PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN ISLAM (PERAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen

MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Kepmendiknas tersebut telah. operasional Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah..

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Dengan demikian nilai modal ( human capital ) suatu bangsa tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pendidikan membuat keberadaan komite sekolah yang mampu

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (PROPENAS) Tahun Dalam BAB VII PROPENAS. ini memuat tentang Pembangunan Pendidikan, dimana salah satu arah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya 1. Kesadaran tentang

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh pola. upaya peningkatan pola manajerial sekolah.

Peran dan Fungsi Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi kewenangan ke tingkat sekolah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sekolah, pembentukan komite sekolah, peran komite sekolah, fungsi komite

MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR AL FALAAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and

Jurnal SAP Vol. 1 No. 2 Desember 2016 ISSN: X PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH: KAJIAN KONSEP DAN IMPLEMENTASINYA

1. Menjelaskan konsep interaksi dengan orangtua dalam Komite Sekolah berkaitan dengan Implementasi Kurikulum 2013.

PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama

1. Pendahuluan June, Volume 1 Number 1 Efektivitas Kinerja Komite Sekolah di SMP Negeri 1 Banjarsari. Sunardi

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung. Penyelenggaraan pendidikan terutama pendidikan dasar dan

Manajemen Mutu Pendidikan

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah,

PERAN PENGURUS OSIS SEBAGAI MOTIVATOR DAN FUNGSI PREVENTIF DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS SEKOLAH PADA SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut: 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency)

AD ART Komite Sekolah

PEMBUKAAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengutamakan perluasan pengetahuan. Diharapkan pendidikan dapat

Disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok Oktober 2016

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR62 TAHUN 2009 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH BUPATI PURWOREJO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan.

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Engripin dan Sugi Hermanto Dosen FKIP Universitas Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang

KEPUTUSAN PENGURUS KOMITE SLTP NEGERI 6 SRAGEN Nomer : 01 / Komite / SLTP N 6 / 2003 Tentang Anggaran Dasar Komite Sekolah SLTP Negeri 6 Sragen

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUBANG JL. KS TUBUN NO. 21 SUBANG JAWA BARAT

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG

PELAKSANAAN FUNGSI KOMITE SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORETIS

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

66 Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan

BAB I P E N D A H U L U A N. Upaya terselengaranya pendidikan dengan baik tidak hanya tanggung

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SD NEGERI 2 GEMEKSEKTI KEBUMEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN BAB I

Kinerja Dewan Pendidikan di Kota Salatiga

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. iii. 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan

MASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komponen-komponen yang saling terkait dan pengaruh mempengaruhi.

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

II TINJAUAN TEORETIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 10 SERI E

ANALISIS PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN TAMBAKREJO KABUPATEN BOJONEGORO

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 SENGAH TEMILA

Transkripsi:

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN ISLAM (PERAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH) Siswanto Dosen LB STAIN Curup Jl. Dr. AK Gani No.01 Curup, Propinsi Bengkulu e-mail : siswanto9930@yahoo.co.id Abstract One of the development strategies of Islamic education is to empower the community as a controller of teaching and learning that is collected in a container called the School Committee or Madrasah. The committee chose the other not as an application of the autonomy of education that is being raised by the government. Among the school committee / madrasa of these are: Giving consideration (advisory agency), Support (supporting agency), controller (controlling agency) and Mediator (mediator agency). The fourth role if it can run properly, then the quality of the school / madrasah will be achieved with ease. Keywords : participation, community, school/madrasah. Abstrak Salah satu strategi pembangunan pendidikan Islam yaitu memberdayakan masyarakat sebagai pengontrol kegiatan belajar mengajar yang terhimpun dalam sebuah wadah yaitu yang bernama Komite Sekolah atau Madrasah. Dipilihnya komite tersebut tidak lain sebagai aplikasi dari otonomi pendidikan yang sedang digalang oleh pemerintah. Di antara peran komite sekolah/ madrasah di antaranya yaitu: Pemberi pertimbangan (advisory agency), Pendukung (supporting agency), Pengontrol (controlling agency) dan Mediator (mediator agency). Ke empat peran tersebut apabila dapat dijalankan dengan baik, maka mutu sekolah/madrasah akan dapat tercapai dengan mudah. Kata kunci : partisipasi, masyarakat, sekolah/ madrasah. INSANIA Vol. 18, 16 No. 1, 2, Januari Mei - Agustus - April 2011135 3

Siti Zuhriyah Pendahuluan Dalam pendidikan partisipasi masyarakat yang spontan akan menim bulkan kreativitas dan meningkatkan produktivitas serta sekaligus meningkatkan tanggung jawabnya terhadap pembangunan dan hasilnya. Selain itu, partisipasi masyarakat akan menambahkan kemandirian dan munculnya tenaga-tenaga penggerak masyarakat yang baik. Konsep pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah memerlukan pemahaman berbagai pihak terkait, terutama menyangkut dimana posisinya dan apa manfaatnya. Pelibatan masyarakat dalam pendidikan ini dirasa sangat diperlukan, dan sekarang diharapkan bukan hanya bentuk konsep dan wacana, tetapi lebih dari action di lapangan. Dalam rangka mewujudkan visi dan misi pendidikan Islam sesuai dengan paradigma baru manajemen pendidikan, disarankan perlunya mem berdayakan masyarakat dan lingkungan secara optimal. Hal ini penting, karena sekolah sebagai elemen pendidikan yang lebih sempit me merlukan masukan dari masyarakat dalam menyusun program yang relevan, sekaligus memerlukan dukungan masyarakat dalam melaksanakan program tersebut. Di sisi lain, masyarakat juga memerlukan jasa sekolah untuk mendapatkan program-rogram pendidikan sesuai dengan yang diinginkan. Jalinan semacam itu dapat membangun hubungan yang seling menguntung kan (simbiotik mutualisme). Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan pendidikan Islam diperlukan berbagai strategi. Salah satu strategi pem bangunan pendidikan yang sedang diterapkan yaitu memberdayakan masyarakat sebagai pengontrol kegiatan belajar mengajar yang terhimpun dalam sebuah wadah yaitu yang bernama Komite Sekolah atau Madrasah. Dipilihnya komite tersebut tidak lain sebagai aplikasi dari otonomi pendidikan yang sedang digalang oleh pemerintah. Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan Pendidikan madrasah sampai saat ini telah mampu menyeret 10,5% anak usia sekolah untuk tingkat dasar atau ibtidaiyyah. Tetapi, lang kah tersebut belum diiringi dengan peningkatan mutu pendidikan dasar sesuai standar nasional. Upaya perbaikan madrasah dalam rangka 136INSANIA Vol ol. 8, 16 No. 1, 2, Januari Mei - Agustus - April12013

Pendidikan Islam dalam Perspektif Hak Asasi Manusia peningkatan mutu telah dilakukan sejak lama, namun masih banyaknya guru yang underqualified dan guru yang mismatch, kurangnya sarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar, serta lemahnya manajerial kepemimpinan madrasah. Mungkin hal tersebut antara lain diakibatkan oleh politik sentralisasi pendidikan yang berlaku selama ini (al-munawwar, 2005 : 199). Dengan munculnya kebij akan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang pemberlakukan Undang-Undang Otonomi Daerah yang dimulai dengan diterapkannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, berarti bagi setiap daerah diberikan kebebasan untuk mengelola daerahnya masing-masing. Kebijakan ini juga secara otomatis memberikan kebebasan bagi pengelolaan pendidikan. Perubahan paradigma pemerintah dari sentralisasi ke desentralisasi membuka peluang masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dalam pengelolaan pendidkan. Demikian juga seperti yang disampaikan Dirjen Dikdasmen bahwa : Penyaluran aspirasi serta kontribusi sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004, di tingkat kota/kabupaten dinamakan Dewan Pendidikan dan tingkat sekolah dinamakan Komite Sekolah (Depdiknas, 2002 : 4). Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nomor 044/V/2002 tentang pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah maka otonomi sekolah bermitra kerja dengan Komite Sekolah. Peran Komite Sekolah memberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijaksaan pendidikan, mendukung penyelenggaraan pendidikan, mengontrol, mediator antara pemerintah dan masyarakat. Di samping itu, juga berfungsi mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap pendidikan bermutu, melakukan kerja sama dengan masyarakat, menampung dan menganalisa aspirasi, memberi masukan, mendorong orang tua peserta didik dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan, menggalang dana masyarakat dan melakukan evaluasi. Orang tua yang dimaksudkan ialah bapak dan ibu yang putraputrinya bersekolah di satuan pendidik tersebut. Mereka menjadi anggota Komite Sekolah agar mereka dapat berperan dan bertanggung jawab terhadap produk pendidikan. Jangan terjadi saling melempar tanggung INSANIA Vol. 18, 16 No. 1, 2, Januari Mei - Agustus - April 2011137 3

Siti Zuhriyah jawab. Fenomena sosial yang terjadi belakangan ini, banyak anak sekolah tawuran, orang tua menyalahkan guru. Maka orang tua yang menginginkan anaknya maju, juga harus berperan serta secara aktif. Bila mempunyai ide dapat disalurkan melalui Komite Sekolah. Maka dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan orang tua mempunyai potensi yang signifikan untuk berperan aktif. Jadi secara praktis, pelaksanaan manajemen berbasis sekolah memerlukan keterlibatan secara aktif berbagai kelompok masyarakat dan pihak orang tua peserta didik dalam perencanaan dan pengembangan program-program pendidikan di sekolah dan pelaksanaannya. Keterlibatan masyarakat dan orang tua bukan hanya pada bantuan finansial, tetapi lebih menyediakan diri untuk membantu sekolah sebagai narasumber atau organisator kegiatan sekolah dan terlibat dalam pemikiran-pemikiran untuk peningkatan kualitas hasil belajar peserta didik dan pengelolaan sekolah secara umum. Masyarakat dan orang tua dapat memahami fungsinya untuk mengawasi dan membantu sekolah dalam pengelolaan termasuk dalam kegiatan pembelajaran. Tapi ada hal yang perlu diantisipasi, yaitu dengan besarnya peranan masyarakat dalam pengelolaan sekolah tersebut, mungkin dapat menimbulkan rancunya kepentingan antar sekolah, orang tua, dan masyarakat. Untuk mencegah agar tidak terjadi kerancuan kepentingan antar sekolah, orang tua dan masyarakat, maka sekolah atau pemerintah daerah perlu merumuskan batas-batas peranan atau pembagian tugas masing-masing unsur (sekolah,orang tua dan masyarakat) secara rinci, jelas, dan tegas, sehingga unsur tersebut dapat melaksanakan fungsi dan tugas masing-masing dalam pengelolaan sekolah (Sanaky, 2003 : 219). Hubungan Madrasah dengan Masyarakat Manajemen sekolah/madrasah yang baik adalah manajemen sekolah yang sanggup membangun hubungan yang baik dengan masyarakat, membuka pintu sekolah untuk menerima kunjungan dan kehadiran mereka dengan hati yang lapang. Hal ini berguna mengenalkan kepada mereka berbagai tujuan dan kendala-kendala yang dihadapi sekolah. Kemudian meminta mereka untuk berperan serta dalam meningkatkan kualitas sekolah. 138INSANIA Vol ol. 8, 16 No. 1, 2, Januari Mei - Agustus - April12013

Pendidikan Islam dalam Perspektif Hak Asasi Manusia Hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat sangat besar manfaat dan artinya, dimana kepentingan pembinaan, dukungan moral, material, dan pemanfaatan masyarakat sebagai sumber belajar. Selanjutnya bagi masyarakat dapat mengetahui berbagai hal mengenai sekolah dan inovasiinovasi yang dihasilkan, menyalurkan kebutuhan berpartisipasi dalam pen didikan, melakukan tekanan dan tuntutan terhadap sekolah. (Yusak, 1995 : 28). Jalinan hubungan madrasah dengan masyarakat merupakan bentuk komunikasi eksternal yang dilakukan atas dasar kesamaan tanggungjawab dan tujuan. Masyarakat merupakan kelompok dan individu-individu yang berusaha menyelenggarakan pendidikan atau membantu usaha-usaha pendidikan. Dalam masyarakat, terdapat lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan, lembaga keagamaan, kepramukaan, politik, sosial, olah raga, kesenian yang bergerak dalam usaha pendidikan. Dalam masyarakat juga terdapat individu-individu atau pribadi-pribadi yang bersimpati terhadap pendidikan di madrasah. Madrasah menghendaki agar peserta didik kelak menjadi manusia pembangunan yang berkualitas, beriman, dan bertaqwa. Demikian halnya masyarakat, mengharapkan agar madrasah dapat menempa sumber daya manusia yang produktif dan berkualitas sehingga dapat mengembangkan berbagai potensi masyarakat setelah kembali dan hidup bermasyrakat. Masyarakat menghendaki tenaga-tenaga terampil, demokratis, dan tanggung jawab, yang datang dari lingkungan madrasah, karena itu perlu strategi yang harmonis untuk menjalin hubungan antara madrasah dan masyarakat. Di samping itu, hubungan madrasah dengan masyarakat bertujuan untuk saling membantu, serta mengisi dan menggalang bantuan keuangan, bangunan, serta barang. Pendidikan di madrasah sangat terbatas waktunya sebab peserta didik hanya 6-7 jam berada di madrasah, pada waktu yang lain mereka berada di rumah dan di masyarakat. Waktu senggang di luar madrasah ini dapat dimanfaatkan sebenar-benarnya oleh masyarakat untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan pendidikan melalui berbagai lembaga yang ada di masyarakat, seperti lembaga agama, pramuka, kesenian dan olah raga. Lembaga-lembaga tersebut harus berupaya untuk memberikan pendidikan kepada peserta didik sebagai penambah dan pelengkap apaapa yang diperoleh di madrasah. INSANIA Vol. 18, 16 No. 1, 2, Januari Mei - Agustus - April 2011139 3

Siti Zuhriyah Beberapa permasalahan Sekitar Komite Sekolah/ Madrasah Memang keberadaan Keputusan Mendiknas Nomor 44/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite sekolah dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan komite sekolah adalah mitra sekolah. Tugas komite sekolah pada dasarnya mempunyai empat peran dimana peran tersebut adalah, memberikan pertimbangan, memberikan dukungan, melakukan pengawasan dan menjadi mediator, dengan masyarakat dan pemerintah. Peran tersebut pada dasarnya sudah banyak dilakukan oleh pengurus komite sekolah, namun belum optimal. Mengapa terjadi demikian?. Lembaga Komite sekolah telah ada dan dibentuk di setiap sekolah di Indonesia. Tetapi keberadaan komite sekolah terutama di daerah tertinggal masih banyak menghadapi beberapa kendala. Ada beberapa masalah pokok yang sering ditemui di lapangan tentang komite ini yang akhirnya perannya dikatakan belum optimal. Permasalahan tersebut antara lain; 1. Masalah Pamahaman Pemahaman tentang komite sekolah sangat beragam, tentang peran nya belum sepenuhnya dipahami apalagi menjalankan peran tersebut secara maksimal. Proses pembentukannya pun mungkin belum berdasarkan acuan yang ada. Keterwakilannya dalam susunan anggota komite juga belum meluas (belum mengikutsertakan dunia usaha ataupun dunia industri) di sekitarnya. Di samping itu masih langka keterwakilan perempuan dalam komite. Yang sangat fatal lagi Komite Sekolah belum/tidak mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Komite. 2. Masalah Budaya Yang dimaksud masalah budaya di sini adalah cara berfikir serta bertindak masyarakat terhadap sekolah. Pola pikir mereka kebanyakan menganggap sekolah sebagai lembaga jasa dan masyarakat sebagai konsumen. Sekolah jual lulusan, masyarakat membayar. Pola pikir lainnya adalah sekolah bagi anak-anak adalah pilihan masa depan. Dengan demikian masyarakat yang mampu, menyekolahkan anaknya di sekolah yang berkualitas. Apalagi jika anaknya mempunyai prestasi. Bagaimana dengan masyarakat yang miskin, jelas sekolah bukan 140INSANIA Vol ol. 8, 16 No. 1, 2, Januari Mei - Agustus - April12013

Pendidikan Islam dalam Perspektif Hak Asasi Manusia menjadi prioritas yang utama, sekolah bukan merupakan tanggung jawabnya sehingga sekolah mempunyai urutan prioritas di bawah ke butuh an utama (makan, papan, sandang). Pola pikir terhadap sekolah masih terbatas pada dukungan dana semata (sangat minim di daerah tertinggal). Perubahan budaya ini dperlukan proses yang sangat panjang agar tuntutan peran komite sekolah ini dapat optimal. 3. Masalah Pembinaan Komite sekolah yang merupakan lembaga representatif masyarakat untuk sekolah sudah lama ada semenjak adanya BP3, POMG, yang terakhir adalah Komite Sekolah. Sampai saat ini lembaga tersebut, belum dapat berfungsi dengan baik. 4. Masalah Sosial Ekonomi Belum optimalnya peran komite sekolah disebabkan juga oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah. Segala upaya yang dilakukan oleh masyarakat masih difokuskan mencari jalan keluar (solusi) ekonomi rumah tangga, sehingga walaupun terlibat dalam kepengurusan komite, partisipasinya belumlah optimal (besar) dianggap sebagai beban sampingan, apalagi didalam komite bersifat sukarelawan. Masalah kemiskinan itu sendiri sudah menyulitkan mereka untuk terlihat dalam komite sekolah dan sekolah juga menanggung akibatnya (beban) karena berbagai ide untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan prasarana sekolah menjadi lamban. Dari beberapa masalah tersebut di atas jika kita perhatikan dan ditelusuri secara lebih operasional banyak permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah dalam rangka pemberdayaan komite sekolah diantaranya adalah, pemahaman tentang komite sekolah belum tersosialisasikan dengan efektif di tengah masyarakat. Komite Sekolah yang dibentuk pada era reformasi pada hakekatnya masih sama dengan BP 3 atau POMG. Di sisi lain banyak komite belum mampu menjalankan fungsi-fungsi manajemen organisasi komite dengan baik, inisiatif rendah, ketergantungan kepada sekolah masih tinggi, termasuk menganggap tidak penting adanya AD/ ART bagi sebuah komite sekolah. Seperti dikemukakan di atas bahwa pemahaman komite sekolah juga diakibatkan dari pembentukan pengurusnya yang belum sesuai dengan aturan yang berlaku, belum mengikuti langkah baku pembentukan INSANIA Vol. 18, 16 No. 1, 2, Januari Mei - Agustus - April 2011141 3

Siti Zuhriyah komite sekolah, prinsip-prinsip pembentukannya belum diterapkan. Untuk menyegarkan kembali ingatan kita bahwa prinsip-prinsip tersebut adalah; 1. Transparan berarti pembentukan Komite Sekolah dilakukan secara terbuka, diketahui oleh masyarakat lingkungan sekolah mulai dari tahap persiapan, pembentukan panitia kriteria calon, pengumuman calon, proses pemilihan sampai dengan penyampaian hasil pemilihan kepada masyarakat. 2. Akuntabel dalam arti pembentukan Komite Sekolah yang dilakukan oleh panitia pelaksana dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat baik secara substansi maupun secara finansial. 3. Demokratis berarti pembentukan Komite Sekolah dilakukan dengan melibatkan seluruh masyarakat khususnya masyarakat lingkungan sekolah, baik secara musyawarah mufakat maupun melalui pemungutan suara. Peran dan Fungsi Komite Sekolah/Madrasah Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Sayangnya ungkapan bijak tersebut sampai saat ini lebih banyak bersifat slogan dan masih jauh dari harapan yang sebenarnya. Boleh dikatakan tanggung jawab masing-masing belum optimal, terutama peran serta masyarakat yang sampai saat ini dirasakan belum banyak diberdayakan. Olehnya itu untuk memberdayakan masyarakat, maka digulirkan konsep Komite sekolah/madrasah. Adapun peran Komite Sekolah/ Madrasah secara umum adalah 1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan. 2. Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. 3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. 4. Mediator (mediator agency) antara pemerintah (eksekutif) dengan masya rakat di satuan pendidikan. 142INSANIA Vol ol. 8, 16 No. 1, 2, Januari Mei - Agustus - April12013

Pendidikan Islam dalam Perspektif Hak Asasi Manusia Dalam menjalankan perannya komite sekolah secara umum memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Mendorong tumbuhnya komitmen masyarakat terhadap penye lenggaraan pendidikan yang bermutu. 2. Melakukan kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat berkenaan dengan pendidikan yang bermutu. 3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat 4. Memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan dalam hal: kebijakan program pendidikan, penyusu nan RAPBS, kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga ke pen didikan, dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan. 5. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan. 6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penye lenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. 7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Penutup Untuk mewujudkan visi dan misi pendidikan Islam sesuai dengan paradigma baru manajemen pendidikan, disarankan perlunya memberdaya kan masyarakat dan lingkungan secara optimal yaitu dengan cara mempertimbangkan hal-hal berikut ini: pertama bahwa perubahan paradigma pemerintah dari sentralisasi ke desentraliasai membuka peluang masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dalam pengelolaan pendidikan; kedua Masyarakat merupakan kelompok dan individu-individu yang berusaha menyelenggarakan pendidikan atau membantu usaha-usaha pendidikan; ketiga Peran masyarakat dalam pendidikan dapat dilihat dalam keterlibatannya dalam wadah yang bernama komite sekolah Kemudian Komite sekolah/madrasah merupakan lembaga atau badan yang dibentuk berdasarkan musyawarah oleh masyarakat sekolah pada tingkat satuan pendidikan sebagai bentuk representasi dari tanggung jawab kepada unsur masyarakat sekolah di sekitar terhadap upaya peningkatan kualitas mutu pendidikan di sekolah dan peran komite sekolah/ INSANIA Vol. 18, 16 No. 1, 2, Januari Mei - Agustus - April 2011143 3

Siti Zuhriyah madrasah diantaranya: Pemberi pertimbangan (advisory agency), Pendukung (supporting agency), Pengontrol (controlling agency) dan Mediator (mediator agency). Daftar Pustaka Al-Munawwar, Sayyid Agil Husain. 2005. Aktualisasi Nilai-Nilai Qurani dalam Sistem Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat Press. Depdikbud. 1995. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Depdiknas. 2002. Panduan Umum Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Jakarta : Ditjen Dikdasmen. Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional: dalam Konteks menyukseskan MBS dan KBK. Bandung : Remaja Rosda Karya. Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidkan; Otonomi Daerah dan Implementasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sanaky. Hujair AH. 2003. Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani Indonesia. Yogyakarta : Safria Insani Press. Rawati. 2010. Makalah Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta : UIN SUKA. Yusak, Masduki. 1995. Meningkatkan Mutu lewat Komite Sekolah, www. Ssep. Net. http://sertikasiguru. blog. dada. net/post/1207056294/optimalisasi+p ERAN+KOMITE+SEKOLAH 144INSANIA Vol ol. 8, 16 No. 1, 2, Januari Mei - Agustus - April12013