4. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Demografi Objek Penelitian Lokasi KDT Cinyurup berada di lereng gunung karang dengan kemiringan minimum 30%. Luas wilayah Kelurahan Juhut 402,86 ha dan terbagi dalam 6 RW/28 RT dan 1.383 KK dengan jumlah penduduk 6.191 jiwa (laki-laki 3.721 orang dan perempuan 2.470 orang). Pemanfaatan wilayah terdiri dari lahan sawah (60 ha), ladang/kebun campuran (264,4 ha), pemukiman dan pekarangan (75 ha) dan lainnya (3,46 ha). Daerah ini memiiki evalasi 200-700 m dpl, curah hujan 2.000 mm/tahun, suhu udara 25-35 o C dan bertopografi miring/berlereng (Kardiyanto et al., 2011). Kampung Cinyurup memiliki vegetasi rumput, tanaman palawija, sayuran, semak, tanaman tahunan, dan hijauan pakan ternak yang melimpah serta mampu menampung + 4.000 domba dewasa. Komoditas pertanian andalannya adalah tanaman perkebunan (cengkeh, kopi, melinjo, alpukat, kelapa) dan usahatani sayuran (wortel, bawang daun, leunca, labu siam, tomat, cabe rawit, sawi/caisin, buncis, kangkung, bayam). Di lokasi ini juga tumbuh tanaman liar, penduduk setempat menyebutnya dengan nama Talas Beneng (besar dan koneng) yang beratnya bisa mencapai 30 kg/pohon dan telah dimanfaatkan sebagai bahan olahan makanan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa setidaknya 80% plasma nutfah tanaman terong-terongan di Indonesia berada di lokasi ini. 4.2 Penetapan Kampung Domba Terpadu Penetapan komoditas domba diawali dengan bantuan ternak domba dari Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam tulisan selanjutnya singkat SKPD, Provinsi dan Kabupaten Pandeglang di Kampung Cinyurup, Kelurahan Juhut. Sementara, BPTP Banten melalui kegiatan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMATANI) memindahkan sebagian ternak domba dari lokasi PRIMATANI ke kampung ini. Gayung bersambut, antusias masyarakat Juhut dan aparatur pemerintahan setempat begitu besar. Nampak dari kesepakatan dibentuknya Kelompok Kerja dalam tulisan selanjutnya disingkat Pokja, dengan struktur kepengurusan : Ketua (Dinas Peternakan Kabupaten
40 Pandeglang), Sekretaris (Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang), Tim Ahli (Balitnak Bogor; BPTP Banten), Pembina (Dinas Peternakan Provinsi, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi), Anggota (Perum Perhutani; Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten, Kepala Desa/Kelurahan, PPL, Ketua Kelompok Ternak). Sejak tahun 2009, SKPD Pusat/Provinsi dan Kabupaten memiliki peran/kontribusi dalam Program KDT, seperti tersaji pada Tabel 10. Tabel 10. Peran/Kontribusi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Program Kampung Domba Terpadu No. Organisasi/Kelembagaan Peran 1 Distanak Provinsi Banten Bantuan ternak 2 BP3KH Bantuan ternak 3 Disnak Kabupaten Pandeglang Bantuan ternak dan pendampingan teknis 4 Perhutani Lahan penanaman HMT 5 Distanbun Kabupaten Pandeglang Bantuan ternak dan penanaman HMT 6 Balitnak Tenaga ahli, teknologi peternakan dan Pelatihan 7 BPTP Banten Pengawalan dan pendampingan teknologi, pelatihan, pembinaan, demplot HMT 8 LSM Kopling Penguatan kelembagaan 9 Penyuluh Pendampingan teknis dan kelembagaan 10 Peternakan Menyediakan tenaga dan sebagian kebutuhan pembuatan kandang Sumber : Kardiyanto et al., 2011 4.3 Rancangan Usaha di Kampung Domba Terpadu Kebiasaan masyarakat yang bercocok tanam di wilayah kehutanan dengan membuka lahan baru, memberikan kontribusi terhadap penggundulan hutan lindung. Model KDT dirancang dalam suatu kawasan desa dan dikembangkan melalui model usaha ternak domba dengan pola usaha agribisnis. Target usaha yang hendak dicapai meliputi aspek hulu sampai dengan hilir. Dalam jangka panjang sifat usahanya akan diarahkan sebagai cabang usaha bahkan dapat menjadi usaha pokok dengan target 50-70 persen total pendapatan petani di perdesaan berasal dari usaha ternak domba. Secara teknis KDT adalah pola usahaternak sayuran terintegrasi. Secara sosial KDT merupakan salah satu strategi terapan pemberdayaan masyarakat setempat. Dari aspek pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, pengembangan dan posisi KDT dapat disejajarkan dengan konsep
41 kawasan penyangga hutan dan lingkungan (forest and environment bufferzone area). Keberadaan zona penyangga ini diharapkan menjadi benteng pencegah masyarakat untuk memasuki kawasan hutan lindung dan merusak hutan dengan menebang kayu dan mengambil hasil hutan lainnya tanpa terkontrol. Upaya pengalihan prioritas usaha petani dari menanam sayuran di kawasan hutan ke usahatani ternak terpadu sebagai upaya peningkatan pendapatan petani. Kampung Cinyurup memiliki dukungan sumberdaya alam yang sangat menunjang bagi pengembangan ternak domba terutama dalam penyediaan pakan ternak. Terdapat sedikitnya 30 jenis hijauan pakan ternak (jenis rumput dan dedaunan) dan hamparan padang hijauan yang luas di lahan kehutanan. 4.4 Upaya Menjadikan Sumber Pendapatan Bulanan Petani Dasar perhitungan teknis untuk menentukan besaran ekonomi usahaternak domba adalah Laju Reproduksi Induk (LRI). LRI adalah jumlah anak yang hidup sampai disapih per induk per tahun. LRI adalah gambaran kemampuan induk merawat anaknya sampai usia sapih. Semakin besar nilai LRI, semakin tinggi kinerja produksi usahaternak dan semakin besar tingkat keuntungannya. Berdasarkan hasil kajian di Desa Nagrak dan Cisaat Kabupaten Sukabumi (Suradisastra et al., 2011), jumlah dan komposisi ternak yang dipelihara untuk memenuhi nilai LRI antara 2,33 ekor dan 2,63 ekor per petani kooperator. Dimana setiap petani kooperator memelihara 6 ekor induk domba dan 1 ekor pejantan. Pola pengembangan KDT Cinyurup adalah setiap petani kooperator yang menerima 1 ekor betina berkewajiban mengembalikan 2 ekor domba dewasa, jika menerima 1 ekor pejantan berkewajiban mengembalikan 1 ekor domba dewasa dalam kurun waktu 3 tahun dan setelah itu domba bantuan menjadi milik petani kooperator. Target skala usahanya adalah setiap petani kooperator memelihara 8 ekor induk betina dan 1 ekor jantan sebagai pemacek. Dengan pertimbangan, LRI jumlah anak yang dilahirkan per induk per tahun adalah 2 ekor, maka dengan 8 ekor induk per tahun dapat menghasilkan 16 ekor; apabila jarak beranak (lambing interval) dicapai 8 bulan (3 bulan masa kosong dan 5 bulan bunting), maka diperoleh anak sebanyak 16 ekor per tahun. Apabila target lambing interval meleset dari 8 bulan, maka target 12 ekor anak dapat tercapai, sehingga setiap
42 bulan peternak mampu menjual 1 ekor anak kambing dengan kisaran harga Rp 500.000 Rp 700.000 per ekor. Maka target pendapatan 50% UMR Provinsi Banten (Rp. 490.000) dapat dipenuhi. Tabel 11. Perkembangan Pengelolaan Ternak Domba Gapoktan 4.5 Struktur Organisasi Gapoktan Juhut Mandiri Gapoktan adalah kelompok tani lanjutan yang dibentuk dari beberapa kelompok tani, bersifat informal, sukarela dan swadaya atas dasar kesepakatan dan kepentingan bersama. Sebagai kelompok lanjutan, maka pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah dan mufakat oleh pengurus gapoktan dan kelompok tani. Tujuan dibentuknya gapoktan untuk memberikan pelayanan dan manfaat ekonomi dan sosial secara berkelanjutan bagi anggotanya, seperti peningkatan skala usaha, produktivitas, daya saing dan kemandirian. Keberadaannya tidak hanya dianggap untuk mempermudah pembinaan, tapi harus benar-benar terasa manfaatnya oleh seluruh anggota.
43 Tabel 12. Monografi Gapoktan Juhut Mandiri, per Juni 2012. Gapoktan Juhut Mandiri terdiri dari 11 keanggotaan kelompok tani, dimana 2 Kelompok Tani Noval Mandiri dan Suka Mandiri adalah kelompok tani yang sudah lama berdiri namun baru bergabung ke Gapoktan Juhut Mandiri dalam beberapa bulan terakhir. Komoditas usahanya integrasi ternak domba dan sayuran, domba dan tanaman duren, serta olahan talas beneng. Keragaan mengenai monografi gapoktan tersaji pada Tabel 12. Gambar 9. Bagan Struktur Organisasi Gapoktan Juhut Mandiri
44 Sebagai organisasi, gapoktan Juhut Mandiri memiliki struktur organisasi dengan kelengkapan seperti; Rapat Anggota Tahunan (RAT), pengawas, pengurus, dan anggota. Agar organisasi berjalan dengan baik, maka masingmasing kelengkapan organisasi harus memiliki tugas dan tanggungjawab yang diatur secara jelas, dipahami dan dilaksanakan secara konsekwen. Pada umumnya masing-masing kelengkapan organisasi gapoktan masih kurang memahami tugas dan tanggungjawabnya, sehingga organisasi belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu pemahaman tentang organisasi dan kelengkapan gapoktan sangat diperlukan. Rapat Anggota Tahunan Rapat/pertemuan ini merupakan permusyawaratan tertinggi dalam rangka pertanggungjawaban pengurus dan pengawas kepada anggota yang dilaksanakan setiap akhir tahun. Tugas Pengawas Gabungan Kelompok 1. Memberikan saran dan nasehat kepada pengurus gapoktan, baik diminta maupun tidak diminta dalam rangka meningkatkan kinerja pengurus gapoktan. 2. Melakukan pemeriksaan secara priodik terhadap seluruh kegiatan keuangan maupun non keuangan pada gapoktan. 3. Memberikan saran perbaikan terhadap temuan-temuan yang kurang benar. 4. Membuat laporan hasil pengawasan dan menyampaikannya pada rapat anggota tahunan. Tugas Ketua Gabungan Kelompok 1. Mengkoordinasikan, mengorganisasikan seluruh kegiatan gapoktan. 2. Memimpin rapat pengurus, rapat pengurus dengan perwakilan kelompok dan rapat anggota tahunan. 3. Menandatangani surat menyurat. 4. Mewakili gapoktan dalam pertemuan dengan pihak lain. 5. Memimpin pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen gapoktan. Tugas Wakil Ketua Gabungan Kelompok Membantu Ketua dalam rangka menjalankan tugasnya.
45 Tugas Sekretaris Gabungan Kelompok 1. Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan administrasi kegiatan non keuangan gapoktan. 2. Menyelenggarakan surat-menyurat dan pengarsipannya. 3. Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan kegiatan non keuangan gapoktan. Tugas Bendahara Gabungan Kelompok 1. Bertanggungjawab menangani seluruh kegiatan administrasi keuangan gapoktan. 2. Menerima pembayaran, atas nama gapoktan dan menyimpannya dengan baik. 3. Melakukan pembayaran atas persetujuan Ketua Gapoktan 4. Menyimpan dan memelihara arsip transaksi keuangan. 5. Menyusun laporan keuangan bulanan dan tahunan gapoktan. Tugas Seksi Pelayanan Gabungan Kelompok 1. Bertanggungjawab melayani dan memfasilitasi kepentingan anggota gapoktan, sesuai dengan jenis pelayanannya. 2. Menyelenggarakan fungsi-fungsi manajemen sesuai dengan bidang pelayanan yang ditangani. 3. Membuat dan mempertanggungjawabkan laporan bulanan dan laporan tahunan sesuai dengan bidang pelayanan pada rapat pengurus.