BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

X.82. Pengembangan tanaman jagung yang adaptif di lahan masam dengan potensi hasil 9,0 t/ha. Zubachtirodin

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman Jagung. Kulit. Grit Tepung Pati. Pakan Kompos Industri Rokok. Pakan Pangan Bahan Baku Industri

PENDAHULUAN. Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L.,

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

Pemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

PELUANG AGRIBISNIS BENIH JAGUNG KOMPOSIT DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan sebagai

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

PENDAHULUAN Latar Belakang

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

KOMPARASI EKONOMI JAGUNG INDONESIA DENGAN NEGARA PRODUSEN UTAMA PENDAHULUAN

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 129/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR JAGUNG HIBRIDA SU 3545 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA N 35

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 77/Kpts/SR. 120/2/2007 TENTANG

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan

PENDAPATAN DAN TANGGAPAN PETANI TERHADAP USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BISI 2

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

[ ] Pengembangan Varietas Jagung Putih untuk Pangan, Berumur Genjah dan Toleran Kekeringan Muhammad Azrai

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung I. PENDAHULUAN

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

IDENTIFIKASI KINERJA USAHATANI DAN PEMASARAN JAGUNG DI NUSA TENGGARA BARAT. Hadijah A.D. Balai Penelitian Tanaman Serealia

PERSEPSI PETANI KOOPERATOR TERHADAP EMPAT VARIETAS JAGUNG KOMPOSIT DI GIYANTI, KABUPATEN BLORA

Program Studi Agribisnis, Fakutas Pertanian, Universitas Trunojoyo Telp

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI I. PENDAHULUAN

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

PENDAHULUAN Latar Belakang

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih

PEMETAAN PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG DI LAHAN KERING IKLIM KERING

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Provinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari. penting diantara subsektor lainnya karena mampu menghasilkan bahan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia jagung merupakan komoditas penting kedua setelah padi dan termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan. Di beberapa provinsi, seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, jagung dikonsumsi sebagai suplemen untuk makanan pokok (Haryono, 2012). Dengan semakin berkembangnya produk jagung dan produk turunannya, permintaan akan jagung juga meningkat dari tahun ke tahun, dan mengakibatkan jagung menjadi sulit didapat dan mahal harganya, karena pengekspor jagung terbesar di dunia seperti Amerika Serikat telah mengurangi ekspornya akibat kebutuhan dalam negerinya semakin meningkat. Cina bahkan tidak saja mengurangi ekspornya, namun telah berubah menjadi importir netto. Dengan demikian kedepan, impor jagung akan semakin sulit disamping akan menguras devisa. Swasembada adalah pilihan mutlak. Sampai dengan tahun 2014 Indonesia masih mengimpor jagung sebanyak 3,2 juta ton (Badan Pusat Statistik, 2014). Salah satu penyebab kekurangan pasokan jagung nasional Indonesia adalah karena rendahnya produktivitas. Bila mengacu pada data Badan Pusat Statistik (2015), maka produktivitas jagung Indonesia hanya 50,7% dari produktivitas jagung Amerika Serikat sebagai pemimpin produktivitas jagung dunia yang mencapai 9,76 ton per hektar. Lebih rendah lagi bila mengacu pada data USDA (2015), dimana produktivitas jagung Indonesia hanya 30,6% bila dibandingkan dengan produktivitas jagung Amerika Serikat. Dengan demikian produktivitas jagung Indonesia memang masih harus ditingkatkan. Peningkatan produktivitas suatu komoditas pertanian, termasuk jagung dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu metode ekstensifikasi (perluasan lahan) dan intensifikasi (peningkatan produktivitas). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014), luas lahan kering di Indonesia adalah sekitar 55 juta hektar. Dari

luasan tersebut sekitar 23,3 juta hektar atau 42,33% merupakan lahan subur yang berpotensi untuk ekstensifikasi jagung, disamping sekitar 3,8 juta hektar atau 6,98% pada saat ini sudah ditanami jagung dengan produktivitas 4,96 ton per hektar. Namun demikian, hal ini sulit dilakukan, terbukti bahwa sejak tahun 2008, luas panen jagung terus menurun mulai 4,0 juta hektar menjadi 3,8 hektar pada tahun 2014 (Badan Pusat Statistik, 2015). Fenomena ini sesuai dengan hasil penelitian Kasryno dkk. (2008), Djukri (2009), dan Surachman dkkl. (2009), yang menyatakan bahwa areal panen di sentra sentra produksi jagung sudah sulit ditingkatkan. Perkembangan produksi selama ini hanya disebabkan oleh pesatnya perkembangan adopsi teknologi maju, terutama benih jagung hibrida. Dengan demikian, fokus utama upaya peningkatan produksi jagung ke depan lebih dititikberatkan kepada peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha tani. Benih, bersama dengan sarana produksi pertanian yang lain (panca usaha tani) merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan usaha tani jagung, sehingga harus ditangani secara sungguh-sungguh. Dari sini diharapkan bahwa petani memiliki pilihan benih hibrida, tidak hanya benih bersari bebas (open pollinated variety/opv) baik varietas lokal maupun komposit berlabel. Lokasi penanaman jagung di Indonesia secara umum terbagi menjadi 2 (dua) wilayah, yaitu wilayah sentra produksi dan wilayah non-sentra produksi. Pada wilayah sentra produksi, tataniaga jagung sudah berjalan dengan baik dengan adanya 4 subsistem agribisnis. Sebaliknya, pada wilayah non-sentra produksi semua subsistem agribisnis tidak berjalan dengan semestinya. Hal ini mengakibatkan ketimpangan produktivitas (productivity gap) antara daerah sentra produksi dengan daerah non-sentra produksi jagung. Tingkat penggunaan benih jagung hibrida yang relatif rendah merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas jagung di Indonesia. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sarasutha (2002), Sagwansupyakor dkk. (2003), Suryana dkk. (2005), Ibeawuchi et al. (2008), Quy et al. (2010), CIMMYT (2011), Haryono (2012), International Grain Council (2014), MacRobert et al. (2014), yang menyatakan bahwa produktivitas jagung bersari bebas lokal masih sangat rendah. Secara umum produktivitas jagung bersari bebas lokal berada diantara 2

sampai 3 ton per hektar, jagung komposit berlabel dari Balai Penelitian Tanaman Serealia dapat menghasilkan 4-5 ton per hektar, sementara jagung hibrida mempunyai potensi produksi antara 8-13 ton per hektar. Sejak tahun 2005, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian telah berupaya untuk meningkatkan produksi jagung nasional. Suryana dkk. (2005) menjelaskan usaha pemerintah tersebut pada prinsipnya adalah mengintroduksi varietas hibrida dan komposit berlabel di daerah non-sentra produksi. Walaupun data bervariasi, namun secara nasional pangsa varietas hibrida adalah 7,5% pada tahun 1995, dan meningkat menjadi 24% pada tahun 1999 (Sarasutha, 2002). Pangsa ini meningkat menjadi 28% pada tahun 2002 (Suryana dkk., 2005). Kemudian Haryono (2012) menyatakan pangsa varietas hibrida adalah 55% pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 66% di tahun 2012. Data terbaru dari Kementerian Pertanian (2015) menyatakan bahwa proporsi jagung hibrida secara nasional tahun 2014 adalah 50%. Bagaimanapun juga seluruh peneliti sepakat bahwa proporsi atau pangsa varietas hibrida di Indonesia masih rendah dan sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan persentase jagung hibrida akan meningkatkan produktivitas jagung nasional. Tren korelasi positif antara penggunaan benih hibrida dengan peningkatan produktivitas jagung secara nasional sejak tahun 2008 hingga tahun 2014 disajikan dalam Tabel 1 (Kementerian Pertanian, 2015). Tabel 1. Korelasi pangsa hidrida dengan produktivitas jagung Parameter 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Pangsa Hibrida (%) 33,0 35,0 37,0 40,0 43,4 45,5 48,4 Produktivitas (ton/ha) 4,1 4,2 4,4 4,6 4,9 4,8 5,0 Rendahnya tingkat penggunaan benih jagung hibrida disebabkan harga benih jagung hibrida lebih mahal dibanding harga benih jagung komposit berlabel ataupun jagung lokal (Swastika dkk., 2004; Litbang Deptan, 2013 dan MacRobert, 2014). Padahal harga benih merupakan salah satu dasar para petani dalam membeli benih (Priana dkk., 2012). Hal ini juga menjadi penyebab utama penggunaan benih turunan oleh petani (Pakki dan Zubachtirodin, 2008). Mahalnya harga benih jagung hibrida ini disebabkan benih jagung hibrida yang ada di pasaran saat ini pada umumnya berjenis hibrida silang tunggal,

dimana biaya produksinya sangat mahal bila dibandingkan jenis hibrida silang tiga jalur atau silang ganda. Hallauer dan Carena (2009) menyatakan bahwa biaya produksi benih jagung hibrida silang tunggal mencapai 4-5 kali dari biaya produksi benih silang ganda. Potensi hasil yang tinggi, keseragaman dan kestabilan keragaan menyebabkan petani di daerah sentra produksi lebih memilih benih jagung hibrida jenis ini. Namun demikian petani daerah subsisten di negara berkembang lebih memilih harga yang lebih murah (Dowswell et al., 1996). Menurut Schnell (1975), benih silang ganda dapat diproduksi dengan biaya murah, namun keragaan benih jenis ini tidak berbeda jauh dengan jagung bersari bebas. Sebaliknya dengan biaya produksi relatif sama dengan benih silang ganda, namun jagung jenis silang tiga jalur memiliki keragaan yang lebih baik, sehingga benih silang tiga jalur merupakan pilihan terbaik sebagai pengganti benih jagung bersari bebas. Untuk itu, penelitian ini berupaya untuk menghasilkan kultivar jagung hibrida baru dengan dengan harga lebih murah dari kultivar jagung hibrida atau bersari bebas yang sudah eksis di pasaran namun memiliki daya hasil yang lebih tinggi. Namun demikian, potensi daya hasil yang tinggi seharusnya diikuti dengan ketahanan terhadap penyakit yang tinggi pula sehingga suatu genotipe berdaya hasil biji tinggi (Hallauer, 2008). Penyakit dapat menyerang akar, batang, daun atau bagian lain dari tanaman jagung (CIMMYT, 1999). Kementerian Pertanian (2008) mewajibkan uji ketahanan terhadap penyakit bulai (Peronosclerospora maydis), dan 1 opsional. Uji ketahanan penyakit yang bersifat opsional diantaranya adalah hawar daun (Exserohilum turcicum.). Pemimpin pangsa pasar benih jagung hibrida nasional pada saat ini adalah Varietas BISI 18, yang merupakan salah satu produk benih perusahaan multinasional. Beberapa keunggulan jagung hibrida Varietas BISI 18 adalah potensi hasil cukup tinggi yaitu mencapai 12 ton per hektar, sementara rerata hasil mencapai 9,1 ton per hektar. Sedangkan kelemahan dari jagung hibrida Varietas BISI 18 adalah benih berharga mahal (Rp 65.000,-/kg), peka terhadap cekaman penyakit bulai Peronosclerospora maydis dan hawar daun Exserohilum turcicum (Kementerian Pertanian, 2013).

Di antara beberapa varietas jagung bersari bebas komposit yang sejak dilepas hingga saat ini penyebarannya/ditanam cukup luas adalah Varietas Sukmaraga. Beberapa keunggulan dari jagung bersari bebas komposit Varietas Sukmaraga adalah benih berharga murah (Rp 25.000,-/kg), agak tahan terhadap penyakit bulai Peronosclerospora maydis, dan hawar daun Helminthosporium sp. Sedangkan kelemahan dari jagung Varietas Sukmaraga adalah potensi dan rerata hasil relatif rendah bila dibandingkan dengan jagung hibrida, masing-masing 8,5 ton per hektar dan 6,0 ton per hektar (Aqil dan Arvan, 2014). Varietas BISI 18 dan Sukmaraga sampai saat ini (2015) masih memimpin pangsa pasar di segmennya masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa kedua varietas tersebut disukai petani, dan secara empiris menunjukkan bahwa kedua varietas ini mempunyai keunggulan komparatif bila dibandingkan dengan para kompetitornya. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dalam penelitian ini kedua varietas tersebut dijadikan sebagai pembanding dalam perakitan dan uji kelayakan produksi calon-calon kultivar baru jagung hibrida. Silang diri berulang terhadap 23 (dua puluh tiga) populasi landrace yang dilakukan sejak tahun 1997 telah menghasilkan 23 (dua puluh tiga) galur murni harapan (prospective inbred lines). Kombinasi tahap ke-1 dari 23 galur murni ini telah menghasilkan 11 genotipe harapan (prospective genotypes) yang terdiri dari 6 genotipe silang tiga jalur dan 5 genotipe silang tunggal. Berdasarkan pengujian awal (preliminary trial) terhadap cekaman penyakit bulai P. maydis, yang dilakukan oleh Setyawan et al. (2016), 11 genotipe harapan tersebut mempunyai ketahanan yang lebih baik dibanding BISI 18 dan Sukmaraga. B. Masalah Penelitian 1. Produktivitas jagung di daerah sentra produksi dapat ditingkatkan bila diintroduksikan kultivar baru jagung hibrida dengan daya hasil lebih tinggi dibandingkan daya hasil jagung hibrida silang tunggal yang sudah eksis di pasar jagung nasional (BISI 18). 2. Produktivitas jagung di daerah nonsentra produksi dapat ditingkatkan bila diintroduksikan kultivar baru jagung hibrida dengan daya hasil lebih tinggi dibanding daya hasil jagung bersari bebas (open pollinated variety) yang sudah eksis di pasar jagung nasional (Sukmaraga).

3. Harga benih merupakan pertimbangan utama petani jagung di daerah nonsentra produksi, oleh karena itu harga jual benih yang akan diintroduksikan ke daerah non-sentra produksi tidak lebih tinggi dibanding dengan harga benih jagung bersari bebas (Sukmaraga). C. Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan kultivar baru jagung hibrida dengan daya hasil biji lebih tinggi dibandingkan daya hasil jagung hibrida silang tunggal yang sudah eksis di pasar jagung nasional (BISI 18), dengan harga maksimum sama dengan BISI 18. 2. Mendapatkan kultivar baru jagung hibrida dengan daya hasil biji setara dibandingkan daya hasil jagung hibrida silang tunggal yang sudah eksis di pasar jagung nasional (BISI 18), dengan harga lebih rendah dibandingkan BISI 18. 3. Mendapatkan kultivar baru jagung hibrida dengan daya hasil biji lebih tinggi dibandingkan daya hasil jagung bersari bebas yang sudah eksis di pasar jagung nasional (Sukmaraga), dengan harga maksimum sama dengan Sukmaraga. D. Hipotesis H0 : Tidak ada kultivar baru jagung hibrida dengan daya hasil lebih tinggi dengan harga benih lebih rendah dibanding kultivar Sukmaraga atau kultivar baru jagung hibrida dengan daya hasil minimal setara dengan harga benih lebih rendah dibanding kultivar BISI 18. H1 : Setidaknya didapatkan 1 kultivar baru jagung hibrida dengan daya hasil lebih tinggi dengan harga benih lebih rendah dibanding kultivar Sukmaraga atau 1 kultivar baru jagung hibrida dengan daya hasil minimal setara dengan harga benih lebih rendah dibanding kultivar BISI 18. E. Manfaat Penelitian 1. Peningkatan produktivitas dan produksi jagung nasional. 2. Peningkatan dari teknologi komposit ke teknologi silang tiga jalur untuk daerah pengembangan atau daerah non sentra produksi jagung.