PROSIDING INOVASI PGSD Volume 1 Edisi 1 November 2017 e-issn: 2599-0780 PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA POKOK BAHASAN FPB DAN KPK DI SEKOLAH DASAR NEGERI CIBARUSAH KOTA 01 CIBARUSAH-BEKASI. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Buana Perjuangan, Karawang yayan.alpian@ubpkarawang.ac.id.aang.solahudin@ubpkarawang.ac.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa Pada Pokok Bahasan FPB dan KPK di Sekolah Dasar Negeri Cibarusah Kota 01 Cibarusah-Bekasi. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Model penelitian ini merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam melakukan kegiatan, perbaikan, penyesuaian, dan pembaharuan. Bentuk penelitiannya adalah dengan menggunakan model siklus yang dilakukan sebanyak tiga kali tindakan. Prosedur pelaksanaan yang digunakan mengacu pada model Taggart dimana pada setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, baik kinerja guru maupun kualitas pembelajaran siswa. Terbukti dengan nilai rata-rata persiklusnya dengan nilai rata-rata pada siklus pertama 55, nilai rata-rata siklus kedua 61,67, nilai rata-rata siklus ketiga 72. Guru mampu meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan FPB dan KPK yang dilaksanakan di SDN Cibarusah Kota 01 Cibarusah-Bekasi ini terlihat pada proses pembelajaran pada setiap siklusnya, yaitu minat belajar siswa lebih aktif, meningkat, termotivasi, serta hasil belajar yang memuaskan. Keyword: Metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw, FPB dan KPK Abstract: This research intent to know student grasp step-up On Subject FPB'S Discussion and KPK at Cibarusah's Country Elementary School City 01 Cibarusah Bekasi. Method that is utilized is observational action braze. This observational model constitute action that did by someone in does activity, fixed up, fitting, and update. Its research form is by use of cycle model that is done as much thrice action. Procedure performing that utilizing to point on Taggart's model where on each cycle it consisting of four phases, which is planning, performing, observation, and reflection. This observational result points out that implement methodics Cooperative Learning Type Jigsaw can increase mathematics learning quality, well teacher performance and also student learning quality. Evident with persiklusnya's average value with average value on first cycle 55, cycle average value both of 61,67, drd cycle average value 72. Teacher can increase active ala student involvement up to learning process happens. In this research gets to be concluded that method Cooperative Learning Type Jigsaw evident gets to increase student grasp in mathematics learning on subject FPB'S discussion and KPK which is performed at SDN Cibarusah City 01 Cibarusah Bekasi this appears on learning process on each its cycle, which is more student studying yen active, worked up, motivated, and studying result that satisfies. keyword: Cooperative Learning's method Jigsaw's Type, FPB and KPK 215
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini guru dengan sadar merencanakan kegiatan-kegiatan pengajaran sistematik dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep pada pemahaman. Upaya peningkatan prestasi belajar siswa, tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membantu pembelajaran jadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan tipe pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. Dalam pencapaian materi, biasanya metode yang digunakan klasikal atau konvensional. Dimana peserta didik hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan sehingga suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif dan berakibat siswa menjadi pasif. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai metode pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Menurut Sugiyanto (2010: 37) mengatakan bahwa pembelajaran cooperative learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam pembelajaran cooperative, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu peserta didik dalam suatu 216
kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Metode cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang berbentuk kontekstual. Model cooperative learning lebih menekankan pada model pembelajaran yang bersifat kerja sama/kelompok, dimana peserta didik bersama-sama memecahkan masalah-masalah yang dihadapi pada proses belajar agar mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran cooperative berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran cooperative adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Sugiyanto, 2010). Model pembelajaran cooperative memanfaatkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi. Pembelajaran cooperative memiliki dampak yang sangat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. Pembelajaran di sekolah yang melibatkan peserta didik dengan guru akan melahirkan nilai yang akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat. Pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (cooperative) akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Dan seyogianya para pengajar/guru mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari dampaknya terhadap peserta didik. Model pembelajaran cooperative learning harus sering digunakan karena suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih terdorong dalam belajar dan berpikir kritis. Berdasarkan temuan di lapangan, proses pembelajaran di sekolah kurang meningkatkan kreatifitas siswa, terutama dalam pembelajaran matematika. Masih adanya guru yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan belajar dikelas. Selain itu, masih ditemukan adanya guru dalam penyampaian materi terikat pada buku paket, belum optimalnya menggunakan metode-metode pembelajaran sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh guru. Salah satu upaya peningkatan prestasi belajar siswa pada pembalajaran matematika pokok bahasan FPB dan KPK yaitu dengan menggunakan metode Cooperative. 217
Dalam mata pelajaran matematika terdapat materi pokok tentang Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dan Faktor Persekutuan Terkecil (KPK). Sulesno Nugroho menyatakan FPB adalah faktor persekutuan terbesar yang diperoleh dari hasil perkalian faktor prima yang sama dengan pangkat terendah. Sedangkan KPK adalah kelipatan persekutuan terkecil yang diperoleh dari hasil perkalian semua faktor prima yang sama dengan pangkat terendah. (Nugroho, S. 2007: 39) Pada model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk peserta didik yang beranggotakan peserta didik dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Sedangkan kelompok ahli merupakan kelompok peserta didik yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami materi tertentu yang diberikan oleh guru dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan materinya untuk kemudian dijelaskan pada anggota kelompok asal. Metode pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas. Teknik mengajar jigsaw dikembangkan sebagai metode cooperative learning. Tipe ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Menurut Arends yang dikutip oleh Sofan Amri dan Iif Khoeru Ahmadi (2010: 94) menerangkan bahwa pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran cooperative yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Kelompok Ahli 218
Gambar. 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw Keunggulan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap menyampaikan materi tersebut kepada anggota yang lain, meningkatkan kerja sama dalam menyelesaikan dan mempelajari materi yang ditugaskan. motivasi, tindakan dll. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Negeri Cibarusah Kota 01 Cibarusah Bekasi tahun Ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 215 siswa. Adapun sampel penelitiannya adalah siswa kelas V berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan (action research). Karena ruang lingkupnya kelas, penelitian ini dikatagorikan ke dalam penelitian tindakan kelas (classroom action research). Model penelitian ini merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam melakukan kegiatan, perbaikan, penyesuaian, dan pembaharuan. Sedangkan pendekatannya menggunakan kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, Gambar 1 Bagan Alur Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis Taggart HASIL DAN PEMBAHASAN Pada siklus pertama hasil tes siswa memperoleh nilai 70 sebanyak 3 orang (10%), siswa yang memperoleh nilai 60 sebanyak 10 orang (33,33%). siswa yang memperoleh nilai 50 sebanyak 16 orang (53,34%), siswa yang memperoleh nilai 40 sebanyak 1 orang (3,33%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai tertinggi 70 dan nilai 219
terendah 40, dengan nilai rata-rata yang diperoleh seluruh siswa 55. Hal ini, menunjukan kegiatan pembelajaran kurang efektif dan tidak mencapai standar yang diharapkan berdasarkan ketuntasan minimal 60 dan kriteria rata-rata 65. Maka perlu adanya pelaksanaaan pada siklus kedua. Pada siklus kedua hasil tes siswa memperoleh nilai 80 sebanyak 1 orang (3,33%), siswa yang memperoleh nilai 70 sebanyak 8 orang (26,67%), siswa memperoleh nilai 60 sebanyak 16 orang (53,33%), siswa memperoleh nilai 50 sebanyak 5 orang (16,67%). Nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 50. Setelah melakukan pengamatan pada siklus kedua, pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan cooperative learning tipe jigsaw sudah menunjukan kemajuan, terbukti dengan data peningkatan rata-rata hasil tes pada siklus kedua sebesar 61,67. Hal ini, menunjukan kegiatan pembelajaran masih kurang efektif dan tidak mencapai standar yang diharapkan berdasarkan ketuntasan minimal 60 dan kriteria rata-rata 65. Maka perlu adanya pelaksanaaan pada siklus ketiga. Pada siklus ketiga hasil tes siswa memperoleh nilai 90 sebanyak 1 orang (3,33%), siswa yang memperoleh nilai 80 sebanyak 10 orang (33,33%), siswa memperoleh nilai 70 sebanyak 13 orang (43,34%), siswa memperoleh nilai 60 sebanyak 6 orang (20%). Nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60. Setelah melakukan pengamatan pada siklus ketiga, pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan cooperative learning tipe jigsaw sudah sangat memuaskan. Data di atas menunjukan tingkat pemahaman siswa mengenai materi yang diajarkan mengalami peningkatan yang signifikan, secara umum semua siswa sudah menguasai materi yang diajarkan. Guru sudah melakukan perannya sebagai mediator maupun sebagai fasilitator, terbukti dengan data peningkatan rata-rata hasil tes pada ketiga sebesar 72. Dalam pembahasan ini akan membahas mengenai pembelajaran matematika pokok pokok bahasan FPB dan KPK dengan menggunakan metode jigsaw. 1. Pembelajaran matematika dengan metode jigsaw. Penerapan pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw di kelas V SDN 220
Cibarusah Kota 01 Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi membuktikan bahwa pembelajaran matematika pokok bahasan FPB dan KPK dengan metode pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw telah menghasilkan peningkatan kualitas pembelajaran matematika, karena kegiatan pembelajaran tidak hanya memfokuskan pada pencapaian hasil belajar namun juga terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dengan penerapan pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw siswa terlihat lebih tertarik dan aktif dalam proses pembelajaran matematika, sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan menarik. Melalui Penerapan pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw yang sesuai dengan materi dan media pembelajaran yang tepat, guru tidak akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi dan memberikan pemahaman kepada siswa. Penerapan pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw bagi siswa juga dapat menumbuh kembangkan sosial siswa. Antara lain dalam bekerja sama, saling teloransi, berkomunikasi dan juga dalam menghargai pendapat sesama siswa. Dengan pembelajaran siswa harus lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru, karena guru selalu mengaitkan konsepkonsep yang berhubungan. 2. Hasil belajar siswa dengan penerapan pembelajaran matematika dengan metode jigsaw. Hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan FPB dan KPK dengan menggunakan metode cooperative learning tipe jigsaw terbukti sangat efektif dalam menunjang keberhasilan siswa di sekolah. Dari siklus pertama hingga siklus ketiga diperoleh nilai rata-rata menunjukkan hasil belajar siswa meningkat. Dengan metode pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ini, lebih menigkatkan keberanian siswa untuk berpikir kritis dalam pemecahan masalah yang sesuai dengan materi, meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Hal ini nampak terlihat pada proses pembelajaran berlangsung, baik dalam kegiatan tanya jawab, diskusi maupun dalam kegiatan mengerjakan tugas dari guru. 221
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Belajar Nilai dan Rata-rata Tes Siklus I-III Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus Ke.. Jumla h nilai Pertam Rata Kedu a -rata a 1650 55 1850 Rata -rata 61.6 7 Ketig Rata a -rata 2160 72 Siklus I II III Keaktifan 15 22 25 Keberanian 11 15 21 Perhatian 20 22 24 Interaksi 16 17 20 Kerjasama 18 19 24 30 20 10 Keakti fan Gambar 2 Rekapitulasi Hasil Belajar Nilai dan Rata-rata Tes Siklus I-III Berdasarkan data di atas, menunjukkan jumlah nilai tes siswa mulai dari siklus pertama sampai dengan siklus ketiga mengalami peningkatan. Siklus pertama sebesar 1650, siklus kedua sebesar 1850, dan siklus ketiga sebesar 2160. Ini membuktikan dengan metode pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw telah menghasilkan peningkatan kualitas guru dalam proses pembelajaran matematika dan hasil belajar siswa disekolah. 0 I II III Gambar 3 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Berdasarkan data di atas, menunjukkan hasil observasi aktivitas siswa mulai dari siklus pertama sampai dengan siklus ketiga mengalami peningkatan. Siklus pertama dalam keaktifan siswa sebesar 15 orang, keberanian siswa sebesar 11 orang, perhatian siswa sebanyak 20 orang, interaksi siswa sebesar 16 orang, dan kerja sama siswa sebesar 18 orang, pada siklus kedua dalam keaktifan siswa sebesar 22 orang, keberanian siswa sebesar 15 orang, perhatian siswa sebanyak 22 orang, interaksi siswa sebesar 17 222
orang, dan kerja sama siswa sebesar 19 orang, dan pada siklus ketiga dalam keaktifan siswa sebesar 25 orang, keberanian siswa sebesar 21 orang, perhatian siswa sebanyak 24 orang, interaksi siswa sebesar 20 orang, dan kerja sama siswa sebesar 24 orang. Ini membuktikan dengan metode pembelajaran Cooperative learning tipe Jigsaw telah menghasilkan peningkatan kualitas guru dalam proses pembelajaran matematika dan hasil belajar siswa di sekolah. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian metode jigsaw pada pembelajaran matematika di kelas V SDN Cibarusah Kota 01 dapat disimpulkan bahwa: Sebelum menerapkan metode jigsaw hasil belajar siswa sangat rendah, belum mencapai nilai yang diharapkan sesuai dengan kriteria ketuntasan minimum yaitu 60 dan hasil rata-rata kelas 65, tingkat pemahaman siswa terhadap materi kurang bervariasi karena terbiasa menggunakan metode klasikal yaitu metode ceramah sehingga proses pembelajaran kurang efektif. Selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw siswa terlihat lebih aktif, interaksi antar siswa lebih hidup, dan kerja sama tim dalam proses belajar memecahkan suatu masalah lebih variatif. Setelah menggunakan metode jigsaw hasil belajar telah menunjukan peningkatan dalam proses pembelajaran dengan hasil rata-rata tes siklus pertama sebesar 55, siklus kedua sebesar 61,67, dan siklus ketiga sebesar 72 ini menunjukkan kinerja guru telah mampu menggunakan metode pembelajaran dengan baik dan dapat dimengerti, dipahami oleh siswa. DAFTAR PUSTAKA Amri, S,. Khoeru, I. A. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka Karaya Kasbolah, K.E.S. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud. Madya, S. 2007. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: Alfabeta. Moleong, L.J. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya 223
Mulyasa, E. 2004. Model Pembelajaran Cooperative. Surabaya: UNESSA Nugroho, S. 2007. Belajar Tuntas Matematika. Jakarta: Limas Rusfendi. 1994. Pendidikan Matematika III. Jakarta: Universitas Terbuka Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Susilo. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: Pustaka Book Publisher. Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka. 224