BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan belajar peserta didik, karena kelas merupakan central of

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan sejumlah perangkat personalia, gedung, koleksi, serta anggarannya

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KONSEP PERANCANGAN INTERIOR RUANG TIDUR UTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aria Wirata Utama, 2015

PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN MANAJEMEN KELAS OLEH GURU DI SMK PLUS BINA NUSANTARA MANDIRI KOTA PARIAMAN ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UNIT 6 : MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB V PENUTUP. 1. Variabel store exterior, general interior, dan interior display berpengaruh. pembelian pada Uda Espresso Cafe Payakumbuh.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango, merupakan lokasi strategis, aman dan nyaman untuk anak belajar. TK

DAFTAR ISI. Lembar pengesahan Abstrak Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... vii Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan oleh Tuhan, yang harus dirawat,

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia taman kanak-kanak adalah anak pada usia rentang 5-6 tahun atau

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 ( 8/10/2009).

Pengembangan RS Harum

BAB IV SINTESA PEMBAHASAN. yang diusung dalam sebuah konsep desain Hotel Mulia adalah luxurious

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah

Kuesioner Penelitian

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III STUDI LAPANGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban dari rumusan masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelas II yang berjumlah 26 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 16 orang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi dalam arti yang luas diciptakan oleh dunia pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kemampuan mengelola

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

OLAHAN DINDING. Eko Sri Haryanto, S.Sn, M.Sn

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Usia Anak UsiaDini

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimilikinya dan menjadikan peserta didik. sebagai manusia yang berkepribadian luhur dan berakhlak mulia.

BAB V ANALISIS Pengantar

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berikut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1.3.Tujuan dan Sasaran Lingkup Bahasan 5

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG BAB VI HASIL PERANCANGAN

KENYAMANAN BELAJAR SISWA DI KELAS IV SD NEGERI SE- KECAMATAN PAKUALAMAN TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL

ASPEK DAN FUNGSI MANAJEMEN KELAS

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

STANDAR USAHA BAR/RUMAH MINUM NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR

Anil Islam Vol. 8. Nomor 2, Desember Memanusiakan Murid. Institut Ilmu Keislaman Annuqayah

TEORI UMUM DAN KONSEP RUANG DALAM. A. Teori Perancangan Ruang Dalam.

BAB I PENDAHULUAN. anyaman rata, anyaman soumak, anyaman giordes, dan anyaman ikal. Anyaman

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA PERKALIAN MODEL MATRIK TERHADAP KEMAMPUAN MENGHITUNG HASIL KALI PADA SISWA KELAS III SDN BALUN 3 CEPU

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga,


DAFTAR ISI. ABSTRAK...i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii. DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Masalah. Pendidikan berfungsi untuk mendorong suatu perubahan agar

Kelas Inspirasi: Menggali Potensi Dalam Diri Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Sentra

KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selalu mengadakan bermacam-macam aktifitas dalam

Bab 7 Kesimpulan dan Saran

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB II. KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain

Perancangan Interior Gedung Singapore International School dengan Konsep Learning by Playing

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa sangat penting, karena belajar bahasa berarti belajar

LINGKUNGAN DAN UKURAN JL. YOS SUDARSO SITUASI LOKASI SITE. 173,5 m. 180 m. 165 m. 173 m

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelas merupakan tempat paling dominan bagi terselenggaranya proses pembelajaran bagi peserta didik. Kelas diartikan secara umum sebagai sekelompok peserta didik yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula (Suryana, 2006: 28). Kelas memiliki peran penting dalam proses pembelajaran untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik, karena kelas merupakan central of learning (pusat pembelajaran). Selain itu juga dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah, kelas merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sekolah. Kelas sebagai pusat pembelajaran dirancang untuk dapat memberikan suasana yang menyenangkan dan nyaman untuk terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran dan suasana di kelas yang menarik serta nyaman akan dapat menumbuhkan selera dan minat belajar menjadi penting untuk diciptakan. Menciptakan kelas yang nyaman dapat dilakukan dengan (1) membuat dan mengatur ruang dan tempat duduk yang menyenangkan, penerangan, sirkulasi udara yang baik, suhu ruangan yang baik dan bersih; (2) menyiapkan peralatan dan perabotan dalam ruang kelas yang tertata dengan baik dan menarik untuk dinikmati dan diakses; (3) memiliki penerangan yang baik dari sinar matahari maupun lampu; (4) tersedia meja belajar yang cukup; (5) sirkulasi udara yang baik; (6) suhu 1

2 udara tidak terlalu panas atau sebaliknya; (7) jauh dari kebisingan (Tabrani, 2013: 275-276). Selain itu juga pengaturan tempat duduk yang bervariasi perlu dilakukan untuk menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Pengaturan tempat duduk yang bervariasi diantaranya: (1) pola auditorium, (2) pola huruf U, (3) pola meja pertemuan dan lain sebagainya. Di samping pengaturan tempat duduk yang fleksibel menurut pola formasi tertentu, peserta didik pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar ada kalanya dapat duduk di tikar atau karpet yang berabjad dan bergambar. Pengadaan alat peraga dan bermain serta sumber belajar harus disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan saat itu. Selain pengaturan tempat duduk, penyediaan alat peraga dan bermain, dinding juga dapat dimanfaatkan untuk menampilkan hasil karya peserta didik. Hasil karya peseta didik yang dipajang di dinding bisa dijadikan sebagai bentuk penghargaan kepada peserta didik. Kondisi seperti ini yang akan memunculkan rasa bangga dan dihargai dalam diri peserta didik sehingga secara tidak langsung rasa senang, nyaman dan asyik pada proses belajar akan dapat dicapai, sehingga dapat mendukung motivasi peserta didik untuk terus belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kelas itu memiliki multi fungsi. Bukan hanya sebagai tempat belajar tetapi bisa dijadikan sebagai laboratorium sederhana dengan alat peraga yang ada, bisa juga dijadikan taman baca dengan sumber belajar yang tersedia. Seperti halnya yang dikatakan oleh Chatib dan Fatimah (2014: 74) bahwa pada

3 umumnya, zona aktivitas pada sebuah kelas terdiri dari: zona aktivitas belajar, perpustakaan kecil, seni, matematika atau tema pembelajaran lain. Segala bentuk aktivitis yang ada di dalam kelas tidak akan apik jika seorang guru tidak melakukan display kelas. Display kelas adalah suatu cara untuk mendesain, menyusun dan mengatur seluruh barang yang ada di kelas agar kelas menjadi nyaman untuk belajar. Display kelas juga dapat dimaknai sebagai sebuah media untuk mempercantik lingkungan belajar-mengajar dan memberikan informasi-informasi penting berupa tempelan-tempelan gambar tokoh pahlawan, kata-kata motivasi, hasil karya peserta didik, dan lain sebagainya yang dapat menunjang pembelajaran. Berkenaan dengan mempercantik lingkungan belajar-mengajar Eric Jensen (Chatib dan Fatimah, 2014: 48) menyatakan bahwa lingkungan belajar-mengajar yang sengaja didesain secara artistik dapat menyumbang 25% kesuksesan mengajar. Hal senada juga disampaikan oleh Particia Tar (2004: 1) yang menjelaskan The environment should be attractive, colorful, and have children s work and other pictures displayed at children s eye level. Penjelasan di atas memberikan kesimpulan bahwa display ini akan memberikan motivasi kepada peserta didik, mengarahkan perhatian, mengulang informasi dalam bentuk yang berbeda, meringankan usaha belajar, mengingatkan kembali pembelajaran, menyediakan acuan konkret bagi gagasan dan membuat gagasan abstrak menjadi konkret yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak Sekolah Dasar (SD). Dengan kata lain,

4 manfaat display kelas selain agar kelas menjadi indah dan menyenangkan juga merupakan upaya untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar. Penggambaran nyata mengenai kelas yang sudah mendapatkan sentuhan display dan belum mendapatkan sentuhan display, dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Kedua gambar di atas menggambarkan perbedaan kondisi ruang kelas. Gambar pertama menunjukan ruang kelas yang belum mendapatkan sentuhan display, sedangkan pada gambar kedua ruang kelas tersebut sudah mendapatkan sentuhan display. Gambar pertama menunjukan kondisi ruang kelas berdinding polos dan tak ada satu pun gambar yang menempel. Kondisi pada gambar pertama memberikan kesan hampa yang dapat mengurangi rasa ketertarikan untuk masuk kedalamnya. Penataan tempat duduk masih konvensional, pencahayaan yang berlebihan dan tidak ada tempat untuk meletakan media maupun fasilitas pendukung pembelajaran lainnya. Sedangkan pada gambar kedua kondisi kelas penuh dengan gambar, dinding yang berwarna dan hiasan dinding. Kondisi yang ada seperti pada

5 gambar kedua akan memberikan dorongan untuk memasuki ruang kelas dan ketertarikan untuk mengetahui isi yang ada didalamnya. Penataan tempat duduk yang lebih inovatif, pencahayaan yang cukup, terdapat tempat untuk meletakan media maupun fasilitas pendukung pembelajaran lainnya memberikan rasa nyaman dan motivasi belajar peseta didik. Namun kenyataan di lapangan belum sepenuhnya menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru untuk menciptakan kelas yang nyaman dan menyenangkan. Berdasarkan hasil observasi awal di beberapa sekolah diperoleh data bahwa guru belum melaksanakan display kelas. Bukti nyata guru belum melaksanakan display kelas adalah tata ruang kelas masih menempatkan peserta didik pada posisi yang kurang strategis untuk berinteraksi dengan peserta didik lain atau dengan guru. Formasi tempat duduk ditata secara klasikal, misalnya dengan menempatkan kursi-kursi menghadap ke papan tulis, atau ditata secara berkelompok. Tidak ada area khusus untuk memajang gambar atau hasil karya peserta didik, sehingga hasil karya peserta didik tergeletak begitu saja di meja guru atau lemari yang ada di kelas. Selain itu juga tempelan-tempelan di dinding hanya gambar presiden beserta wakil presiden, pancasila dan tokoh pahlawan, meskipun ada tempelan yang berhubungan dengan materi pelajaran itu pun peninggalan dari angkatan sebelumnya. Alat-alat peraga disimpan dalam lemari tetapi belum ditata dengan rapi dan dikelompokkan menurut jenisnya.

6 Berdasarkan hasil observasi awal tersebut dapat disimpulkan bahwa guru belum melaksanakan display kelas. Hal ini bisa dikarenakan guru tidak mengetahui tentang display kelas atau tidak adanya kemauan untuk melaksanakan display kelas. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dicari akar permasalahannya. Persepsi guru dan pengetahuannya atas sesuatu dapat mempengaruhi keputusan guru untuk menerapkan atau tidak sesuatu itu, baik kebijakan, metode, atau strategi di kelasnya. Dengan demikian mengetahui persepsi dan pengetahuan guru tentang display kelas menjadi penting. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Persepsi dan Pengetahuan Guru Tentang Display Kelas di Sekolah Dasar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana persepsi guru tentang Display Kelas di SD? 2. Bagaimana pengetahuan guru tentang Display Kelas di SD? 3. Bagaimana implementasi Display Kelas di SD? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan utama dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui persepsi guru tentang Display Kelas di SD. 2. Mengetahui pengetahuan guru tentang Display Kelas di SD. 3. Mengetahui implementasi Display Kelas di SD

7 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan adalah: 1. Manfaat Teoritis a) Mendapatkan informasi mengenai persepsi dan pengetahuan guru tentang Display Kelas. b) Mendapatkan informasi mengenai implementasi Display Kelas. 2. Manfaat Praktis a) Bagi Siswa Siswa akan mendapatkan hal baru dalam proses pembelajaran dan pengetahuan tentang Display Kelas. b) Bagi Guru Guru dapat meningkatkan pemahaman Display Kelas, yang selanjutnya akan mempengaruhi proses pembelajaran sehingga dapat berjalan efektif dan efisien. c) Bagi Sekolah Penelitian ini dapat dijadikan cerminan untuk mengevaluasi bagaimana berjalannya pembelajaran sehingga sekolah dapat memberikan arahan untuk memaksimalkan kinerja guru. d) Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menjawab semua pertanyaan peneliti, sehingga nantinya hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi peneliti yang merupakan calon guru untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.