Penerapan Praktikum Aplikatif Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Koloid.

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN I )

kimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran

Buku Saku. Sistem Koloid. Nungki Shahna Ashari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

KOLOID. 26 April 2013 Linda Windia Sundarti

Lampiran 1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

PEMETAAN / ANALISIS SK-KD (Kelas Eksperimen)

BAB PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KOLOID DAN PROSES PEMBUATANNYA : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA. KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua)

KISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID. Prediksi Andre jika filtrasi dikenakan cahaya

Purwanti Widhy H, M.Pd

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester genap SMA

Sistem Koloid. A. Pengertian Sistem Koloid. Lampiran A.7

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 200

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena

III. METODOLOGI PENELITIAN. siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN III) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA)

Kimia Koloid. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc. Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

KOMPETENSI DASAR PETA KONSEP

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah

Materi Koloid. No Larutan sejati Koloid Suspensi. Antara homogen dan. 5 Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA N 7 Bandar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya, zat-zat yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Swadhipa Tahun

XI IA 4 SMA Negeri 1 Tanjungpinang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Perintis 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA sebanyak 5 kelas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA MAN Poncowati

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS MELALUI PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP

Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMK pada Topik Koloid

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra eksperimen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menghadapi tuntutan masa depan yang penuh tantangan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Learning Start With A Question.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum instrumen soal digunakan dalam penelitian, maka instrumen

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, dan perubahan itu sendiri karena usaha yang disengaja.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I. Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

Download Soal dan Pembahasan Lainnya di: SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN..

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR FLEKSIBEL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Kimia Analis (KA) SMK-

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIFAT-SIFAT KOLOID DAN KEGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58 A. Analisis Data Kemampuan Pemahaman Matematis B. Analisis Data Kemampuan Komunikasi Matematis 72 C.

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah

Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah Semarang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YPU Bandar

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh peningkatan penguasaan

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MAN 1 Bandar Lampung

Koloid. Bab. Peta Konsep. Kompetensi Dasar OLOID 153. Kimiaia untukk SMA dan MA kelas XIII

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. 4.1 Model Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sifat-sifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan konsep yang dimilikinya. Penguasaan konsep menunjukkan. keberhasilan siswa dalam mempelajari sebuah konsep.

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

SISTEM KOLOID. Sulistyani, M.Si.

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MA Negeri 1 Bandar Lampung

III. METODELOGI PENELITIAN. Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup

ANALISIS KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN INFERENSI PADA MATERI KOLOID MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

Kimia Koloid KIM 3 A. PENDAHULUAN B. JENIS-JENIS KOLOID KIMIA KOLOID. materi78.co.nr

BAB II KAJIAN TEORI. Penerapan juga bisa diartikan sebagai kemampuan siswa untuk mengggunakan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMAN 1 Pringsewu

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembelajaran kimia berbasis inkuiri pada guru-guru kimia SMA, dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah

mengajar yang bervariasi merupakan manifestasi dari kreativitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KOLOID

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode

Transkripsi:

Penerapan Praktikum Aplikatif Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Koloid. A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan seseorang di masa mendatang. Melalui pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun,dunia pendidikan tidak pernah bebas dari masalah. Salah satu masalah yang dihadapi sekarang ini yaitu lemahnya proses pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya kualitas pendidikan. Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa. Proses pembelajaran harus dirancang dengan baik agar siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran yang baik dirancang berpusat pada siswa (student centered),sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered) dengan metode pembelajaran konvensional (ceramah). Proses pembelajaran yang hanya dengan metode ceramah kurang memberikan wadah bagi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran sehingga siswa tidak memperoleh pengalaman langsung yang mempermudah siswa dalam mengingat dan memahami konsep yang sedang dipelajari. Selama ini masih banyak guru kimia yang melakukan pembelajaran dengan metode ceramah dan tidak mengaitkan konsep kimia dengan fenomena di sekitar kehidupan, padahal banyak konsep kimia yang bersifat kompleks dan abstrak sehingga siswa menjadi kurang berminat terhadap pembelajaran kimia. Bahkan tidak sedikit siswa beranggapan bahwa kimia adalah mata pelajaran yang sulit dan menakutkan. Hal ini 1

tentu akan berdampak pada rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa. Rendahnya motivasi siswa dapat terlihat ketika siswa lesu dan tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Mereka bergurau dengan temannya dan bahkan tidur ketika pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran agar susana belajar lebih menyenangkan dan memudahkan siswa dalam memahami konsep konsep kimia, sehingga motivasi belajar siswa pun meningkat. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu metode praktikum. Kegiatan praktikum sangat sesuai untuk memfasilitasi siswa belajar melalui pengalaman langsung. Praktikum memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan gambaran dalam keadaan yang nyata tentang apa yang diperoleh dalam teori. Selain itu, melalui kegiatan praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar siswa terutama dalam mempelajari kimia karena siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan mudah memahami suatu konsep kimia yang diajarkan. Melalui kegiatan praktikum banyak aspek yang dapat dikembangkan dalam diri siswa baik aspek kognitif,afektif maupun aspek psikomotoriknya. Dibandingkan dengan kegiatan di kelas, kegiatan praktikum berpeluang lebih banyak untuk membangun interaksi sosial antar siswa dan antar siswa dengan guru sehinnga menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif.(tobin,1990 dalam Fina,2013). Metode praktikum aplikatif sendiri merupakan salah satu cara mengajar yang menekankan pada pemahaman konsep lewat proses mengalami. Penggunaan praktikum aplikatif, menjadikan pembelajaran kimia menjadi lebih menarik dan menyenangkan jika dikaitkan dengan objek nyata dan bisa menghasilkan suatu produk dari praktikum yang dilakukan. Melalui kegiatan praktikum aplikatif, siswa akan lebih menyadari bahwa kimia ada di sekitar kehidupan mereka dan pembelajaranpun akan lebih bermakna. Kegiatan praktikum yang didasarkan pada inkuiri terbimbing, 2

memungkinkan siswa untuk berproses dalam menemukan konsep sendiri, sehingga materi yang dipelajari dapat diidentifikasi, dianalisis dan disintesis, diuji kebenarannya dan disimpulkan menjadi suatu konsep. Sebagian besar materi kimia dapat diajarkan kepada siswa melalui kegiatan praktikum. Namun materi kimia yang paling relevan dengan praktikum aplikatif yaitu materi koloid. Materi koloid sangat dekat dengan kehidupan siswa seperti pada makanan(yogurt,susu,keju,dll), lingkungan (pemjernihan air, pembentukan sungai),serta kesehatan (proses dialisis pada ginjal). Produk yang dihasilkan dari praktikum koloid dapat siswa rasakan. Sehingga diharapkan setelah mempelajari materi koloid di sekolah, siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Selain itu, materi koloid biasanya hanya dijadikan sebagai materi hafalan, sehingga siswa kurang bahkan tidak menyadari bahwa koloid sangat erat dengan kehidupan disekitarnya. Penelitian terdahulu yang mendunkung penelitian ini diantaranya : Ade (2013),dalam penelitiannya menyatakan bahwa pembelajaran praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi dapat menarik minat siswa. Siswa dapat lebih memahami konsep laju reaksi melalui masalah yang berkaitan dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari sehingga dapat lebih bermakna bagi siswa. Berdasarkan permasalahan yang di kemukakan di atas penulis,tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan metode praktikum aplikatif berbasis inkuiri terbimbing dalam pembelajaran materi koloid. Adapun judul yang diangkat oleh penulis yaitu Penerapan Praktikum Aplikatif berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Koloid. 3

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: a. Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered) yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. b. Kurang tepatnya seorang guru memilih dan menggunakan metode pembelajaran, yang mempengaruhi proses belajar mengajar. c. Penyampaian materi yang tidak dikaitkan atau diaplikasikan dengan kehidupan sekitar siswa sehingga siswa merasa pembelajaran tidak bermakna. d. Materi koloid sering dijadikan materi sebatas hafalan. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah peningkatan motivasi belajar siswa pada materi pokok koloid setelah diterapkan pembelajaran praktikum aplikatif berbasis inkuiri terbimbing? b. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada materi pokok koloid setelah diterapkan pembelajaran praktikum aplikatif berbasis inkuiri terbimbing? (variabel bebas: praktikum aplikatif berbasis inkuiri terbimbing, variabel terikat: motovasi dan hasil belajar siswa ) C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pengaruh penerapan praktikum aplikatif berbasis inkuiri terbimbing terhadap peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar kimia siswa. 4

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca, antara lain sebagai berikut : 1. Bagi siswa, dapat memberikan motivasi,melatih siswa untuk aktif,kreatif,berpikir kritis dalam belajar memecahkan masalahmasalah kimia dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai alternatif metode pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar kimia di sekolah. 3. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengalaman untuk mengembangkan penelitian berikutnya. E. Hipotesis Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 67 dalam Susi 2009) menyatakan bahwa Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara pada permasalahan penelitian sampai terbukti dengan melalui data yang terkumpul setelah penelitian dilakukan. Berdasarkan rujukan tersebut penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara pembelajaran dengan penerapan praktikum aplikatif berbasis inkuiri terbimbing terhadap motivasi dan hasil belajar kimia siswa pada materi pokok koloid di kelas XI SMA Negeri di kota Bandung 5

F. Kajian Pustaka 1. Motivasi Belajar Motivasi merupakan kondisi psikologis sebagai daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan demi mencapai tujuan. Menurut Sardiman (1996:35 dalam Sunarto,2009) siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dapat diketahui melalui aktivitas selama proses belajar, antara lain: 1) tekun menghadapi tugas, 2) ulet dan tidak mudah putus asa, 3) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, 4) lebih senang belajar mandiri, 5) cepat bosan terhadap rutinitas, 6) dapat mempertahankan pendapat, 7) tidak mudah melepas hal yang diyakininya, 8) senang mencari dan memecahkan kesalahan soal-soal 2. Hasil Belajar Menurut Syuaeb Kurdi dan Abdul Aziz (2006: 27) hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang dialami siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Menurut Benyamin Bloom (dalam Nana Sudjana, 1999: 22-31) klasifikasi hasil belajar di bagi menjadi 3 ranah yaitu: 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah ini terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. 3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek pada ranah ini yakni, 6

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana, 2002: 39-40 dalam Susi, 2009). 3. Metode Inkuiri Terbimbing Inkuiri terbimbing yaitu salah satu metode inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. 4. Praktikum Aplikatif Praktikum aplikatif adalah pengajaran kimia dengan menggunakan metode praktikum yang dikaitkan dengan objek nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Praktikum aplikatif ini lebih menyenangkan daripada praktikum yang biasanya dilakukan, karena siswa diajarkan untuk mengaplikasikan teori-teori yang dipelajari untuk membuat suatu produk yang bermanfaat dan erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Metode yang dikaitkan denan objek nyata ini diharapkan siswa lebih tertarik, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk belajar giat dan bisa lebih paham terhadap materi kimia yang ada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta bisa menumbuhkan motivasi melalui pengajaran pembuatan produk yang dihasilakn melalui praktikum (Fina,2013). 7

5. Sistem Koloid Selama ini Anda memahami bahwa campuran ada dua macam, yaitu campuran homogen (larutan sejati) dan campuran heterogen (suspensi). Di antara dua keadaan ini, ada satu jenis campuran yang menyerupai larutan sejati, tetapi berbeda sifat-sifat yang dimilikinya, sehingga tidak dapat digolongkan sebagai larutan sejati maupun suspensi. Larutan seperti ini disebut koloid. Perbedaan sejati, sistem koloid dan suspensi kasar ditunjukkan pada tabel berikut: Variabel Larutan Sejati Sistem Koloid Suspensi Kasar Ukuran partikel 10 8 10 7 10 6 10 4 10 3 10 1 (cm) Fasa campuran Satu fasa Satu fasa polifasa Penembusan oleh Transparan Tidak - cahaya transparan Penyaringan Tidak Tidak Terpisahkan terpisahkan terpisahkan Kestabilan larutan Sangat stabil Beragam Tidak stabil Penggolongan Koloid Zat terdispersi Gas gas cair cair cair padat padat padat Medium pendispersi cair padat gas cair padat gas cair padat Wujud koloid busa busa padat aerosol cair emulsi emulsi padat earosol padat sol sol padat Contoh busa sabun, krim kocok batu apung, karet busa kabut, awan, aerosol, spray susu cair, coklat cair, saos keju, mentega, jeli asap, debu, cat, selai, gelatin, kaca rubi, obata-obatan 8

Sifat-sifat koloid : 1. Efek tyndal : partikel koloid akan menghamburkan berkas cahaya yang dijatuhkan padanya. 2. Gerak brown : gerakan partikel koloid yang bergerak dengan arah lurus,tetapi arahnya tidak menentu. 3. Elektroforesa : partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik, karena partikel itu bermuatan listrik. 4. Adsorpsi : partikel koloid bermuatan listrik karena karena adanya penyerapan ion pada permukaan patikel koloid. 5. Koagulasi : sistem koloid tersebut dapat digumpalkan denngan cara, a. Mekanik : pemanasan, pendimginan, pengadukan b. Kimia : menabahkan zat kimia. Pembuatan koloid Metode dispersi,yaitu partikel kasar dipecahkan menjadi partikel koloid dengan cara mekanik (penggilingan,cara listrik/busur bredig), cara peptisasi (dilakukan dengan menambahkan ion sejenis) Metode kondensasi, yaitu atom/ion/molekul dijadikan partikel koloid,dan biasanya melalui reaksi kimia: a. Reaksi redoks, misalnya pembuatan sol belerang dan sol emas b. Reaksi hidrolisis, misalnya pembuatan sol Fe (OH) 3 dan sol AS 3 S 3 G. Metode Penelitian 1. Instrumen Penelitian Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah silabus, rencana pembelajaran, LKS, soal tes (pretes dan postes), angket, lembar observasi, dan lembar wawancara. Soal tes terdiri dari tes obyektif bentuk pilihan ganda, dengan penskoran jika benar diebri skor 1 dan 9

jika salah diberi skor 0. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif yang meliputi pengetahuan atau ingatan (C1), pemahaman (C2), aplikasi atau penerapan (C3),analisis (C4). Sebelum instrumen tes dibuat,terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen. Lembar observasi adalah instrumen yang digunakan untuk mengobservasi sikap dan keterampilan siswa dalam melakukan praktikum dan proses belajar mengajar. Angket digunakan untuk menunjang data penelitian yang tidak bisa diungkap dalam instrumen yang lain. Angket disusun berupa pertanyaan dengan beberapa option jawaban dan ada juga yang beralasan. Pertanyaan yang diajukan dalam angket berhubungan dengan praktikum dan yang dapat mendukung data. 2. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan melaksanakan beberapa tahap yaitu pelaksaan pretes, pemberian perlakuan, observasi,postes, pemberian angket dan pelaksanaan wawancara pada siswa di kelas eksperimen. Pretes dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran sedangkan postes dilakukan setelah pembelajaran. Observasi dilakukan saat pemberian perlakuan pada siswa berlangsung. Angket dan wawancara dilaksanakan pada hari berikutnya. Wawancara dilaksanakan terhadap perwakilan siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dari hasil pretes dan postes. 3. Teknik Pengolahan Data 1. Mengolah data pretes dan postes siswa,sebagai berikut : a. Jawaban siswa pada pretes dam postes diperiksa kemudian jawaban tersebut dibandingkan dengan acuan jawaban yang benar (kunci jawaban). 10

b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban dari soal pretes dan postes yang telah dilakukan. Item yang dijawabbenar diberi nilai satu (1) dan bagi item yang salah diberi nilai nol (0). c. Untuk soal uraian penskoran berdasarkan jumlah tiap point jawaban yang telah ditentukan. 2. Menetukan skor tiap siswa dan skor tiap butir soal 3. Menentukan skor rata-rata siswa dengan menggunakan rumus Skor rata-rata siswa = 4. Menetukan skor rata-rata tiap butir soal. Skor rata-rata pretes dan postes untuk tiap butir soal digunakan rumus Skor rata-rata = 5. Menetukan presentase ketercapaian hasil belajar siswa dengan menggunakan rumus : % nilai 6. Menghitung gain ternormalisasi dengan menggunakan rumus : Gain ternormalisasi Nilai N-Gain ditafsirkan berdasarkan kriteria peningkatan N-Gain berikut : Tinggi = gain ternormalisasi > 0.7 Sedang = 0,3 < gain ternormalisasi < 0,7 Rendah = gain ternormalisasi < 0,3 11

7. Mengolah data angket Dalam menganalisis data yang berasal dari angket berperingkat satu sampai empat, peneliti menyimpulkan makna setiap alternatif sebagai berikut: 1). Sangat setuju menunjukkan peringkat paling tinggi. Untuk kondisi tersebut diberi nilai 4. 2). Setuju menunjukkan peringkat lebih rendah dibandingkan sangat setuju. Olehkarena itu kondisi tersebut diberi nilai 3. 3). Kurang setuju, karena di bawah setuju, diberi nilai 2. 4). T idak setuju yang berada di bawah kurang setuju, diberi nilai 1. Rata rata nilai tiap aspek = (Arikunto,2006: 243 dalam Fina,2013) 8. Pengolahan data wawancara Pengolahan data hasil wawancara dilakukan dengan membuat transkrip wawancara. Hasil transkripsi ini diuraikan secara deskriptif. 4. Teknik Analisis Data a. Analisis data hasil belajar 1. Uji Normalitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan yaitu, Z i dengan : Z i = skor baku = skor rata-rata X= nilai rata-rata S = simpangan baku 12

2. Uji Homogenitas Uji ini dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fischer, F hitung = 3. Uji Pembeda Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika dua kelas mempunya varians tidak berbeda (s 2 1 =s 2 2 ), digunakan rumus t. dengan Keterangan : X 1 = rata-rata postes kelas eksperimen X 2 = rata-rata postes kelas kontrol 2 S 1 = varians data kelas eksperimen 2 S 2 = varians data kelas kontrol n 1 = jumlah siswa kelas eksperimen n 2 = jumlah siswa kelas kontrol S = simpangan baku gabungan Jika dua kelas mempunyai varians yang berbeda (s 2 1 s 2 2 ) digunakan rumus t 13

b. Analisis data hasil non tes Data hasil observasi akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang pelaksaan pembelajaran dikelas selama diberi perlakuan berupa penerapan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing. Sedangkan angket dan pedoman wawancara setelah pembelajaran terhadap siswa. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran kimia menggunakan aplikatif berbasis inkuiri terbimbing yang diunkapkan melalui dan wawancara. Dari hasil angket dan wawancara tersebut didapatkan informasi mengenai motivasi dan hasil belajar siswa, evaluasi serta saran terhadap penelitian yang telah dilakukan. c. Analisis pengujian hipotesis Jika sampel berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan uji parametrik untuk menguji hipotesis dengan rumus uji- t dengan taraf signifikansi α=0.05. Dengan rumus sebagai berikut dengan dsg = ( ) ( ) Keterangan : X 1 X 2 = rata rata data kelompok eksperimen = rata rata data kelompok kontrol dsg = nilai deviasi standar gabungan n 1 n 2 v 1 v 2 = banyaknya data kelompok eksperimen = banyaknya data kelompok kontrol = varians data kelompok eksperimen = varians data kelompok kontrol 14

DAFTAR PUSTAKA Fajriani, Santi. (2010). Pembelajaran Materi Hidrolisis Garam Melalui Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi Sarjana Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan Handrianto, Prasetyo.(2012). Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Belajar. [online]. Tersedia : http://sainsjournal- fst11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45907- PENDIDIKANFaktorfaktor%20yang%20berpengaruh%20terhadap% 20motivasi%20belajar.html [10 Juni 2014] Herdian.(2010). Model Pembelajaran Inkuiri. [online]. Tersedia: erdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajaran-inkuiri./ [9 Juni 2014] Malihah, Memi. (2011). Pengaruh Model Guided Inquiry(Inkuiri Terbimbing) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi. Skripsi sarjana pada Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: tidak diterbitkan. Masruroh, Kuni Hidayatul. (2013). Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sifat-Sifat Koloid Mengggunakan Metode Discovery- Inquiry. Skripsi sarjana pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan. Qudsiyah, Fina Haziratul.(2013). Implementasi Praktikum Aplikatif Berorientasi Chemoentrepreneurship (CEP) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Koloid Siswa Kelas XI. Skripsi sarjana pada Jurusan Kimia FPMIPA Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan. 15

Sunarto.(2009). Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Fisika Listrik Dinamis Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Student Teat Achievement Division(STAD) dengan Lembar Kerja Terstruktur(LKT) pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Boyolali. [online]. tersedia : http://disdikpora-boyolali.info/page/86/jurnal-penelitian.aspx. [10 Juni 2014] Sunarya,Yayan dan Agus Setiabudhi. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Susi. (2009). Pembelajaran Aktif Dengan Praktikum Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. [online]. Tersedia : http://susianha.blogspot.com/2009/01/pembelajaran-aktif-denganpraktikum.html. [9 Juni 2014] Wulandari,Ade Dewi. (2013). Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Katerampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Materi Laju Reaksi.Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia, 1(1),hlm 19-20. 16

17