PENGGUNAAN METODE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR LEMBAGA EKSEKUTIF SISWA SEKOLAH DASAR Adiwidiawan Arifin 1), Siti Wahyuningsih 2), Hadiyah 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta e-mail: adiwidiawana@gmail.com Abstrack: The purpose of this research was to improve student s motivation on learning civic education on executive institutions content by implementation of Index Card Match on student on grade IV SDN 02 Sringin, Jumantono, Year 2015/2016. This research was classroom action research, it conducted in two cycles. Each cycles consist of two confluence. Each cycles consist of four phases, namely: planning, implementation, observation, and reflection. The subjects of this research were students on grade IV SDN 02 Sringin, Jumantono, Year 2015/2016 as many as 26 students. The data collecting technique were observation, questionnaire, documentation, and test. The data validity were triangulation of resources and triangulation of technique. The technique of analyzing data was the interactive model analysis.based on the results of this study concluded that implementation of Index Card Match can improve student s motivation on learning civic education on student on grade IV SDN 02 Sringin, Jumantono, Year 2015/2016. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah penggunaan metode Index Card Match untuk meningkatkan motivasi belajar pendidikan kewarganegaraan pada materi lembaga eksekutif pada peserta didik kelas IV SDN 02 Sringin, Jumantono Tahun Pelajaran 2015/2016. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Tiap pertemuan terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 02 Sringin Jumantono yang berjumlah 26 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket, dokumentasi, dan tes. Uji validitas data yang digunakan dalam penelitan ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis model interaktif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Index Card Match (ICM) dapat meningkatkan motivasi belajar PKn peserta didik kelas IV SDN 02 Sringin tahun 2015/2016. Kata Kunci: Metode Pembelajaran Index Card Match, Motivasi Belajar PKn, Lembaga Eksekutif Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan pendidikan nilai dan pendidikan moral, seperti yang tertuang dalam buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bahwa PKn adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia (Wahab, 2002:9). Nilai-nilai tersebut tidak hanya sebagai bahan bacaan peserta didik saja, akan tetapi semestinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan nilai-nilai tersebut dapat dilakukan oleh peserta didik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan bisa juga sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pembelajaran pada pendidikan dasar atau di Sekolah Dasar salah satunya ada yang membahas mengenai lembaga eksekutif. Pembelajaran ini tercantum dalam Silabus dengan 1) Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS 2) 3) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS kompetensi dasar 3.2 Menyebutkan organisasi tingkat pusat, seperti Presiden, Wakil Presiden dan para Menteri. Pada Kompetensi Dasar 3.2 ini mempelajari tentang pengertian Lembaga eksekutif sampai dengan menyebutkan wewenang dan tugasnya. Tujuan dalam pembelajaran lembaga eksekutif ini adalah agar peserta didik dapat menyebutkan organisasi pemerintah tingkat pusat dan juga menyebutkan wewenang dan tugas mereka di pemerintahan. Kenyataan saat ini umumnya peserta didik mengetahui sebatas nama Presiden dan Wakil Presiden yang sedang menjabat saat ini. Peserta didik kurang mengetahui wewenang dan tugas seorang Presiden dan Wakil Presiden selain memimpin sebuah negara. Rendahnya tingkat pemahaman peserta didik dalam pembelajaran lembaga eksekutif, nampak pada hasil belajarnya. Menurut Wahab (2015
: 27) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik, salah satunya adalah motivasi. Motivasi perlu dimiliki siswa dalam kegiatan belajar, seperti pendapat Kaylene dan Caroline (2012) dalam jurnalnya Student motivation is an essential element that is necessary for quality education. Motivasi belajar yang timbul akan membuat kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Sehingga banyak dari peserta didik yang memperoleh hasil yang maksimal dalam proses belajar itu dan mengakibatkan kualitas pendidikan menjadi baik. Akan tetapi berdasar pada hasil survei yang peneliti lakukan di SDN 02 Sringin dengan koresponden seluruh peserta didik kelas IV yang berjumlah 26 peserta didik, menunjukkan bahwa 61% peserta didik dari total 26 peserta didik kelas IV SDN 02 Sringin memiliki kriteria motivasi yang kurang, 34% memiliki kriteria cukup dan hanya 4% yang memiliki kriteria bagus. Banyaknya prosentase peserta didik yang memiliki motivasi kurang, mengindikasikan kualitas pendidikan di kelas IV SDN 02 Sringin ada yang kurang benar dalam pelaksanaannya. Menurut hasil observasi yang peneliti lakukan, peneliti menemukan proses pembelajaran yang membosankan menurut peneliti. Penyebabnya adalah metode yang digunakan oleh guru hanya terbatas ceramah. Padahal peneliti yakin guru tersebut memiliki banyak metode inovatif yang dapat digunakannya sebagai variasi proses pembelajaran. Kemudian juga peneliti menemukan sikap peserta didik yang kaku, peserta didik jarang sekali merespon apa yang Guru mereka berikan. Guru harus menunjuk dan mengulang, baru peserta d- idik mau merespon. Perlu kiranya guru menyiasati proses pembelajaran untuk mengaktifkan peserta didik. Banyak pilihan yang dapat digunakan guru dalam menyiasati kebosanan siswa, tapi jika melihat psikis peserta didik kelas IV Sekolah Dasar mungkin penggunaan permainan cocok untuk digunakan Guru menyiasati kebosanan peserta didik dalam kegiatan belajar. Mengutip pendapat Brendzel yang dikutip oleh Carrol (2011) dalam jurnalnya Games provide a natural motivation, are part of good teaching strategies, and, fortunately, there are many that can be used to help build concepts. Permainan juga merupakan bagian yang bagus dari sebuah strategi mengajar yang bisa digunakan Guru untuk menyiasati kebosanan peserta didik dan banyak permainan yang dapat Guru pergunakan untuk membangun konsep dari sebuah materi pembelajaran pada peserta didik. Salah satu metode pembelajaran yang mengandung unsur permainan di dalamnya a- dalah salah satunya Metode Index Card Match (ICM). Metode Index Card Match adalah salah satu jenis metode yang menyenangkan dan dapat membuat peserta didik menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Silberman metode Index Card Match adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau u- lang materi pelajaran, yang membolehkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas (2009:79). Metode Index Card Match akan memunculkan kegembiraan pada pembelajaran, menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. Penerapkan metode Index Card Match pada pembelajaran PKn dalam materi lembaga eksekutif akan lebih efektif untuk mengatasi kejenuhan peserta didik, karena peserta didik tidak lagi hanya duduk terdiam mendengarkan Guru menerangkan. Tapi peserta didik juga terlibat dalam proses pembelajaran dengan melakukan permainan ini. Oleh karena itu peserta didik akan lebih optimal dalam pembelajaran dan akan cepat dalam menangkap atau memahami materi lembaga eksekutif. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SDN 02 Sringin, Jumantono. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas IV berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 12 peserta didik laki-laki dan 14 peserta didik perempuan. Waktu penelitian ini adalah selama sepuluh bulan, yakni mulai bulan Januari 2016 sampai Oktober 2016.
Sumber data pada penelitian ini yaitu: (1) Informan, yaitu peserta didik dan guru kelas IV SDN 02 Sringin sebagai sumber data primer. (2) Peristiwa, yaitu pelaksanaan pembelajaran PKn pada materi Lembaga Eksekutif sebagai sumber data primer. (3) Dokumen, yaitu skor hasil angket motivasi belajar PKn, silabus, dan RPP sebagai sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah, angket, observasi, dokumentasi, dan tes. Validitas yang digunakan a- dalah triangulasi sumber & triangulasi teknik. Teknik analisis data berupa teknik analisis interaktif. HASIL Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan observasi, dan pengisian angket pada pra tindakan. Berdasarkan kegiatan-kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar PKn pada materi lembaga eksekutif peserta didik kelas IV SDN 02 Sringin, Jumantono tahun ajaran 2015/2016 masih rendah. Hal tersebut terbukti dari sebagian besar skor angket peserta didik masih dibawah KKM ( 2,9). Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Frekuensi Skor Pratindakan Interval Frekuensi Skor (fi) Prosentase Ket 1,1-1,6 0 0 % SK 1,7 2,2 16 61,5 % K 2,3 2,8 9 34,6 % C 2,9 3,4 1 3,9 % B 3,5-4,0 0 0 % SB Jumlah 26 100 % Sedangkan rekapitulasi skor tertinggiterendah, persentase ketuntasan klasikal, dan rata-rata pada pra tindakan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi Skor Pratindakan Jumlah Skor Tertinggi 2,9 Skor Terendah 2,1 Skor Rata-rata 2,4 Tuntas 1 peserta didik (3,85%) Tidak Tuntas 25 peserta didik (96,15%) Berdasarkan tabel 1. dan 2., dapat diketahui nilai tertinggi sebesar 2,9, nilai terendah sebesar 2,1, peserta didik yang mendapat skor diatas KKM yaitu 1 peserta didik atau 3,85% dan peserta didik yang mendapatkan skor dibawah KKM yaitu 25 peserta didik atau 96,15%. Jadi ketuntasan klasikal hanya 3,85%, dengan rata-rata kelas 2,4. Setelah diterapkan metode pembelajaran Index Card Match (ICM), skor angket motivasi belajar PKn peserta didik pada siklus I menunjukkan peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Frekuensi Skor Siklus I Interval Skor Frekuensi (fi) Prosentase Ket 1,1-1,6 0 0 % SK 1,7 2,2 0 0 % K 2,3 2,8 5 19,2 % C 2,9 3,4 21 80,8 % B 3,5-4,0 0 0 % SB Jumlah 26 100 % Sedangkan rekapitulasi skor tertinggiterendah, persentase ketuntasan klasikal, serta rata-rata pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4. berikut: Tabel 4. Rekapitulasi Skor Siklus I Jumlah Skor Tertinggi 3,2 Skor Terendah 2,5 Skor Rata-rata 3,0 Tuntas 21 peserta didik (80,8%) Tidak Tuntas 5 peserta didik (19,2%) Berdasarkan tabel 3. dan 4. diatas, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan persentase ketuntasan klasikal pada siklus I. Ini dibuktikan dengan peserta didik yang mendapat skor diatas KKM ( 2,9) sebanyak 21 peserta didik (80,8%). Sedangkan peserta didik yang mendapat skor dibawah KKM ( 2,9) sebanyak 5 peserta didik (19,2%). Jadi ketuntasan klasikal pada siklus I hanya sebesar 80,8%. nilai tertingginya adalah 3,2. Nilai terendahnya adalah 2,5. Dan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 3,0. Indikator kinerja pada penelitian ini a- dalah 85% dari seluruh peserta didik mendapat skor diatas KKM ( 2,9). Karena pada
siklus I indikator kinerja penelitian belum tercapai, maka dilakukan refleksi dan tindak lanjut pada siklus II. Adapun hasil penelitian pada siklus II dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Frekuensi Nilai Siklus II Interval Frekuensi Skor (fi) Prosentase Ket 1,1-1,6 0 0 % SK 1,7 2,2 0 0 % K 2,3 2,8 0 0 % C 2,9 3,4 25 96,2 % B 3,5-4,0 1 3,8 % SB Jumlah 26 100 % Sedangkan rekapitulasi skor tertinggiterendah, persentase ketuntasan klasikal, serta rata-rata pada siklus II dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Rekapitulasi Skor Siklus II Jumlah Skor Tertinggi 3,6 Skor Terendah 3,0 Skor Rata-rata 3,3 Tuntas 26 peserta didik (100%) Tidak Tuntas 0 peserta didik (0%) Berdasarkan tabel 5. dan 6. diatas, dapat diketahui bahwa adanya peningkatan ketuntasan klasikal pada siklus II. Ini dibuktikan dengan peserta didik yang mendapat nilai diatas KKM ( 2,9) sebanyak 25 peserta didik atau 96,2%. Sedangkan peserta didik yang mendapat skor dibawah KKM ( 2,9) sebanyak 1 peserta didik atau 3,8%. Sedangkan nilai tertinggiya adalah 3,6 dan nilai terendahnya adalah 3,0, dengan skor rata-rata pada siklus II sebesar 3,3. Hasil pada siklus II telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu 96,2- % peserta didik mencapai batas tuntas KKM ( 2,9), oleh karena itu peneliti mengakhiri tindakan dalam penelitian ini sampai siklus II. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan dan juga analisis data yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Index Card Match (ICM) dapat meningkatkan motivasi belajar PKn peserta didik kelas IV SDN 02 Sringin Jumantono tahun ajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dibuktikan dari perbandingan hasil sebelum dan sesudah tindakan yang dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Data Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus Tindakan I II Nilai Terendah 2,1 2,5 3,0 Nilai Tertinggi 2,9 3,2 3,6 Nilai Rata-rata 2,4 3,0 3,3 Ketuntasan(%) 3,8 80,8 100 Pada pra tindakan, diketahui bahwa peserta didik yang mendapat skor diatas KKM yaitu 1 peserta didik (3,8%) dan peserta didik yang mendapat skor dibawah KKM yaitu 25 peserta didik (96,2%). Jadi ketuntasan klasikalnya hanya 3,8%, dengan rata-rata kelas sebesar 2,4. Dapat disimpulkan bahwa skor angket motivasi belajar PKn peserta didik kelas IV SDN 02 Sringin Jumantono masih rendah. Berdasarkan kondisi tersebut, maka dilakukan tindakan untuk meningkatkan motivasi belajar PKn peserta didik. Pada siklus I dilakukan tindakan dengan menggunakan metode pembelajaran Index Card Match (ICM) dalam pembelajaran PKn materi lembaga eksekutif. Guru menjelaskan materi lembaga eksekutif dengan menggunakan media gambar-gambar untuk memperjelas pemahaman peserta didik. Peserta didik aktif berdiskusi, dan belajar secara berkelompok untuk meningkatkan pemahaman peserta didik. Dari hasil tindakan pada siklus I menunjukkan bahwa skor ratarata pada siklus I sebesar 3,0. Peserta didik yang mendapat nilai diatas KKM ( 2,9) sebanyak 21 peserta didik atau 80,8%. Sedangkan peserta didik yang mendapat nilai dibawah KKM ( 2,9) sebanyak 5 peserta didik atau 19,2%. Jadi ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 80,8%. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar PKn peserta didik pada siklus I, akan tetapi persentase ketuntasan klasikalnya belum mencapai indikator kinerja penelitian yang diharapkan, yaitu se-besar 85%. Pada pelaksanaan siklus I juga masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu perlu
diperbaiki dan dilanjutkan pelaksanaan tindakan pada siklus II. Pada siklus II dilakukan tindakan dengan menggunakan metode pembelajaran Index Card Match (ICM) dalam pembelajaran PKn materi lembaga eksekutif dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada pelaksanaan tindakan siklus I. Diantaranya adalah dengan pemberian bintang tanda prestasi pada peserta didik yang mampu melakukan perintah guru, serta melaksanakan pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan. Dari hasil tindakan pada siklus II menunjukkan bahwa skor rata-rata pada siklus II sebesar 3,3. Peserta didik yang mendapat skor diatas KKM ( 2,9) sebanyak 26 (100%). Sedangkan peserta didik yang mendapat skor dibawah KKM sebanyak 0 peserta didik (0%). Jadi ketuntasan klasikal pada siklus II sebesar 100%. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar PKn peserta didik pada siklus II. Persentase ketuntasan klasikal pada silkus II sudah melebihi indikator kinerja penelitian yang diharapkan. Artinya, tindakan pada siklus II sudah berhasil. Oleh karena itu, peneliti memutuskan bahwa penelitian dicukupkan atau dihentikan pada siklus II saja. Dari data tersebut, dapat diartikan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran Index Card Match (ICM) dapat meningkatkan motivasi belajar PKn peserta didik pada materi lembaga eksekutif. Karena dalam pembelajaran, peserta didik haruslah diikutsertakan. Pembelajaran tidak lagi harus berpusat pada guru, tapi peserta didik juga dapat menemukan pemahamannya sendiri melalui belajar kelompok dan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran menuntut adanya keterlibatan aktif peserta didik dalam prosesnya baik aktif indra, fisik, emosi, maupun intelektualnya. Penggunaan metode pembelajaran Index Card Match (ICM) mampu meningkatkan aktifitas peserta didik sehingga dapat meningkatkan motivasi peserta didik. Hal ini selaras dengan teori yang menyebutkan bahwa sebuah permainan dalam kegiatan belajar dapat memunculkan motivasi alamiah dari peserta didik (Carrol:2011). Permainan dapat mendorong peserta didik untuk aktif dalam mengikuti permaianan tersebut dan tanpa sadar peserta didik juga telah belajar. Pembelajaran PKn materi lembaga eksekutif sangat cocok disampaikan dengan menggunakan sebuah permainan, seperti pendapat Wahab yang menyatakan bahwa metode yang cocok untuk mengajarkan PKn adalah dengan menggunakan permainan (2002:143). Metode Index Card Match termasuk metode yang mengandung unsur permainan. Metode Index Card Match akan memunculkan kegembiraan dan keaktifan pada peserta didik. Senada dengan pendapat Silberman yang menyatakan bahwa metode Index Card Match adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran, yang membolehkan siswa untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas (2009 : 79). Terbukti bahwa orang yang belajar lebih banyak dengan aktivitas dan pengalamannya akan lebih pintar daripada mereka yang hanya belajar dengan cara duduk di depan penceramah, buku, televisi ataupun komputer. Sehingga penggunaan metode pembelajaran Index Card Match (ICM) merupakan salah satu alternatif yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran PKn khususnya materi lembaga eksekutif yang diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II setelah digunakannya metode pembelajaran Index Card Match (ICM), dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar PKn peserta didik pada materi lembaga eksekutif kelas IV SDN 02 Sringin Jumantono tahun ajaran 2015/2016 meningkat melalui penggunaan metode pembelajaran Index Card Match. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh penggunaan metode Index Card Match (ICM) terhadap motivasi belajar PKn materi Lembaga Eksekutif pada peserta didik Kelas IV SDN 02 Sringin Jumantono tahun ajaran 2015/2016, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa peng-
gunaan metode Index Card Match (ICM) dapat meningkatkan motivasi belajar PKn peserta didik. Peningkatan motivasi belajar PKn peserta didik dapat dibuktikan dengan meningkatnya skor hasil angket motivasi belajar PKn peserta didik pra tindakan, siklus I, dan siklus II. Peningkatan skor angket tersebut yaitu yaitu pada pra tindakan skor rata-rata peserta didik hanya 2,4. Pada siklus I skor rata-rata peserta didik meningkat menjadi 3,0. Dan pada siklus II skor rata-rata peserta didik meningkat lagi menjadi 3,3. Selain itu, persentase ketuntasan klasikalnya juga mengalami peningkatan. Pada pra tindakan persentase ketuntasan klasikal hanya sebesar 7,- 7% saja. Pada siklus I persentase ketuntasan klasikal meningkat menjadi 80,8%. Dan pada siklus II persentase ketuntasan klasikal meningkat lagi menjadi 100%. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode Index Card Match untuk meningkatkan motivasi nelajar PKn peserta didik telah mencapai indikator kinerja penelitian yang telah ditetapkan yaitu 85%. Hasil akhir pada siklus II sudah melebihi indikator penelitian, yaitu sebesar 100%. Maka terbukti bahwa penggunaan metode pembelajaran Index Card Match (ICM) dapat meningkatkan motivasi belajar PKn peserta didik pada materi Lembaga Eksekutif peserta didik kelas IV SDN 02 Sringin, Jumantono tahun ajaran 2015/2016. DAFTAR PUSTAKA Carrol, K Margaret (2011). Fun and Games in Higher Education. 40 (1) 23-32 Silberman, Melvin. (2009). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:Insan Madani Wahab, A.A. (2002). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). Bandung: CV Maulana Wahab, Rohmalina. (2015). Psikologi Belajar. Jakarta:PT Raja Grafindo William, C Kaylene & William, C Caroline (2012). Five key ingredients for improving student motivation.