BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen keuangan dalam banyak hal berkaitan dengan pembuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV MODAL KERJA A. Pengertian Modal Kerja

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORITIS. dalamnya kas, sekuritas, piutang, persedian, dan dan dalam beberapa

BAB II LANDASAN TEORITIS

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II TELAAH PUSTAKA. perkembangan perusahaan tergantung dari cara pengelolaannya. Pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan makin

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS. Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan. Menurut Kasmir (2011) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal kerja di KPRI Kota Semarang. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. judul Analisis Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan Operating Assets Turnover

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II KERANGKA TEORI. menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

II. LANDASAN TEORI. Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut kamus manajemen keuangan Modal kerja adalah modal bersih yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. bahwa Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan perekonomian banyak membawa dampak terhadap dunia usaha.

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien. menurut waktu yang telah ditetapkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Tujuan dan Metode Analisis Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal oleh beberapa ahli

Bab 3 Analisis Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha menciptakan laba yang memadai bagi terjaminnya. komunitas perusahaan. Oleh karena itu, permasalahan dalam perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU 25/1992, yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SUMBER PENGGUNAAN MODAL KERJA DALAM MENGUKUR TINGKAT LIKUIDITAS PERUSAHAAN PADA CV. ASSTEAM KOTA BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB II TINAJUAN PUSTAKA. teknik analisisnya yaitu teknik analisis regresi linear berganda. Hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hutang dagang merupakan salah satu variabel bebas yang akan dibahas dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 4 Manajemen Modal Kerja

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan untuk memperoleh keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aktiva,

Kas Piutang Dagang Piutang Wesel Sediaan Investasi Jangka Pendek Beban Dibayar Dimuka

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN MODAL KERJA Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari hari (Sawir, 2005). Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham: Modal kerja adalah investasi perusahaan di dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat surat berharga ), piutang dagang, dan persediaan. Definisi yang dikemukakan oleh Burton A. Kolb juga tidak jauh berbeda dari definisi di atas, yaitu : Working capital is the investment of the firm in short-term or current assets, which includes cash, marketable securities, account receivable, short-term notes receivable, inventories, and in some firms, expense prepayment. (modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek atau lancar, termasuk di dalamnya kas, sekuritas, piutang, persediaan, dan dalam beberapa perusahaan, biaya dibayar di muka.) Menurut Joko Priyono (2008 : 14) yang dikutip dari Ridwan dan Barlian, modal kerja merupakan aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari suatu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau modal kerja adalah kas/bank, surat berharga yang mudah diuangkan (giro, 15

16 cek, deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak lebih dari satu tahun atau jangka waktu operasional normal perusahaannya. Sartono (2008 : 385) menjelaskan bahwa ada dua pengertian modal kerja, yang pertama gross working capital adalah keseluruhan aktiva lancar, sementara net working capital adalah kelebihan aktiva lancar di atas utang lancar. Kasmir (2008 : 249) menyatakan bahwa modal kerja merupakan dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, terutama yang memiliki jangka waktu pendek. Sebagai modal kerja diartikan seluruh aktiva lancar atau setelah dikurangi dengan utang lancar. Berdasarkan definisi definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang terdiri dari kas, sekuritas (surat berharga), piutang usaha, dan persediaan atau aktiva lancar setelah dikurangi dengan utang lancar yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. 2.2 EFISIENSI MODAL KERJA 2.2.1 Pengertian Efisiensi Efisiensi merupakan bagian yang sangat penting dalam pengelolaan suatu organisasi atau perusahaan karena berpengaruh pada kemampuan untuk memperlancar operasi perusahaan yang tanpa terlalu banyak dana yang mengganggur. Pengertian efisiensi sendiri ditafsirkan dengan berbagai macam versi. Menurut Sunarti (2009 : 47) yang dikutip dari Soekarno (1979 : 40)

17 menjelaskan bahwa efisiensi dapat timbul dari berbagai macam perspektif dan dengan definisi yang berbeda - beda. Namun inti dari efisiensi menurutnya adalah perbandingan terbaik antara masukan (input) dengan keluaran (output). Menurut Nunuk Herawati dan Nika Aprilia Sahati (2009 : 6), efisiensi merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Ini merupakan konsep matematik, atau perhitungan rasio antara keluaran (output) dan masukan (input) Lebih jauh, Sunarti (2009 : 48) yang dikutip dari Gie (1986 : 5) menjabarkan perbandingan output dan input melalui dua segi pengamatan yaitu : a. Segi Usaha : Suatu kegiatan yang mempunyai hasil tertentu dengan usaha yang terkecil. b. Segi Hasil : Suatu kegiatan yang memberikan hasil terbaik baik dari segi kualitas dan kuantitas Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi itu menunjukkan adanya pendayagunaan yang optimal dari input untuk menghasilkan output yang melebihi apa yang diharapkan. Demikian pula dalam modal kerja yang dimaksud dalam efisiensi modal kerja adalah pemakaian atau penggunaan modal kerja secara optimal untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal.

18 2.2.2 Ukuran Efisiensi Modal Kerja Untuk mengetahui efisiensi modal kerja dibutuhkan suatu ukuran. Ukuran tersebut dapat berupa rata rata industri yang merupakan hasil rata rata dalam perusahaan yang sejenis yang mempunyai kondisi keuangan yang berbeda beda, ada yang kondisi keuangannya baik dengan operasi yang menguntungkan dan ada yang sebaliknya. Hal tersebut menyebabkan standar tersebut (rata rata industri) tidak ada dalam bentuk yang tetap maka penulis membuat standar rasio (rata rata industri) dengan melakukan langkah langkah seperti yang diungkapkan oleh Munawir (2007 : 66), yaitu sebagai berikut : 1. Pengumpulan laporan keuangan dari perusahaan yang dapat diperbandingkan dalam industri (homogen dalam operasi dan data yang seragam dalam arti keseragaman dalam kebijaksanaan keuangan, penilaian aktiva dan metode depresiasi, serta menggambarkan atau mewakili kelompok yang homogen dalam aktivitasnya maupun jenis perusahaannya) dalam industri. 2. Menghitung angka rasio yang dipilih untuk tiap tiap perusahaan dalam industri. 3. Menyusun rasio rasio tersebut dari yang tertinggi sampai yang terendah dan menghapuskan rasio yang extreem (terlalu tinggi atau terlalu rendah). 4. Menghitung rata rata hitungnya atau menentukan mediannya.

19 Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek finansiil tertentu berada di atas rata rata industri (above average), berada pada rata rata (average), atau terletak di bawah rata rata (below average). Apabila suatu perusahaan mengetahui bahwa dia berada di bawah rata rata industri, haruslah dianalisa faktor faktor apa yang menyebabkannya, untuk kemudian diambil kebijaksaan finansiil untuk meningkatkan rasionya sehingga menjadi average atau above average (Riyanto, 2010 : 329). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi modal kerja akan tercapai jika perusahaan tersebut berada di atas rata rata industri atau pada rata rata industri, tetapi jika perusahaan berada di bawah rata rata industri, maka penggunaan modal kerjanya tidak efisien. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Kriteria Efisiensi Modal Kerja KETERANGAN MODAL KERJA Di Atas Rata Rata Industri Pada Rata Rata Industri Di Bawah Rata Rata Industri Efisien Efisien Tidak Efisien

20 2.2.2.1 Likuiditas Menurut Kasmir (2008 : 143), Current Ratio untuk perusahaan dikatakan efisien apabila mencapai angka 200%. Untuk Quick Ratio dikatakan efisien bila mencapai angka 150% sedangkan untuk Cash Ratio, perusahaan dikatakan efisien apabila telah mencapai 50%. Tetapi untuk menilai keefisiensian modal kerja jika dilihat dari likuiditas penulis menggunakan rasio lancar atau current ratio seperti yang diungkapkan oleh Weston & Brigham (1989 : 295) sebagai berikut : Rasio lancar merupakan satu satunya indikator terbaik yang menunjukkan sejauh mana kewajiban lancar dapat dipenuhi dengan aktiva lancar, maka rasio ini paling lazim digunakan sebagai ukuran dari solvensi jangka pendek. Alasannya adalah karena rasio tersebut menunjukkan seberapa besar aktiva yang dapat dikonversi menjadi kas pada saat kewajiban lancar jatuh tempo. 2.2.2.2 Aktivitas Menurut Kasmir (2008 : 187), Receivable Turn Over (RTO) dikatakan efisien apabila telah mencapai 15 kali. Untuk Inventory Turn Over (ITO) dikatakan sudah efisien jika mencapai 60 kali, sedangkan untuk Working Capital Turn Over (WCTO) dikatakan efisien bila telah mencapai 20 kali. Tetapi untuk menilai keefisiensian modal kerja jika dilihat dari sudut aktivitas penulis menggunakan Working Capital Turn

21 Over (WCTO), seperti yang diungkapkan Kasmir (2008 : 182) sebagai berikut : Perputaran modal kerja atau working capital turn over merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. 2.3 KONSEP MODAL KERJA Berkaitan dengan pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan beberapa konsep (Riyanto, 2010 : 58), yaitu : 1. Konsep Kuantitatif Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto. 2. Konsep Kualitatif Pada pengertian ini modal kerja dikaitkan dengan besarnya utang lancar atau utang yang harus segera dibayar. Dengan demikian, sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi perusahaan untuk menjaga

22 likuiditasnya. Oleh karenanya, modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bersih (Net Working Capital) 3. Konsep Fungsional Konsep ini didasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current income) dan ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut. Sebagian dari dana itu dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode periode berikutnya (future income). Wilford J. Eiteman dan J.H Holtz memberikan definisi modal kerja yang berhubungan dengan konsep fungsional, yaitu: Modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut

23 Berdasarkan definisi di atas, maka non modal kerja diartikan sebagai dana yang tidak menghasilkan current income, atau kalau menghasilkan current income adalah tidak sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut. 2.4 JENIS JENIS MODAL KERJA Menurut Riyanto (2010 : 60) yang dikutip dari W.B Taylor, modal kerja digolongkan dalam : 1. Modal Kerja Permanen Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus diperlukan utuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen dapat dibedakan lagi dalam: a. Modal Kerja Primer Yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha. b. Modal Kerja Normal Yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal dalam artian yang dinamis. c. Modal Kerja Variabel Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan antara lain : a. Modal Kerja Musiman

24 Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah ubah disebabkan karena fluktuasi musim. b. Modal Kerja Siklis Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur. c. Modal Kerja Darurat Yaitu modal kerja yang besarnya berubah ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya. 2.5 UNSUR UNSUR MODAL KERJA Menurut Munawir (2007 : 14), aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Yang termasuk kelompok aktiva lancar (likuid) adalah: 1. Kas atau uang tunai untuk membiayai operasi perusahaan. 2. Investasi jangka pendek (surat surat berharga atau marketable securities), yaitu investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi. 3. Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang undang.

25 4. Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. 5. Persediaan, adalah semua barang barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih di gudang/belum terjual. 6. Piutang penghasilan atau Penghasilan yang masih harus diterima, adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa/prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya, sehingga merupakan tagihan. 7. Biaya yang dibayar di muka, adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa/prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya atau jasa/prestasi pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya. Menurut Munawir (2007 : 16), utang lancar atau utang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar. Yang termasuk utang lancar adalah : 1. Utang dagang, adalah utang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara kredit. 2. Utang Wesel, adalah utang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan undang undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan datang. 3. Utang Pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun Pajak Pendapatan Karyawan yang belum disetorkan ke Kas Negara.

26 4. Biaya Yang Masih Harus Dibayar, adalah biaya biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya. 5. Utang Jangka Panjang Yang Segera Jatuh Tempo, adalah sebagian (seluruh) utang jangka panjang yang sudah menjadi utang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya. 6. Penghasilan Yang Diterima Di Muka, adalah penerimaan uang untuk penjualan barang/jasa yang belum direalisir. 2.6 MANAJEMEN MODAL KERJA Manajemen modal kerja, menurut Burton A. Kolb adalah : Working capital management encompasses the administration and control of current assets, utilization of short-term financing via various current liability sources, and control of the amount of net working capital. Sedangkan J.Fred Weton dan Eugene F. Brigham mengemukakan : Manajemen modal kerja mengacu pada semua aspek pelaksanaan aktiva lancar dan utang lancar. Dua definisi di atas menunjukkan bahwa manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja (Sawir, 2005 : 133) adalah:

27 1. Memaksimalkan nilai perusahan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva aktiva tersebut. 2. Meminimalkan-dalam jangka panjang-biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar. 3. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo. Dari ketiga sasaran di atas, sasaran ketiga mengindikasikan bahwa perusahaan harus mempertahankan likuiditas yang cukup. Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran pengeluaran atau operasi perusahaan sehari hari. Modal kerja yang cukup akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, antara lain: 1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar. 2. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajiban kewajiban tepat pada waktunya. 3. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapai kesulitan keuangan yang mungkin terjadi. 4. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.

28 5. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya. 6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan. 2.7 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MODAL KERJA Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Namun terkadang untuk memenuhi kebutuhan modal kerja seperti yang diinginkan tidaklah selalu tersedia. Hal ini disebabkan terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung kepada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, pihak manajemen dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan terutama kebijakan dalam upaya pemenuhan modal kerja harus selalu memerhatikan faktor faktor tersebut. Menurut Munawir (2007 : 117) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi modal kerja, yaitu : 1. Sifat atau Type dari Perusahaan Modal kerja dari suatu Perusahaan Jasa relatif akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja Perusahaan Industri, karena untuk Perusahaan Jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Apabila dibandingkan dengan Perusahaan Industri, maka keadaannya sangatlah ekstrem karena perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam

29 aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan di dalam operasinya sehari hari. 2. Waktu Produksi Untuk waktu produksi, artinya jangka waktu atau lamanya memproduksi suatu barang. Makin lama waktu yang digunakan untuk memproduksi suatu barang, maka akan semakin besar modal kerja yang dibutuhkan. Demikian pula sebaliknya semakin pendek waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi modal kerja, maka semakin kecil modal kerja yang dibutuhkan. 3. Syarat Pembelian Bahan atau Barang Dagangan Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula. 4. Syarat Penjualan Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil resiko adanya piutang yang tak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli,

30 karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk segera membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut. 5. Tingkat Perputaran Persediaan Semakin kecil atau rendah tingkat perputaran, kebutuhan modal kerja semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, dibutuhkan perputaran persediaan yang cukup tinggi agar memperkecil risiko kerugian akibat penurunan harga serta mampu menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan persediaan. Jadi, berdasarkan penjelasan di atas, hal hal yang mempengaruhi modal kerja ada 5, yaitu sifat atau type dari perusahaan, waktu produksi, syarat pembelian bahan atau barang dagangan, syarat penjualan, dan tingkat perputaran persediaan. 2.8 LIKUIDITAS 2.8.1 Pengertian Rasio Likuiditas Menurut Kasmir (2008 : 111) yang dikutip dari Fred Weston rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Sedangkan yang dikutip dari James O. Gill rasio likuiditas mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas

31 untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo. Berdasarkan definisi definisi di atas, dapat diketahui bahwa likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau sudah jatuh tempo dengan mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dikonversikan menjadi kas. Rasio likuiditas disebut juga rasio modal kerja. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancar (utang jangka pendek). Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid (Kasmir, 2008 : 131). 2.8.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas Pihak yang paling berkepentingan dalam likuiditas adalah pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan guna menilai kemampuan mereka sendiri. Kemudian, pihak luar perusahaan juga memiliki kepentingan, seperti pihak kreditor atau penyedia dana bagi perusahaan, misalnya perbankan atau juga pihak distributor atau supplier yang menyalurkan atau menjual barang yang pembayaran secara angsuran kepada perusahaan.

32 Oleh karena itu, perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan. Berikut adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas seperti yang disebutkan oleh Kasmir (2008 : 132). 1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. 2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. 3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan atau piutang. 4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. 5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. 6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang. 7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode. 8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar. 9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

33 2.9 AKTIVITAS 2.9.1 Pengertian Rasio Aktivitas Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara membandingkan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode. 2.9.2 Manfaat Rasio Aktivitas Menurut Kasmir (2008 : 174) manfaat yang dapat dipetik dari rasio aktivitas, yakni sebagai berikut : 1. Dalam bidang piutang a. Perusahaan atau manajemen dapat mengetahui berapa lama piutang mampu ditagih selama satu periode. Kemudian, manajemen juga dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.

34 b. Manajemen dapat mengetahui jumlah hari dalam rata rata penagihan piutang (days of receivable) sehingga manajemen dapat pula mengetahui jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata rata tidak dapat ditagih. 2. Dalam bidang persediaan Manajemen dapat mengetahui hari rata rata persediaan tersimpan dalam gudang. 3. Dalam bidang modal kerja dan penjualan Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau dengan kata lain, berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan. 4. Dalam bidang aktiva dan penjualan a. Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. b. Manejemen dapat mengetahui penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan dengan penjualan dalam suatu periode tertentu. 2.10 RASIO MODAL KERJA Besarnya modal kerja sebuah perusahaan berhubungan dengan berbagai aktivitas operasional dan finansial. Tanpa modal kerja yang cukup aktivitas bisnis perusahaan dapat terancam.

35 Rasio likuiditas Pada umumnya perhatian pertama dari analis keuangan adalah likuiditas. Rasio ini digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, selain itu juga rasio ini sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. - Current Ratio Rasio lancar (Current Ratio) adalah perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan utang lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Namun rasio yang tinggi belum tentu kondisi perusahaan sedang baik, karena dapat menyebabkan idle cash. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Menurut Kasmir (2008 : 135), current ratio dapat dihitung dengan cara: Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar - Quick Ratio Rasio cepat (Quick Ratio) adalah perbandingan antara (aktiva lancar persediaan) dengan utang lancar. Ratio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kewajibannya

36 dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direlalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir sebagai uang kas. Semakin besar rasio ini maka semakin baik (Joko, 2008 : 9). Menurut Kasmir (2008 : 137), quick ratio dapat dihitung dengan cara: Quick Ratio = Aktiva Lancar Persediaan Hutang Lancar - Cash Ratio Rasio kas (Cash Ratio) adalah perbandingan antara kas dan setara kas dengan utang lancar. Rasio kas mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Menurut Kasmir (2008 : 139), cash ratio dapat dihitung dengan cara: Cash ratio = Kas +Setara Kas utang Lancar

37 Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. - Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Menurut Kasmir (2008 : 176), receivable turn over dapat dihitung dengan cara: Receivable Turn Over = Penjualan Kredit Piutang Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik (Kasmir, 2008 : 176). - Rasio Perputaran Persediaan ( Inventory Turn Over) Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) berputar dalam suatu peiode. Menurut Kasmir (2008 : 180), inventory turn over dapat dihitung dengan cara:

38 Invetory Turn Over = Penjualan Persediaan Semakin besar rasio yang diperoleh, semakin menunjukkan bahwa perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan. (Kasmir, 2008 : 180) - Rasio Perputaran Modal Kerja ( Working Capital Turn Over) Perputaran modal kerja merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Working Capital Turn Over = Penjualan bersih Modal kerja Semakin besar tingkat perputaran modal kerja maka semakin baik karena menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja. (Joko Priyono, 2008 : 10)