ANALISIS EKSTRAK BUAH KIWI (ACTINIDIA DELICIOSA) PADA KADAR UREUM DAN KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sel, dan menjadi penyebab dari berbagai keadaan patologik. Oksidan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH EKSTRAK DAUN KEPEL (Stelechocarpus burahol [Blume] Hook. f. & Thomson) TERHADAP KADAR KREATININ SERUM TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

ABSTRACT THE EFFECT OF CALCIUM AND VITAMIN D TOWARDS HISTOPATHOLOGICAL CHANGES OF WISTAR MALE RAT S KIDNEY WITH THE INDUCED OF HIGH LIPID DIET

Kata kunci: Kolesterol LDL, kolesterol HDL, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.), tikus wistar

PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP FUNGSI HATI TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI MONOSODIUM GLUTAMAT

ABSTRAK. F. Inez Felia Yusuf, Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt. Pembimbing II: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK.,M.Kes.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia.

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK APEL (Malus sylvestris Mill) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA MENCIT (Mus musculus) MODEL HIPERLIPIDEMIA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB IV HASIL PENELITIAN

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) DALAM MENURUNKAN KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN

PENGARUH PARASETAMOL DOSIS ANALGESIK TERHADAP KADAR SERUM GLUTAMAT OKSALOASETAT TRANSAMINASE TIKUS WISTAR JANTAN

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1 kedokteran umum

ABSTRAK. PENGARUH LENDIR Abelmoschus esculentus (OKRA) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS WISTAR JANTAN MODEL TINGGI LEMAK

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia.

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK PENGARUH KOPI ROBUSTA DAN KOPI ARABICA TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI PURIN

ABSTRAK. Yuvina Ria Octriane, 2014, Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes. Pembimbing II : Sylvia Soeng, dr., M.Kes.,PA(K).

BAB III METODE PENELITIAN

EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK ETHANOL BUAH STRAWBERRY

GAMBARAN MIKROSKOPIS GINJAL TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ETANOL DAN SOFT DRINK

ABSTRAK PENGARUH AIR SEDUHAN BEKATUL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF JUS BUAH JERUK LEMON (Citrus limon (L.) Burm.f.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR UREA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

ABSTRAK. UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L) PADA TIKUS WISTAR DENGAN PARAMETER HEMATOLOGI DAN BIOKIMIAWI

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH

EFEK VITAMIN E TERHADAP KADAR TOTAL BILIRUBIN SERUM PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY YANG DIBERI PARASETAMOL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

EFEK VITAMIN-E TERHADAP KADAR ALKALI PHOSPHATASE SERUM PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY YANG DIBERIKAN PARACETAMOL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Gizi dan Biokimia.

ABSTRAK. Maria Vita Widiyaningsih (2017): Pembimbing I : Lisawati Sadeli,dr.,M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti,dr. M.Kes

ABSTRAK. Aldora Jesslyn O., 2012; Pembimbing I : Penny Setyawati M, dr., Sp.PK, M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

The Effect of Buah Merah (Pandanus conoideus) Oil Administration on Erythrocyte Number Experimental Study on the Male UV Expossed Wistar Rats

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan. menggunakan pendekatan post test only control group design.

BAB IV METODE PENELITIAN. pendekatan post test only control group design. Disain penelitian ini memberikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN JATI BELANDA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH EKSTRAK DAUN DEWA (Gynura divaricata) TERHADAP KADAR SGOT DAN SGPT

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DELIA INTAN ISWARI G

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH EKSTRAK DAUN Apium graviolens TERHADAP PERUBAHAN SGOT/SGPT TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIPAPAR KARBON TETRAKLORIDA

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR

BAB IV METODE PENELITIAN

ABSTRAK EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(

ABSTRAK. Ronauly V. N, 2011, Pembimbing 1: dr. Sijani Prahastuti, M.Kes Pembimbing 2 : Prof. DR. Susy Tjahjani, dr., M.Kes

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% KULIT BATANG POHON SALAM

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN EKSTRAK FLAXSEED

EFEK PROTEKSI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI

BAB IV METODE PENELITIAN

TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI PAKAN TINGGI LEMAK

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Anestesiologi. proposal disetujui.

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : Vica Oktavia Citra Dewi J

BAB III METODE PENELITIAN

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN

BAB III METODE PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Antibiotik adalah obat yang digunakan sebagai obat anti infeksi,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang.

ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP MOTILITAS DAN JUMLAH SPERMATOZOA MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI LATIHAN FISIK BERAT

ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

BAB IV METODE PENELITIAN. Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

UJI HEPATOTOKSISITAS SENYAWA O-(4-NITROBENZOIL)PARASETAMOL PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang farmakologi.

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN

PENGARUH PEMBERIAN RHODAMINE B PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 12 MINGGU TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TUBULUS PROKSIMAL GINJAL TIKUS WISTAR

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan

Transkripsi:

ANALISIS EKSTRAK BUAH KIWI (ACTINIDIA DELICIOSA) PADA KADAR UREUM DAN KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Rizky Amalia 1, Amallia N. Setyawati 2, Dwi Ngestiningsih 2 1 Mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Ilmu Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro JL. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. 02476928010 ABSTRAK Latar Belakang: Buah kiwi merupakan buah yang kaya akan antioksidan dan memiliki banyak khasiat untuk tubuh. Antioksidan dapat menetralisir radikal bebas yang dapat merusak sel. Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal jika digunakan dengan dosis berlebih. Aktivitas antioksidan dari buah kiwi dapat mengurangi kerusakan ginjal akibat toksisitas parasetamol. Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian ekstrak buah kiwi (Actinidia deliciosa) terhadap kadar ureum dan kreatinin serum tikus wistar jantan yang diinduksi parasetamol. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan pendekatan the post test-only control group design. Penelitian ini menggunakan lima kelompok, 1 kelompok kontrol negatif, 1 kelompok kontrol positif dan 3 kelompok perlakuan. Tiap kelompok terdiri dari 7 ekor tikus. Kelompok kontrol negatif mendapat pakan standar, kelompok kontrol positif mendapat pakan standar serta diinduksi parasetamol dan kelompok perlakuan mendapat pakan standar, ekstrak buah kiwi dosis berbeda untuk setiap kelompok perlakuan serta diinduksi parasetamol. Hasil: Rerata kadar ureum pada kelompok kontrol negatif adalah 37,65 2,68 mg/dl sedangkan rerata kelompok kontrol positif adalah 35,03 8,86 mg/dl. Rerata kadar kreatinin pada kelompok kontrol negatif adalah 0,40 0,06 mg/dl sedangkan rerata kelompok kontrol positif adalah 0,45 0,05 mg/dl. Ekstrak buah kiwi dapat menurunkan kadar ureum dan kreatinin tikus. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada kadar ureum antar kelompok (p=0,187). Tidak ada perbedaan yang bermakna pada kadar kreatinin antar kelompok (p=0,091). Kesimpulan: Parasetamol tidak terbukti meningkatkan kadar ureum pada penelitian ini, namun parasetamol terbukti meningkatkan kadar kreatinin. Pemberian ekstrak buah kiwi tidak menurunkan kadar ureum dan kreatinin tikus secara signifikan. Kata kunci: kiwi, parasetamol, ureum, kreatinin ABSTRACT ANALYSIS OF KIWI (ACTINIDIA DELICIOSA) EXTRACT ON THE UREUM AND CREATININE SERUM LEVEL OF WISTAR RATS WHICH WERE INDUCED BY PARACETAMOL Background: Kiwi is a fruit with high content of antioxidants and has many benefits for the body. Antioxidants are known to neutralize free radicals which may harm the cells. Paracetamol may damage the kidneys if it is used in an excessive dose. The antioxidant activity of kiwi may reduce kidney damage due to the toxicity of paracetamol. Aim: This research was aimed to identify the influence of kiwi (Actinidia deliciosa) on ureum and creatinine serum of male wistar rats which were induced by paracetamol. 1186

Method: This research was a laboratory experimental approach with the post test-only control group design. This study used five groups 1 negative control, 1 positive control group and 3 treatment groups. Each group consisted of 7 rats. Negative control group received standard feeding, the positive control group received standard feeding and induced by paracetamol and the treatment group received standard feeding, kiwi extract in different doses for each treatment group and induced by paracetamol. Results: The average of ureum level on negative control group was 37,65 2,68 mg/dl while the average on positive control group was 35,03 8,86 mg/dl. The average of creatinine level on negative control group was 0,40 0,06 mg/dl while the average on positive control group was 0,45 0,05 mg/dl. Kiwi extract reduced levels of ureum and creatinine of the rats. There was no significant difference at ureum level (p=0,187) and at creatinine levels (p=0,091). Conclusions: Paracetamol was concluded not to increase ureum levels in this study, however paracetamol was shown to increase levels of creatinine. Kiwi did not reduce levels of ureum and creatinine of the rats significantly. Keywords: Kiwi, paracetamol, ureum, creatinine PENDAHULUAN Perhatian dunia kedokteran terhadap oksidan semakin meningkat, hal ini disebabkan oleh karena timbulnya kesadaran bahwa oksidan dapat menimbulkan kerusakan sel, dan menjadi penyebab dari berbagai keadaan patologik. Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena bereaksi dengan komponen penting sel yang berguna untuk mempertahankan sel. Oksidan yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber, antara lain dari tubuh sendiri, proses peradangan, luar tubuh dan berasal dari akibat radiasi. Oksidan dari luar tubuh dapat berupa obat-obatan dan senyawa pencemar (polutan). Untuk meredam dampak negatif dari oksidan, diperlukan senyawa-senyawa antioksidan. 1 Salah satu obat yang sering menyebabkan stress oksidatif adalah parasetamol. Parasetamol atau bisa juga disebut asetaminofen merupakan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter dan digunakan secara luas di berbagai negara. 2 Penggunaan parasetamol yang luas dan bebas di masyarakat menyebabkan penyalahgunaan di masyarakat, salah satunya adalah penggunaan dengan dosis obat yang tidak rasional. Parasetamol yang digunakan dengan dosis yang berlebihan dapat menyebabkan efek nefrotoksisitas pada ginjal. Pemberian parasetamol sebesar 15 gram dapat berakibat fatal seperti kematian disebabkan oleh hepatotoksisitas berat. Kasus kerusakan ginjal tanpa kerusakan hati telah terjadi, bahkan setelah penggunaan dengan dosis biasa. 3 Toksisitas parasetamol terjadi akibat konversi obat tersebut menjadi metabolit reaktif, yaitu N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI) oleh enzim sitokrom P450. 4 Peningkatan kadar NAPQI menyebabkan aliran darah membawa zat tersebut menuju ginjal, oleh karena itu 1187

NAPQI menyebabkan kematian tubular yang ditandai meningkatnya kadar BUN dan kreatinin yang akhirnya dapat menimbulkan kegagalan ginjal. 5 Dampak negatif akibat toksisitas parasetamol dapat dikurangi dengan antioksidan. 1 Buah kiwi (Actinidia deliciosa) atau bisa disebut juga Chinese gooseberry memiliki banyak khasiat untuk kesehatan tubuh. Buah kiwi organik yang matang mengandung aktivitas polifenol dan antioksidan yang tinggi. Antioksidan dapat menetralisir radikal bebas yang dapat merusak sel. Kiwi organik juga mengandung kadar vitamin C dan E yang tinggi yang dapat berperan sebagai antioksidan. Satu buah kiwi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin C orang dewasa dalam satu hari. Kandungan vitamin C pada buah kiwi mencapai 17 kali lebih banyak dibanding buah apel dan dua kali lebih banyak dari buah jeruk dan lemon. 6 Kandungan vitamin E pada buah kiwi juga dua kali lebih banyak dibanding buah alpukat. 7 Buah kiwi juga mengandung sejumlah phytonutrient meliputi karotenoid, lutein, fenolic, flavonoid dan klorofil. 8 Kapasitas antioksidan buah kiwi terhadap senyawa-senyawa radikal bebas menempati posisi ketiga tertinggi setelah jeruk orange dan anggur merah.7 Buah kiwi sudah mulai banyak dijual di pasaran. Namun, masyarakat Indonesia belum begitu mengenal buah kiwi dan zat-zat yang berguna bagi tubuh yang terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, penelitian ini mencoba membuktikan bahwa buah kiwi yang mengandung banyak antioksidan dapat memperbaiki kerusakan ginjal akibat parasetamol dengan parameter kadar ureum dan kreatinin serum. Kadar ureum dan kreatinin serum dipilih sebagai perameter yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal dalam penelitian ini karena konsentrasinya di plasma relatif konstan. 9 METODE Penelitian eksperimental laboratorik dengan pendekatan the post test-only control group design. Sampel penelitian ini menggunakan binatang coba tikus wistar. Penelitian ini menggunakan lima kelompok, satu kelompok kontrol negatif, satu kelompok kontrol positif dan tiga kelompok perlakuan. Tiap kelompok terdiri dari 7 ekor tikus. Kelompok kontrol negatif mendapat pakan standar, kelompok kontrol positif mendapat pakan standar serta diinduksi parasetamol dan kelompok perlakuan mendapat pakan standar, ekstrak buah kiwi dosis berbeda untuk setiap kelompok perlakuan serta diinduksi parasetamol. Kriteria inklusi penelitian ini adalah tikus normal, berat badan 100-200 gram, berusia minimal 8 minggu sebelum diadaptasi dan tikus dalam keadaan sehat dan aktif bergerak. Kriteria eksklusi 1188

penelitian ini adalah tikus tampak sakit (gerakan tidak aktif), mengalami diare, tidak mau makan dan minum serta tikus mati dalam masa penelitian. Sampel penelitian diperoleh secara simple random sampling untuk membagi tikus menjadi 5 kelompok. Variabel bebas penelitian ini adalah ekstrak buah kiwi (Actinidia deliciosa) dengan dosis 100 mg/kgbb, 200 mg/kgbb dan 400 mg/kgbb. Variabel terikat penelitian ini adalah kadar ureum dan kreatinin serum tikus wistar yang diinduksi parasetamol setelah pemberian ekstrak buah kiwi (Actinidia deliciosa). HASIL Analisis Sampel Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Layanan Penelitian Pra Klinik Pengembangan Hewan Percobaan (LPPT-LP3HP) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sampel dipilih sesuai dengan kriteria inklusi, lalu dilakukan masa adaptasi selama 7 hari. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 35 ekor tikus Wistar yang terdiri dari 7 ekor tikus untuk masing-masing kelompok, tetapi data yang digunakan hanya 6 ekor untuk masing-masing kelompok. Sampel penelitian ini dibagi ke dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif (K1), kontrol positif (K2), perlakuan 1 (P1), perlakuan 2 (P2), dan perlakuan 3 (P3), dengan cara simple random sampling. Kelompok K1 hanya mendapat pakan standar selama 8 minggu. Kelompok K2 mendapat pakan standar selama masa perlakuan serta diinduksi parasetamol dosis 1500 mg/kgbb selama 3 hari pada 3 hari terakhir perlakuan. Kelompok P1 yang mendapat pakan standar selama masa perlakuan, diberi ekstrak buah kiwi dengan dosis 100 mg/kgbb selama 8 minggu serta diinduksi parasetamol dosis 1500 mg/kgbb selama 3 hari pada 3 hari terakhir perlakuan. Kelompok P2 mendapat pakan standar selama masa perlakuan, diberi ekstrak buah kiwi dengan dosis 200 mg/kgbb selama 8 minggu serta diinduksi parasetamol dosis 1500 mg/kgbb selama 3 hari pada 3 hari terakhir perlakuan. Kelompok P3 mendapat pakan standar selama masa perlakuan, diberi ekstrak buah kiwi dengan dosis 400 mg/kgbb selama 8 minggu serta diinduksi parasetamol dosis 1500 mg/kgbb selama 3 hari pada 3 hari terakhir perlakuan. Selama masa perlakuan terdapat 2 sampel yang drop-out karena mati, 1 ekor dari kelompok kontrol negatif (K1) dan 1 ekor dari kelompok perlakuan 3 (P3). Jumlah sampel pada kelompok K1 maupun P3 masih memenuhi kriteria WHO sehingga penelitian masih bisa dilanjutkan. 1189

Pengambilan darah untuk pemeriksaan ureum dan kreatinin serum dilakukan melalui darah vena dari pleksus retroorbitalis tikus. Darah dimasukkan ke dalam tabung microtube lalu disentrifugasi untuk mendapatkan serum. Pengukuran kadar ureum dan kreatinin serum dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada dengan menggunakan metode Urease-GLDH. Analisis Deskriptif Wilk. Data yang diperoleh dari penelitian diuji normalitasnya dengan uji normalitas Saphiro- Kelompok K1 K2 P1 P2 P3 Rerata (mg/dl) 37,650 35,033 42,850 30,417 28,417 Tabel 1. Analisa Deskriptif Ureum Standard Deviasi 2,6883 8,8665 20,2138 8,4236 5,4183 Median (mg/dl) 37,950 33,200 37,950 29,750 28,300 Min. (mg/dl) 34,5 26,5 26,2 18,2 19,3 Maks. (mg/dl) 41,4 48,8 81,8 40,8 34,5 Tabel 2. Analisa Deskriptif Kreatinin Kelompok Rerata Standard Median Min. (mg/dl) Maks. (mg/dl) Deviasi (mg/dl) (mg/dl) K1 0,400 0,0632 0,400 0,3 0,5 K2 0,450 0,0548 0,450 0,4 0,5 P1 0,550 0,1378 0,500 0,4 0,8 P2 0,417 0,0753 0,400 0,3 0,5 P3 0,417 0,0753 0,400 0,3 0,5 Analisis Interferensial Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk kadar ureum dan kreatinin, karena sampel kurang dari 50 maka digunakan uji Saphiro-Wilk pada seluruh kelompok. Tabel 3. Uji normalitas Saphiro-Wilk kadar Ureum K1 K2 P1 P2 P3 p 0,670* 0,355* 0,055* 0,837* 0,540* Keterangan: *: Signifikan (p>0,05). 1190

Dari hasil uji normalitas data menggunakan Saphiro-Wilk didapatkan semua data memiliki nilai p>0,05 yang menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji parametrik One Way ANOVA untuk mengetahui adakah perbedaan kadar ureum antar kelompok. Kelompok Tabel 4. Hasil analisis One Way ANOVA kadar Ureum n Rerata (mg/dl) Minimum IK95% Maksimum K1 6 37,650 34,829 40,471 K2 6 35,033 25,729 44,338 P1 6 42,850 21,637 64,063 P2 6 30,417 21,577 39,257 P3 6 28,417 22,731 34,103 p 0,187 Uji One Way ANOVA menunjukkan kadar ureum antar kelompok memiliki perbedaan yang tidak bermakna (p=0,187). Tabel 5. Hasil uji Post hoc Kelompok Nilai p K2 P1 P2 P3 K1 0,681 0,417 0,262 0,155 K2-0,226 0,470 0,303 P1 - - 0,059 0,031* P2 - - - 0,753 Keterangan: *: Signifikan (p<0,05) Tabel uji Post hoc menunjukkan perbedaan signifikan pada kadar ureum antara kelompok perlakuan 1 dengan kelompok perlakuan 3 (p=0,031). Perbedaan yang tidak signifikan terdapat antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol positif (p=0,681), kelompok perlakuan 1 (p=0,417), kelompok perlakuan 2 (p=0,262), kelompok perlakuan 3 (p=0,155), antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan 1 (p=0,226), kelompok perlakuan 2 (0,470), kelompok perlakuan 3 (p=0,303), antara kelompok perlakuan 1 dengan kelompok perlakuan 2 (p=0,059), dan antara kelompok perlakuan 2 dengan kelompok perlakuan 3 (p=0,753). 1191

Tabel 6. Uji normalitas Saphiro-Wilk kadar Kreatinin K1 K2 P1 P2 P3 p 0,101* 0,004 0,178* 0,212* 0,212* Keterangan: *: Signifikan (p>0,05) Kelompok K1, P1, P2, P3 memiliki distribusi data yang normal karena memiliki nilai p>0,05. Kelompok K2 memiliki nilai p=0,004 (p<0,05) yang menunjukkan sebaran data yang tidak normal. Karena sebaran data tidak normal maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis. Tabel 7. Hasil uji Kruskal-Wallis Kreatinin Chi-Square Df Asymp. Sig. Kreatinin 8,023 4 0,091 Dari hasil uji Kruskal-Wallis untuk kadar kretainin, tidak terdapat adanya perbedaan yang bermakna kadar kreatinin antar kelompok (p=0,091). Tabel 8. Hasil uji Non Parametrik Mann Whitney kadar Kreatinin Kelompok Nilai p K2 P1 P2 P3 K1 0,171 0,022* 0,652 0,652 K2-0,116 0,423 0,423 P1 - - 0,052 0,052 P2 - - - 1,000 Keterangan: *: Signifikan (p<0,05) Tabel uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan signifikan pada kadar kreatinin antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan 1 (p=0,022). Perbedaan yang tidak signifikan terdapat antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol positif (p=0,171), kelompok perlakuan 2 (p=0,652), kelompok perlakuan 3 (p=0,652), antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan 1 (p=0,116), kelompok perlakuan 2 (0,423), kelompok perlakuan 3 (p=0,423), antara kelompok perlakuan 1 dengan kelompok perlakuan 2 (p=0,052), kelompok perlakuan 3 (p=0,052) dan antara kelompok perlakuan 2 dengan kelompok perlakuan 3 (p=0,753). Rerata kadar ureum pada kelompok kontrol negatif adalah 37,65 2,68 mg/dl sedangkan rerata kelompok kontrol positif adalah 35,03 8,86 mg/dl. Rerata kadar kreatinin 1192

pada kelompok kontrol negatif adalah 0,40 0,06 mg/dl sedangkan rerata kelompok kontrol positif adalah 0,45 0,05 mg/dl. Ekstrak buah kiwi dapat menurunkan kadar ureum dan kreatinin tikus. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada kadar ureum antar kelompok (p=0,187). Tidak ada perbedaan yang bermakna pada kadar kreatinin antar kelompok (p=0,091). Banyak hal yang dapat menyebabkan turunnya kadar ureum, antara lain adalah gagal hati sehingga menyebabkan pembentukan ureum menurun, hidrasi berlebih sehingga terjadi pengenceran ureum, keseimbangan nitrogen negatif (malnutrisi, malabsorpsi) yang juga menyebabkan penurunan produksi ureum dan sindroma nefrotik yang menyebabkan ureum menurun karena kehilangan protein. 10 Insufisiensi renal dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan, antara lain dengan ureum dan kreatinin. Ureum dan kreatinin serum memang bisa menggambarkan terjadinya kerusakan ginjal, namun jika kerusakan yang terjadi kecil dan tidak menyebabkan terbentuknya ureum dan kreatinin maka kadar ureum dan kreatinin dalam darah tidak akan meningkat secara signifikan. 11,12 Pemeriksaan yang paling sering dilakukan untuk mengetahui toksisitas ginjal dalam penelitian menggunakan hewan coba adalah pemeriksaan histopatologi, karena histopatologi merupakan gold standard dan lebih sensitif dibandingkan dengan biomarker dari cairan tubuh. 13 Dari hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa ekstrak buah kiwi dapat menurunkan stress oksidatif yang ditimbulkan oleh parasetamol, yang ditandai dengan turunnya kadar kreatinin tikus pada kelompok P2 dan P3 dibanding dengan kadar kreatinin pada kelompok K2. Hal ini tidak berlaku untuk kelompok P1, karena kelompok P1 memiliki rerata kadar kreatinin lebih tinggi dibanding kelompok lainnya. Hal ini dapat disebabkan karena kadar kreatinin dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kadar kreatinin antara lain adalah makanan daging masak dan masa otot yang besar. 14 Analisis kadar kreatinin pada kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak buah kiwi dengan dosis 100 mg/kgbb, 200 mg/kgbb dan 400 mg/kgbb menunjukkan penurunan hasil yang tidak bermakna bila dibandingkan dengan kelompok dan kontrol negatif. Pada uji Mann Whitney didapatkan satu kelompok yang bermakna yaitu antara kelompok K1 dan P1. Beberapa tikus pada kelompok P1 memang mamiliki kadar ureum dan kreatinin yang tinggi dibanding tikus yang lain, hal ini dapat disebabkan salah satunya karena variasi genetik. 15 1193

Keterbatasan penelitian ini antara lain adalah banyak faktor perancu yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yang tidak dipertimbangkan sebelumnya, hanya menggunkana 7 ekor tikus pada tiap kelompok dan 2 diantaranya mati sebelum diambil sampel post test dan penelitian ini hanya mengukur kadar ureum dan kreatinin serum tikus wistar sebelum dilakukan perlakuan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pada penelitian ini ditemukan hasil yang berbeda dari literatur yang sudah dicari sebelumnya yaitu bahwa pemberian parasetamol tidak menurunkan kadar ureum serum, sedangkan didapatkan hasil yang sesuai dengan literatur sebelumnya untuk kadar kreatinin serum, yaitu bahwa pemberian parasetamol meningkatkan kadar kreatinin serum walaupun peningkatannya tidak bermakna. Pada penelitian ini juga ditemukan hasil pemberian ekstrak buah kiwi tidak menurunkan kadar ureum dan kreatinin serum tikus wistar yang diinduksi parasetamol secara bermakna. Saran Pada penelitian selanjutnya disarankan dilakukan penelitian yang lebih mempertimbangkan mengenai faktor perancu yang dapat mempengaruhi kadar ureum dan kreatinin serum. Perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut menganai zat aktif pada buah kiwi yang berperan sebagai renoprotektor. Oleh sebab itu, untuk mengetahui efek renoprotektor buah kiwi diperlukan penelitian selanjutnya dengan waktu perlakuan yang lebih lama. DAFTAR PUSTAKA 1. Myrna AN, Robert CL, Stephen AG. Cardiovascular Disease in Pregnancy: Women s Health Series. 2013;106(11):624-30. 2. Roos-Hesselink JW, Ruys PT, Johnson MR. Pregnancy in Adult Congenital Heart Disease. Curr Cardiol Rep. 2013;15(9):401. 3. Tim European Society of Gynecology, Association European Paediatric Cardiology, and the German Society for Gender Medicine. ESC Guidelines on the Management of Cardiovascular Diseases during Pregnancy. 2011;32:3147-97 4. Departemen Kesehatan RI. Tim Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2014. 1194

5. Departemen Kesehatan RI. Angka kematian ibu melahirkan. Jakarta: 2014. 6. Sutanto A. Kematian ibu di rumah sakit dokter kariadi tahun 2001-2005. Program pendidikan dokter spesialis obstetri ginekologi tesis. Semarang: Universitas Diponegoro: 2007. 7. Ruys TP, Roos-Hesselink JW, Hall R, Subirana-Domenech MT, Grando-Ting J, Estensen M, et al. Heart Failure in Pregnant Women with Cardiac Disease: data from the ROPAC. 2014;100(3):231-8. 8. Arora N, Kausar H, Jana N, Mandal S, Mukherjee D, Mukherjee R. Congenital Heart Disease in Pregnancy in A Low-Income Country. Int J Gynaecol Obstet.2015;128(1):30-2. 9. Saifuddin AB. Kematian ibu dan perinatal. Dalam: Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, editor. Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo. Edisi keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. hlm. 52-9. 10. Pagana KD, Pagana TJ. Mosby s Manual of Diagnostic and Laboratory Tests. 2 nd ed. St Louis: Mosby; 2002 11. Amin N, Mahmood RT, Asad MJ, Zafar M, Raja AM. Evaluating Urea and Creatinine Levels in Chronic Renal Failure Pre and Post Dialysis: A Prospective Study [internet]. 2014. [cited 2016 June 16]: 2(2). Available from Journal of Cardiovascular Disease 12. Renal Resource Centre. Understanding Chronic Kidney Disease [internet]. 2012. [cited 2016 June 16]. Available from: Renal Resource Centre 13. Bonventre JV, Vaidya VS, Schmouder R, Feig P, Dieterle F. Next-generation Biomarkers for Detecting Kidney Toxicity [internet]. 2010. [cited 2016 June 16]: 28(5): 436-440. Available from: National Institute of Health Public Access 14. National Kidney Foundation, K/DOQI. Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification [internet]. 2002. [cited 2016 June 16]. Available from: www.kidney.org 15. Whalan JE. A Toxicologixt s Guide to Clinical Pathology in Animals. Washington DC (USA): Springer International Publishing; 2015 1195