Keywords : income, improvement, local, government, original, tax

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA AMBON

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pada potensi daerah dengan sumber daya yang berbeda-beda. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah di Kota Jambi. oleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

Selly Paat, Perbandingan Kinerja Pengelolaan. PERBANDINGAN KINERJA PENGELOLAAN APBD ANTARA PEMERINTAH KOTA TOMOHON DENGAN PEMERINTAH KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI ERA OTONOMI PADA PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH: STUDI PADA KOTA MANADO (TAHUN )

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

ANALISIS RASIO LAPORAN REALISASI ANGGARAN 2010 KOTA TANGERANG SELATAN

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Kota Surakarta) dalam penelitiannya menyimpulkan sebagai berikut

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

PENGARUH RASIO KEMANDIRIAN, EFEKTIFITAS DAN PERTUMBUHAN PADA KABUPATEN SOPPENG

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD) DITINJAU DARI RASIO KEUANGAN (Studi Kasus di Kabupaten Sragen Periode )

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

STUDI KOMPARASI PENGUKURAN KINERJA FINANSIAL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KEDIRI DAN BLITAR

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017

BAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan pusat dan daerah (Suprapto, 2006). organisasi dan manajemennya (Christy dan Adi, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Keuangan Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

E.L. Tambuwun., S.S. Pangemanan., D.Afandi. Analisis Kinerja Keuangan. ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAHAN KOTA MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya diatur dalam undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada berbagai aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara di

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Daerah memerlukan sumber pendanaan yang tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini dominasi Pusat terhadap Daerah menimbulkan besarnya

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB VI PENUTUP. pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) ratarata

Transkripsi:

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2013-2014 Oleh : Suyatin Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda ====================================================================== ABSTRACT This research is meant to know and analize the performance of the finance of the local goverment, Samarinda, in the year 2013-2014. The tools of the analisis used is racional one which consists of the level of decentralization, the dependence of the local government finance, the self-standing, effectivity of the original government income and local government tax.the result of the research is that the ability of the local government concerned in the realization of decentralization is better if it is seen from the improvement of it.. The level of the dependence of the finance is smaller and smaller and the self-effort is higher though the mobilazation of the receipt of the original income goes down where in 2014 is not effective.the local government in collecting tax is good enough either in 2013 or in 2014.So it can be concluded generally that the performance of the team goes better in 2014 Keywords : income, improvement, local, government, original, tax I. PENDAHULUAN Pembangunan pada hakekatnya adalah suatu proses perubahan kearah yang lebih baik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pelaksanaan program dan kegiatan. Selaras dengan semangat perubahan tersebut, saat ini sedang berkembang paradigma pelaksanaan pembangunan yaitu setiap program kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah hendaknya dilakukan secara transparansi dan dapat diukur tingkat keberhasilannya (akuntanbilitas). Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang lebih baik. Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang dapat merencanakan dan melaksanakan program-program pembangunan secara efektif dan efisien, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan tetap menganut asas akuntabilitas dan transparansi. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah dalam mengatur semua urusan pemerintahan dan memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Kewenangan otonomi yang luas mewajibkan pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara demokratis, adil, merata, dan berkesinambungan (Halim, 2007 : 229). Ditetapkan juga Undang-Undang No. 33Tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan daerah yang menyebabkan perubahan mendasar mengenai pengaturan hubungan pusat dan daerah. Terlepas dari siap atau tidaknya suatu daerah untuk melaksanakan kedua Undang- Undang tersebut, otonomi daerah diyakini merupakan jalan terbaik dalam rangka mendorong pembangunan daerah karena melalui otonomi daerah kemandirian dalam menjalankan pembangunan dapat dilakukan secara efektif dan efisien (Yuliandriansyah, 2009). Dengan diberlakukannya kewenangan otonomi daerah, diharapkan semua daerah di Indonesia mampu melaksanakan semua urusan pemerintahan dan pembangunan dengan bertumpu pada Pendapatan Asli daerah (PAD) yang dimilikinya. Sehubungan dengan apa yang diuraikan di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan daerah kota Samarinda Tahun 2013-2014. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah Kota sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan, maupun sebagai informasi bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan. 46

II. DASAR TEORI Keuangan daerah Keuangan daerah menurut Mamesah (dalam Halim, 2004:18) adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/ dikuasaii oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dinyatakan bahwa Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Menurut M.Yusuf (2010 :1) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah adalah suatu bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada stakeholder yang didalamnya mencakup berbagai macam pekerjaan yang membutuhkan keuangan termasuk komponen asset yang tercermin dalam neraca daerah dimana setiap tahun dibuatkan laporannya setelah pelaksanaan anggaran. Laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari : neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer public menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur financial maupun nonfinansial (Ihyaul Ulum, 2012 :20). Menurut Halim (2004:24) kinerja keuangan daerah atau kemampuan daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah. Bentuk dari penilaian kinerja tersebut berupa rasio keuangan yang terbentuk dari unsur Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah berupa perhitungan APBD. Di dalam organisasi pemerintah untuk mengukur kinerja keuangan ada beberapa ukuran kinerja, yaitu rasio kemandirian, rasio efektifitas, rasio efisiensi, rasio pertumbuhan, dan rasio keserasian/aktivitas. James B. Whittaker (1995) dalam Government Performance and Result Act, A Mandate for Strategic Planning and Performance Measurement menyatakan bahwa pengukuran/penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok dalam perwujudan good governance. Pemerintah diminta melaporkan hasil dari program yang telah dilaksanakan agar masyarakat dapat menilai. Faktanya, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK RI) Anwar Nasution dalam artikel AntaraNews tahun 2007 menyatakan bahwa berdasarkan hasil audit BPK, ternyata kinerja pemerintah daerah (pemda) di tanah air masih jauh dari memuaskan karena belum transparan dan akuntabel. Analisis Rasio Keuangan Daerah Menurut Halim dalam Hamzah (2008), di dalam organisasi pemerintah untuk mengukur kinerja keuangan ada beberapa ukuran kinerja, yaitu rasio kemandirian, rasio efektifitas, rasio efisiensi, rasio pertumbuhan, dan rasio keserasian/aktivitas. Analisis rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan 47

rasio keuangan daerah lain yang terdekat ataupun yang potensi daerahnya relatif sama untuk dilihat bagaimana posisi rasio keuangan pemerintah tersebut terhadap pemerintah daerah lainnya. Derajad Desentralisasi Menurut Mahmudi (2010 : 142) derajat desentralisasi dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah Pendapatan Asli Daerah dengan Total Penerimaan Daerah. Rasio ini menunjukkan derajad kontribusi PAD terhadap Total Penerimaan Daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD semakin tinggi kemampuan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi. Rasio ini dirumuskan dengan : Derajat Desentralisasi Fiskal = x 100% Rasio Ketergantungan keuangan daerah Rasio ketergantungan keuangan daerah ditung dengan cara membandingkan jumlah pendapatan transfer yang diterima oleh daerah dengan total penerimaan daerah. Semakin tinggi rasio ini maka makin besar ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dan / pemerintah propinsi. Rasio ini dirumuskan dengan : Rasio ketergantungan = x 100% (Mahmudi : 2010) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa semakin tinggi tingkat kemandirian daerah tersebut. Disamping itu, rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah. Adapun rumusnya adalah (Mahmudi : 2010) : Kemandirian Daerah = x 100% Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah Rasio efektivitas PAD dihitung dengan cara membandingkan realisasi penerimaan PAD dengan target penerimaan PAD. Menurut Mahmudi (2010:143) Rumus yang digunakan : Rasio Efektivitas PAD = Rasio ini menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam memobilisasi penerimaan PAD sesuai yang ditargetkan. Secara umum, nilai efektivitas PAD dikategorikan sebagai berikut : Sangat efektif : > 100% Efektif : 100% Cukup Efektif : 90% - 99% Kurang efektif : 75% - 89% Tidak efektif : < 75% (Mahmudi : 2010) Rasio Efektivitas Pajak Daerah 48

Rasio efektifitas pajak daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam mengumpulkanpajak daerah sesuai dengan jumlah penerimaan pajak daerah yang ditargetkan. Rasio efektivitas pajak daerah dianggap baik apabila rasio ini mencapai angka minimal 1 atau 100%. Adapun rumus yang digunakan : Efektivitas pajak daerah = (Mahmudi : 2010 ) III. METODE PENELITIAN Data yang digunakan untuk mengetahui Kinerja Keuangan daerah Kota samarinda adalah data sekunder berupa Data Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Samarinda Tahun 2013 dan 2014 yang dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda. Alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio terdiri dari Derajat Desentralisasi, Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektifitas PAD, dan Rasio Efektifitas Pajak Daerah IV. HASIL PENELITIAN Tabel 1 dan 2 adalahdata tentang target dan realisasi pendapatan daerah Kota Samarinda untuk tahun 2013 dan tahun 2014. Data ini bersumber dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda. Tabel 1. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Samarinda Tahun 2013 JENIS PENERIMAAN A. PENDAPATAN DAERAH 4.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 4.1.1. Hasil Pajak Daerah 4.1.2. Hasil Retribusi Daerah 4.1.2.01 Retribusi Jasa Umum 4.1.2.02 Retribusi Jasa Usaha 4.1.2.03 Retribusi Perizinan Tertentu 4.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4.2 DANA PERIMBANGAN. 4.2.1. BAGI HASIL PAJAK/ BAGI HASIL BUKAN PAJAK 4.2.1.01. Bagi Hasil Pajak. TARGET 2013 - PERUBAHAN REALISASI 2013 2,697,071,997,283.01 2,567,673,073,696.33 286,904,776,836.46 338,198,739,091.33 180,737,978,237.00 197,823,372,081.33 52,702,351,926.00 55,667,331,774.13 12,046,206,700.00 12,790,091,485.00 13,081,145,226.00 13,547,234,214.00 27,575,000,000.00 29,330,006,075.13 10,375,000,000.00 9,530,145,605.76 1,442,843,620,896.55 1,465,390,850,065.00 846,612,432,896.55 876,761,756,065.00 130,595,955,407.00 152,439,467,178.00 49

4.2.1.02. Bagi Hasil Bukan Pajak/ SDA. 4.2.2. Dana Alokasi Umum (DAU) 4.2.3. Dana Alokasi Khusus (DAK) 4.2.3.01. Pendidikan 4.2.3.02. Sanitasi 4.2.3.03. Keluarga Berencana 4.2.3.04. Perumahan dan Pemukiman 4.2.3.05. Perdagangan (Pasar) 4.3. LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 4.3.1. Pendapatan Hibah 4.3.2. Dana Darurat 4.3.3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Pem Prov 4.3.4. Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus 4.3.4.01. Dana Penyesuaian/Tambahan Dana Alokasi Umum 4.3.4.01.01. Tambahan Penghasilan Guru PNSD 4.3.4.01.02. Dana Tunjangan Profesi Guru PNSD 4.3.4.01.03. Dana BOS 4.3.5. Bantuan Keuangan dari Provinsi 4.3.5.01. Bantuan Keuangan dari Provinsi 716,016,477,489.55 579,634,968,000.00 16,596,220,000.00 967,323,599,550.00 14,091,750.00 386,934,404,800.00 150,924,903,000.00 150,924,903,000.00 5,419,500,000.00 145,505,403,000.00 429,450,200,000.00 429,450,200,000.00 724,322,288,887.00 579,634,968,000.00 8,994,126,000.00 764,083,484,550.00 14,091,750.00 322,934,539,800.00 150,924,903,000.00 150,924,903.00 5,419,500,000.00 145,505,403,000.00 290,209,950,000.00 290,209,950,000.00 JUMLAH Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda 2,697,071,997,283.01 2,567,673,073,696.33 50

Tabel 2 Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Samarinda, 2014 Jenis Penerimaan TARGET DAN REALISASIPENDAPATAN DAERAH TAHUN 2014 Target 2014 - Perubahan Realisasi 2014 A. PENDAPATAN DAERAH 3,048,932,183,316.26 2,845,030,033,446.66 4.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 577,555,670,510.00 435,492,590,745.66 4.1.1. Hasil Pajak Daerah 224,901,900,000.00 238,511,683,138.63 4.1.2. Hasil Retribusi Daerah 65,277,376,757.00 66,907,582,372.00 4.1.2.01 Retribusi Jasa Umum 25,587,240,381.00 26,291,507,599.00 4.1.2.02 Retribusi Jasa Usaha 11,664,136,376.00 12,754,954,382.00 4.1.2.03 Retribusi Perizinan Tertentu 28,026,000,000.00 27,861,120,391.00 4.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 41,119,258,301.00 10,879,066,353.40 4.2 DANA PERIMBANGAN. 1,525,622,197,752.00 1,538,150,051,351.00 4.2.1. BAGI HASIL PAJAK/ BAGI HASIL BUKAN PAJAK 890,352,104,752.00 917,512,184,351.00 4.2.1.01. Bagi Hasil Pajak. 160,268,913,651.00 128,314,529,226.00 4.2.1.02. Bagi Hasil Bukan Pajak/ Sumber Daya Alam. 730,083,191,101.00 789,197,655,125.00 4.2.2. Dana Alokasi Umum (DAU) 614,366,913,000.00 614,366,913,000.00 4.2.3. Dana Alokasi Khusus (DAK) 20,903,180,000.00 6,270,954,000.00 4.2.3.01. Pendidikan 18,750,790,000.00 5,625,237,000.00 4.2.3.02. Sanitasi _ 4.2.3.03. Keluarga Berencana 4.2.3.04. Perumahan dan Pemukiman 4.2.3.05. Perdagangan (Pasar) 2,152,390,000.00 645,717,000.00 4.3. LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 945,754,315,054.26 871,387,391,350.00 4.3.1. Pendapatan Hibah 14,091,750.00 4.3.2. Dana Darurat 4.3.3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Prov. & Pemda lainnya 363,106,487,054.26 288,725,471,600.00 51

4.3.4. Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus 183,622,628,000.00 183,622,628,000.00 4.3.4.01. Dana Penyesuaian/Tambahan Dana Alokasi Umum 183,622,628,000.00 183,622,628,000.00 4.3.4.01.01. Tambahan Penghasilan Guru PNSD 1,613,250,000.00 1,613,250,000.00 4.3.4.01.02. Dana Tunjangan Profesi Guru PNSD 182,009,378,000.00 182,009,378,000.00 4.3.4.01.03. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 4.3.5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah lainnya 399,025,200,000.00 399,025,200,000.00 4.3.5.01. Bantuan Keuangan dari Provinsi 399,025,200,000.00 399,025,200,000.00 JUMLAH 3,048,932,183,316.26 2,845,030,033,446.66 Sumber data : Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda 52

Hasil analisis terhadap data Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Samarinda Tahun 2013 dan 2014 (tabel 1 dan tabel 2) diperoleh nilai rasio sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3. TABEL 3 : RASIO KINERJA KEUANGAN DAERAH KOTA SAMARINDA RASIO TAHUN 2013 TAHUN 2014 Derajad Desentralisasi 0.13 atau 13% 0.15 atau 15% Ketergantungan Keuangan daerah 0.57 atau 57% 0.54 atau 54% Kemandirian Daerah 0.15 atau 15% 0.18 atau 18% Efektivitas PAD 1.18 atau 118% 0.75 atau 75% Efektivitas pajak 1.09 atau 109% 1.06 atau 106% Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa Kota Samarinda dalam melaksanakan otonomi daerah semakin berhasil. Ini dilihat dari rasio derajat desentralisasi yang mengalami kenaikan. Pendapatan Asli Daerah semakin meningkat proporsinya terhadap total pendapatan daerah. Sementara itu proporsi dana transfer terhadap total pendapatan semakin turun. Ini dapat dilihat dari nilai rasio ketergantungan keuangan daerah yang mengalami penurunan pada tahun 2014. Artinya Kota Samarinda dari sisi keuangan daerahnya semakin otonom atau semakin tidak tergantung pada dana transfer. Dan ini merupakan salah satu gambaran kinerja yang semakin membaik. Rasio kemandirian keuangan daerah pada tahun 2014 mengalami peningkatan dari tahun 2013. Artinya kemampuan Kota Samarinda untuk membiayai pembangunan daerahnya dengan menggunakan PAD semakin meningkat. Ini mendukung analisa sebelumnya yang menunjukkan bahwa kemampuan kemandirian keuangan daerah semakin meningkat. Dilihat dari rasio efektivitas Pendapatan Asli Daerah tahun 2014 mengalami penurunan. Pada tahun 2013 kinerja pemerintah daerah untuk memobilisasi penerimaan PAD tergolong sangat efektif. Dimana rasio efektifitas diatas 100%. Target penerimaan PAD terlampaui. Namun di tahun 2014 kemampuan merealisasikan target penerimaan PAD tergolong kurang efektif, target penerimaan PAD tidak tercapai. Hal ini perlu untuk dikaji dan menjadi perhatian pemerintah Kota Samarinda. Tidak tercapainya target penerimaan bisa disebabkan melemahnya kinerja pemerintah dalam merealisasikan target penerimaan, dan bisa juga terlalu tingginya dalam menetapkan target penerimaan. Bila dilihat dari tabel 1 dan tabel 2, tidak tercapainya target penerimaan PAD disebabkan oleh tidak tercapainya target retribusi perizinan tertentu, serta sumbangan terbesar berasal dari tidak tercapainya target pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Apabila dilihat dari realisasi penerimaan, untuk pos pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, realisasi penerimaan tahun 2014 lebih besar dari pada tahun 2013. Tetapi karena target tahun 2014 naik empat kali lipat dari target 2013, maka menyebabkan rasio efektifitas PAD menjadi kurang efektif. Dengan demikian kemungkinan besar tidak tercapainya target penerimaan lebih disebabkan dari kurang tepatnya dalam penentuan target penerimaan. Rasio efektivitas pajak daerah baik tahun 2013 maupun tahun 2014 menunjukkan angka di atas 1 atau lebih dari 100%. Ini artinya, baik tahun 2013 maupun tahun 2014 kemampuan pemerintah Kota samarinda dalam mengumpulkan pajak daerah tergolong baik, mampu memenuhi jumlah yang ditargetkan. Walaupun tahun 2014 mengalami penurunan, tetapi masih tergolong baik. V. KESIMPULAN Berdasarkan analisis rasio keuangan daerah maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemerintah Kota Samarinda dalam penyelenggaraan desentralisasi semakin baik, hal ini dapat dilihat dari derajat desentralisasi yang meningkat. Tingkat ketergantungan keuangan pemerintah Kota Samarinda semakin kecil, serta kemandirian keuangan daerah semakin tinggi. Namun 53

demikian kemampuan pemerintah Kota Samarinda dalam memobilisasi penerimaan PAD mengalami penurunan, dimana di tahun 2014 tergolong kurang efektif. Berbeda dalam hal efektifitas pajak daerah. Kemampuan pemerintah Kota samarinda dalam menghimpun pajak tergolong baik untuk tahun 2013 maupun tahun 2014. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja keuangan pemerintah Kota Samarinda mengalami peningkatan pada tahun 2014. DAFTAR PUSTAKA Halim, Abdul, 2004, Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah Edisi Revisi, UPP UMP YKPN, Yogyakarta Hamzah, Ardi, 2008, Analisa Kinerja Keuangan Terhadap pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Kemiskinan : Pendekatan Analisis Jalur (Studi Pada 29 Kabupaten dan 9 Kota di Propinsi Jawa Timur Periode 2001-2006. Mahmudi, 2010, Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Edisis kedua, UPP STIM YKPN, Yogyakarta Ulum, Ihyaul, 2012, Audit Sektor Publik ; Sebuah Pengantar, Bumi Aksara, Jakarta Whittaker, James B., The Government Performance and Result Act of 1993;1995, A mandate for Strategic Planning and Performance Measurement, Educational Service Institute, Arlington, Virginia, USA. Yusuf, M, 2010, 8 Langkah Pengelolaan Aset Daerah Menuju pengelolaan Keuangan Daerah terbaik, Salemba Empat, jakarta. 54