PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Diah Rina K. Seminar Dosen Fakultas Pertanian UMY 21 Mei 2016

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. rumah tangga. Menurut (Hanafie, 2010) ketahanan pangan bagi suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan di suatu daerah merupakan tanggung jawab pemerintah dan

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. Desa Bukik gadang. 2. Desa Tumpuak Tangah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. kesehatan, perbaikan ekonomi, penyediaan sandang, serta lapangan kerja. Kegiatan. adalah dengan meningkatkan ketahanan pangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk,

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)

KEGIATAN M-KRPL KABUPATEN BARRU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh : Drs. H. Apris, MM Wakil Ketua Komisi II/ Bidang Ekonomi DPRD Prov Sumbar Padang, 29 September 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN CIAMIS

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

DAYA DUKUNG PERTANIAN LAHAN KERING TERHADAP KETERSEDIAAN PANGAN DI PROVINSI NTT

PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

BUPATI MALUKU TENGGARA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017

URUSAN WAJIB KETAHANAN PANGAN KONDISI UMUM

Jalan Tol Ciawi No. 1 Kotak Pos 35 Bogor 16720

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pembangunan yang tengah dilakukan di Indonesia. Terbukti

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 1. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL)

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DESA PANGAN AMAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Ketahanan Pangan Masyarakat

Daftar Pertanyaan Wawancara

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN. OLEH : Dr. Ir. Gardjita Budi, M.Agr.St KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN CIAMIS

tokoh masyarakat. Estetika dan peningkatan pendapatan rumah tangga menjadi faktor pendorong RT lain untuk mereplikasi model.

PENGUATAN KOORDINASI DINAS/INSTANSI DALAM PEMANTAPAN KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 18/Permetan/HK.140/4/2015 TENTANG

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2. Wawancara dengan Pak Supriyadi, SP pada tanggal 17 Februari 2017.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 15/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG

VT.tBVV^ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TENTANG PERLINDUNGAN PANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Karena itu, sejak berdirinya Negara Republik Indonesia, UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa Negara wajib menjalankan kedaulatan pangan (hak rakyat atas pangan) dan mengupayakan terpenuhinya kebutuhan pangan bagi penduduk. Kewajiban yang dimaksud mencakup ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang. Untuk bisa melaksananakan kewajiban tersebut secara efektif maka negara wajib menguasai sumber daya alam untuk digunakan sebesar besarnya bagi kemakmuran rakyat (UUD 1945 pasal 33 ayat 3). Ketahanan pangan, menurut Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan, adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Dari pengertian tersebut, tersirat bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus lebih dipahami sebagai pemenuhan kondisi kondisi : (1) terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, dengan pengertian ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan dan memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, vitamin dan mineral serta turunan, yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia; (2) terpenuhinya pangan dengan kondisi aman, diartikan bebas dari pencemaran biologis, kimia, dan benda lain yang lain dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman untuk kaidah agama; (3) t erpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diart ikan bahwa distribusi pangan harus mendukung tersedianya pangan pada setiap saat dan merata di seluruh tanah air; dan (4) terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, yang diartikan bahwa pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.

World Food Summit (1996) dalam Zahro (2012) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai berikut : Ketahanan Pangan terjadi apabila semua orang secara terus menerus baik secara fisik, sosial, dan ekonomi mempunyai akses untuk pangan yang memadai atau cukup bergizi, dan aman yang memenuhi kebutuhan pangan mereka dan pilihan makanan untuk aktif dan sehat. Ketahanan pangan akan terwujud apabila secara umum telah terpenuhi dua aspek sekaligus. Pertama adalah tersedianya pangan yang cukup dan merata untuk seluruh penduduk. Kedua, setiap penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi kecukupan gizi guna menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari. Ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga merupakan landasan bagi ketahanan pangan masyarakat, yang selanjutnya menjadi pilar ketahanan pangan daerah dan nasional. Berdasarkan pemahaman tersebut maka salah satu prioritas utama pembangunan ketahanan pangan adalah memberdayakan masyarakat, agar mampu menanggulangi masalah pangannya secara mandiri, serta mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga secara berkelanjutan ( Nurmala dkk, 2012 : 63). Pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010, Presiden Republik Indonesia menyatakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Salah satu satu sumber daya yang belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah lahan pekarangan. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Awal tahun 2011, Kementrian Pertanian merancang sebuah program yang dinamakan Kawasan Rumah Pangan Lestari disingkat KRPL. Prinsipnya adalah penataan pekarangan dengan mengusahakan berbagai jenis tanaman pangan, sayuran, buah buahan, tanaman rempah dan obat, maupun ternak dan ikan. Hal ini berpatokan kepada potensi luas lahan pekarangan yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal yang luasnya di seluruh tanah air mencapai 10,3 juta ha. Selanjutnya Badan Litbang menyusun program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (BPTP Sumbar, 2013:1).

Dewasa ini, banyak berbagai program pembangunan yang menggunakan kelompok sebagai media aktivitas untuk mencapai tujuan. Salah satunya adalah konsep kawasan rumah pangan lestari dibangun dalam suatu kawasan dusun, desa, kecamatan, dan sebagainya dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, gizi keluarga, dan mengurangi konsumsi. KRPL dirancang untuk dilaksanakan oleh wanita yang terbentuk dalam suatu kelompok yang dinamakan kelompok wanita tani. Banyak kelompok wanita tani yang bisa berkembang secara kualitas dengan berbagai kegiatan untuk menerapkan konsep KRPL, namun banyak juga kelompok wanita tani yang tidak berkembang dalam menerapkan konsep KRPL. Dengan demikian, untuk mengetahui sejauh mana kinerja penerapan konsep KRPL pada kelompok wanita tani, maka perlu diperhatikan dinamika kelompok wanita tani. Menurut Danim (2012:144) dinamika kelompok diartikan sebagai kondisi dinamis yang tercipta atau diciptakan oleh sekelompok atau lebih manusia organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. B. Rumusan Masalah Sumatera Barat menerapkan model KRPL sejak akhir tahun 2011 pada tiga lokasi kota, yaitu Kelurahan Tarantang Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang, Kelurahan Payobasung Kota Payakumbuh dan Kelurahan Talawi Mudiak Kota Sawahlunto yang diluncurkan oleh Menteri Pertanian tanggal 17 Desember 2011. Sesuai dengan kebijakan Badan Litbang Pertanian, tahun 2012 model KRPL diperluas ke semua BPTP di Indonesia termasuk Sumatera barat (BPTP Sumbar, 2012 : 2). Kota Padang Panjang merupakan salah satu yang menerapkan KRPL sejak tahun 2013. Terdapat sepuluh kelompok wanita tani di tahun 2013 yang melaksanakan program KRPL (lampiran 1). Tiap kelompok beranggotakan minimal 30 rumah tangga yang lokasinya saling berdekatan dalam satu kawasan. Pada tiap kelompok dilakukan sosialisasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan oleh penyuluh pendamping dengan metode sekolah lapangan (SL), setiap kelompok mengembangkan kebun bibit kelompok, mengembangkan pekarangan milik anggota kelompok, dan harus membina minimal satu sekolah untuk

mengembangkan kebun sekolah dengan tanaman sayuran, buah umbi umbian, unggas/ ternak kecil/ ikan (Juknis P2KP :9). Konsep kawasan rumah pangan lestari merupakan program pemerintah melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan pemberdayaan wanita tani. Pendekatan pengembangan ini dilakukan dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan, antara lain dengan memanfaatkan pekarangan, membangun kebun bibit, mengutamakan sumberdaya pangan lokal, membuat demplot, dan pemanfaatan kebun sekolah. Akan tetapi pada kondisi saat ini, pemanfaatan pekarangan masih belum sepenuhnya optimal. Hal ini dapat dilihat pada laporan kegiatan kawasan rumah pangan lestari Kota Padang Panjang tahun 2013, yang menyatakan bahwa secara umum terdapat variasi kegiatan yang terjadi di kelompok wanita tani misalnya dalam hal pertemuan anggota, pengembangan pekarangan anggota, kegiatan pengembangan kebun sekolah, pengembangan demplot, pengolahan pangan B2SA dan pengembangan kebun bibit. Variasi kegiatan ini nantinya akan mempengaruhi anggota dalam bekerjasama dan berusaha untuk mencapai tujuan. Dalam mencapai tujuan, kelompok memperlihatkan dinamika yang tercermin dari aktivitas kelompok dan tingkah laku anggota kelompok (Santosa dalam Hafinuddin dkk, 2013 : 94). Kedinamisan kelompok tani akan mempengaruhi kinerja kelompok tani (Indrawati et al, 2008). Mulyandri (2001) dalam Lestari (2011 : 31) mengemukakan bahwa terdapat faktor faktor yang diduga dapat mempengaruhi dinamika kelompok tani. Menurut Hariadi (2011: 5) faktor yang dapat berpengaruh antara lain motivasi kerja anggota, keyakinan diri, sikap anggota, kohesi anggota, interaksi anggota, norma kelompok, gaya kepemimpinan, penyuluhan pertanian dan pembinaan oleh pamong desa. Menurut Huraerah dan Purwanto (2006) dalam Hafinuddin, dkk (2013 : 94 ) dinamika kelompok terwujud karena adanya interaksi antar anggota yang dinamis yang mempengaruhi individu sehingga menimbulkan gerak atau kekuatan dalam kelompok. Gerak atau kekuatan inilah yang dapat menimbulkan perubahan dalam tata hidup kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Dengan adanya dinamika kelompok yang baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja kelompok wanita tani dapat mencapai keberhasilan dalam penerapan konsep kawasan rumah pangan lestari.

Dari rumusan masalah diatas maka munculah pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Sejauh apa kinerja kelompok wanita tani dalam penerapan konsep kawasan rumah pangan lestari di Kota Padang Panjang? 2. Bagaimana dinamika kelompok pada kelompok wanita tani pelaksana konsep kawasan rumah pangan lestari yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan kelompok wanita tani? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti memberi judul penelitian ini dengan Studi Komparatif Dinamika Kelompok Wanita tani Pelaksana Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kota Padang Panjang. C. Tujuan Penelitian Dari uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Mengukur keberhasilan kelompok wanita tani dalam penerapan konsep kawasan rumah pangan lestari di Kota Padang Panjang 2. Membandingkan dinamika kelompok antara kelompok wanita tani berhasil dan kurang berhasil dalam menerapkan kawasan rumah pangan lestari. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Memberikan gambaran tentang keberhasilan penerapan program dan sebagai pedoman untuk memilih kelompok yang tepat untuk menentukan kelompok sasaran. 2. Menjadi sumber literatur dan perbandingan dalam penelitian yang akan dilakukan selanjutnya