Peranan Informasi Geospasial dalam Penilaian Sumberdaya Hutan di Indonesia Kekuatan, Geopolitik serta Keterbatasan Implementasinya Bersama Menata Indonesia yang Lebih Baik Badan Informasi Geospasial Dipresentasikan Pada Workshop Nasional Penguatan Kapasitas, Kemampuan dan Penguatan Iptek dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Forest Resource Assesment Hotel Ibis Jakarta, 11-12 Maret 2014 Informasi Geospasial bagi Ketahanan Nasional Negara kepulauan terbesar di dunia Posisi diantara 2 samudera dan 2 benua peran strategis timur-barat dan utara-selatan Berpotensi menjadi jalur perdagangan internasional dan dapat lebih memainkan peranan politisnya dalam percaturan politik internasional. Menuntut dilakukannya koordinasi dengan pihakpihak terkait untuk mengamankan Kepulauan Indonesia. 1
Sumber Daya Alam Indonesia Dunia no 6: Batubara 141,1 juta ton oil eq Dunia no 3: Nikel 229.000 ton Dunia no 1: Kelapa Sawit 465.000 ton Dunia no 3: Beras 35,8 juta ton Output Dunia no 6: Agricultural US$ 60 milyar Dunia no 3: Kokoa 545.000 ton Dunia no 4: Kopi 465.000 ton Dunia no 2: Karet 2,80 juta ton Dunia no 2: Timah 102.000 ton Dunia no 6: Tembaga 789.000 ton Keragaman Budaya Wisata Jumlah Penduduk Amanat UU No.4 / 2011 Transformasi BAKOSURTANAL menjadi BIG Bakosurtanal Pengkaji kebijakan nasional bidang survei dan pemetaan (SURTA) Pembina di bidang surta Pembina infrastruktur data spasial PERGESERAN PARADIGMA: Membangun Informasi Geospasial yang dpt dipertanggung jawabkan Mudah dan bebas diakses secara bertanggung jawab Dimanfaatkan secara bertanggung jawab Badan Informasi Geospasial Penyelenggara surta dan pembangunan Informasi Geospasial Dasar (IGD) Bab IV Pasal 22 Pembina bidang surta dan pembangunan Informasi Geospasial Tematik (IGT) Bab VII Pasal 57 Penyelenggara Infrastruktur & Jaringan Informasi Geospasial Bab V Pasal 53 2
Dukungan Kebijakan selain UU No.4 tahun 2011 Perpres No.85 tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional; UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Peta Ekoregion Nasional; Inpres No.10 tahun 2011 dan Inpres No 6 Tahun 2013 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut Peta Moratorium; Inpres No.6 tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan, dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi; Presiden SBY Sidang Kabinet Paripurna, 23 Desember 2010 Harus ada satu peta yang menjadi rujukan nasional. UU No.4 Tahun 2011 MISI BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Membangun dan memperkuat koordinasi kelembagaan terkait penyelenggaraan informasi geospasial yang efektif, efisien, dan sistematis. Membangun data dan informasi geospasial yang berkualitas dan berkelanjutan dengan multi-resolusi dan multi-skala dalam satu referensi tunggal, serta mudah dimanfaatkan secara cepat dan dapat dipertanggung jawabkan. Meningkatkan kapasitas kelembagaan, sumber daya manusia, kualitas penelitian dan pengembangan dalam penyelenggaraan informasi geospasial serta mendorong pemanfaatannya. 3
Peran BIG berdasarkan UU No. 4 Tahun 2011 BIG memiliki TUGAS POKOK dan FUNGSI yang LEBIH LUAS; tidak sekedar mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan survei pemetaan untuk menghasilkan peta namun membangun Informasi Geospasial yang dapat dipertanggungjawabkan dan mudah diakses REGULATOR EKSEKUTOR KOORDINATOR Menyusun kebijakan dan membuat perundangundangan terkait penyelenggaraan pembangunan IG Penyelenggara tunggal IGD Mengkoordinasikan pembangunan IG dalam hal pengintegrasian IGT Peran BIG berdasarkan UU No. 4 Tahun 2011 menjadikan IGD sebagai acuan IGT untuk menjamin keterpaduan informasi nasional Pembangunan IGD mengkoordinasikan penyusunan IGT terintegrasi yang berpedoman pada norma, standar dan pedoman yang ditetapkan oleh BIG Pembangunan IGT membangun sistem pengelolaan dan akses IG, sebagai implementasi kebijakan teknis yang mengacu kepada Perpres No.85 tahun 2007 Pembangunan IIG Rujukan dalam Pembangunan IGT Pembinaan dan Pengintegrasian IGT Berbagi Pakai dan Penyebarluasan IG 4
TUGAS BIG PENYELENGGARAAN (pasal 22) INTEGRASI (pasal 24) PEMBINAAN (pasal 57) PENYELENGGARAAN IG JKV JKH JKG RBI LPI LLN DATA DASAR PETA DASAR IG TEMATIK IG DASAR INFORMASI GEOSPASIAL 5
Jaring Kontrol Geodesi Nama Jumlah Titik Kontrol Tersedia Kebutuhan Kekurangan A. Jaring Kontrol Geodesi 1. Jaring Kontrol Horisontal Orde 0 dan orde 1 (Min. 1 titik per kab/ 700 1273 573 kota) 2. Jaring Kontrol Vertikal 5.911 10.000 4.089 3. Jaring Kontrol Gaya Berat Absolut 4 25 21 Relatif 5.871 8.240 2.369 B. Lain-lain 1. Stasiun Pasang Surut Permanen Stasiun Pasang Surut Laut 113 400 287 Stasiun Pasang Surut Bumi 1 1 0 2. Titik Pantau Geodinamika 300 500 200 3. Titik Pantau Land Subsidence 30 300 270 4. Stasiun Tetap GPS (CORS) 272 2.000 1.728 Titik Pantau Geodinamika) Jaring Kontrol Gayaberat Nasional (JKGN) Jaring Kontrol Vertikal Nasional (JKVN) Jaring Kontrol Horisontal Nasional (JKHN) INFORMASI GEOSPASIAL DASAR Rujukan dalam Pembangunan IGT IGD yang diselenggarakan oleh BIG terdiri dari : Jaring Kontrol Geodesi: JKHN = Jaring Kontrol Horizontal Nasional JKVN = Jaring Kontrol Vertikal Nasional JKGN = Jaring Kontrol Gayaberat Nasional Peta Dasar: Peta Rupabumi Indonesia diselenggarakan pada skala 1:1.000000, 1:500000, 1:250000, 1:100000, 1:50000, 1:25000, 1:10000, 1:5000, 1:2500, dan 1:1000. Peta Lingkungan Pantai Indonesia diselenggarakan pada skala 1:250000, 1:50000, 1:25000, dan 1:10000. Peta Lingkungan Laut Nasional diselenggarakan pada skala 1:500000, 1:250000, dan 1:50000. No Skala Jumlah Tersedia Belum Tersedia Ketersediaan 1 1:1.000.000 37-37 0 % 2 1:500.000 103 103-100 % 3 1:250.000 309 309-100 % 4 1:100.000 1.245-1.245 0 % 5 1:50.000 3.899 2.486 1.413 63.76% 6 1:25.000 3.020 3.141 9.879 24.12% 7 1:10.000 91.547 1.074 90.473 1.17% 8 1:5.000 379.014 106 378.908 0.03% 9 1:2.500 880.206-880.206 0 % 10 1:1.000 2,729,319-2,729,319 0 % 6
Jenis Peta Tersedia s/d 2013 Rencana Total (NLP) (NLP) % Peta LLN 1:50.000 4 600 1% Peta LLN 1:250.000 0 261 0% Peta LLN 1:500.000 44 44 100% Peta LPI 1:10.000 0 300 0% Peta LPI 1:25.000 12 200 6% Peta LPI 1:50.000 458 1200 38% Peta LPI 1:250.000 138 280 49% INDEKS PETA RBI per 2013 7
KAJIAN AKADEMIS & SPESIFIKASI TEKNIS PEDOMAN RSNI & SNI 13/03/2014 Pembinaan dan Pengintegrasian IGT INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK IGT ONE MAP Multi maps Multi scale Multi classification Multi refferences MULTI USER PEMBINAAN NORMA STANDAR PROSEDUR KRITERIA KAJIAN AKADEMIS SURVEI DAN PEMETAAN RESIKO BENCANA KEPESISIRAN SPESIFIKASI TEKNIS INVENTARISASI SUMBERDAYA ALAM PESISIR DAN LAUT PEDOMAN PENYAJIAN PETA TEMATIK SPASIAL SUMBERDAYA ALAM PESISIR DAN LAUT PEDOMAN PENGELOLAAN BASISDATA TEMATIK SPASIAL SUMBERDAYA ALAM PESISIR DAN LAUT PEDOMAN SURVEI DAN PEMETAAN MANGROVE PEDOMAN SURVEI DAN PEMETAAN TERUMBU KARANG PEDOMAN PENYUSUNAN DIREKTORI PULAU PULAU KECIL PEDOMAN PEMILIHAN CITRA SATELIT UNTUK PEMETAAN TEMATIK PERENCANAAN PESISIR PEDOMAN SURVEI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA ALAM DAN BENCANA DI WILAYAH PESISIR (ICRI) PEDOMAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK WILAYAH KEPESISIRAN (RSGIS) PEDOMAN SURVEI CEPAT TERINTEGRASI WILAYAH KEPESISIRAN RSNI SURVEI DAN PEMETAAN PULAU PULAU KECIL TERLUAR SNI SURVEI DAN PEMETAAN MANGROVE SNI HABITAT PERAIRAN DANGKAL : TERUMBU KARANG DAN LAMUN SNI BASISDATA SPASIAL OSEANOGRAFI : SUHU, SALINITAS, OKSIGEN TERLARUT, DERAJAT KEASAMAN, TURBIDITAS, KECERAHAN SNI KLASIFIKASI PERAIRAN DASAR LAUT 8
Perkembangan IG di Indonesia 1990an Kelemahan di bidang Geospasial (kekurangan data sbg bahan perencanaan) 2011 Kelemahan di bidang Integrasi Geospasial (terlalu banyak data, mana yang benar?) Pasca UUIG Terwujudnya One Map Baseline penentuan kebijakan IGT Nasional Kesepakatan POKJA No Data IGT Cakupan K/L Penyedia K/L Terkait 1 Batas DAS dan Subdas *) Pulau Jawa Kemenhut BIG, PU 2 DAS Nasional Nasional Kemenhut BIG, PU 3 SWS Nasional Nasional PU BIG, Kemenhut 4 Penutup Lahan Hutan Nasional Kemenhut BIG, Kementan, dll 5 KP2LB (Indikatif Lahan Baku Sawah) Nasional Kementan BIG,BPN 6 Geologi *) Nasional ESDM BIG 7 Minerba **) Nasional ESDM BIG 8 Perijinan Sektoral *) Nasional BPN,ESDM, Kemenhut, Trans Kemenko Polhukam 9 Morfometri *) Nasional BIG PU, Daerah 10 Sistem Lahan *) Nasional BIG Kementan, Kementrans, BMKG 11 Fisiografi *) Nasional BIG Kementan, Kementrans, BMKG 12 Karakteristik Perairan *) Nasional BIG KKP 13 Mangrove *) Nasional Kemenhut,BIG,KKP,KLH Daerah 14 Terumbu Karang *) Nasional LIPI KKP, daerah 15 Garam *) Nasional BIG Kemenko Perekonomian, KKP * Sudah diunggah 15 Tema ** Proses Koordinasi 9
KEBUTUHAN 13/03/2014 IGT Nasional Kesepakatan POKJA No Data IGT Cakupan K/L Penyedia K/L Terkait BIG, Kementan, 16 Kawasan Hidrologi Gambut *) Nasional KLH Kemenhut 17 Indikatif Rawa Nasional *) Nasional PU BIG, Kementan, Kemenhut 18 Multirawan Bencana *) 7 Wilayah Provinsi BIG BIG, BNPB, ESDM, BMKG, PU, KEMENHUT, BPPT, KLH, LIPI 19 Rawan Banjir *) 112 Wilayah Kabupaten / Kota skala 1:50.000 BIG BIG, BMKG, PU 20 Biomass Sumsel, Kalbar Kemenhut BIG, Kemenhut 21 PIPIB (versi 1-5) *) Nasional BIG,Kemenhut, BPN, Kementan UKP4, Badan Redd+ * Sudah diunggah 15 Tema SNI PENUTUP LAHAN 7645-2010 Review SNI -2013 KEHU- TANAN TATA RUANG LINGKUN GAN HIDUP KEMTAN AKADEMIS SNI PENUTUP LAHAN MULTIDIMENSI KAJIAN ONE MAP 10
CONTOH INTEGRASI IGT PETA MORATORIUM HUTAN PRIMER DAN LAHAN GAMBUT Revisi 1-4 Revisi 5 INPRES NO 6 TAHUN2013 PERPANJANGAN PIPIB MEI 2014, Revisi 6 November 2013 Revisi 5 MEI 2013 Revisi 4 SESUAI INPRES NOMOR 10 TAHUN 2011 dan telah diperpanjang dengan INPRES Nomor 6 tahun 2013 PEMBAHARUAN PETA TUTUPAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT SESUAI PIPIB PADA KAWASAN HUTAN DAN AREAL PENGGUNAAN LAIN DILAKUKAN SETIAP 6 BULAN SEKALI MELALUI KERJASAMA DENGAN K/L TERKAIT (KEMHUT, KEMTAN, BPN, ESDM, BIG) Sampai saat ini telah diluncurkan sampai dengan PIPIB 5, NOPEMBER 2012 Revisi 3 MEI 2012 Revisi 2 NOVEMBER 2011 Revisi 1 INPRES NO 10 TH 2011 JUNI 2011, PIPIB 0 TARGET PENETAPAN KAWASAN HUTAN TAHUN 2014 (sesuai data hasil paparan Kepala BPKH kepada Dirjen Planologi Kehutanan) BPKH PROVINSI TARGET LUAS RENCANA PENETAPAN 2014 SUDAH PENETAPAN TOTAL UNIT LUAS (HA) % LUAS (HA) % LUAS (HA) % I SUMATERA UTARA 3.742.120,00 31 603.956,36 16,14 48.463,60 1,30 652.419,96 17,43 SUMATERA BARAT 2.380.058,00 91 973.780,03 40,91 1.510.334,97 63,46 2.484.115,00 104,37 II SUMATERA SELATAN 3.482.667,65 42 1.364.912,00 39,19 357.163,25 10,26 1.722.075,25 49,45 III KALBAR 8.355.597,37 159 4.881.896,00 58,43 1.301.552,30 15,58 6.183.448,30 74,00 IV KALTIM 13.952.513,00 261 10.552.265,50 75,63 504.564,00 3,62 11.056.829,50 79,25 V KALSEL 1.779.982,00 68 649.448,01 36,49 178.650,00 10,04 828.098,01 46,52 SULUT 765.061,00 39 156.786,30 20,49 370.653,06 48,45 527.439,36 68,94 VI MALUT 2.515.220,00 32 295.389,12 11,74 870.527,73 34,61 1.165.916,85 46,35 VII SULSEL 2.725.796,00 118 1.707.448,90 62,64 634.976,16 23,30 2.342.425,06 85,94 SULBAR 1.107.058,00 55 998.600,45 90,20 786,00 0,07 999.386,45 90,27 IX MALUKU 3.923.559,96 57 1.380.814,00 35,19 730.306,08 18,61 2.111.120,08 53,81 X PAPUA 30.387.499,00 81 15.417.682,13 50,74 2.348.441,00 7,73 17.766.123,13 58,47 XI Jawa Barat 816.603,00 11 664.774,36 81,41 114.284,77 14,00 779.059,13 95,40 Jawa Tengah 757.250,00 22 640.076,14 84,53 153.492,65 20,27 793.568,79 104,80 DIY 16.819,52 9 13.632,84 81,05 1.017,40 6,05 14.650,24 87,10 Banten 253.254,00 5 119.616,17 47,23 50.256,41 19,84 169.872,58 67,08 DKI Jakarta 108.475,45 0,00 0,00 107.856,20 99,43 107.856,20 99,43 Jawa Timur 1.361.146,00 9 1.225.737,15 90,05 165.147,07 12,13 1.390.884,22 102,18 11
TARGET PENETAPAN KAWASAN HUTAN TAHUN 2014 (sesuai data hasil paparan Kepala BPKH kepada Dirjen Planologi Kehutanan) XII KEPULAUAN RIAU 603.354,32 21 34.080,83 5,65 67.173,51 11,13 101.254,34 16,78 JAMBI 2.107.779,00 35 559.984,95 26,57 120.222,21 5,70 680.207,16 32,27 XIII KEP. BABEL 654.562,00 33 204.568,03 31,25 316.306,04 48,32 520.874,07 79,58 VIII Bali 130.686,01 0 0,00 0,00 70.506,62 53,95 70.506,62 53,95 NTB 1.046.959,00 34 682.704,35 65,21 384.269,22 36,70 1.066.973,57 101,91 XIV NTT 1.808.990,00 130 1.100.371,96 60,83 403.273,05 22,29 1.503.645,01 83,12 XV GORONTALO 824.668,00 48 573.163,28 69,50 278.255,75 33,74 851.419,03 103,24 XVI SULTENG 4.304.959,00 123 1.782.715,65 41,41 392.865,72 9,13 2.175.581,37 50,54 XVII PAPUA BARAT 10.312.521,34 97 4.722.802,25 45,80 1.805.804,93 17,51 6.528.607,18 63,31 XVIII ACEH 3.599.288,68 42 1.040.171,56 28,90 35.244,25 0,98 1.075.415,81 29,88 XIX RIAU 8.852.805,68 89 2.808.823,63 31,73 685.433,89 7,74 3.494.257,52 39,47 XX LAMPUNG 1.004.735,00 26 313.422,29 31,19 340.400,48 33,88 653.822,77 65,07 BENGKULU 924.631,00 69 377.448,96 40,82 278.150,74 30,08 655.599,70 70,90 XXI KALTENG 12.719.707,00 36 3.168.712,00 24,91 70.553,00 0,55 3.239.265,00 25,47 XXII SULTERA 3.830.579,00 11 1.043.086,94 27,23 456.900,00 11,93 1.499.986,94 39,16 TOTAL 131.156.904,97 1.884 60.058.872,13 45,79 15.153.832,06 11,55 75.212.704,19 57,35 TUGAS PENTING DAN STRATEGIS PEMETAAN DAN INTEGRASI TEMATIK 12
KLAIM VERIFIKASI 1. Kompilasi Data Foto Udara/ CSRT Tegak SRTM 30m RBI 1:50.000 Peta kawasan hutan 1:250.000 Peta tutupan lahan 1:250.000 2. Analisis Awal Peta trayek tata batas kawasan hutan 1:50.000 Interpretasi Citra Peta tematik 1:50.000 Pembanding 3. Pekerjaan lapangan Mengikuti Tata Cara Penetapan Tata Batas Kawasan Hutan Survei lapangan 4. Analisis Akhir 4. Basis data dan kartografi Pencermatan dan Persetujuan multipihak (Pengukuhan kawasan) Peta tata batas kawasan hutan 1:50.000 Reinterpretasi citra inderaja dan analisis laboratorium Akurasi terpenuhi Ya Peta tematrik hutan 1:50.000 Tidak Peta KH 1:250.000 DATASET PERIZINAN Peta Dasar 1:50.000 CSRT Resolusi min 15m Kalim IUP - Garis Pantai - Hidrografi - Jalan - Batas administrasi - Igir/lembah - Tutupan lahan - Garis Pantai - Hidrografi - Jalan - Igir/lembah - Tutupan lahan DOKUMEN PERIZINAN QA Akurasi Geometri Peta KH 1:250.000 digunakan sebagai tijauan DITOLAK TELAAH PENUNJUKAN KAWASAN HUTAN 250 K PENDEKATAN DATA PERIZINAN IGD CSRT PENETAPAN KAWASAN HUTAN 50 K MAPPING Deliniasi Batas Luar KH ATTRIBUTING BATAS KH NEAREST BOUNDARY ATRIBUT BATAS KH SEGMENTASI BATAS KH: - Tata batas/pengukuran - Batas Perizinan - Penunjukan - Garis Pantai - Hidrografi - Jalan - Batas administrasi - Igir/lembah - Tutupan lahan - LAINNYA REFERENSI: - Tata batas/pengukuran - Batas Perizinan - Penunjukan - Garis Pantai - Hidrografi - Jalan - Batas administrasi - Igir/lembah - Tutupan lahan BATAS KH TENTATIF SOSIALISASI PEMBAHASAN MULTI PIHAK APPROACH DITERIMA VERIFIKASI LAPANGAN PETA TEMATIK 1:50.000 UPDATING UPDATING Sebagai referensi tambahan dalam penetapan batas kawasan PETA KH 1:50.000 13
14
Implementasi Inpres No. 6/2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan, dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi Inpres No. 6/2012 mengamanatkan BIG untuk : Pengolahan Citra Tegak Bertujuan untuk meminimalisir kesalahan geometrik (pergeseran koordinat) Penyimpanan Citra Tegak Kapasitas penyimpanan server belum mencukupi untuk menampung data citra seluruh K/L dan Pemda Penyebarluasan citra tegak Fasilitas cloud computing belum cukup menunjang penyebarluasan data citra satelit seluruh K/L dan Pemda Peningkatan kapasitas dan sistem pengolahan data Kapasitas sistem operasi dan teknologi pengolah data citra tegak satelit masih terbatas Diperlukan Digital Elevation Model dari citra RADAR Diperlukan 20.000 GCP (Ground Control Point) dari lapangan yang detil Diperlukan pengadaan media penyimpan (1000 terrabyte) Diperlukan citra RADAR Spaceborne; dan survei GCP secara nasional (diprioritaskan di koridor P3EI sebanyak 8.000 GCP) Penguatan jaringan komunikasi BIG-LAPAN Pengembangan cloud computing Pengembangan ruang server Pengadaan perangkat pengolah data dan proses Melakukan uji coba pembuatan citra tegak satelit resolusi tinggi di Borobudur Saat ini sedang diusulkan kegiatan penyediaan citra RADAR Spaceborne, survei GCP nasional, pengadaan pengolahan data, server, media penyimpanan dan lain-lain dalam rangka memenuhi amanat Inpres No.6/2012 tersebut. 15
KEKUATAN DAN KELEMAHAN SD kehutanan sebagai modal ekonomi bangsa SD KEHUTANAN PENGELO- LAAN CARBON TRADING (Global Economic Valuating) SD kehutanan sebagai alat tukar dalam skema carbon trading yang memiliki nilai tawar internasional secara politik Konflik Perizinan di Kabupaten Kutai Timur Banyak IGT SDH belum ONE MAP IGT SDH belum mengacu IGD Pemanfaatan Lahan Tidak terkendali KONFLIK 16
Inpres No. 2 tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Konflik Perizinan di Kabupaten Kutai Timur Sebuah potensi gangguan keamanan perlu dideteksi sedini mungkin oleh pemerintah agar dapat ditangani dengan baik. Data dan informasi geospasial dapat menggambarkan dengan jelas potensi konflik berdasarkan penyebabnya. Data dan informasi geospasial dapat menjadi salah satu bahan dalam setiap tahapan pendeteksian dan penanganan gangguan keamananan/konflik. Peta yang tidak mengacu pada standar yang sama akan memicu konflik. Penutup 1. UU Nomor 4 tahun 2011 mengamanatkan Badan Informasi Geospasial (BIG) sebagai penyelenggara tunggal Informasi Geospasial Dasar (IGD) yang digunakan untuk membangun Informasi Geospasial Tematik (IGT). 2. Belum Optimalnya Pelaksanaan ONE MAP dan ONE DATA SD Kehutanan, sehingga: Inventarisasi SD hutan sebagai baseline masih perlu divalidasai, Pengelolaan yang terdesentralisasi di berbagai sector dan bidang yang tidak/belum ONE MAP (menggunakan baseline yang sama) sehingga banyak informasi yang tumpang tindih menimbulkan konflik. 3. Konsep pendetailan peta dalam pemetaan bisa dilakukan dimana syarat-syarat berikut dapat terpenuhi : Peta dengan skala kecil (1:250.000) hanya dipakai sebagai pendukung (peta tinjau), bukan sebagai acuan untuk pembuatan peta skala operasional (1:50.000). Pembuatan peta skala operasional 1:50.000 tetap harus mengacu pada peta topografi (RBI) dengan skala sama atau lebih besar, pengukuran di lapangan dan dukungan foto udara/citra satelit resolusi tinggi yang memadai 17