BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan sebagai pusat permukiman dan sekaligus pusat pelayanan (jasa) terhadap penduduk kota ma 8upun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam rangka penyesuian terhadap fungsinya untuk mencapai tingkat efisiensi pelayanan. Pertambahan penduduk yang meningkat pesat memunculkan berbagai permasalahan dalam pembangunan, diantaranya adalah meningkatnya kebutuhan akan ruang untuk pemenuhan berbagai kebutuhan hidup lahan budidaya, perumahan, perindustrian dan kegiatan lainnya. Upaya pemenuhan kebutuhan yang meningkat menyebabkan tekanan terhadap ruang dan sumberdaya alam, terutama dikarenakan perekonomian Indonesia masih sangat tergantung kepada pemanfaatan sumberdaya alamnya (Purwoko, 2009). Bagi Pemerintah Kota Medan, penataan ruang merupakan bagian integral dari kebijakan pembangunan kota yang bersifat strategis. Upaya penataan ruang dilakukan dalam bentuk penyusunan rencana garis besar kota dan rencana induk kota, wilayah pusat pertumbuhan industri, kawasan industri, perdagangan, permukiman, konservasi dan lain sebagainya (Bappeda Kota Medan, 2001). Penyusunan rencana tata ruang Kota Medan sendiri pada hakekatnya merupakan penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional dan Provinsi
ke dalam strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang kota. Oleh karenanya RTRW Kota Medan adalah kebijakan yang menetapkan lokasi dan kawasan yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta wilayah yang diprioritaskan pengembangannya pada waktu perencanaan. Rencana detail tata ruang Kota Medan dipergunakan sebagai acuan dalam pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang termasuk acuan untuk menerbitkan izin mendirikan bangunan. Rencana tata ruang yang disusun tidak hanya sebagai aspek prosedural dalam penyelenggaraan pembangunan kota, tetapi juga sebagai kegiatan yang dapat menunjang tercapainya berbagai sasaran pembangunan kota, dengan mewujudkan mekanisme prosedur yang tepat dan efektif, terutama dalam penggunaan lahan, baik untuk kepentingan pemerintah, masyarakat, maupun swasta. Selain hal tersebut di atas pendekatan operasional penataan ruang Kota Medan juga dimaksudkan untuk menghasilkan rencana tata ruang yang mempunyai daya antisipasi tinggi terhadap perkembangan sehingga tidak kalah cepat dengan kebutuhan pembangunan kota serta realistis, operasional dan mampu berfungsi sebagai instrumen koordinasi bagi program-program pembangunan dari berbagai sumber pendanaan. Kota Medan juga diharapkan menjadi pusat kegiatan ekonomi regional dan internasional, sehingga penataan ruang Kota Medan juga diarahkan kepada pola pembangunan perkotaan yang mempunyai kesesuaian tinggi dengan sistem sosial budaya, sosial ekonomi, sosial ekologisnya. Dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman akan fenomena dan kondisi yang berkaitan dengan geografi, sejalan dengan perkembangan dalam bidang ilmu
komputer dan teknologi elektronika, oleh ahli-ahli di negara maju, dibangun suatu sistem yang dapat mengintegrasikan dan mengkoordinasikan segala kegiatan dan fakta yang berkaitan dengan ruang yang disebut dengan Geographic Information System (GIS) yang dalam bahasa Indonesia disebut Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG bukan sekedar sistem komputer untuk pembuatan peta, melainkan dapat juga merupakan alat analisis. Keuntungan utama alat dari SIG adalah memberi kemungkinan untuk mengindentifikasi hubungan spasial diantara feature data geografis dalam bentuk peta. SIG tidak hanya sekedar menyimpan peta menurut pengertian konvensional yang ada dan SIG tidak pula sekedar menyimpan citra atau pandangan dari area geografi tertentu. Akan tetapi, SIG dapat menyimpan data menurut kebutuhan yang diinginkan dan menggambarkan kembali sesuai dengan tujuan tertentu. SIG menghubungkan data spasial dengan informasi geografi tentang feature tertentu pada peta. Informasi ini disimpan sebagai atribut atau karakteristik dari feature yang disajikan secara grafik. Informasi Geografis, yang lazim dikenal dengan peta, adalah informasi obyek permukaan bumi yang mencakup aspek waktu dan keruangan. Pengertian geo dalam geospasial, berarti geosfer yang mencakup atmosfer (lapisan udara yang meliputi permukaan bumi), litosfer (lapisan kulit bumi), pedosfer (tanah beserta pembentukan dan zona-zonanya, sebagai bagian dari kulit bumi), hidrosfer (lapisan air yang menutupi permukaan bumi dalam berbagai bentuknya), biosfer (segenap unsur di permukaan bumi yang membuat kehidupan dan proses biotik berlangsung) dan
antroposfer (manusia dengan segala aktivitas yang dilakukannya di permukaan bumi) (Bakosurtanal, 2010). Informasi terkait dengan geografi mencakup tiga pengertian 1) informasi tentang lokasi di permukaan bumi; 2) informasi tentang terdapatnya suatu obyek di bumi yang bersifat fisik (atmosfer, litosfer, pedosfer, hidrosfer dan biosfer) ataupun non-fisik dan budi daya hasil kreasi manusia (antroposfer); 3) informasi tentang apa yang berada pada suatu lokasi tertentu. Dengan demikian pengertian geografi tidak hanya menunjukkan lokasi di permukaan bumi, tetapi juga terkait sumber daya dan lingkungan hidup manusia. Pengertian Informasi Geografis tersebut di atas amat erat kaitannya dengan salah satu syarat terbentuknya sebuah negara yaitu adanya wilayah yang berkonotasi teritorial. Wilayah merupakan salah satu syarat utama terbentuknya suatu negara, dalam pengertian tersedianya obyek yang ada di permukaan bumi dengan lokasi yang pasti dan batas-batas yang diakui berdasarkan peraturan yang berlaku. Sistem Information Geografis (SIG) merupakan bagian penting dalam mewujudkan sistem informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung sektor publik dalam melaksanakan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan, baik pada pemerintahan tingkat pusat maupun tingkat daerah, dan juga pada sektor perorangan dan kelompok orang. Informasi Geografis menjadi komponen penting dalam mendukung pengambilan keputusan. Sistem Information Geografis (SIG), merupakan model teknologi informasi geospasial yang multi disiplin ilmu pengetahuan, dimana model ini dapat
diaplikasikan dalam bidang apapun. Salah satu terapan yang dimaksud adalah dalam memantau dan memonitor perkembangan sebuah kota. Perkembangan sebuah kota yang pesat dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan daerah terbangunnya. Hal ini seringkali tidak sejalan dengan rencana yang telah digariskan dalam Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) suatu wilayah. Kota Medan merupakan salah satu Kota di propinsi Sumatera Utara dengan populasi penduduk yang cukup besar. Perkembangan pembangunan yang terjadi di Kota Medan menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya adalah timbulnya kesenjangan wilayah akibat tidak meratanya pembangunan yang terjadi. Kesenjangan tersebut timbul akibat kurangnya informasi dalam menyusun dan menganalisa rencana tata ruang. Permasalahan umum lainnya terutama di daerah adalah kurangnya koordinasi antar instansi yang terkait dengan rencana tata ruang yaitu instansi yang bertanggung jawab merencanakan tata ruang, memberikan ijin pengelolaan dan pemanfaatan ruang berdasarkan rencana tata ruang, dan mengendalikan tata ruang. Oleh karena itu perlu dikembangkan sistem informasi yang terintegrasi dan terbakukan dalam bentuk Sistem Information Geografis (SIG) yang tujuannya adalah agar pengambilan kebijakan spasial dapat tepat sasaran sesuai dengan kondisi di lapangan dalam bentuk SIG. Mengacu dari perekembangan kota yang seringkali tidak sejalan dengan rencana tata ruang yang ada dan Pemerintah Kota Medan dalam perencanaan tata ruang wilayah belum menerapkan SIG maka perlulah dikaji lebih lanjut apakah SIG dibutuhkan untuk diterapkan di Kota Medan dalam perencanaan tata ruang
wilayahnya, dengan demikian perlu dilakukan kajian Analisis Kebutuhan GIS (Geographic Information System) Terhadap Perencanaan Pembangunan Kota Medan. 1.2. Perumusan Masalah Peran sistem informasi geografis semakin penting dalam perencanaan pembangunan, disebabkan pertambahan jumlah penduduk dan tingkat perekonominan masyarakat dari tahun ke tahun semakin menambah kebutuhan masyarakat terhadap lahan. Pemanfaatan lahan lahan produktif dan lahan kosong sangat dibutuhkan dalam mengembangkan pembangunan kota. Hal ini dilakukan karena lahan di kota merupakan tempat yang ideal dari sisi ekonomi. Untuk itu diperlukan data dasar mengenai luas lahan yang telah berubah peruntukannya dalam pembangunan kota sehingga didapatkan perencanaan pembangunan kota yang bersinambungan. Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penggunaan lahan kota Medan berdasarkan RTRW Kota Medan 1995-2005. 2. Bagaimana kebutuhan Pemerintah Kota Medan terhadap Sistem Informasi Geografis dalam perencanaan pembangunan Kota Medan. 3. Bagaimana peranan Sistem Informasi Geografis dalam perencanaan pembangunan kota Medan.
1.3. Tujuan Penelitian Secara lebih terperinci tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis penggunaan lahan kota Medan berdasarkan RTRW Kota Medan 1995-2005. 2. Menganalisis kebutuhan Pemerintah Kota Medan terhadap Sistem Informasi Geografis dalam perencanaan pembangunan Kota Medan. 3. Menganalisis peranan Sistem Informasi Geografis dalam perencanaan pembangunan kota Medan. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi pemerintah Kota Medan dalam merumuskan kebijakan SIG dalam perencanaan pembangunan kota. 2. Sebagai sarana pengembangan ilmu dan pengetahuan yang secara teori telah dipelajari di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana, Medan.