BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perlindungan hak cipta di Indonesia sudah ada sejak jaman Hindia Belanda dengan adanya Auteurswet 1912, Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912. Dengan adanya Undang-Undang Dasar Tahun 1945, keberlakuan Auteurswet 1912 tetap dipertahankan. Hingga pada tahun 1982, Undangundang Hak Cipta pada masa kolonial tersebut dicabut dan diganti dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 15). Keikutsertaan Indonesia dalam beberapa konvensi internasional di bidang hak cipta mengakibatkan Indonesia untuk menyesuaikan peraturan perundang-undangan dengan konvensi internasional tersebut. Yang pada akhirnya pengaturan mengenai hak cipta di Indonesia diatur dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 266) yang berlaku sampai saat ini, yang selanjutnya disebut UUHC 2014. Hak Cipta secara fundamental diatur dalam Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945, yakni: Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hak cipta atau suatu hasil ciptaan tidak dapat disebarluaskan tanpa sepengetahuan pemilik haknya. Ketentuan ini pun diatur dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUHC 2014 yaitu: Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hasil suatu karya haruslah memenuhi standar minimum yang sesuai dengan prosedur-prosedur pendaftaran hasil karya agar berhak mendapatkan hak cipta. Soekardono menyebutkan bahwa dalam pendaftaran hak cipta dikenal dua jenis cara, yaitu stelsel konstitusif dam stelsel deklaratif. Stelsel konstitutif artinya bahwa hak atas ciptaan baru terbit karena pendaftaran yang telah mempunyai kekuatan. Stelsel deklaratif maksudnya adalah bahwa pendaftaran bukanlah menerbitkan hak, melainkan hanya memberikan dugaan atau sangkaan saja menurut undangundang bahwa orang yang hak ciptaanya terdaftar itu adalah si berhak sebenarnya sebagai pencipta dari hak yang didaftarkannya. 1 Di dalam hak cipta terdapat dua macam hak, yaitu hak ekonomi dan hak moral. Hak moral adalah hak-hak yang melindungi kepentingan pribadi si pencipta. Pemilikan atas hak cipta dapat dipindahkan kepada lain, tetapi hak moralnya tetap tidak terpisahkan dari penciptanya. Pada UUHC 2014 tercantum konsep hak moral yang diatur pada Pasal 5. Hak yang berikutnya 1 Soekardono, 1981, Hukum Dagang Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta, Hlm. 151.
adalah hak ekonomi yang merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. Hal tersebut tercantum pada Pasal 8. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi secara global, menimbulkan kebutuhan untuk melindungi karya-karya intelektual yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Kebutuhan akan hal tersebut melahirkan konsep hukum atas kekayaan tadi, termasuk pengakuan hak terhadapnya. 2 Sehingga di kemudian hari, hukum terhadap HKI menjadi semakin penting keberadaanya, baik di negara maju maupun untuk negara berkembang seiring dengan arus globalisasi, intevensi dan isu alih teknologi. 3 Pada saat ini, salah satu industri yang sedang gencar-gencarnya berkembang adalah industri olahraga, lebih khususnya lagi adalah industri olahraga sepakbola. Dahulu sepakbola hanyalah olahraga biasa, yang hanya dinikmati oleh banyak orang pada umumnya. Sekarang ini sepakbola sudah berbeda dengan sepakbola pada jaman dahulu, dimana sepakbola sudah menjadi suatu kehidupan yang melekat bagi para pencintanya, tidak hanya menjadi sekedar olahraga melainkan menjadi suatu pekerjaan dan bisnis yang dapat menguntungkan. Secara singkat industri olahraga pada bidang sepakbola menjadi meningkat dan menjadi suatu industri berskala besar 2 Adrian Sutedi, 2013, Hak atas Kekayan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 38-39. 3 Endang Purwaningsi, 2012, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan Lisensi, Mandar Maju, Bandung, hlm. 1-2.
dengan nilai perputaran uang yang dapat mencapai nilai milyaran Euro setiap tahunnya. Awal mula industri sepakbola menjadi sebuah industri yang memiliki nilai pendapatan milyaran Euro tersebut bermula pada tahun 1992. Dimana pada tahun tersebut, terdapat sebuah liga yang sangat terkenal bernama liga Inggris yang menjadi pelopor perkembangan industri sepakbola, dengan mengadakan kontrak dengan pihak Sky TV dengan hak siar televisi selama 5 tahun dengan nilai 191 juta Poundsterling, yang menjadikan Liga Inggris menjadi liga sepakbola profesional pertama yang memiliki hak siar yang dipegang secara eksklusif oleh sebuah stasiun televisi. Dengan bermula dari kontrak hak siar eksklusif tersebut, industri sepakbola mulai merambah jenis-jenis bisnis baru yang lainnya, seperti kontrak pencatuman sponsor pada seragam tim sepakbola, hak penamaan stadion, penjualan seragam, dan merchandise lainnya, lisensi eksklusif terhadap merek dagang tim sepakbola, jual-beli saham dan sebagainya menjadi hal yang sering sekali dilakukan dalam dunia industri sepakbola saat ini. Tim-tim sepakbola pun mengikuti perkembangan industri yang ada antara lain dengan cara membentuk badan usaha ataupun bertransformasi menjadi badan usaha. Dalam hal ini karya manusia yaitu berupa lambang atau logo merupakan suatu hal yang dapat membedakan antara satu tim sepakbola dengan tim sepakbola lainnya, layaknya sebagai suatu merek dagang, logo tim sepakbola merupakan identitas daripada suatu tim sepakbola tersebut
yang menggambarkan sejarah, perjuangan, prestasi, nilai-nilai kejuangan serta penerimaan suatu tim sepakbola. Hal itulah yang membuat Brand dari suatu lambang atau logo dari tim sepakbola menjadi memiliki nilai yang sangat tinggi. Bagi para Suporter atau pendukung suatu tim sepakbola maupun penggemar olahraga sepakbola pasti akan membeli berbagai macam jenis barang, dari seragam, syal, barang koleksi, bola, serta berbagai macam merchandise lainnya yang memiliki identitas tim sepakbola yang dibanggakan atau didukungnya. Penjualan tersebut menghasilkan pemasukan yang besar yang dapat bernilai jutaan rupiah bagi masingmasing tim sepakbola tersebut. Pendapatan tersebut dapat dirasakan oleh masing-masing tim sepakbola apabila pembelian tersebut langsung dilakukan melalui tim sepakbola itu langsung tanpa melalui penjual lain yang sudah memiliki kerjasama dengan tim sepakbola tersebut, lebih lagi bagi para penjual yang melakukan plagiarisme terhadap barang-barang atau merchandise tim sepakbola tersebut. Di Indonesia, terdapat banyak tim sepakbola yang terkenal di masing-masing daerah, sehingga hal tersebut mengakibatkan banyaknya para penjual yang menjual barang dagangannya dengan menggunakan identitas lambang atau logo tim sepakbola terkenal tersebut tanpa sepengetahuan dari tim sepakbola yang bersangkutan, sehingga para pedagang tersebut tidak memiliki ijin sama sekali dari pihak tim sepakbola yang lambang atau logonya tersebut digunakan. Akibat dengan adanya
tindakan tersebut akan menimbulkan kerugian bagi tim sepakbola yang lambang atau logonya digunakan itu, sehinga menghilangkan pendapatan dari tim sepakbola yang seharusnya dapat diperoleh apabila barang-barang yang dijual oleh penjual yang telah bekerjasama dengan tim sepakbola yang bersangkutan. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang hampir mencapai 300 juta jiwa dan tingginya popularitas olahraga sepakbola di Indonesia ini mengakibatkan Indonesia menjadi pasar yang sangat besar untuk produkproduk yang berkaitan dengan olahraga sepakbola seperti seragam, bola, syal dan berbagai macam merchandise dari tim sepakbola yang ada di Indonesia. Dapat diamati, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki beberapa tim sepakbola yang lumayan terkenal seperti Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) yang berbasis di Stadiun Kridosono. Banyak penjual yang menjual barang dagangan dengan identitas dan lambang PSIM, tanpa adanya izin dari tim sepakbola yang bersangkutan. Hal tersebut banyak ditemukan di lokasi pedagang kaki lima, toko-toko baju, serta di pusat perbelanjaan terkenal di Yogyakarta pun banyak yang menjualnya, tidak hanya secara fisik hal tersebut dapat ditemukan pula melalui forum online maupun toko-toko online. Identitas tim sepakbola yang dicantumkan pada barang dagangan tersebut umumnya berupa logo dan/atau nama dari tim sepakbola itu. Hal tersebut digunakan para pedagang untuk mendapatkan keuntungan tanpa memperdulikan apa yang terjadi pada tim sepakbola yang logo dan/atau namanya digunakan pada barang yang diperdagangkannya.
Penulisan hukum ini akan membahas mengenai penggunaan logo atau lambang dari tim Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) sebagai pemegang hak cipta terdaftar dari logo atau lambang PSIM. Pembahasan pokok dari penulisan hukum ini adalah bagaimanakah memberikan pembeda pada logo atau lambang PSIM asli dengan logo atau lambang yang digunakan oleh para pedagang yang menggunakan logo atau lambang PSIM tanpa izin dari PSIM itu sendiri. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis memilih untuk menyusun penulisan hukum dengan judul Perlindungan Hukum terhadap Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram sebagai pemilik Watermark pada logo atau lambang dalam produksi merchandise. A. Rumusan Masalah Atas latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah perbandingan antara hak cipta dengan hak desain industri dalam penerapannya pada produksi jersey yang digunakan sebagai merchandise pada Persatuan Sepak bola Indonesia Mataram (PSIM)? 2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) sebagai pemegang hak atas watermark pada logo atau lambang dalam produksi merchandise?
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Subjektif Penelitian ini dilakukan dalam rangka pengumpulan data, yang akan dipergunakan sebagai bahan dasar dalam penyusunan penulisan hukum yang merupakan syarat kelulusan dan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 2. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui perbandingan antara hak cipta dengan hak desain industri dalam penerapannya pada produksi jersey yang digunakan sebagai merchandise pada Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM). b. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram sebagai pemegang hak atas watermark pada logo atau lambang dalam produksi merchandise. C. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diketahui, maka manfaat dari penulisan hukum ini antara lain: 1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam pengembangan ilmu hukum dan untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi peningkatan dan perkembangan di bidang hukum khususnya hukum dagang dalam kaitannya dengan hukum hak kekayaan intelektual mengenai hak cipta. 2. Manfaat Praktis a. Mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, sekaligus untuk mengetahui dan mengembangkan kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh; b. Memberikan masukan terhadap masyarakat agar dapat dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti; dan c. Merumuskan upaya perlindungan hukum, khususnya aspek hukum hak kekayaan intelektual terhadap hak cipta. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh penulis melalui media Internet dan kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, terdapat penulisan hukum yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis diataranya penelitian mengenai:
1. Penulisan Hukum oleh Intan Rahmawati Wardana di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada tahun 2015 dengan judul: Perlindungan Hukum terhadap Hak Cipta Tari Gaya Yogyakarta di Sanggar Wiraga Apuletan Yogyakarta. Disini permasalahan yang diangkat pada penulisan hukum tersebut adalah perlindungan hukum terhadap hak cipta Tari Gaya Yogyakarta dimana pembahasannya mengenai Tari Gaya Yogyakarta tersebut merupakan karya intelektual atau hanya warisan kebudayaan saja tanpa diketahui siapa penciptanya dan berbentuk suatu seni tradisional. Namun di sini, pembahasan pada penulisan hukum penulis membahas mengenai hak cipta terhadap watermark yang terdapat pada logo atau lambang PSIM yang berbentuk seni visual. 2. Penulisan Hukum oleh Seta Alfakih B.S. di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada tahun 2014. Perlindungan Hukum terhadap Produk Jersey Utama Tim Sepak Bola Persatuan Sepak Bola Sleman (PSS) Musim 2013 dari Praktik Pelanggaran Desain Industri. Permasalahan yang diangkat pada penulisan hukum tersebut hampir sama dengan apa yang penulis angkat, diantaranya disini diangkat terkait perlindungan hukum terhadap produk tim sepakbola yaitu jersey dari praktik pelanggaran desain industri, namun yang menjadi pembeda adalah penulis lebih membahas mengenai hak cipta logo atau lambang pada tim sepakbola PSIM, sehingga yang menjadi pembeda adalah penulisan hukum tersebut meneliti mengenai desain industri sedangkan penulis meneliti mengenai hak cipta.
E. Sistematika Penulisan Hukum Dalam penulisan hukum ini terdiri dari 5 bab, masing-masing bab menguraikan dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini berisi latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini berisi pembahasan lebih lanjut mengenai, Hak Kekayaan Intelektual, Hak Cipta, dan Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini berisi pembahasan mengenai, metode penelitian yang digunakan penulis untuk menyusun karya ilmiah ini. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi segala olahan data dan informasi yang di peroleh penulis dalam penelitian lapangan beserta studi kasus mengenai permasalahan perlindungan hukum tim Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram. Semua hasil penelitian kemudian dibahas dan dikaji agar dapat menjawab permasalahan yang ada.
BAB V : PENUTUP Pada bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian serta merupakan jawaban dari permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Bab ini juga memuat saran berdasarkan kesimpulan yang sudah didapatkan oleh Penulis sebagai referensi untuk penelitian sejenis dimasa yang akan datang.