IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi tanaman (cm) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap tinggi tanaman jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.a) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah pasar dengan lama pengomposan berpengaruh tidak nyata. Hasil uji lanjut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rerata tinggi tanaman jagung manis dengan perlakuan lama pengomposan sampah pasar. 5 Minggu 189.865 a 7 Minggu 181.200 ab 3 Minggu 175.100 ab 1 Minggu 158.165 b Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRTpadataraf5%. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan lama pengomposan sampah pasar menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman jagung manis. Pengomposan selama 5 minggu memberikan hasil yang tertinggi terhadap tinggi tanaman, dan berbeda nyata dengan pengomposan 1 minggu namun berbeda tidak nyata dengan pengomposan selama 3 dan 7 minggu. Hal ini diduga karena semakin lama pengomposan, maka unsur hara juga lebih tersedia bagi tanaman. Disamping itu pupuk organik sampah pasar yang diberikan juga dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah, juga dapat menyediakan unsur hara. Walau pun unsur hara akan tersedia secara periahan-lahan. Dapat dilihat pada (Lampiran 10) bahwa C/N kompos berkisar antara 6.39-14.10, dimana nilai C/N yang sama dengan nilai C/N tanah yaitu < 20 maka memungkinkan dapat tersedianya unsur hara bagi tanaman di dalam tanah. Hal ini didukung oleh
pendapat Sutanto (2002), bahwa prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah (< 20). Menurut Sukendro (1990), pengomposan terlalu lama akan mengakibatkan komponen utama bahan yaitu selulosa dan hemiselulosa sudah banyak yang terurai, sebaliknya bila proses pengomposan terlalu singkat kondisi kompos belum memadai bagi kebutuhan pertumbuhan tanaman. Dari hasil perlakuan lama pengomposan 3, 5 dan 7 minggu menunjukkan tinggi tanaman yang relatif sama karena pengomposan selama 3-7 minggu sudah terdekomposisi secara sempuma. Menurut Murbandono (2002), bahan organik yang telah mengalami pengomposan mampu memperbaiki stmktur tanah, mamperbesar kemampuan tanah mengikat air, memperbaiki aerase dan draenase tanah sehingga kandungan air mencukupi dan suhu tanah menjadi stabil. Sifat genetik tanaman juga mempengaruhi pertumbuhan, terutama tinggi tanaman. Menurut Gardner (1991), bahwa suatu tanaman untuk tumbuh dan berkembang ditentukan oleh potensi genetik tanaman dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Selain genetik faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi tinggi tanaman salah satunya adalah cahaya. Menurut Heddy (1987), pertumbuhan tinggi tanaman juga terjadi karena pembentukan dan perkembangan sel yang didominasi pada bagian pucuk, berarti hams ada unsur hara yang cukup untuk pembentukan sel tersebut diantaranya N, P dan K yang cukup. Lingga (2001), menyatakan bahwa peran utama N iaiah mempercepat pertumbuhan dan secara keseluruhan terutama batang dan daun. Lakitan (2001), menambahkan bahwa N mempakan penyusun klorofil, sehingga bila klorofil meningkat dan komponen fotosintesis yang lain dalam keadaan optimal maka fotosintesis meningkat pula. Harjadi (1991), menyatakan bahwa dengan peningkatan fotosintat pada fase vegetatif menyebabkan peningkatan pembelahan, perpanjangan dan diferensiasi sel. 16
4.2. Lingkar batang (cm) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap lingkar batang jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.b) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah pasar dengan lama pengomposan berpengaruh tidak nyata. Hasil uji lanjut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rerata lingkar batang jagung manis dengan perlakuan lama pengomposan sampah pasar. 7 Minggu 5.870 a 5 Minggu 5.790 a 3 Minggu 5.540 a 1 Minggu 5.385 a Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRTpadataraf5%. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan lama pengomposan sampah pasar menunjukkan hasil yang berbeda yidak nyata terhadap lingkar batang jagimg manis. Hal ini diduga karena kandungan unsur hara yang terdapat dalam kompos dengan lama pengomposan yang berbeda telah mempu memenuhi kebutuhan unsur hara untuk perkembangan vegetatif tanaman. Menurut Sutarya (1995), tanaman akan tumbuh baik pada tanah yang mengandung banyak humus, subur dan drainase baik. Tanaman jagung manis yang memperoleh unsur hara N, P dan K dari pemberian kompos sangat berpengaruh pada proses fotosintesis yang menghasilkan fotosintat. Hal ini sejalan dengan pemyataan Lingga (2001), dimana fotosintat digunakan untuk memperluas zona perkembangan akar dan akan memacu pertumbuhan akar primer bam. Selanjutnya Lakitan (1993), menyatakan sistem perakarang dipengamhi oleh pola penyebaran akar antara lain suhu tanah, aerase, dan ketersediaan air serta ketersediaan unsur hara. 17
; J Unsur hara N, P dan K yang diberikan melalui kompos diperlukan tanaman untuk memacu proses pertumbuhan tanaman jagung manis termasuk lingkar batang, namun bila unsur hara tersebut dalam keadaan tidak seimbang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan pendapat Lubis (1992), bahwa pemberian unsur hara pada tanaman akan memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan, namun jika unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tidak mencukupi kebutuhan tanaman akan berpengaruh pada pertumbuhan. Suandi (1999), menyatakan unsur N berperan dalam meningkatkan perkembangan batang baik secara horizontal maupun vertikal. Kemudian dikemungkakan oleh Lingga (2001), unsur K dapat menguatkan vigor tanaman yang dapat mempengaruhi besar diameter batang dan unsur P sangat berperan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur hara yang tersedia dalam jumlah yang cukup terutama unsur K yang berfungsi mengaktifkan kerja beberapa enzim menyebabkan kegiatan fotosintesis dari tanaman dan meningkat dengan demikian akumulasi asimilat pada daerah batang juga meningkat sehingga terjadi pembesaran pada bagian batang. Lubis (1992), menyatakan bahwa batang merupakan daerah akumulasi pertumbuhan khususnya pada tanaman yang masih mudah. Hanafiah (2005), menjelaskan bahwa unsur K pada tanaman dapat meningkatkan laju fotosintesis dan dapat mentranslokasikan fotosintat keseluruhan bagian tanaman sehingga dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru di dalam jaringan tanaman. Selain menyumbangkan unsur hara, pemberian kompos sampah pasar juga mampu memperbaiki struktur tanah yaitu dapat menambah kapasitas tukar kation tanah dan memperbaiki kondisi yang baik. Menurut Hakim (1986), struktur tanah berpengaruh terhadap daya simpan air yang baik sehingga dapat mendukung proses fotosintesis serta translokasi fotosintat kesemua organ tanaman terutama pada batang yang mengakibatkan terjadinya pembesaran batang. 18
4.3. Volume akar (mi) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap lingkar batang jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.c) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah pasar dengan lama pengomposan berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rerata volume akar jagung manis dengan perlakuan lama pengomposan sampah pasar. 5 Minggu 23.840 b 3 Minggu 18.940 ab 7 Minggu 17.880 ab 1 Minggu 13.960 a Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf5%. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan lama pengomposan sampah pasar menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap volume akar jagung manis. Pengomposan 5 minggu memberikan hasil volume akar yang tertinggi dari perlakuan pengomposan selama 3 dan 7 minggu tetapi berbeda tidak nyata dan berbeda nyata dengan perlakuan pengomposan selama 1 minggu. Hal ini diduga karena unsur hara yang disumbangkan oleh kompos dapat meningkatkan pertumbuhan akar di dalam tanah. Selain itu ketersediaan air yang cukup membuat daerah perakaran di dalam tanah menjadi lembab sehingga perakaran lebih mudah menyerap unsur hara. Menurut Lingga (2001), bahan organik mampu memperbaiki struktur tanah dengan membentuk butiran tanah yang lebih besar oleh senyawa perekatyang dihasilkan mikroorganisme yang terdapat pada bahan organik. Butiran tanah yang lebih besar dapat memperbaiki permeabilitas tanah sehingga daya ikat tanah terhadap air meningkat. Daya ikat air yang kuat ini menyebabkan 19
kebutuhan air tanaman mencukupi sehingga perakaran mudah menyerap unsur hara untuk di translokasikan kebagian tanaman yang lain. Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan ketersediaan hara, memperbaiki struktur tanah, daya scrap air, dan kandungan air tanah. Hal ini dapat meningkatkan kesuburan tanah serta perkembangan mikroorganisme tanah semakin baik (Musnamar, 2005). Unsur P juga dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman. Menurut Anonim (2007), unsur P adalah unsur yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Manurut Lingga (2001), unsur P berguna bagi tanaman untuk merangsang perkembangan akar dipengaruhi oleh suplai fotosintat dari daun. Hasil fotosintat diperlukan untuk memperluas zona perkembangan akar dan memacu pertumbuhan akar primer baru. Selajutnya Salisbury (1997), menyatakan fiingsi unsur P dalam proses metabolisme tanaman adalah dalam memproduksi beberapa hormon dan enzim yang esensial bagi tanaman seperti: ATPase, auksin, giberelin, asam absisat, dan sitokinin. Inisiasi dan pertumbuhan akar pada jaringan maristematik dipacu oleh ATPase, sel-sel baru dari jaringan maristem pada ujung akar didistribusikan pada pembaruan tudung akar yang berperan penting dalam melindungi maristem akar dari kenisakan fisik selama penerobosan tanah. Tudung akar juga menghasilkan asam absisat yang sangat berguna bagi pertumbuhan akar. 4.4. Berat kering tanaman (gram) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap berat kering tanaman jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.d) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah pasar dengan lama pengomposan berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rerata berat kering tanaman jagung manis dengan perlakuan lama pengomposan sampah pasar. 5 Minggu 50.450 b 20
7 Minggu 3 Minggu 1 Minggu 46.140 b 41.312 b 31.828 a Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan lama pengomposan sampah pasar menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap berat kering tanaman jagung manis. Pengomposan 5 minggu memberikan hasil berat kering tanaman yang tertinggi dari perlakuan pengomposan selama 7 dan 3 minggu tetapi berbeda tidak nyata dan berbeda nyata dengan perlakuan pengomposan selama 1 minggu. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan peningkatan waktu pengomposan dapat meningkatkan berat kering tanaman, namun dengan peningkatan waktu yang lebih lama (7 minggu) memberikan hasil yang lebih rendah dari pengomposan selama 5 minggu, tetapi memiliki nilai yang relatif sama dan berbeda nyata dengan pengomposan selama 1 minggu. Hal ini dapat dipengaruhi oleh sifat dari pupuk organik, dimana ketersediaan unsur hara yang dikandungnya akan terbebas secara berangsur-angsur. Meningkatnya berat kering tanaman dengan lama pengomposan 5 minggu dimungkinkan oleh kemampuan pupuk kompos dalam menciptakan lingkungan fisik, kimia, biologi tanah yang cukup baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung manis, yaitu dengan terciptanya lingkungan tanah yang seimbang sehingga memungkinkan akar tanaman dapat berkembang dengan baik dalam upaya tanaman untuk mendapatkan unsur hara. Berat kering tanaman juga erat kaitannya dengan tinggi tanaman dan volume akar, semakain tinggi tanaman, maka berat kering tanaman akan semakin meningkat. Menurut Lakitan (2001), bahwa tinggi rendahnya bahan kering tanaman tergantung banyak atau sedikitnya serapan unsur hara oleh akar yang berlangsung selama proses pertumbuhan. Sugeng (2005), menyatakan bahwa jika fotosintesis berlangsung dengan baik maka tanaman akan tumbuh dengan baik serta diikuti dengan peningkatan berat kering tanaman. Selanjutnya Lakitan (2001), 21
menyatakan bahwa berat kering tanaman mempakan akumulasi senyawa organik yang dihasilkan dari sintesis senyawa organik temtama air dan karbon dioksida, yang tergantung pada laju fotosintesis tanaman tersebut, sedangkan fotosintesis dipengamhi oleh kecepatan penyerapan unsur hara dari dalam tanah melalui akar. 4.5. Waktu muncul bunga jantan (Hari Setelah Tanam) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap waktu muncul bunga jantan jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.e) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah pasar dengan lama pengomposan berpengamh tidak nyata. Hasil uji lanjut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rerata waktu muncul bunga jantan jagung manis dengan perlakuan lama pengomposan sampah pasar. 5 Minggu 49.000 a 7 Minggu 49.000 a 3 Minggu 49.400 a 1 Minggu 49.800 a Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNfMRT pada taraf 5%. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan lama pengomposan sampah pasar menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata terhadap waktu muncul bunga jantan jagung manis antar perlakuan. Hal ini diduga karena pemberian kompos sampah pasar dengan lama pengomposan yang berbeda dapat memberikan kontribusi unsur hara yang relatif sama dan unsur P yang berguna untuk merangsang pembungaan. Fase generatif mempakan fase penting yang menentukan produksi, dimana ia diawali dengan pertumbuhan vegetatif yang baik. Peralihan dari fase vegetatif ke fase generatif sebagian ditentukan oleh genotif tanaman dan sebagian lagi di tentukan oleh factor luar seperti suhu, cahaya, air, dan unsur hara diantaranya P dan K. Daijanto (1990), menyatakan bahwa apabila tanaman telah mencapai tingkat dewasa dan 22
mempunyai cadangan makanan yang cukup, maka tanaman tersebut akan mengalami perubahan kuantitatif ke arah pembungaan. Pada fase reproduksi yang ditandai munculnya organ reproduksi pada tanaman jagung adalah berupa malai atau bunga jantan. Unsur hara yang paling banyak berperan dalam proses pembentukan bunga ini adalah unsur P, selain itu unsur P berfungsi dalam proses pembentukan buah dan biji serta mempercepat pematangan. Menurut Hardjowigeno (1995), unsur P berfungsi pada pembelahan sel, pembentukan albumin, bunga, buah dan biji. Selain itu, P juga dapat mempercepat pematangan serta memperkuat batang agar tidak roboh. Menurut Lakitan (2001), pembungaan merupakan suatu perubahan fenomena yang tidak sederhana, perubahan fase vegetatif menjadi fase generatif merupakan perubahan yang sangat besar, karena struktur jaringannya berbeda sama sekali. Perubahan yang besar ini menunjukkan cerminan dari pemacuan gen-gen tertentu yang berperan dalam pembentukan bunga dan penghambatan kelompok-kelempok gen yang lain yang berperan dalam perkembangan organ vegetatif 4.6. Waktu muncul bunga betina (Hari Setelah Tanam) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap waktu muncul bunga jantan jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.f) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah pasar dengan lama pengomposan berpengaruh tidak nyata. Hasil uji lanjut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rerata waktu muncul bunga betina jagung manis dengan perlakuan lama pengomposan sampah pasar. 5 Minggu 54.400 a 7 Minggu 55.000 ab 3 Minggu 55.600 ab ' 1 Minggu 56.400 b Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang DNMRT pada taraf 5%. sama tidak berbeda nyata menurut uji 23-
Pada Tabel 6 terlihat bahwa perlakuan lama pengomposan sampah pasar selama 5 minggu memperlihatkan waktu tercepat dalam munculnya bunga betina dibandingkan dengan perlakuan lain yaitu 54 HTS. Pengomposan selama 5 minggu menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap pengomposan selama 1 minggu, tetapi berbeda tidak nyata terhadap pengomposan selama 7 dan 3 minggu. Pada waktu muncul bunga jantan pengomposan selama 5 minggu juga menunjuklcan waktu tercepat, walaupun tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Hal ini diduga karena bahan organik yang berasal dari pemberian kompos sampah pasar pada pengomposan 5 minggu memberikan unsur N dalam tanah sehingga tersedia bagi tanaman. Unsur hara N yang tersedia dan cukup akan menyebabkan proses fotosintesis serta metabolisme tanaman berjalan lancar dan hasil fotosintesis akan banyak sehingga ketersediaan bahan makanan untuk pertumbuhan vegetatif akan meningkat. Dengan demikian akan cepat memasuki fase generatif yang di tandai dengan munculnya bunga jantan dan akan segera diikuti dengan munculnya bunga betina. Lingga (2001), menyatakan bahwa fosfor berfungsi sebagai bahan dasar untuk pembentukan sejumlah lemak tertentu serta mempercepat pembungaan dan pemasakan buah/biji. Menurut Agritekno (1999), unsur P yang tersedia di dalam tanah dapat memacu pertumbuhan generatif tanaman. Menurut Novizan (2002), P berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena P terdapat pada seluruh sel hidup tanaman yang berfungsi membentuk asam nukleat, merangsang.pembelahan sel, dan membantu proses asimilasi dan respirasi. Unsur P dan K saling terkait, Lingga (2001) menyatakan bahwa kalium berperan membantu pembentukan protein dan karbohidrat. selain itu, kalium juga berperan dalam memperkuat organ tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Menurut Soepardi (1983), kekurangan P dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil. Apabila pertumbuhan tanaman terhambat maka kelancaran translokasi unsur hara dan fotosintat ke bagian buah juga akan terhambat. 24
4.7. Diameter tonglcol jagung (cm) Parameter ini tidak mendapatkan data karena adanya gangguan dari hama babi yang merusakpopulasi penelitian (Gambar 1). 4.8. Berat tongkol tanpa klobot per plot (g) Parameter ini tidak mendapatkan data karena adanya gangguan dari hama babi yang merusak populasi penelitian (Gambar 1). 25