HASIL Kondisi Umum Lokasi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

pengetahuan, dan sikap akan berhubungan dengan perilaku pembelian buku bajakan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Kaliurang KM. 14.5, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM

Gaya Hidup - aktivitas - minat - opini

METODE PENELITIAN. Keterangan : n = jumlah mahasiswa yang diambil N = jumlah populasi mahasiswa program sarjana e = batas kesalahan pengambilan contoh

BAB 4 Analisis Hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kesadaran masyarakat dalam membayar PBB di Desa Kadirejo.

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu

ANALISIS PENGGUNAAN DANA BEASISWA BIDIKMISI PADA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MENGGUNAKAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR VIVI PRILIYANTI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

BAB I PENDAHULUAN. negara lain ( Berdasarkan data General Enterpreuner

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Amarta Multi Corporation. bagi industri. Berdiri di Yogyakarta sejak tahun 2004.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dapat menjelaskan dan menyakinkan pegawai bahwa dalam organisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1. Deskriptif Struktur Organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Indonesia dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. orang lain, lingkungan dan masyarakat, berwirausaha akan memberikan peluang

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner (angket) yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (remaja). Instagram sekarang banyak sekali bermunculan akun-akun yang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Korelasi buah apel impor

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan lembaga pendidikan di Yogyakarta maupun

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS NIAT BELI ASURANSI JIWA PADA MAHASISWA: APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. membuktikan diri sebagai Bimbingan belajar terbaik dan terbesar di Indonesia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

DAFTAR PERTANYAAN. Petunjuk Pengisian Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang paling tepat menurut Bapak/Ibu. 2.

Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pegawai BPBD Semarang yang berjumlah 56 orang. Untuk mendapatkan

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494)

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gerakan dakwah amar ma ruf nahi munkar yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Contoh dan Teknik Penarikan Contoh

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pengambilan Contoh

ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK, HARGA DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE SAMSUNG

Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Produk

BAB IV HASIL PENELITIAN. dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. strategis bagi perkembangan Ekonomi Islam, Perbankan Syari ah, Asuransi

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,

ANALISIS PENGARUH PRODUK, HARGA, PROMOSI, DAN TEMPAT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK INDOSAT OOREDOO

BAB IX HUBUNGAN ANTARA SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN INTENSI PENGUSAHA UKM DENGAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS

BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berada di meruya selatan. dengan total 100 kuesioner yang diantarkan langsung

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah berdirinya Yayasan Taruna Surabaya. Perguruan Tinggi bahkan Pascasarjana.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN. diperoleh dari kuesioner diolah menggunakan program SSPS 19 dengan kriteria

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. distribusi responden berdasarkan karakteristik tersebut di atas.

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kuesioner sebanyak 30 item pernyataan, yang terdiri dari 20 item pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

Transkripsi:

HASIL Kondisi Umum Lokasi Penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan lembaga pendidikan tinggi sebagai kelanjutan dari lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian serta kedokteran hewan yang dimulai pada awal abad ke- di Bogor. Jumlah mahasiswa IPB program Sarjana setiap tahunnya selalu meningkat dikarenakan bertambahnya peminat yang ingin meneruskan pendidikan ke IPB untuk mengambil jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk meningkatkan sumberdaya manusia. Hal ini sesuai dengan visi Institut Pertanian Bogor, yaitu Menjadi universitas riset terkemuka di Asia dengan kompetensi utama pertanian tropika, berkarakter kewirausahaan, dan bersendikan keharmonisan (Panduan Program Sarjana 8). Berdasarkan visi IPB, terlihat jelas bahwa pengembangan jiwa kewirausahaan menjadi salah satu titik penting bagi pembinaan kemahasiswaan di IPB. Oleh karena itu, IPB melalui Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) yang juga dikenal dengan sebutan CDA (Career Development and Alumni Affairs) menyelenggarakan Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PKMK). Program ini diadakan dalam rangka menjaring potensi berwirausaha di kalangan mahasiswa IPB untuk dikembangkan menjadi wirausaha yang sukses dengan memberikan bantuan modal usaha dalam jumlah yang memadai, pendampingan usaha, dan pembinaan terarah dengan melibatkan para pengusaha mitra, alumni, dan pihak lainnya yang berkompeten dalam pengembangan kewirausahaan (Azzahra 9). Program lainnya yang mendukung jiwa berwirausaha pada mahasiswa adalah Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) yang diselenggarakan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPM), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) dalam meningkatkan kualitas peserta didik (mahasiswa) di perguruan tinggi. Program ini diberikan kepada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dengan pola pembinaan melalui penyediaan dana yang bersifat kompetitif, akuntabel, dan transparan. Program ini di IPB berada di bawah tanggung jawab Direktorat Kemahasiswaan. PKMK merupakan kreativitas penciptaan keterampilan berwirausaha dan berorientasi pada profit. Umumya didahului oleh

survai pasar, karena relevansinya tinggi terhadap terbukanya peluang perolehan profit bagi mahasiswa. Selain itu juga, direktorat Kemahasiswaan IPB menaungi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bergerak di dalam pengembangan kewirausahaan yaitu UKM Century (Center of Entrepreneurship Development for Youth) yang bertujuan untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan dan kreatifitas kewirausahaan mahasiswa, membentuk mahasiswa yang mandiri, professional dan berdaya saing tinggi serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam berwirausaha (Panduan Kemahasiswaan IPB 8). Selain itu, di IPB juga diselenggarakan mayor Agribisnis dan menawarkan minor Pengembangan Usaha Agribisnis dan minor Kewirausahaan Agribisnis. dengan mata kuliah Dasar-Dasar Bisnis, Tataniaga Produk Agribisnis, Perencanaan Bisnis, dan Studi Kelayakan Bisnis yang bisa diambil pada semester ganjil. Sementara itu, mata kuliah Kewirausahaan, Resiko Bisnis serta Negosiasi dan Advokasi Bisnis bisa diambil pada semester genap. Mata Kuliah tersebut bisa diambil oleh mahasiswa IPB pada strara Sarjana yang mengambil minor tersebut (Panduan Program Sarjana 8). Karakteristik Contoh Usia Usia contoh pada penelitian ini berkisar antara 8 sampai tahun. Berdasarkan Tabel, sebagian besar contoh pada kelompok nonformal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal berusia tahun dengan persentase masing-masing sebesar sembilan persen dan persen dari total persen keseluruhan contoh. Sementara itu, sebagian besar contoh pada kelompok formal berusia tahun dengan persentase sebesar persen. Tabel Sebaran contoh berdasarkan usia dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi usia contoh 8 tahun 9 tahun tahun tahun tahun tahun Usia Formal nformal Formal dan nformal 7 9 7 9 9

Rata-rata std 9,9,,9,9,9,88,,8 Tidak ada contoh yang berusia 8 tahun pada kelompok nonformal serta kombinasi formal dan nonformal. Sementara itu, pada kelompok formal, tidak ada contoh yang berusia tahun. Rata-rata usia menunjukkan contoh dari kelompok nonformal memiliki usia yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal. Jenis Kelamin Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap minat berwirausaha mengingat adanya perbedaan terhadap pandangan pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan menganggap pekerjaan bukanlah hal yang penting karena masih dihadapkan pada tuntutan tradisional yang lebih besar yaitu menjadi istri dan ibu rumah tangga. Sementara itu, laki-laki lebih berusaha dalam berwirausaha karena nantinya akan menjadi pencari nafkah untuk keluarga. Berdasarkan Tabel, diketahui bahwa secara keseluruhan contoh yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, yaitu 8 persen pada kelompok formal, sembilan persen pada kelompok nonformal, serta persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Namun, contoh pada kelompok kombinasi formal dan nonformal yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan persentase sebesar persen. Tabel Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan kewirausahaan Jenis Kelamin Formal nformal Formal dan nformal Laki-laki 9 Perempuan 8 9 9 9 Suku (daerah) Suku (daerah) mempunyai adat dan kebiasaan tertentu yang bisa mempengaruhi tindakan seseorang. Karakteristik suku (daerah) juga mempengaruhi pandangan dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal termasuk berwirausaha (Azzahra 9). Berdasarkan Tabel, diketahui bahwa secara keseluruhan contoh berasal dari suku Jawa yaitu persen pada kelompok formal, persen pada kelompok nonformal, serta persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Persentase asal suku contoh yang terkecil secara keseluruhan adalah suku Batak sebesar empat persen. Contoh

yang berasal dari suku Minang hanya sebesar persen dengan rincian sebesar lima persen pada kelompok formal, dua persen pada kelomok nonformal, serta enam persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh yang berasal dari suku Minang pada kelompok kombinasi formal dan nonformal lebih banyak dibandingkan dengan kelompok formal dan kelompok nonformal. Tabel Sebaran contoh berdasarkan suku (daerah) dan pendidikan kewirausahaan Suku (daerah) Minang Batak Betawi Sunda Jawa Lainnya* Formal 7 nformal Formal dan nformal 7 9 9 9 *Keterangan : suku Kaili, Tionghoa, Aceh, Mandar Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan angka yang menunjukkan prestasi akademik atau kemajuan belajar mahasiswa secara kumulatif yang dicapai mulai dari semester satu sampai dengan semester paling akhir untuk semua mata kuliah yang ditempuh (Anonim 9). Tabel 7 menunjukkan bahwa IPK sebagian besar contoh secara keseluruhan berada pada kisaran,7-,. Rinciannya pada kelompok formal sebesar persen, persen pada kelompok nonformal, serta 8 persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi IPK contoh <,7,7-, >, IPK Formal 7 7 nformal Formal dan nformal 9 8 9 9 Rata-rata std,,,99,,9,,9,7 Persentase IPK contoh yang terkecil berada pada kisaran di atas, yaitu satu persen pada kelompok nonformal serta dua persen pada kelompok 9

kombinasi formal dan nonformal. Sementara itu, pada kelompok formal, contoh yang memiliki IPK di bawah,7 dan di atas, mempunyai persentase yang sama yaitu sebesar tujuh persen. Rata-rata IPK menunjukkan contoh dari kelompok pendidikan kewirausahaan formal memilki IPK yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok nonformal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal. Uang Saku Bulanan Uang saku bulanan adalah uang yang diterima mahasiswa setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang berasal dari orang tua, beasiswa, hasil dari bekerja, berwirausaha dan lain-lain. Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh secara keseluruhan mempunyai uang saku bulanan yang berada pada kisaran Rp. hingga Rp... yaitu sebesar persen pada kelompok formal, 8 persen pada kelompok nonformal, serta persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Persentase uang saku bulanan contoh terkecil berada di bawah Rp.. yaitu masing-masing satu persen pada kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal. Sementara itu, pada kelompok nonformal, contoh yang memiliki uang saku bulanan di bawah Rp.. dan di atas Rp... mempunyai persentase yang sama yaitu sebesar dua persen. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan uang saku bulanan dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi uang saku bulanan contoh Uang Saku Bulanan (Rp/bulan) <..-.. >.. Formal nformal Formal dan nformal 8 8 9 9 Rata-rata std 8..7,9 7..7, 88..97, 8. 7.,79 Rata-rata uang saku bulanan contoh pada tiap kelompok pendidikan kewirausahaan adalah Rp. 8. per bulan pada kelompok formal Rp. 7. per bulan untuk kelompok nonformal, dan Rp 88. per bulan pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Rata-rata uang saku bulanan menunjukkan contoh dari kelompok formal memiliki uang saku bulanan yang lebih besar

dibandingkan dengan kelompok nonformal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal. Sumber uang saku bulanan contoh bisa berasal dari orang tua, beasiswa, bekerja pada orang lain, dan bekerja secara mandiri atau berwirausaha. Selain itu, uang saku bulanan tidak selalu berasal dari satu sumber saja. Berdasarkan Tabel 9, sumber uang saku bulanan contoh sebagian besar pada ketiga kelompok pendidikan kewirausahaan berasal dari orang tua yaitu pada kelompok formal sebesar, persen dari total persen keseluruhan contoh, pada kelompok nonformal sebesar, persen, serta pada kelompok kombinasi formal dan nonformal sebesar,7 persen. Sumber uang saku contoh dengan persentase terkecil berasal dari hasil bekerja pada orang lain dan berwirausaha masing-masing sebesar dua persen pada kelompok formal dan, persen pada kelompok nonformal. Sementara itu, persentase terkecil pada kelompok kombinasi formal dan nonformal berasal dari hasil bekerja yaitu sebesar, persen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber uang saku bulanan contoh dari hasil berwirausaha pada kelompok kombinasi formal dan nonformal lebih banyak dibandingkan dengan kelompok formal dan kelompok nonformal. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan sumber uang saku bulanan dan pendidikan kewirausahaan Sumber Formal nformal Formal dan Uang saku bulanan* nformal n % n % n % Orang tua, 9,,7 Beasiswa Bekerja pada orang lain 8,,,, 7,, Berwirausaha (bekerja mandiri),, 7,8 *keterangan: jawaban boleh lebih dari satu Pekerjaan Orang Tua Karakteristik Keluarga Contoh Menurut Staw dalam Riyanti () ada bukti kuat bahwa wirausaha memiliki orang tua yang bekerja mandiri atau berbasis sebagai wirausaha meskipun tidak ada studi banding dengan wirausaha yang orang tuanya bukan wirausaha, relasi dengan orang tua yang wirausaha tampaknya menjadi aspek penting yang membentuk keinginan seseorang untuk menjadi wirausaha.

7 Tabel menunjukkan bahwa persentase terbesar pekerjaan ayah contoh pada kelompok formal dan kelompok nonformal masing-masing adalah swasta sebesar persen dan PNS sebesar tujuh persen. Persentase terbesar pekerjaan ayah contoh pada kelompok kombinasi formal dan nonformal adalah PNS sebesar persen. Sementara itu, persentase terkecil pekerjaan ayah pada kelompok formal adalah sebagai pensiun sebesar dua persen, serta pekerjaan ayah pada kelompok kombinasi formal dan nonformal masing-masing sebesar tiga persen adalah swasta dan tidak bekerja. Tidak ada ayah contoh pada kelompok nonformal yang tidak bekerja. Ayah contoh yang menjadi seorang wirausaha hanya tujuh persen pada kelompok formal, empat persen pada kelompok nonformal, dan persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaan ayah contoh sebagai wirausaha pada kelompok kombinasi formal dan nonformal lebih banyak dibandingkan dengan kelompok formal dan kelompok nonformal. Tabel Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua dan pendidikan kewirausahaan Pekerjaan Orang Tua Formal Ayah Tidak bekerja Wirausaha 7 PNS Swasta Pensiun Lain-lain* 9 Ibu IRT Wirausaha PNS 7 Swasta Pensiun Buruh 9 *Keterangan : sopir, petani, buruh nformal Formal dan nformal 7 9 8 8 9 9 7 Persentase terbesar pekerjaan ibu contoh secara keseluruhan adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebesar persen pada kelompok formal, persen pada kelompok nonformal, serta 8 persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Sementara itu, secara keseluruhan persentase terkecil pekerjaan ibu contoh adalah buruh sebesar satu persen pada kelompok kombinasi formal dan

8 nonformal, pada kelompok formal dan kelompok nonformal tidak ada ibu contoh yang bekerja sebagai buruh. Ibu contoh yang menjadi seorang wirausaha hanya lima persen pada kelompok formal, dua persen pada kelompok nonformal, serta persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Sama halnya dengan pekerjaan ayah, pekerjaan ibu contoh sebagai wirausaha pada kelompok kombinasi formal dan nonformal lebih banyak dibandingkan dengan kelompok formal dan kelompok nonformal. Pendidikan Orang Tua Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak, dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan dan pendidikan anaknya. Setiap orang tua mempunyai tingkat pendidikan yang berbeda-beda dari segi kualitas maupun kuantitas (Soetjiningsih 99). Tabel menunjukkan bahwa persentase terbesar jenjang pendidikan ayah contoh sampai Perguruan Tinggi pada kelompok formal sebesar persen dan persen pada kelompok nonformal. Sementara itu, pada kelompok kombinasi formal dan nonformal jenjang pendidikan ayah contoh sampai SMA sebesar 7 persen. Persentase terkecil jenjang pendidikan ayah contoh pada kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal adalah tidak sekolah masing-masing sebesar dua persen dan satu persen, pada kelompok nonformal tidak ada ayah contoh yang jenjang pendidikannya sampai SMP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ayah contoh sampai Perguruan Tinggi pada kelompok formal lebih banyak dibandingkan dengan kelompok nonformal dan kelompok kombinasi formal dan nonformal. Persentase terbesar jenjang pendidikan ibu contoh sampai Perguruan Tinggi pada kelompok formal sebesar persen dan sembilan persen pada kelompok nonformal. Sementara itu, persentase terbesar jenjang pendidikan ibu contoh pada kelompok kombinasi formal dan nonformal sampai SMA sebesar persen. Persentase terkecil jenjang pendidikan ibu contoh pada kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal adalah tidak sekolah masingmasing sebesar dua persen dan satu persen. Sementara itu, persentase terkecil jenjang pendidikan ibu contoh pada kelompok nonformal hanya sampai SMA sebesar dua persen. Sama halnya dengan pendidikan ayah, pendidikan ibu

9 contoh sampai Perguruan Tinggi pada kelompok formal lebih banyak dibandingkan dengan dua kelompok lainnya. Tabel Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua dan pendidikan kewirausahaan Pendidikan Orang Tua Formal Ayah Tidak sekolah SD SMP SMA PT nformal Formal dan nformal 7 8 9 9 Ibu Tidak sekolah SD SMP SMA PT 9 7 7 9 9 9 Pendidikan Kewirausahaan Contoh Pendidikan Kewirausahaan Formal Melalui pendidikan formal, belajar kewirausahaan dapat dilakukan melalui mata kuliah kewirausahaan yang bisa memberikan pemahaman yang lebih baik tentang proses kewirausahaan, tantangan yang dihadapi para pendiri usaha baru dan masalah yang harus diatasi agar berhasil. Rahmawati () mengatakan bahwa paket pendidikan kewirausahaan pada pendidikan formal akan membentuk siswa untuk mengejar karir kewirausahaan. Oleh karena itu, meski pendidikan formal bukan syarat untuk memulai usaha baru, pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal memberi dasar yang baik apalagi bila pendidikan formal tersebut terkait dengan bidang usaha yang dikelola (Riyanti ). Pendidikan kewirausahaan formal dilihat dari keikutsertaan contoh dalam mata kuliah yang berhubungan dengan berwirausaha yaitu Mata Kuliah Kewirausahaan, Negosiasi dan Advokasi Bisnis, serta Resiko Bisnis. Gambar menunjukkan bahwa persentase terbesar contoh yang mengikuti mata kuliah dalam pendidikan kewirausahaan formal sebesar,9 persen pada Mata Kuliah Kewirausahaan. Sementara itu, contoh yang mengikuti Mata Kuliah Negosiasi dan Advokasi Bisnis sebesar. persen. Persentase terkecil contoh yang

mengikuti mata kuliah dalam pendidikan kewirausahaan formal sebesar, persen pada Mata Kuliah Resiko Bisnis. Persentase Mata Kuliah Gambar Grafik sebaran contoh berdasarkan keikutsertaan dalam pendidikan kewirausahaan formal Jumlah mata kuliah dalam pendidikan formal yang diikuti contoh bermacam-macam. Berdasarkan Gambar, sebaran contoh berdasarkan keikutsertaan jumlah mata kuliah dalam pendidikan formal menunjukkan persentase terbesar contoh hanya mengikuti satu mata kuliah diantara tiga mata kuliah dalam pendidikan formalnya yaitu sebesar persen. Sementara itu, contoh yang mengikuti dua mata kuliah dan tidak mengikuti mata kuliah satupun masing-masing sebesar 8 persen dan persen. Persentase terkecil jumlah mata kuliah dalam pendidikan kewirausahaan formal yang diikuti contoh adalah tiga mata kuliah sebesar persen. Persentase Jumlah Mata Kuliah Gambar Grafik sebaran contoh berdasarkan keikutsertaan jumlah mata kuliah dalam pendidikan kewirausahaan formal

Pendidikan Kewirausahaan nformal Kram et al dalam Farzier dan Niehm (8) menemukan bahwa pendidikan dan pelatihan mempengaruhi persepsi orang terhadap karir kewirausahaan, dengan menyediakan kesempatan untuk mensimulasikan memulai usaha. Pendidikan kewirausahaan nonformal dilihat dari keikutsertaan contoh dalam program kewirausahaan (Program Kreatifitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK), Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM), dan Unit Kegiatan Mahasiswa Century) yang ada di Institut Pertanian Bogor untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada mahasiswa. Selain itu juga dilihat dari keikutsertaan contoh dalam seminar kewirausahaan dan pelatihan kewirausahaan baik yang diadakan oleh pihak IPB maupun non IPB. Tabel menunjukkan bahwa persentase keikutsertaan contoh pada program kewirausahaan dalam pendidikan kewirausahaan nonformal yaitu sebesar, persen mengikuti PKMK, 9 persen mengikuti PPKM, dan dua persen mengikuti UKM Century. Persentase terbesar dalam tahapan PKMK yang diikuti contoh adalah sampai didanai sebesar, persen. Contoh yang mengikuti PKMK sampai tahapan proposal dan menang di PIMNAS masingmasing mempunyai persentase sebesar,9 persen dan satu persen. Tidak ada contoh yang mengikuti PKMK sampai tahapan PIMNAS. Tabel Sebaran contoh berdasarkan keikutsertaan dalam pendidikan kewirausahaan nonformal beserta tahapan-tahapannya Program Kewirausahaan* n % PKMK Belum pernah Proposal Didanai PIMNAS Menang PPKM Belum pernah Daftar Stadium general Pelatihan Psikotest Menyusun rencana bisnis Modal kerja Masih berwirausaha UKM Century Belum pernah Pernah *Keterangan : jawaban boleh lebih dari satu 7 8 7 98 7,7,9,, 7,,8,9,9,9,8,9,8 98,,

Sementara itu, pada tahapan PPKM yang pernah diikuti contoh persentase terbesarnya adalah sampai Stadium General sebesar,9 persen. Contoh yang mengikuti PPKM dan sekarang masih berwirausaha hanya sebesar,8 persen. Selanjutnya, contoh yang mengikuti PPKM sampai menyusun rencana bisnis dan baru mendaftar PPKM mempunyai nilai persentase yang sama yaitu sebesar,8 persen. Contoh yang mengikuti PPKM sampai tahapan pelatihan dan psikotest mempunyai persentase masing-masing sebesar,9 persen. Persentase terkecil contoh yang mengikuti PPKM adalah sampai tahapan modal kerja hanya,9 persen. Beberapa seminar dan pelatihan kewirausahaan juga sering diadakan di IPB baik diselenggarakan oleh pihak IPB sendiri maupun pihak non IPB. Pelatihan dan seminar kewirausahaan dari IPB dan non IPB termasuk pendidikan kewirausahaan nonformal contoh selain program kewirausahaan sepserti PKMK, PPKM, dan UKM Century. Pelatihan yang diselenggarakan oleh IPB ini adalah di luar pelatihan pada program PPKM. Berdasarkan Tabel, diketahui bahwa persentase keikutsertaaan contoh dalam seminar kewirausahaan dan pelatihan kewirausahaan baik diselenggarakan oleh IPB maupun non IPB adalah sebesar persen mengikuti seminar dari IPB, persen mengikuti pelatihan dari IPB, persen mengikuti seminar dari non IPB, dan tujuh persen mengikuti pelatihan dari non IPB. Secara umum, jumlah seminar dan pelatihan kewirausahaan yang diikuti contoh sebanyak - kali yaitu pada seminar dari IPB sebesar persen, persen pada pelatihan dari IPB, 8 persen pada seminar non IPB, dan enam persen pada pelatihan non IPB. Tidak ada contoh yang mengikuti seminar dari IPB, pelatihan dari IPB, dan pelatihan dari non IPB lebih dari atau sama dengan lima kali. Hanya satu persen contoh yang mengikuti seminar dari non IPB lebih dari atau sama dengan lima kali. Tabel Sebaran contoh berdasarkan jumlah keikutsertaan dalam seminar dan pelatihan kewirausahaan Seminar dan Pelatihan Jumlah Keikutsertaan Contoh (%) Tidak pernah - kali - kali kali Seminar dari IPB Pelatihan dari IPB 87 Seminar dari non IPB 8 8 Pelatihan dari non IPB 9

Sikap Sikap merupakan suatu faktor yang ada dalam diri seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon dengan cara konsisten yaitu suka atau tidak suka pada penilaian terhadap suatu yang diberikan. Sikap terhadap perilaku memiliki dua aspek pokok, yaitu: kepercayaan perilaku dan evaluasi. Kepercayaan perilaku adalah keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu akan menghasilkan akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu, dan merupakan aspek pengetahuan individu tentang obyek sikap dapat pula berupa opini individu hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Evaluasi adalah penilaian seseorang terhadap hasil-hasil yang dimunculkan dari suatu perilaku. Evaluasi akan berakibat pada perilaku penilaian yang diberikan individu terhadap tiap-tiap akibat atau hasil yang diperoleh oleh individu (Fishbein & Azjen 97). Komponen sikap pada penelitian ini terdiri dari dua aspek yaitu kepercayaan berwirausaha dan evaluasi berwirausaha. Berdasarkan data yang diambil pada aspek kepercayaan berwirausaha menunjukkan bahwa sebagian besar contoh menyatakan sangat mungkin jika berwirausaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan yaitu sebesar persen, sangat setuju berwirausaha agar menjadi orang yang kreatif sebesar 9 persen, dan sangat mungkin berwirausaha untuk mengurangi pengangguran sebesar 8 persen. Hal ini sejalan dengan aspek evaluasi berwirausaha contoh yang menunjukkan bahwa sebagian besar contoh menyatakan sangat baik jika menciptakan lapangan pekerjaan dengan berwirausaha yaitu sebesar 7 persen, sangat baik jika mengurangi pengangguran dengan berwirausaha sebesar 7 persen, dan sangat berharga jika menjadi orang yang kreatif dengan berwirausaha sebesar persen (Lampiran ). Tabel menunjukkan bahwa sebagian besar contoh mempunyai sikap dengan kategori tinggi dengan persentase sebesar persen dari total persen keseluruhan contoh dengan rincian 7 persen pada kelompok formal, persen pada kelompok nonformal, serta persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Namun, untuk kelompok nonformal persentase terbesar contoh berada pada kategori sedang yaitu sebesar persen. Tidak ada contoh dengan kategori rendah pada kelompok formal sedangkan contoh dengan kategori rendah pada kelompok nonformal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal masing-masing sebesar satu persen dan dua persen. Rata-rata sikap

pada kelompok formal lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok nonformal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal. Tabel Sebaran contoh berdasarkan kategori sikap dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi sikap berwirausaha contoh Sikap Rendah Sedang Tinggi Formal nformal Formal dan nformal 7 9 9 Rata-rata std Kisaran (min-max),8,8 8-7,7,7-7 9, 9, 7-7 7, 7,8 7-7 rma Subjektif Komponen intensi lainnya dalam intensi berwirausaha adalah norma subjektif. rma subjektif adalah persepsi contoh terhadap pikiran pihak-pihak yang dianggap berperan dan memiliki harapan kepadanya untuk melakukan sesuatu dan sejauh mana keinginan untuk memenuhi harapan tersebut. rma subjektif dibentuk oleh dua aspek, yakni: keyakinan normatif dan motivasi untuk memenuhi tuntunan lingkungan. Keyakinan normatif merupakan pandangan pihak lain yang dianggap penting oleh individu yang menyarankan individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu. Sedangkan motivasi untuk memenuhi tuntunan lingkungan merupakan kesediaan individu untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan pendapat atau pikiran pihak lain yang dianggap penting bahwa individu harus atau tidak harus menampilkan perilaku tertentu (Fishbein & Ajzen 97). Komponen norma subjektif pada penelitian ini terdiri dari dua aspek yaitu aspek kepercayaan normatif dan aspek motivasi untuk memenuhi harapan di lingkungan sekitar. Berdasarkan data yang diambil pada kedua aspek norma subjektif menunjukkan bahwa sebagian besar contoh menyatakan netral dengan persentase masing-masing sebesar persen dan persen untuk aspek kepercayaan normatif dan untuk aspek motivasi untuk memenuhi harapan di lingkungan sekitar, persentase jawaban netral contoh sebesar persen dan persen. Hanya persen contoh menyatakan sangat benar orang yang berpengaruh dalam hidupnya adalah wirausahawan dan persen contoh menyatakan harus pada pernyataan orang yang penting dalam hidupnya berfikir

bahwa dia berwirausaha. Kedua pernyataan tersebut mewakili aspek kepercayaan normatif. Sementara itu, pada aspek motivasi untuk memenuhi harapan di lingkungan sekitar, contoh menyatakan sering berwirausaha pada pernyataan orang yang memotivasinya menjadi wirausahawan dengan persentase sebesar persen, dan menyatakan mendorong pada pernyataan seberapa besar orang yang penting bagi hidupnya mendorongnya untuk berwirausaha dengan persentase sebesar 9 persen (Lampiran ). Tabel menunjukkan bahwa secara umum contoh mempunyai norma subjektif dengan kategori sedang dengan persentase sebesar persen dari total persen keseluruhan contoh dengan rincian 7 persen pada kelompok formal, sembilan persen pada kelompok nonformal, serta 9 persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Hanya sedikit contoh dengan kategori tinggi yaitu pada kelompok formal persentasenya sebesar delapan persen, pada kelompok nonformal sebesar empat persen, serta pada kelompok kombinasi formal dan nonformal sebesar lima persen. Rata-rata norma subjektif menunjukkan bahwa contoh pada kelompok nonformal memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan kedua kelompok yang lainnya. Tabel Sebaran contoh berdasarkan kategori norma subjektif dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi norma subjektif contoh rma Subjektif Rendah Sedang Tinggi Formal nformal Formal dan nformal 9 9 9 7 8 8 7 9 9 Rata-rata std Kisaran (min-max),,7 8-, 9,9 -, 9,8 -,8 9,877 - Konsep norma subjektif merupakan representasi dari tuntutan atau tekanan lingkungan yang dihayati individu. rma Subjektif menunjukkan keyakinan individu atas adanya persetujuan atau tidak dari figur-figur sosial jika ia melakukan suatu perbuatan. Dalam norma subjektif orang lain yang dimaksud biasanya ialah significant other bagi orang yang bersangkutan (Fishbein & Ajzen 97). Figur-figur sosial yang penting bisa saja termasuk di dalamnya orang tua, teman dekat, suami atau istri, dan rekan kerja (Wijaya 7). Tabel menunjukkan bahwa hampir separuh contoh pada ketiga kelompok pendidikan kewirausahaan menjawab teman adalah figur sosial yang

paling mendorong contoh untuk berwirausaha dengan persentase secara keseluruhan yaitu sebesar persen, rinciannya adalah persen pada kelompok formal, persen pada kelompok nonformal, serta persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Kemudian disusul oleh motivator bisnis sebesar persen. Contoh yang menganggap orang tua sebagai orang yang paling mendorongnya untuk berwirausaha berada pada urutan ketiga yaitu sebsar persen. Sementara itu, sebesar persen contoh menganggap dirinya sendiri yang paling mendorongnya untuk berwirausaha. Persentase terkecil adalah saudara yaitu sebesar tiga persen. Tabel Sebaran contoh berdasarkan figur sosial yang mendorong berwirausaha dan pendidikan kewirausahaan Figur Sosial Orang tua Teman Saudara Motivator bisnis Pasangan Diri sendiri Formal nformal Formal dan nformal 8 9 9 Kontrol Perilaku Komponen ketiga dalam intensi adalah kontrol perilaku. Kontrol perilaku ini merupakan suatu acuan adanya kesulitan atau kemudahan yang ditemui seseorang dalam berperilaku tertentu. Kontrol perilaku berperan dalam Theory of Planned Behavior dalam dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Kontrol perilaku berperan secara tidak langsung mempengaruhi perilaku yaitu melalui intensi terhadap perilaku (Ajzen 988). Komponen kontrol perilaku pada penelitian ini terdiri dari dua aspek yaitu aspek kekuatan keyakinan contoh untuk bisa berbuat sesuatu (control belief strength) dan aspek keyakinan contoh akan adanya hambatan atau dukungan bagi contoh untuk melakukan suatu perbuatan (control belief power). Berdasarkan data yang diambil pada aspek kekuatan keyakinan seseorang bahwa ia bisa berbuat sesuatu kepercayaan berwirausaha, persentase skor rataan paling tinggi adalah pernyataan bahwa contoh berwirausaha karena orang tua contoh mengizinkan untuk menjadi wirausahawan dengan rataan skor sebesar, persen. Sementara itu, persentase skor rataan yang rendah adalah

7 pernyataan bahwa contoh berwirausaha karena harus meneruskan bisnis keluarga dan karena tidak mendapatkan pekerjaan dengan rataan skor masingmasing sebesar, persen dan,8 persen. Hal ini sejalan dengan aspek keyakinan seseorang akan adanya hambatan atau dukungan bagi dia untuk melakukan suatu perbuatan, persentase skor rataan paling tinggi adalah pernyataan bahwa orang tua contoh mengizinkan menjadi wirausahawan yang memudahkan berwirausaha dengan rataan skor sebesar,9 persen. Sementara itu, persentase skor rataan yang rendah adalah pernyataan bahwa contoh harus meneruskan bisnis keluarga dan contoh tidak mendapatkan pekerjaan dengan rataan skor masing-masing sebesar,8 persen dan,89 persen (Lampiran ). Tabel 7 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh mempunyai kontrol perilaku dengan kategori rendah dengan persentase sebesar 8 persen dari total persen keseluruhan contoh dengan rincian 9 persen pada kelompok formal, persen pada kelompok nonformal, serta 8 persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Contoh pada kelompok nonformal memiliki persentase yang sama antara kategori rendah dan kategori sedang yaitu sebesar persen. Hanya sedikit contoh dengan kategori tinggi yaitu pada kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal mempunyai persentase yang sama yaitu masing-masing sebesar satu persen. Tidak ada contoh pada kelompok nonformal dengan kategori tinggi. Rata-rata kontrol perilaku menunjukkan bahwa contoh pada kelompok nonformal memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kategori kontrol perilaku dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi kontrol perilaku contoh Kontrol Perilaku Rendah Sedang Tinggi Formal nformal Formal dan nformal 8 9 9 8 9 9 Rata-rata std Kisaran (min-max),7,8 7-99, 8,98-9, 7,9 7-7 9,8 7,7-7

8 Intensi Berwirausaha Perilaku seseorang dapat diprediksi melalui pengukuran sikapnya terhadap suatu objek tertentu. Pendekatan ini dapat dijembatani dengan melihat intensi untuk menampilkan perilaku tertentu dalam diri seseorang. Intensi secara harfiah bermakna niat. Intensi atau niat ini sebagai kemungkinan subjektif (subjective probability) individu untuk berperilaku tertentu (Fishbein dan Ajzen 97) sehingga menurut Krueger et al. () intensi kewirausahaan adalah prediksi yang reliabel untuk mengukur perilaku kewirausahaan dan aktivitas kewirausahaan. Berdasarkan data yang diambil pada komponen intensi berwirausaha menunjukkan bahwa hampir sebagian besar contoh menyatakan sangat menyenangkan jika contoh akan berwirausaha yaitu sebesar persen, sangat setuju contoh berencana untuk berwirausaha sebesar persen, dan sangat benar contoh akan mencoba berwirausaha sebesar persen. Tabel 8 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh mempunyai intensi berwirausaha dengan kategori tinggi dengan persentase sebesar persen dari total persen keseluruhan contoh dengan rincian persen pada kelompok formal, persen pada kelompok nonformal, serta persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Hanya sedikit contoh dengan kategori rendah yaitu pada kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal mempunyai persentase yang sama yaitu masing-masing sebesar dua persen. Tidak ada contoh pada kelompok nonformal dengan kategori rendah. Rata-rata intensi berwirausaha menunjukkan bahwa contoh pada kelompok nonformal memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kategori intensi berwirausaha dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi intensi berwirausaha contoh Intensi Berwirausaha Rendah Sedang Tinggi Formal nformal Formal dan nformal 8 9 9 Rata-rata std Kisaran (min-max),97, 7-,, 9-,87,8 -,,9 -

9 Hubungan Antar Variabel Penelitian Hubungan antara Karakteristik Contoh, Karakteristik Keluarga, dan Pendidikan Kewirausahaan dengan Sikap Sumarwan () menyatakan bahwa sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Hasil uji korelasi Chi Square pada Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara suku (daerah) dengan sikap (p<,). Hasil uji korelasi Pearson pada Tabel menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan nyata antara uang saku bulanan dengan sikap (p<,). Artinya semakin tinggi uang saku bulanan maka semakin baik sikap contoh. Selain itu, terdapat hubungan yang positif dan nyata antara jumlah pendidikan kewirausahaan formal dengan sikap (p<,). Artinya semakin banyak jumlah mata kuliah yang diikuti dalam pendidikan kewirausahaan formal maka semakin baik sikap contoh. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tabulasi silang antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dan pendidikan kewirausahaan dengan sikap Variabel Kategori Sikap Sig. Rendah Sedang Tinggi Jenis kelamin Perempuan,88 Laki-laki Suku (daerah) n minang,* Minang 9 Pekerjaan ayah n wirausaha 8 8, Wirausaha Keikutsertaan Formal 7, pendidikan nformal kewirausahaan formal dan nonformal Keterangan: **nyata pada P<,, *nyata pada P<, Hubungan antara Karakteristik Contoh, Karakteristik Keluarga, dan Pendidikan Kewirausahaan dengan rma Subjektif Definisi norma subjektif adalah persepsi seseorang atas pikiran kebanyakan orang lain yang penting baginya bahwa ia seharusnya berbuat sesuatu atau tidak. Hasil uji korelasi Chi Square pada Tabel menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara jenis kelamin, suku (daerah), pekerjaan ayah, dan keikutsertaan pendidikan kewirausahaan dengan norma subjektif. Selanjutnya hasil uji korelasi Pearson pada Tabel juga tidak menunjukkan adanya hubungan yang nyata dengan norma subjektif.

Tabel Sebaran contoh berdasarkan tabulasi silang antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dan pendidikan kewirausahaan dengan norma subjektif Variabel Kategori rma Subjektif Sig. Rendah Sedang Tinggi Jenis kelamin Perempuan 8, Laki-laki 7 7 Suku (daerah) n minang,89 Minang 7 Pekerjaan ayah n wirausaha, Wirausaha Keikutsertaan Formal 7 8,97 pendidikan nformal 9 9 kewirausahaan formal dan nonformal 9 Keterangan: **nyata pada P<,, *nyata pada P<, Hubungan antara Karakteristik Contoh, Karakteristik Keluarga, dan Pendidikan Kewirausahaan dengan Kontrol Perilaku Kontrol perilaku mengarah pada tingkatan dimana individu merasa bahwa dalam menunjukkan atau tidak menunjukkan sebuah perilaku adalah di bawah kontrol kehendaknya. Individu akan membentuk intensi yang kuat dalam menunjukkan perilaku jika individu tersebut mempunyai sumber daya dan kesempatan (Ajzen 988). Berdasarkan hasil uji korelasi Chi Square pada tabel menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin, suku (daerah), pekerjaan ayah, dan keikutsertaan pendidikan kewirausahaan dengan kontrol perilaku. Sementara itu, hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan nyata antara pendidikan ibu dengan kontrol perilaku (p<,). Artinya semakin rendah pendidikan ibu contoh maka semakin baik kontrol perilaku contoh (Tabel ). Tabel Sebaran contoh berdasarkan tabulasi silang antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dan pendidikan kewirausahaan dengan kontrol perilaku Variabel Kategori Kontrol Perilaku Sig. Rendah Sedang Tinggi Jenis kelamin Perempuan 7, Laki-laki Suku (daerah) n minang 9,89 Minang 9 Pekerjaan ayah n wirausaha, Wirausaha 8 Keikutsertaan Formal 9 9, pendidikan nformal kewirausahaan formal dan nonformal 8 Keterangan: **nyata pada P<,, *nyata pada P<,

Hubungan antara Karakteristik Contoh, Karakteristik Keluarga, dan Pendidikan Kewirausahaan dengan Intensi Berwirausaha Intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha (Katz & Gartner dalam Indarti & Rokhima 8). Wijaya (7) menyatakan bahwa intensi berwirausaha adalah niat seseorang untuk membangun sebuah usaha. Hasil uji korelasi korelasi Chi Square pada Tabel menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin, suku (daerah), pekerjaan ayah dan keikutsertaan pendidikan kewirausahaan dengan intensi berwirausaha. Tabel Sebaran contoh berdasarkan tabulasi silang antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dan pendidikan kewirausahaan dengan intensi berwirausaha Variabel Kategori Intensi Berwirausaha Sig. Rendah Sedang Tinggi Jenis kelamin Perempuan 9,7 Laki-laki Suku (daerah) n minang 7 7,7 Minang 8 Pekerjaan ayah n wirausaha 9 7, Wirausaha 8 Keikutsertaan Formal,8 pendidikan nformal 8 kewirausahaan formal dan nonformal Keterangan: **nyata pada P<,, *nyata pada P<, Sementara itu, hasil uji korelasi Pearson pada Tabel menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan nyata antara jumlah pendidikan kewirausahaan nonformal dengan intensi berwirausaha (p<,). Artinya semakin banyak contoh mengikuti kegiatan kewirausahaan nonformal dalam pendidikan kewirausahaan nonformal maka semakin baik intensi berwirausaha contoh. Tabel Koefisien korelasi antar variabel penelitian menggunakan uji korelasi Pearson Variabel Kete- Sikap rma Kontrol Intensi rangan subjektif perilaku Usia contoh Tahun,,,8, IPK Nilai, -,7 -,, Uang saku bulanan Rupiah,*,,,88 Pendidikan ibu Tahun,8 -, -,8* -, Jumlah pendidikan Skor,8* -, -, -, kewirausahaan formal yang diikuti Jumlah pendidikan kewirausahaan nonformal yang diikuti Skor,,9 -,9,98* Keterangan: **nyata pada P<,, *nyata pada P<,

Hubungan antara Sikap, rma Subjektif, dan Kontrol Perilaku dengan Intensi Berwirausaha Hasil uji korelasi Pearson pada Tabel, diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif dan nyata antara sikap dengan intensi berwirausaha (p<,). Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa semakin baik sikap maka semakin besar intensi berwirausaha. Selain itu, terdapat hubungan yang nyata dan positif antara norma subjektif dengan intensi berwirausaha (p<,). Artinya semakin baik norma subjektif maka semakin besar intensi berwirausaha. Kontrol perilaku tidak berhubungan dengan intensi berwirausaha. Tabel Koefisien korelasi antara variabel sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku dengan intensi berwirausaha Variabel Keterangan Intensi Berwirausaha Sikap Skor,8** rma subjektif Skor,** Kontrol perilaku Skor -,8 Keterangan: **nyata pada P<,, *nyata pada P<, Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Intensi Berwirausaha Pengaruh Sikap, rma Subjektif, dan Kontrol Perilaku terhadap Intensi Berwirausaha Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sikap yang mempengaruhi intensi berwirausaha. Terdapat pengaruh yang positif dan nyata antara sikap terhadap intensi berwirausaha (p<,) (Tabel ). Artinya semakin tinggi sikap contoh maka semakin besar intensi berwirausahanya. Variabel norma subjektif dan kontrol perilaku dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap intensi berwirausaha contoh. Tabel menunjukkan bahwa sebesar, persen intensi berwirausaha dapat dijelaskan oleh variabel-variabel pada model, yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Sisanya sebesar 8, persen dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan. Tabel Analisis regresi pengaruh sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku terhadap intensi berwirausaha Model Keterangan Konstanta Sikap rma subjektif Kontrol perilaku Skor Skor Skor Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 8,8,7,,9,89,,, -,, -,8 Adjusted R Square, Keterangan: **nyata pada P>,, *nyata pada P>, Sig.,,**,,97

Pengaruh Pekerjaan Ayah, Pendidikan Kewirausahaan, Sikap, rma Subjektif, dan Kontrol Perilaku terhadap Intensi Berwirausaha Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sikap (p<,) yang mempengaruhi intensi berwirausaha jika variabel bebas yang digunakan dalam uji pengaruh yaitu pekerjaan ayah, pendidikan kewirausahaan, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Tabel menunjukkan bahwa sebesar, persen intensi berwirausaha dapat dijelaskan oleh variabel-variabel pada model, yaitu pekerjaan ayah, pendidikan kewirausahaan, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Sisanya sebesar sebesar 8, persen dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan. Tabel Analisis regresi pengaruh pekerjaan ayah, pendidikan kewirausahaan, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku terhadap intensi berwirausaha Model Keterangan Konstanta Pekerjaan ayah Jumlah pendidikan kewirausahaan formal yang diikuti Jumlah pendidikan kewirausahaan =non wira usaha,= wirausaha Skor Skor Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 8,,77,7,8,7 -,,7,, -,, nonformal yang diikuti Skor,,9, Sikap Skor,7,,8 7 rma subjektif Skor -,, -,88 8 Kontrol perilaku Adjusted R Square, Keterangan: **nyata pada P>,, *nyata pada P>, Sig.,,8,,97,**,7,7