BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ke pasien, operator ke lingkungan dan lingkungan ke pasien (Infection Control

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat. Kebutuhan akan perawatan ortodonti saat ini meningkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. periodontal terdahulu dicapai dengan adanya instrumen tangan (sickle, curret, chisel,

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang

PETUNJUK OPERASIONAL PENGGUNAAN DENTAL UNIT GNATUS

3.2.1 Alat dan Teknik Scaling Alat/instrument periodontal yang dibutuhkan dalam perawatan scaling umumnya terdiri dari 3 bagian, yakni handle

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak dapat berkalsifikasi menjadi kalkulus atau tartar. Plak dapat terlihat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar selama atau sesudah perawatan endodontik. Infeksi sekunder biasanya

PERBEDAAN EFEKTIFITAS OBAT KUMUR HERBAL DAN NON HERBAL TERHADAP AKUMULASI PLAK DI DALAM RONGGA MULUT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia.

BAB 2 DESKRIPSI SIKAT GIGI ELEKTRIK. Secara umum sikat gigi elektrik telah dikenal lebih efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. daripada kemampuan pendengaran telinga manusia yaitu diatas Hz. Gelombang

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dentin kemudian ke pulpa (Tarigan, 2013). Penyakit karies dapat

Tabel 3. Jumlah angka kuman dan. jumlah kunjungan pasien. Tabel 4. Jumlah angka kuman dan. jumlah kunjungan pasien

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ilmu mikrobiologi, lidah menjadi tempat tinggal utama bagi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari seperti makan, minum, bicara dan bersosialisasi. Kesehatan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah pasien. Pengambilan sampel angka kuman udara dilakukan dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah suatu penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mulut merupakan bagian dari kesejahteraan umum manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. ultrasonik digunakan sebagai dasar ultrasonic scaler (Newman dkk.,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dari kesehatan umum (Ramadhan dkk, 2016). Kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat kumur saat ini sedang berkembang di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

STERILISASI & DESINFEKSI

Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sisa makanan atau plak yang menempel pada gigi. Hal ini menyebabkan sebagian

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Klinik Gigi dan Mulut merupakan tempat bagi pasien untuk mendapatkan perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang terlibat adalah dokter gigi (operator), perawat, pasien, dan pekerja lainnya. Pada klinik gigi dan mulut terdapat beberapa dental unit yang digunakan untuk keperluan perawatan gigi dan mulut pasien. Dental unit terdiri dari kursi operator, kursi pasien dan pegangannya, lampu, tempat kumur, meja instrumen, saliva ejector (suction), high speed handpiece, low speed handpiece, air-water syringe, dan ultrasonic scaler (Szymańska, 2007). Setiap dental unit memiliki potensi sebagai perantara dalam proses infeksi silang sehingga dokter gigi maupun pasien memiliki risiko tinggi terhadap paparan infeksi silang (Guida et al., 2012). Infeksi silang merupakan transmisi agen infeksi antara pasien dengan staf dalam lingkungan klinis. Infeksi ini dapat bertransmisi melalui kontaminasi instrumen dengan proses sterilisasi yang tidak tepat dan berpotensi dalam pembentukan aerosol (Samaranayake, 2012). Sebagian besar prosedur perawatan gigi memiliki potensi untuk menciptakan kontaminasi aerosol. Dokter gigi menggunakan instrumen yang memproduksi aerosol seperti high speed handpiece, ultrasonic scaler, polishing cups, dan air-water syringe yang digunakan di dalam rongga mulut pasien dengan berbagai mikroorganisme yang berasal dari saliva, 1

2 darah, dan plak gigi (Bennett et al., 2000; Szymańska, 2007; Miller dan Palenik, 2010; Brookman, 2013; Kaur et al., 2013; Singh et al., 2014). Aerosol merupakan partikel padat atau cair yang berada di udara dengan diameter kecil dari 50 µm (Brookman, 2013; Harrel dan Molinari, 2004; Singh et al., 2014; Acharya et al., 2010; Pina-Vaz et al., 2008; Kaur et al., 2013; Freeman, 2013; Miller dan Palenik, 2010; Samaranayake, 2012). Aerosol terbentuk ketika alat dengan tenaga tinggi memerlukan tekanan udara dan semprotan air untuk bekerja secara efektif (Freeman, 2013; Acharya et al., 2010; Monteiro et al., 2013). Menurut Freeman (2013), semprotan air berfungsi sebagai pendingin agar gigi tidak mengalami kerusakan. Semprotan air tersebut tidak berbahaya, namun jika digabungkan dengan cairan dari dalam rongga mulut pasien, maka dapat menyebabkan risiko kesehatan bagi staf atau pasien (Freeman, 2013). Cairan di dalam rongga mulut seperti saliva mengandung partikel kecil tak terlihat (dental aerosol) yang terdiri dari berbagai mikroorganisme (Miller dan Palenik, 2010). Instrumen bertenaga tinggi yang dapat memproduksi aerosol adalah high speed handpiece, ultrasonic scaler, polishing cup, dan air-water syringe (Swaminathan et al., 2013; Pina-Vaz et al., 2008; Kaur et al., 2013; Miller dan Palenik, 2010; Dintakurti dan Sudheep, 2010). Scaling (skeling) merupakan tindakan pembuangan seluruh deposit, kalkulus supragingiva, kalkulus subgingiva, plak, dan stain dari permukaan gigi (Eley et al., 2010; Heasman, 2003). Instrumen yang dapat digunakan saat skeling adalah hand instrument, sonic scaler, dan ultrasonic scaler (Carranza, 2012). Ultrasonic scaler merupakan instrumen bertenaga tinggi dalam bentuk getaran berfrekuensi tinggi

3 (ultrasonic) sehingga ujung scaler dapat bergetar antara 18.000-50.000 Hz (Carranza, 2012; Heasman, 2003). Menurut Freeman (2013) dan Pina-Vaz et al. (2008), ultrasonic scaler merupakan salah satu sumber kontaminasi aerosol yang utama dan terbesar dalam prosedur perawatan gigi. Aerosol tersebut berasal dari darah, saliva, debris gigi, plak gigi, kalkulus, dan material restoratif yang dihasilkan oleh ultrasonic scaler ketika digunakan dengan semprotan air (Sawhney et al., 2015; Dintakurti dan Sudheep, 2010; Acharya et al., 2010). Bennett et al, Leggat dan Kedjarune, dan Harrel et al dalam Szymańska (2007) juga menyebutkan bahwa aerosol paling intensif terjadi selama perawatan gigi menggunakan ujung (tip) pada ultrasonic scaler. Bakteri yang dapat ditransmisikan melalui aerosol adalah Staphylococcus aureus, Meticillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Corynebacterium diphtheriae, Bordetella pertusis, Legionella pneumophila dan Mycobacterium tuberculosis (John, 2000; Freeman, 2013; Carranza, 2012; Sawhney et al., 2015). Mikitka et al dalam Sawhney et al (2015) menyatakan bahwa prevalensi penyakit pernapasan pada dokter gigi sangat tinggi. Hal ini diakibatkan karena bakteri aerosol tetap dapat berada di udara untuk jangka waktu yang lama dan terhirup masuk ke dalam paru-paru individu yang rentan serta aerosol dapat mengapung di udara untuk beberapa waktu sebelum dihirup oleh dokter gigi atau pasien (John, 2000; Sawhney et al., 2015). Penggunaan obat kumur sebelum tindakan skeling ultrasonik merupakan salah satu cara dalam mengurangi kontaminasi aerosol (Harrel dan Molinari, 2004;

4 Miller dan Palenik, 2010). Klorheksidin glukonat (0,1-0,2%), essential oil, dan povidon iodin sebagai obat kumur antiseptik pre prosedural dapat mengurangi mikroba di dalam rongga mulut yang berkaitan dengan pengurangan jumlah patogen airborne (Samaranayake, 2012). Samaranayake (2012) juga menyatakan bahwa berkumur sebelum prosedur perawatan gigi dengan produk antimikrobial dapat mengurangi tingkat mikroorganisme oral pada aerosol dan spatter yang dihasilkan selama prosedur dengan menggunakan rotary instrument seperti ultrasonic scaler atau handpiece. Klorheksidin merupakan antiseptik bisbiguanid yang tersedia dalam tiga bentuk yaitu garam diglukonat, asetat, dan asam klorida (Lang dan Lindhe, 2008). Klorheksidin merupakan antiseptik yang efektif digunakan untuk bakteri bebas yang terdapat pada saliva dan membran mukosa rongga mulut (Harrel dan Molinari, 2004). Sebagai agen antimikrobial, klorheksidin efektif secara in vitro melawan bakteri gram positif dan negatif, bakteri fakultatif aerob dan anaerob, ragi dan fungi. Aksi antibakterial tersebut berhubungan dengan peningkatan permeabilitas membran sel yang diikuti dengan koagulasi dari makromolekul sitoplasmik (Eley et al., 2010). Klorheksidin diglukonat (1:6-Di 4 -klorofenil-diguanid-heksan) merupakan obat antimikrobial sintetis yang banyak digunakan sebagai antiseptik spektrum luas di kedokteran gigi dan hewan sejak tahun 1953 (Eley et al., 2010; Lang dan Lindhe, 2008). Menurut Logothetis dan Jean dalam Kaur et al (2013), klorheksidin glukonat lebih efektif dibandingkan dengan larutan lain dalam mengurangi bakteri aerosol.

5 Sehubungan dengan uraian di atas, skeling ultrasonik merupakan salah satu tindakan yang wajib dilakukan oleh mahasiswa tingkat profesi sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi tingkat profesi. Klinik Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Andalas (Unand) merupakan tempat bagi mahasiswa tingkat profesi untuk melakukan tindakan skeling ultrasonik. Tindakan skeling ultrasonik memerlukan instrumen bertenaga tinggi yang berpotensi dalam memproduksi aerosol seperti ultrasonic scaler. Produksi bakteri aerosol yang terbentuk melalui tindakan skeling ultrasonik dapat direduksi dengan penggunaan obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% sebelum tindakan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan jumlah bakteri aerosol menggunakan dan tanpa menggunakan obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% sebelum skeling ultrasonik di Klinik Gigi dan Mulut FKG Unand. Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok sampel yaitu kelompok yang berkumur menggunakan obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% dan kelompok yang berkumur menggunakan aquades. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perbandingan jumlah bakteri aerosol menggunakan dan tanpa menggunakan obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% sebelum skeling ultrasonik di Klinik Gigi dan Mulut FKG Unand? 2. Apakah terdapat perbedaan jumlah bakteri aerosol menggunakan dan tanpa menggunakan obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% sebelum skeling ultrasonik di Klinik Gigi dan Mulut FKG Unand?

6 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah bakteri aerosol menggunakan dan tanpa menggunakan obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% sebelum skeling ultrasonik di Klinik Gigi dan Mulut FKG Unand. 1.3.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui perbandingan jumlah bakteri aerosol menggunakan dan tanpa menggunakan obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% sebelum skeling ultrasonik di Klinik Gigi dan Mulut FKG Unand. 2. Mengetahui perbedaan jumlah bakteri aerosol menggunakan dan tanpa menggunakan obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% sebelum skeling ultrasonik di Klinik Gigi dan Mulut FKG Unand. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti 1. Peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian kesehatan. 2. Peneliti dapat menerapkan ilmu yang telah dimiliki selama belajar di FKG Unand.

7 3. Peneliti dapat mengetahui bahaya kontaminasi bakteri aerosol sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dengan cara menjalankan prosedur kontrol infeksi dengan tepat. 1.4.2. Bagi Dokter Gigi (Operator) 1. Dokter gigi (operator) dapat mengaplikasikan obat kumur pre prosedural sebelum tindakan skeling ultrasonik untuk mengurangi kontaminasi aerosol selama skeling ultrasonik. 2. Dokter gigi (operator) dapat melakukan prosedur profilaksis sebelum prosedur perawatan gigi dan mulut menggunakan instrumen bertenaga tinggi dengan tujuan untuk memutus rantai infeksi silang antara pasien dengan dokter gigi (operator). 1.4.3. Bagi Klinik Gigi dan Mulut 1. Sebagai referensi untuk membuat sentral sterilisasi yang bekerja dengan baik dan sesuai standar kontrol infeksi di Klinik Gigi dan Mulut FKG Unand. 2. Sebagai referensi untuk peningkatan kontrol infeksi di lingkungan Klinik Gigi dan Mulut FKG Unand. 1.4.4. Bagi Perguruan Tinggi 1. Sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan jumlah bakteri aerosol dan prosedur perawatan gigi menggunakan instrumen bertenaga dan berkecepatan tinggi.

8 2. Merealisasikan fungsi perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat di bidang kesehatan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental mengenai perbedaan jumlah bakteri aerosol menggunakan dan tanpa menggunakan obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% sebelum skeling ultrasonik di Klinik Gigi dan Mulut FKG Unand. Penelitian ini dilakukan di ruang Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Klinik Gigi dan Mulut FKG Unand pada dua kelompok sampel. Perhitungan jumlah bakteri aerosol secara mikrobiologis dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Sumatera Barat.