11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan bentuk berupa pinjaman/kredit dan sejenisnya. Pemberian kredit adalah merupakan pelayanan yang nyata dari bank dalam kehidupan serta pengembangan perekonomian di Indonesia. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang menyatakan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut maka dapat dilihat bahwa fungsi pokok dari perbankan, adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana yang telah dihimpun tersebut kembali pada masyarakat yang memerlukannya dalam bentuk kredit. Bila dilihat secara etimologis kata kredit berasal dari bahasa romawi Credere artinya percaya, dalam bahasa Belanda istilahnya Vertrouwen, dalam bahasa Inggris Believe atau Trust yang artinya yaitu percaya. Sutarno berpendapat bahwa kepercayaan adalah unsur yang sangat penting dan utama dalam pergaulan hidup manusia. Orang tidak dapat hidup dalam pergaulan hidup
12 bila tidak dipercaya lagi oleh orang lain. Percaya adalah apa yang dikatakan benar, apa yang diperjanjikan ditepati, tidak pernah ingkar dan tidak berkhianat atas kewajiban atau tugas yang dipikulkan kepadanya. 1 Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa kredit adalah sebuah kepercayaan, dimana pemberian fasilitas kredit haruslah berdasarkan suatu kepercayaan dari pihak bank selaku kreditur, bahwa pemberian fasilitas kredit tersebut dapat kembali dengan aman dan menguntungkan, serta digunakan untuk tujuan yang sesuai dengan rencana sebagaimana diatur dalam dokumen perkreditan yang telah disepakati oleh pemohon kredit (debitur) dengan pihak Perbankan (kreditur). Dasar dari kepercayaan kreditur adalah adanya keyakinan kreditur terhadap debitur yang diperoleh dari proses analisis dari fakta dan data yang kemudian dikumpulkan dan diinterpretasikan serta dikonklusikan dalam suatu kesimpulan. Hal yang demikian dapat dilihat dalam Undang-Undang Perbankan Pasal 8 ayat 1, yang menyatakan bahwa dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Pemberikan kredit kepada debitur selalu berpedoman pada prinsip-prinsip dalam pemberian kredit. Prinsip ini dikenal dengan istilah Prinsip 5C yang terdiri dari : 1 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2003, hal. 92.
13 1. Character (watak kepribadian) 2. Capital (modal) 3. Collateral (jaminan/agunan) 4. Capacity (kemampuan), dan 5. Condition of Economy (kondisi ekonomi). 2 Agunan (collateral) dapat berupa benda bergerak dan tidak bergerak, yang diserahkan debitur kepada kreditur untuk menjamin apabila fasilitas kredit tidak dibayar kembali sesuai waktu yang ditetapkan. Jika hal demikian terjadi, maka benda tersebut dapat dijual untuk pelunasan fasilitas kredit tersebut. 3 Menurut KUHPerdata, jaminan/agunan (collateral) dapat berupa jaminan umum dan jaminan khusus. Pada jaminan umum kreditur tidak mempunyai hak preferent seperti yang terdapat dalam Pasal 1131 KUHPerdata yang menetapkan bahwa segala kebendaan si berutang (debitur) baik yang bergerak, maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatannya. Sehingga dengan demikian Pasal 1131 KUHPerdata tersebut tidak hanya menentukan bahwa harta kekayaan seseorang debitur demi hukum menjadi agunan bagi kewajiban yang berupa membayar utangnya kepada kreditur yang mengutanginya (berdasarkan perjanjian kredit atau perjanjian pinjam-meminjam uang), tetapi juga menjadi agunan bagi semua kewajiban lain yang timbul karena perikatan-perikatan lain, baik perikatan yang timbul karena undang-undang maupun karena perjanjian selain perjanjian kredit 2 Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Bandung, Alumni, 2006, hal. 184. 3 Try Widiyono, Agunan Kredit Dalam Financial Engineering, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 6.
14 atau perjanjian pinjam-meminjam uang. Sementara dalam jaminan khusus, kreditur mempunyai hak preferent seperti yang terdapat pada Pasal 1133 KUHPerdata yang menetapkan bahwa hal untuk didahulukan diantara orangorang berpiutang terbit dari hak istimewa, dari gadai dan dari hipotik, dimana gadai dan hipotik lebih tinggi dari pada hak istimewa (Pasal 1134 ayat 2 KUHPerdata). Pemberian kredit dalam praktek Perbankan di Indonesia umumnya diikuti penyediaan jaminan oleh pemohon kredit, sehingga pemohon kredit yang tidak bisa memberikan jaminan sulit untuk memperoleh kredit dari Bank. Persyaratan bagi pemohon kredit untuk menyediakan jaminan ini dapat menghambat pengembangan usaha pemohon kredit karena pengusaha kecil yang modal usahanya sangat terbatas tidak memiliki harta kekayaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan jaminan kredit. Dalam perkembangannya untuk membantu masyarakat memperoleh modal dengan mudah yang diharapkan mampu meningkatkan pembangunan nasional khususnya untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi, maka Pemerintah telah mengubah undang-undang pokok perbankan Nomor 14 tahun 1967 dengan Undang-undang yang baru Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan yang telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Undang-undang yang baru ini tidak lagi mensyaratkan bahwa pemberian kredit harus diikuti dengan kewajiban pemohon kredit menyediakan jaminan materiil atau jaminan immateriil. Dalam Pasal 8 Undang-undang Perbankan yang baru hanya menegaskan bahwa dalam memberikan kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik dan
15 kemampuan debitur serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan hutang dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Dari pasal ini persyaratan adanya jaminan untuk memberikan kredit tidak menjadi keharusan. Bank hanya diminta untuk meyakini berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik debitur dan kemampuan dari debitur. 4 Perkembangan seperti yang diuraikan sebelumnya mengakibatkan berkembangnya produk-produk Perbankan, antara lain Kredit Tanpa Agunan. Kredit Tanpa Agunan adalah kredit yang tidak disertai dengan penyerahan agunan sebagai jaminan secara fisik oleh debitur, karena pemberian kredit ini tidak disertai dengan penyerahan jaminan/agunan secara fisik, maka pihak kreditur (bank) dalam memberikan Kredit Tanpa Agunan haruslah berhati-hati dan cermat karena dalam perjanjian Kredit Tanpa Agunan posisi kreditur disini hanya sebagai kreditur konkruen yang tidak memiliki hak preferent/ hak untuk didahulukan dari kreditur-kreditur lainnya (hal ini sesuai dengan ketentuan dalam KUHPerdata pasal 1132, pasal 1133 dan pasal1134 ayat 2 KUHPerdata). Sehingga apabila jumlah kreditur banyak sekali, dan diantara kreditur-kreditur itu terdapat kreditur preferen, maka terdapat kemungkinan akan terjadi perselisihan antara para kreditur dalam pembagian/ pelunasan piutang dari masing-masing kreditur. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang telah diuraikan di atas. maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan menulisnya dalam skripsi yang berjudul : Analisis Hukum tentang Perlindungan Hukum 4 Sutarno, Op.Cit, hal. 140-141.
16 terhadap Kreditur dalam Pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Kantor Cabang USU Medan. B. Perumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan penulis uraikan pada penulisan skrisi ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kriteria penilaian yang digunakan kreditur dalam pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 2. Apakah penyebab terjadinya kredit macet dalam perjanjian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditur dalam penyelesaian kredit macet yang terjadi dalam perjanjian pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui kriteria penilaian yang digunakan kreditur dalam pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kredit macet dalam perjanjian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
17 3. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap kreditur dalam penyelesaian kredit macet yang terjadi dalam perjanjian pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah : 1. Manfaat Teoritis a. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang bagaimana kriteria penilaian kreditur dalam pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. b. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang penyebab terjadinya kredit macet dalam perjanjian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. c. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang perlindungan hukum terhadap kreditur dalam penyelesaian kredit macet yang terjadi dalam perjanjian pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 2. Manfaat praktis Memberikan sumbangan pemikiran pada semua pihak terkait dalam menangani masalah pelaksanaan perjanjian Kredit Tanpa Agunan dan menyadari pentingnya perlindungan hukum terhadap kreditur apabila terjadi kredit macet dalam pelaksanaan pemberiaan Kredit Tanpa Agunan.
18 E. Metode Penulisan Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Kantor Wilayah Medan (Unit LGR). 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah Penelitian Hukum Normatif-Empiris. 5 Penelitian hukum empiris terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan efektivitas hukum. Penelitian ini dilakukan untuk memperolah data primer dengan melakukan wawancara kepada PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Kantor Wilayah Medan (Unit LGR). Sedangkan penelitian hukum normatif terdiri dari penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematika hukum, taraf sinkronisasi hukum, dan sejarah hukum. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bahan pustaka atau data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan skripsi ini. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan disahkan oleh pihak yang berwenang, yaitu seperti Undang-Undang Nomor Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No 7 5 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 41-42.
19 Tahun 1992 Tentang Perbankan, dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW). b. Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai hukum primer, misalnya hasil penelitian (hukum), hasil karya (ilmiah) dari kalangan hukum, dan sebagainya. c. Bahan hukum tersier, yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya: kamus-kamus (hukum), ensiklopedia dan sebagainya. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu studi kepustakaan dengan mengumpulkan dan mempelajari buku-buku hukum, literatur, tulisantulisan ilmiah, peraturan perundang-undangan dan bacaan lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. b. Studi Lapangan (Field Research) yaitu studi yang langsung dilakukan di lapangan. Data yang diperoleh adalah berasal dari proses wawancara yang dilakukan langsung kepada PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Kantor Wilayah Medan. 4. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi yang kemudian disusun dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit dan membuat kesimpulan sehingga dapat diperoleh gambaran yang
20 berkaitan dengan skripsi ini. Dalam hal ini adalah hasil wawancara dengan pihak PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Kantor Wilayah Medan. F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini tentu perlu adanya sistematika agar skripsi ini mudah untuk dipahami oleh pembacanya. Skripsi ini terbagi atas lima bab yang pembagiannya sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan dan Keaslian Penulisan. BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KREDIT BANK Bab ini menjelaskan mengenai Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit, Fungsi, Tujuan dan Jenis-Jenis Kredit, serta Prinsip-Prinsip dan Resiko dalam Pemberian Kredit. BAB III AGUNAN DAN KREDIT TANPA AGUNAN Bab ini menguraikan tentang Pengertian, Fungsi dan Jenis Agunan, Pengertian dan Tujuan Penggunaan Kredit Tanpa Agunan, serta Perkembangan dan Kelebihan Kredit Tanpa Agunan. BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR DALAM PEMBERIAN KREDIT TANPA AGUNAN PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, KANTOR CABANG USU MEDAN
21 Bab ini berisikan tentang Kriteria Penilaian Kreditur dalam Pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Penyebab Terjadinya Kredit Macet dalam Perjanjian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan Perlindungan Hukum terhadap Kreditur dalam Penyelesaian Kredit Macet yang terjadi dalam Perjanjian Pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dalam skripsi ini yang berisikan kesimpulan yang dapat diambil dari perumusan masalah skripsi ini dan saran terhadap masalah tersebut. G. Keaslian Penulisan Adapun judul skripsi ini adalah ANALISIS HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR DALAM PEMBERIAN KREDIT TANPA AGUNAN PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, KANTOR CABANG USU MEDAN. Judul skripsi ini telah diperiksa oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atau Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sehingga tulisan ini asli dan tidak ada judul yang sama. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
22 Judul skripsi yang telah ada di Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atau Pusat Dokumentasi dan Informasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara adalah : 1. Nama : Dita Pratiwi NIM : 030200263 Judul : Aspek-Aspek Hukum Tentang Perjanjian Kredit Tanpa Agunan Dalam Penerbitan Kartu Kredit Ditinjau Dari KUHPerdata Di CityBank Medan. 2. Nama : Douglas Hutagalung NIM : 040200059 Judul : Perlindungan Hukum terhadap debitur dalam penyelesaian sengketa atas kredit macet yang terjadi dalam perjanjian kredit tanpa agunan (studi pada PT. Bank Sumut).