggunakan data dua bulan sebelumnya (lagging). Sebagai contoh, penetapan tariff adjustment bulan Februari 2016 dihitung dengan mengacu data realisasi icp Desember 2015. 3.3. Realisasi Tarif Tenaga Listrik Fluktuasi nilai icp sepanjang tahun 2015 hingga tahun 2016 menyebabkan tarif listrik mengalami fluktuasi. Meskipun nilai tukar Rupiah terhadap Dollar cenderung mengalami pelemahan, dan dampak inflasi yang relatif kecil, tariff adjustment, tarif listrik cenderung mengalami penurunan. Tarif listrik untuk pelanggan tegangan tinggi Februari 2016 ditetapkan sebesar Rp. 959/kWh (icp 35,47 USD/ barel), turun sebesar Rp.11/kWh dibandingkan Januari 2016 (Tarif Rp. 970/kWh; icp 41,44 USD/barel), turun sebesar Rp.34/kWh dibandingkan bulan Februari 2015 (Tarif Rp.993/ kwh; icp 59,56 USD/barel). Tarif listrik untuk pelanggan tegangan menengah sebesar Rp. 1.071/kWh (icp 35,47 USD/barel), turun se- besar Rp.13/kWh dibandingkan Januari 2016 (Tarif Rp. 1.084/kWh; icp 41,44 USD/barel), turun sebesar Rp.67/kWh dibandingkan bulan Februari 2015 (Tarif Rp. 1.138/kWh; icp 59,56 USD/barel). Tarif listrik untuk pelanggan tegang an rendah Rp. 1.392/kWh (icp 35,47 USD/barel), turun sebesar Rp.17/kWh dibandingkan Januari 2016 (Tarif Rp.1.409/kWh; icp 41,44 USD/barel), turun sebesar Rp.76/ kwh dibandingkan bulan Februari 2015 (Tarif Rp. 1.468/kWh; icp 59,56 USD/barel). Realisasi tarif terendah sepanjang tahun 2015 s.d Februari 2016 (Gambar 4). 4. PENUTUP Penurunan harga minyak dunia tidak secara langsung menyebabkan turunnya tarif listrik, namun berpengaruh pada turunnya nilai icp. Meskipun bagi sektor migas turunnya harga minyak bukan hal yang diharapkan, namun sebaliknya bagi sektor ketenagalistrikan. Dengan turunnya biaya produksi listrik, maka tarif listrik juga mengalami kecenderungan turun mengikuti pergerakan harga minyak mentah indonesia (icp) yang juga turun. Realisasi tarif listrik Rp/kWh USD/barel 1.800 1.600 1.400 1.496 1.468 1.427 1.466 1.515 1.524 1.548 1.547 1.523 1.507 1.533 1.509 1.409 1.392 140 120 1.200 1.159 1.138 1.105 1.136 1.193 1.201 1.219 1.218 1.200 1.187 1.207 1.189 1.084 1.071 100 1.000 800 600 400 200 1.012 75,39 993 59,56 1.064 1.070 1.087 1.086 1.069 1.058 1.076 1.060 965 992 970 959 61,86 57,58 59,40 54,32 53,66 51,82 45,30 46,68 42,81 43,13 41,44 35,47 Tarif TT Tarif TM Tarif TR ICP referensi 80 60 40 20 0 Jan '15 Feb '15 Mar '15 Apr '15 Mei '15 Jun '15 Jul '15 Ags '15 Sep '15 Okt '15 Nov '15 Des '15 Jan '16 Feb '16 0 gambar 4. Realisasi tarif listrik pelanggan non subsidi 59
yang cenderung turun ini, membuat pelanggan membayar tarif lebih murah, diharapkan dapat merangsang pertumbuhan konsumsi listrik terutama konsumsi listrik pelanggan industri/bisnis yang bersifat usaha produktif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, 2016, Laporan Penjualan Tenaga Listrik Tahun 2015 PT PLN (Persero); Direktorat Jenderal anggaran Kementerian Keuangan, 2016, Realisasi asumsi Dasar Ekonomi Makro apbnp 2015, http://www.anggaran.depkeu.go.id/content/publikasi/kajian%20dan%20artikel/realisasi%20asumsi%20makro%20 apbnp%202015.pdf, diakses 8 Maret 2016; Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun 2014 tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan oleh PT PLN (Persero); PT PLN (Persero), 2015, Laporan Keuangan Tahun 2014, http://www.pln.co.id/blog/lapor an-keuangan/, diakses 8 Maret 2016; PT PLN (Persero), 2015, Laporan Keuangan Triwulan iii Tahun 2015, http://www.pln. co.id/blog/laporan-keuangan/, diakses 8 Maret 2016; PT PLN (Persero), 2015, Penetapan Penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (Tariff adjusment) Januari 2015 Februari 2016, http:// www.pln.co.id/blog/tarif-tenaga-listrik/, diakses 8 Maret 2016; Direktorat Jenderal anggaran, Kementerian Ke uangan, 2015, Nota Keuangan dan ang garan Pendapatan dan Belanja Negara Ta 2016, http://www.anggaran.depkeu. go.id/dja/edef-konten-view.asp?id=1139, diakses 8 Maret 2016; 60