BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi bernilai gizi tinggi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya (Depkes RI, 2005). Untuk mendukung MDG s menyusui sejak dini mempunyai dampak positif baik bagi ibu maupun bayinya. Manfaat memberikan ASI bagi ibu tidak hanya menjalin kasih sa, tetapi dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker payudara, dan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu (Depkes RI, 2011). ASI adalah cairan putih dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. Semasa kehamilan, payudaranya akan mengalami perubahan untuk menyiapkan produksi ASI tersebut (Khasanah, 2011).
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk madi, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2005) Air susu ibu memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Bayi umur dibawah 6 bulan dianjurkan hanya diberi ASI tanpa makan pendamping ASI (ASI eksklusif). Setelah 6 bulan bayi dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur 2 tahun (Purwanti, 2004). Pemberian makanan padat/tambahan terlalau dini dapat mengganggu eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan bukti menyongkong bahwa pemberian makanan padat/tambahan pada usia 4-5 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan dan pertumbuhan (Roesli, 2005). Menurut Dirjen Gizi dan KIA (2010) masalah utama masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI, serta jajaran kesehatan belum sepenuhnya mendukung Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) (Depkes RI, 2011).
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan kognitif merupakan faktor sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan didasari dengan pemahaman tepat akan menumbuhkan perilaku baru diharapkan, khususnya kemandirian dalam eksklusif. Hasil penelitian Soekirman (1994) mengungkapkan bahwa kemungkinan seorang ibu menyusui bayinya secara eksklusif hingga usia 4 bulan dan diteruskan hingga 2 tahun rata-rata 38% jika ibu bekerja dan angka tersebut naik menjadi 91% jika ibu tidak bekerja. Tingkat pendidikan ibu rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah, terutama dalam eksklusif. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal. Sedangkan ibu-ibu mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal baru guna pemeliharaan kesehatan. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan di Indonesia saat ini memprihatinkan, persentase bayi menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 persen. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan masih relatif rendah (Depkes RI, 2011). Data diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/ kota di Jawa tengah tahun 2007 menunjukkan cakupan eksklusif hanya sekitar 27,35%, terjadi sedikit peningkatan pada tahun 2008 mencapai 28,96%.
Angka ini dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2009 sebesar 40,21% dan target tahun 2010 sebesar 80% (Profil Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2009). Pemberian ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Karangawen II sebesar 10,38%. Jumlah ini belum memenuhi target SPM yaitu 24%. Hal ini dapat disebabkan karena pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara menyusui benar belum ada kesadaran, pelayanan konseling dan laktasi belum teratasi, faktor sosial budaya, kondisi belum memadai dari para ibu rumah tangga dan gencarnya pemasaran susu formula (Data profil Puskesmas Karangawen II, 2009). Dari hasil survey terhadap 10 ibu hamil trimester III di Wilayah Puskesmas Karangawen II Kabupaten Demak 8 diantaranya belum mengetahui tentang ASI eksklusif dan 2 diantaranya sudah mengetahui tentang ASI eksklusif. Dari hasil wawancara dengan 10 ibu hamil trimester III ibu mengaku tidak pernah mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif. Dari fenomena ada, peneliti ingin mengangkat judul KTI "Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang ASI Eksklusif di Wilayah Puskesmas Karangawen II Kabupaten Demak B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang telah disampaikan tersebut diatas maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Trimester III tentang ASI Eksklusif di Wilayah Puskesmas Karangawen II Kabupaten Demak tahun 2011? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil trimester III tentang ASI eksklusif di wiayah kerja puskesmas Karangawen II Kabupaten Demak. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil trimester III berdasarkan umur, pendidikan, dan pekerjaan. b. Untuk mendeskripsikan pengetahuan ibu hamil trimester III tentang ASI eksklusif. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai sumber informasi dapat dipergunakan untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai saranan informasi dan menambah pengetahuan tentang ASI eksklusif, sebagai acuan bidan dalam meningkatkan eksklusif serta dapat menambah kepustakaan sebagai sarana memperkaya ilmu pengetahuan pembaca khususnya tentang ASI eksklusif. E. Keaslian Penelitian No Judul,Nama Tahun 1. Hubungan pengetahuan ibu tentang ASI dengan eksklusif. Ezzy Gapmelezy, 2001 2. Faktor-faktor berhubungan dengan eksklusif pada bidan praktek swasta di Kabupaten Boyolali. Rahayu, 2004 Sasaran Penelitian dilakukan pada ibu mempunyai bayi usia 4-12 bulan. Ibu melakukan persalinan di Bidan praktek tersebut. Tabel 1.1 Variasi diteliti Variabel bebas, pengetahuan ibu tentang ASI. Variabel terikat, ASI eksklusif Faktor-faktor berhubungan dengan eksklusif Metode Penelitian survey dengan pendekatan cross secsional Penelitian survey dengan pendekatan cross secsional Hasil Ada hubungan antara pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan perilaku eksklusif. Dimana faktorfaktor mempenga-ruhi eksklusif adalah keadaan fisik ibu, adanya dukungan dari orang terdekat, tersedianya susu formula dan dimana tidak ada hubungan antara pengetahuan bidan dan eksklusif. 3. Hubungan Suami Variabel bebas, Pendekatan Ada hubungan
pengetahuan, sikap dan perilaku suami dengan praktek secara eksklusif di Puskesmas Pandanaran kota Semarang. Sri rahayu, 2003 mempu-nyai bayi pengetahuan, sikap dan perilaku. Variabel terikat, ASI eksklusif cross secsional antara pengetahuan, sikap dan perilaku suami dengan praktek.