BAB II TINJAUAN KONSEP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

Koping individu tidak efektif

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain.

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM. Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Gangguan proses pikir : Waham

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

NURSING CARE PLAN (NCP)

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan


PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem saraf. Gejala psikologis dikelompokan dalam lima katagori utama fungsi

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah gangguan pencerapan ( persepsi ) panca indera tanpa

BAB II KONSEP DASAR. Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

Depresi pada Lansia. Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA SESI I: PENGENALAN ORANG

PENGKAJIAN HALUSINASI Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB II KONSEP DASAR. datang internal atau eksternal. (Carpenito, 2001) organic fungsional,psikotik ataupun histerik.

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA GANGGUAN PROSES PIKIR ( WAHAM )

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011). Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Kelliat, 2009). Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati, 2010). Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada 9

isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan alasan atau logika (Kusumawati, 2010). 10

B. Klasifikasi Waham Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011) yaitu : Jenis Waham Pengertian Perilaku klien Waham kebesaran Keyakinan secara berlebihan bahawa dirinya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan Waham agama Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham curiga Keyakinan seseorang atau sekelompok orang yang mau merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapai tidak sesuai dengan kenyataan. Waham somatik Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau sebagian tubuhnya terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham nihlistik Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan berulangulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Saya ini pejabat di kementrian semarang! Saya punya perusahaan paling besar lho. Saya adalah tuhan yang bisa menguasai dan mengendalikan semua makhluk. Saya tahu mereka mau menghancurkan saya, karena iri dengan kesuksesan saya. Saya menderita kanker. Padahal hasil pemeriksaan lab tidak ada sel kanker pada tubuhnya. ini saya berada di alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh nya 11

C. Etiologi Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak Menurut Kusumawati, (2010) yaitu : 1. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai dan menilik terganggu. 2. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). 3. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia. 4. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek, ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas. 5. Gejala sekunder: halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat. 12

D. Rentang Respon Neurobiologi Adaptif Maladaptif Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan proses Persepsi akurat menyimpang pikir: Waham Emosi konsisten illusi Halusinasi dengan Reaksi Kerusakan emosi pengalaman emosional Perilaku tidak Perilaku sosial berlebihan dan sesuai Hubungan sosial kurang Ketidakteraturan Perilaku tidak isolasi sosial sesuai Menarik diri Skema. 1 Rentang respons neurobiologis Waham. (sumber : Keliat, 2009). E. Tanda dan Gejala Menurut Kusumawati, (2010) yaitu : 1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat) Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial). 2. Fungsi persepsi Depersonalisasi dan halusinasi. 13

3. Fungsi emosi Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen. 4. Fungsi motorik. Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia. 5. Fungsi sosial kesepian. Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah. 6. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi. Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu : Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa menolak makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan. 14

F. Pengkajian 1) Faktor predisposisi a. Biologi Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru mulai dipahami, ini termasuk hal-hal berikut : 1) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada area frontal, temporal dan limbik paling berhubungan dengan perilaku psikotik. 2) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini : a) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain c) Masalah-masalah pada sistem respon dopamin Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang diadopsi telah diupayakan untuk mengidentifikasikan penyebab genetik pada skizofrenia. Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia dari pada pasangan saudara kandung yang tidak identik penelitian genetik terakhir memfokuskan pada pemotongan gen dalam keluarga dimana terdapat angka kejadian skizofrenia yang tinggi. 15

b. Psikologi Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional). c. Sosial budaya Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham (Direja, 2011). 2) Faktor Presipitasi a. Biologi Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang maladaptif termasuk: 1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi 2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan. 16

b. Stres lingkungan Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. c. Pemicu gejala Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja, 2011). G. Manifestasi klinik Perilaku yang dapat ditemukan pada klien dengan Waham antara lain melakukan percobaan bunuh diri, melakukan tindakan, agresif, destruktif, gelisah, tidak biasa diam, tidak ada perhatian terhadap kebersihan diri, ada gangguan eliminasi, merasa cemas, takut. Kadang-kadang panik perasaan bahwa lingkungan sudah berubah pada klien depersonalisasi (Stuart,2007). H. Mekanisme Koping Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon neurobioligi : 1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari 2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi. 3. Menarik diri 17

I. Pohon Masalah Perilaku kekerasan Waham Menarik diri Harga diri rendah Skema. 2 pohon masalah, (Fitria, 2009, dikutip Direja, 2011). J. Diagnosa Keperawatan 1. Perilaku kekerasan 2. Waham 3. Menarik Diri 4. Harga Diri Rendah 18

No. 1. Waham Curiga merupakan core problem dari pohon masalah. Diagnosa Keperawatan Tujuan 1. Waham Curiga Tujuan Umum : Klien dapat berkomunikasi dengan baik dan terarah. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Perencanaan Intervensi Rasional Kriteria Evaluasi Kriteria Evaluasi : 1. Ekspresi wajah bersahabat. 2. Ada kontak mata. 3. Mau berjabat tangan. 4. Mau menjawab salam. 5. Klien mau duduk berdampingan. 6. Klien mau mengutarakan isi perasaannya. 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi teraupetik. - Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal - Perkenalkan diri dengan sopan - Tanyakan nama lengkap dan nama yang disukai klien. - Jelaskan tujuan pertemuan - Jujur dan menepati janji - Tunjukkan rasa empati dan menerima klien dengan apa adanya. Hubungan saling percaya menjadi dasar interaksi selanjutnya dalam membina klien dalam berinteraksi dengan baik dan benar, sehingga klien mau mengutarakan isi perasaannya. 19

1.2 Jangan membantah dan mendukung waham klien. - Katakan perawat menerima keyakinan klien. - Katakan perawat tidak mendukung keyakinan klien. 1.3 Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung - Anda berada ditempat aman dan terlindung. - Gunakan keterbukaan dan kejujuran, jangan tinggalkan klien dalam keadaan sendiri. 1.4 Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas sehari-hari dan perawatan diri klien. Meningkatkan orientasi klien pada realita dan meningkatkan rasa percaya klien pada perawat. Suasana lingkungan persahabatan yang mendukung dalam komunikasi teraupetik. Mengetahui penyebab waham curiga dan intervensi selanjutnya yang akan dilakukan oleh klien. TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki. Kriteria Evaluasi : 1. Klien dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari 2. Klien dapat mengontrol wahamnya. 2.1 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis 2.2 Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini. 2.3 Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukan saat ini. 2.4 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperhatikan bahwa klien sangat penting. Reinforcement positif dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh klien dan harga diri klien. Klien terdorong untuk memilih aktivitas seperti sebelumnya tentang aktivitas yang pernah dimiliki oleh klien. Dengan mendengarkan klien akan merasa lebih diperhatikan sehingga klien akan mengungkapkan perasaannya. 20

TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak dimiliki. Kriteria Evaluasi : 1. Kebutuhan klien terpenuhi 2. Klien dapat melakukan aktivitas secara terarah. 3. Klien tidak menggunakan/membicar akan wahamnya. 3.1 Observasi kebutuhan klien sehari-hari 3.2 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi selama dirumah maupun di RS. 3.3 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham 3.4 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga. 3.5 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya. Observasi dapat mengetahui kebutuhan klien. Dengan mengetahui kebutuhan yang tidak terpenuhi maka dapat diketahui kebutuhan yang akan diperlukan. Dengan melakukan aktivitas klien tidak akan lagi menggunakan isi wahamnya. Dengan situasi tertentu klien akan dapat mengontrol wahamnya. TUK 4 : Klien berhubungan realitas. dapat dengan Kriteria Evaluasi : 1. Klien dapat berbicara dengan realitas. 2. Klien mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok. 4.1 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, realitas orang lain, waktu dan tempat). 4.2 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas. 4.3 Berikan pujian tiap kegiatan positif yang dilakukan oleh klien. Reinforcement adalah penting untuk meningkatkan kesadaran klien akan realitas. Pujian dapat memotivasi klien untuk meningkatkan kegiatan positifnya. 21

TUK 5 : Klien dapat dukungan dari keluarga. TUK 6 : Klien menggunakan dengan benar. dapat obat Kriteria Evaluasi : 1. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. 2. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk merawat klien dengan waham. Kriteria Evaluasi: 1. Klien dapat menyebutkan manfaat, efek samping dan dosis obat. 2. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar. 3. Klien dapat memahami akibat berhentinya mengkonsumsi obat tanpa konsultasi. 4. Klien dapat menyebutkan prinsip lima benar dalam penggunaan obat. 5.1 Diskusikan dengan keluarga tentang : - Gejala waham - Cara merawat - Lingkungan keluarga - Follow up dan obat. 5.2 Anjurkan keluarga melaksanakan dengan bantuan perawat. 6.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, dan efek samping obat dan akibat penghentian. 6.2 Diskusikan perasaan klien setelah minum obat. 6.3 Berikan obat dengan prinsip lima benar dan observasi setelah minum obat. Perhatian keluarga dan pengertian keluarga akan dapat membantu klien dalam mengendalikan wahamnya. Obat dapat mengontrol waham yang dialami oleh klien dan dapat membantu penyembuhan klien. 22

Tgl 2. Menarik diri. Menarik diri merupakan salah satu pohon masalah dari Waham : Curiga, yaitu akibat dari Waham curiga. Dimana seseorang yang sudah mengalami Waham Curiga, kemungkinan besar bisa terjadi Menarik diri. Berikut rencana asuhan keperawatan menarik diri : Dx.keperawata n 2. Menarik diri TUM : Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain TUK : Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional 1.Pasien dapat membina hubungan saling percaya. Setelah 1 x interaksi pasien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada / terhadap perawat : 1. Wajahcerah, tersenyum 2. Mau berkenalan 3. Adakontakmata 4. Bersediamenceritakanperasaan 5. Bersediamengungkapkanmasalah 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan : a. Beri salam setiap berinteraksi b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien d. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi e. Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi pasien f. Buat kontak interaksi yang jelas g. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan pasien 1.1 Membina hubungan saling percaya. Kontak yang jujur, singkat, konsisten dengan perawat dapat membantu klien membina kembali interaksi penuh percaya dengan orang lain. 2.Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri Setelah 2 x interaksi pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri : a. Diri sendiri b. Orang lain 2.1 Tanyakan pada pasien tentang : a. Orang yang tinggal serumah atau sekamar pasien b. Orang yang paling dekat dengan pasien dirumah atau ruang 2.1 Keterlibatan orang terdekat dapat membantu membangun dan atau kembali membentuk sistem pendukung dan 23

Lingkungan perawatan c. Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut d. Orang yang tidak dekat dengan pasien dirumah atau diruang perawatan e. Apa yang membuat pasien tidak dekat orang dengan tersebut f. Upayakan yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain g. Diskusikan dengan pasien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain h. Beri pujian terhadap kemampuanpasien mengungkapkan perasaan mengintegrasikan klien kembali kedalam jaringan sosial 3.Pasien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri Setelah 3 x interaksi dengan pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, misalnya : a. Banyak teman b. Tidak kesepian c. Bisa diskusi d. Saling menolong e. Dan kerugian menarik diri misalnya : 1. Sendiri 1. Kesepian 2. Tidak bisa diskusi 3.1 Tanyakan pada pasien tentang : a. Manfaat hubungan sosial b. Kerugian menarik diri c. Diskusikan bersama pasien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri d. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya. 3.1 Solitude dan kesepian dapat diterima atau dengan pilihan, dan perbedaan ini membantu klien mengidentifikasi apa yang terjadi pada dirinya sehingga dapat diambil langkah untuk mengatasi masalah ini. 24

4.pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap. Setelah 4 x interaksi pasien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap dengan : a. Perawat b. Perawat lain c. Pasien lain d. Kelompok. 4.1 Observasi perilaku pasien saat berhubungan sosial 4.2.Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan atau berkomunikasi dengan : a. Perawat lain b. Pasien lain c. Kelompok 4.3 Libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi 4.4 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien bersosialisasi 4.5 Berimotivasipasien untukmelakukankegiatansesuaidengan jadwal yang telahdibuat 4.6 Beripujianterhadapkemampuanpasien memperluaspergaulannyamelaluiaktiv itas yang dilaksanakan 4.1 Kehadiran orang yang dapat dipercaya memberi klien rasa terlindungi. Setelah dapat berinteraksi dengan orang lain dan memberi kesempatan klien dalam mengikuti aktivitas kelompok, klien merasa lebih berguna dan rasa percaya diri dapat tumb uh kembali. 5.pasien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial. Setelah 5 x interaksi pasien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : 1. Orang lain 2. Kelompok 5.1 Diskusikan dengan pasien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : a. Orang lain b. Kelompok 5.2 Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya. 5.1 Ketika klien merasa dirinya lebih baih dan mempunyai makna, interaksi sosial dengan orang lain dapat ditingkatkan 6.pasien mendapat dukungan keluarga dalam Setelah6 x pertemuankeluargadapatmenjelaskantentang : a. Pengertian menarik diri b. Tanda dan gejala menarik diri 6.1Diskusikanpentingnyaperansertakeluarg asebagaipendukunguntukmengatasiprilaku menarikdiri. 6.2 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu pasien mengatasi perilaku 6.1Dukungan dari keluarga merupakan bagian penting dari rehabilitasi klien. 25

memperluas hubungan sosial. c. Penyebab dan akibat menarik diri d. Cara merawat pasien menarik diri menarik diri 6.3 Jelaskanpadakeluargatentang : a. Pengertianmenarikdiri b. Tandadangejalamenarikdiri c. Penyebabdanakibatmenarikdiri d. Cara merawat pasien menarik diri e. Latihkeluarga cara merawatpasien menarikdiri. f. Tanyakanperasaankeluargasetela hmencoba cara yang dilatihkan g. Beri motivasi keluarga agar membantu pasien untuk bersosialisasi h. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat pasien dirumah sakit. 7.pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik Setelah 7 x interaksi pasien menyebutkan : a. manfaat minum obat b. kerugian tidakminum obat c. nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat d. akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter. 7.1 Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat 7.2 Pantaupasien saatpenggunaanobat 7.3 Beri pujian jika pasien menggunakan obat dengan benar 7.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter 7.4 Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika terjadi halhal yang tidak diinginkan. 7.1. Membantu dalam meningkatkan perasaan kendali dan keterlibatan dalam perawatan kesehatan klien. 26

5 Harga Diri Rendah Harga Diri Rendah merupakan penyebab terjadinya Waham Curiga. Berikut intervensi dari harga diri rendah. No Diagnosa keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional 3. Harga diri rendah TUM : Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap. TUK : 1.Klien dapat membina hubungan saling percaya. 2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 3.Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. 4.Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 5.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya. 1.1 Klien dapat mengungkapkan perasaanya 1.2 Ekspresi wajah bersahabat 1.3 Ada kontak mata 1.4 Menunjukkan rasa senang 1.5 Mau berjabat tangan 1.6 Klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi 1.1 Bina hubungan saling percaya : a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanya nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien d. Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya 1.2 Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya tentang penyakit yang dideritanya 1.3 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien 1.4 Katakan pada klien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan bertanggungjawab serta mampu menolong dirinya sendiri. 1.1 Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien pada perawat sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya. 27

6.Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada 2.1 Klien mampu mempertahankan aspek yang positif. 3.1 Kebutuhan klien terpenuhi 3.2 Klien dapat melakukan aktivitas terarah. 4.1 Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan 4.2 Klien mengikuti terapi aktivitas kelompok. 2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki kllien dan beri pujian / reinforcement atas kemampuan mengungkapkan perasaannya 2.2 Saat bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negatif. Utamakan memberi pujian yang realistis. 3.1 Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat digunakan selama sakit 3.2 Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di rumah nanti. 4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan. 2.1 Pujian akan meningkatkan harga diri klien. 3.1 Peningkatan kemampuan mendorong klien untuk mandiri. 4.1 Pelaksanaan kegiatan secara mandiri modal awal untuk meningkatkan harga diri. 5.1 Klien mampu 5.1 Beri kesempatan klien untuk 5.3 Dengan aktivitas 28

beraktivitas sesuai kemampuan 6.1 Klien mampu melakukan apa yang diajarkan 6.2 Klien mampu memberikan dukungan mencoba kegiatan yang direncanakan 5.2 Beri pujian atas keberhasilan kllien 5.3 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah. 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah 6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat 6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah klien akan mengetahui kemampuannya 6.1 Perhatian keluarga dan pengertian keluarga akan dapat membantu meningkatkan harga diri klien 29

A. STRATEGI PELAKSANAAN Dx.1: Waham Curiga SP 1p: 1. Membina hubungan saling percaya 2. Jangan membantah atau mendukung waham klien 3. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung 4. Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-harinya. SP 2p : 1.Mengidentifikasi kemampuan positif pasien 2.Beri pujian pada penampilan klien yang dimiliki pada masa lalu dan saat ini. 3.Tanyakan apa yang bisa dilakukan 4.Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai wahamnya tidak ada SP 3p: 1. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi. 2. Observasi kebutuhan klien sehari-hari 3. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi 4. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham. 5. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dalam memerlukan waktu dan tenaga. 6. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya. 30

SP 4 K: 1.Klien dapat berhubungan dengan realitas 2.Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, orang lain, waktu, dan tempat) 3.Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas. 4.Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan oleh klien. Sp 5 k: 1. Klien dapat dukungan dari keluarga 2. Diskusikan dengan keluarga tentang - Gejala waham - Cara merawatnya - Lingkungan keluarga - Follow up dan obat 3.Anjurkan keluarga melaksanakannya dengan bantuan perawat. Sp 6 k: 1. Klien dapat menggunakan obat dengan benar 2. Diskusikan denga klien dan keluarga tentang obat, dosis, efek samping dan akibat penghentian 3. Diskusikan perasaan klien setelah minum obat 4. Berikan obat dengan prinsip 5 benar dan observasi setelah minum obat. 31

Dx 2 : Menarik Diri Pasien : Sp 1p : 1 Mengidentifikai penyebab isolasi sosial pasien 2. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain 3. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain 4. Melatih pasien berkenalan dengan satu orang 5. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 2p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 3p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Keluarga Sp 1k : 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara cara merawat pasien isolasi sosial 32

Sp 2k : 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien. Sp 3k : 1. Menjelaskan perawatan lanjutan. Dx 3 :Harga Diri Rendah Pasien Sp 1p : 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien 2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan 3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien 4. Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan 5. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 2p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai kemampuan 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Keluarga Sp 1k : 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya 33

3. Menjelaskan cara cara merawat pasien harga diri rendah Sp 2k : 1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial Sp 3k : 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planing) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang 34