BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Asset Berbagai pendapat telah dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian asset dalam bukunya berbagai pengertian muncul dengan keanekaragamanya. Adapun salah satunya pengertian asset menurut Kieso et.all (2011:168) menjelaskan bahwa: An asset is resource controlled by entity as a result of past events and from which future economic benefits are expected to flow. Dari keterangan di atas menurut Kieso et.all (2011:168) dapat disimpulkan bahwa berikut : Asset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu dan dari masa manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan mengalir Menurut Firdaus A.Dunia (2013:9) pengertian asset adalah sebagai Asset adalah kekayaan atau sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang memberi manfaat di masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa asset merupakan sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang memberikan manfaat ekonomi di masa yang akan datang. 2.2 Pengertian Asset Tetap Perusahaan membeli dan menggunakan berbagai asset tetap seperti peralatan, perabotan, alat-alat, mesin, gedung dan tanah untuk menunjang kegiatan usaha yang digelutinya. Muncul berbagai macam pendapat dari para ahli tentang pengertian asset tetap seperti menurut James M. Reeve et.all (2010:2) yang menyebutkan bahwa asset tetap adalah asset yang bersifat jangka panjang 5
6 atau cenderung memiliki sifat permanen serta dapat digunakan dalam jangka panjang. Asset ini merupakan asset berwujud karena memiliki bentuk fisik. Adapun pendapat lain mengenai pengertian asset tetap seperti yang diungkapkan oleh Firdaus A. Dunia (2013:209) menjelaskan bahwa: Asset tetap (Plant asset atau Fixed asset atau Property Plant and equipment )adalah asset yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk jangka waktu yang lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2011:16.2), Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 paragraf 6, asset tetap diartikan sebagai berikut: Asset tetap adalah asset berwujud yang: a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administrasi; dan b. Dihadapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Menurut Peter Lau dan Nelson Lam (2014:46), menjelaskan: Asset tetap adalah asset berwujud yang dimiliki untuk tujuan jangka panjang. Akan tetapi, definisi formal asset tetap harus memasukan (1) cara penggunannya, dan (2) jangka waktu kepemilikan oleh entitas. Dari beberapa pengertian asset tetap di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa asset tetap memiliki ciri-ciri, yaitu: 1. Asset merupakan barang-barang yang ada secara fisik yang diperoleh dan digunakan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan atau memproduksi barang-barang atau memberikan jasa pada perusahaan lain atau pelanggannya dalam usaha bisnis yang Normal. 2. Asset ini bersifat Nonmonetary. Dalam artian manfaat yang dihasilkan oleh asset, dari penggunaannya atau penjualan jasa yang dihasilkan dan bukan dari mengkonversi asset ini ke dalam sejumlah uang tertentu. 3. Pada umumnya jasa yang diterima dari asset tetap meliputi suatu periode yang lebih panjang dari satu tahun atau lebih dari siklus operasi perusahaan.
7 2.2.1 Karakteristik Asset Tetap Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tentang pengertian asset tetap, ternyata ada beberapa karakteristik asset tetap seperti yang di ungkapkan beberapa sumber antara lain: a. Menurut Warren et.all (2014:494) berpendapat bahwa asset tetap memiliki karakteristik: 1. Memiliki bentuk fisik dan dengan demikian merupakan asset berwujud. 2. Dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasi. 3. Tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari kegiatan operasi. b. Menurut Firdaus A. Dunia (2013:209) terdapat tiga karakteristik pokok dari asset tetap : 1. Asset tetap adalah bahwa maksud perolehannya adalah digunakan dalam kegiatan perusahaan, dan bukan untuk diperjual belikan dalam kegiatan normal perusahaan. 2. Umur atau jangka waktu pemakaiannya yang lebih dari satu tahun. Dengan karakter ini, dikenal istilah penyusutan dalam asset tetap, yang merupakan alokasi biaya dari asset tetap tersebut dalam jangka waktu pemakaian atau umurnya. 3. Bahwa pengeluaran untuk asset tersebut harus merupakan pengeluran yang nilainya besar atau material bagi perusahaan tersebut. Dari dua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik dari asset tetap berwujud, tidak dijual hanya digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan dan memiliki umur manfaat yang cukup panjang. 2.2.2 Klasifikasi Asset Tetap Asset tetap yang dimiliki oleh setiap perusahaan mungkin akan berbeda jenisnya, tergantung pada ukuran perusahaan dan bidang usaha dari masingmasing perusahaan. Klasifikasi dari asset tetap menurut Firdaus A. Dunia (2013:211-212) : 1. Asset Tetap Berwujud Asset tetap berwujud memiliki bentuk fisik dan dengan demikian dapat diamati dengan satu atau lebih panca indra dan memiliki karakteristik
8 umum, yaitu memberi manfaat ekonomi pada masa mendatang bagi perusahaan. Asset tertentu yang umum dilaporkan didalam kategori ini meliputi: a. Tanah b. Gedung c. Mesin dan peralatan d. Kendaraan 2. Asset Tidak Berwujud Asset tidak berwujud (intangible assets) sendiri menurut Firdaus A. Dunia (2013:224) didefinisikan sebagai asset jangja panjang yang secara fisik tidak bisa dinyatakan dan tidak untuk diperjualbelikan, tetapi digunakan dalam kegiatan perusahaan. Adapun unsur-unsur dari asset tidak berwujud : a. Paten Hak yang diberikan oleh pemerintah (Direktorat Paten, Kementrian Hukum dan HAM) kepada perusahaan atau seseorang atas suatu penemuan baru. b. Hak Cipta Yaitu hak yang diberikan pemerintah kepada perusahaan atau seseorang atas karya-karya tulisan dan seni yang dihasilkan. c. Goodwill Asset tidak berwujud yang timbul dari factor-faktor seperti lokasi, kualitas peroduksi, reputasi dan keahlian manajemen.. d. Hak Merek e. Biaya Riset f. Wara laba Sedangkan menurut James M. Reeve et.all (2010:3) asset tetap berwujud merupakan asset tetap yang dapat terlihat secara fisik seperti tanah, gedung atau peralatan. Sedangkan asset tetap tidak berwujud dibuku yang sama (2010:23-25) merupakan asset jangka panjang yang berguna
9 dalam kegiatan operasi perusahaan dan tidak ditujukan untuk di jual serta asset ini tidak memiliki bentuk secara fisik, seperti : 1. Hak paten, perusahaan dapat memperoleh hak ekslusif untuk menghasilkan dan menjual barang dengan satu keunikan atau lebih. Hak semacam ini diterbitkan pemerintah kepada penemu dengan masa kegunaan 20 tahun (Hukum Hak Paten No. 14/2001) 2. Hak cipta, hak ekslusif untuk menerbitkan dan menjual karya tulis, materi artistik, atau komposisi musical diberikan dalam bentuk hak cipta (copyright). 3. Merek dagang adalah nama atau istilah atau simbilyang digunakan untuk mengenali suatu perusahaan dan produknya. 4. Goodwill, mengacu pada asset tak berwujud milik perusahaan yang dihasilkan oleh faktor-faktor yang menguntungkan, seperti lokasi, mutu produk, reputasi dan keahlian manajerial. 2.2.3 Harga Perolehan Asset Tetap Menurut Firdaus A. Dunia (2013:211-212) harga perolehan asset tetap adalah semua biaya-biaya untuk memperoleh asset tetap sampai siap untuk dipakai. Dengan demikian, harga perolehan suatu asset tetap tidak hanya meliputi harga beli (faktur) saja, tetapi juga termasuk biaya-biaya lainnya seperti biaya pengiriman, asuransi, bongkar muat, pemasangan, bea masuk dan balik nama. Unsur-unsur biaya dari harga perolehan akan berbeda untuk berbagai kelompok asset tetap. Harga perolehan asset tetap semua jumlah dana yang dikeluarkan untuk mendapatkan asset tetap dan membuatnya siap digunakan, antara lain asset tetap yang dimaksud adalah:
10 1. Tanah Harga perolehan tanah meliputi harga beli, komisi makelar, biaya notaries, dan biaya balik nama yang dibayarkan oleh perusahaan. Disamping itu, dalam harga perolehan juga termasuk pengeluaran-pengeluaran untuk meratakan dan merapikan tanah, dan pengeluaran-pengeluaran untuk membongkar dan memindahkan bangunan-bangunan yang sudah tua atau tidak terpakai lagi. 2. Gedung Harga perolehan dari membangun suatu gedung yanbg dibangun sendiri meliputi fee atau honorarium arsitek, izin bangunan, nilai kontrak dengan kontraktor, biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead. Disamping itu, biaya asuransi yang dikeluarkan selama pembangunan dan juga bunga atas pinjaman untuk membiayai pembangunan sampai gedung selesai dan siap untuk dipakai juga dimasukkan sebagai harga perolehan gedung. Apabila perusahaan membeli gedung yang sudah jadi, harga perolehannya meliputi harga beli, komisi makelar, pajak, pengeluaran-pengeluaran untuk renovasi dan perbaikan. 3. Mesin dan Peralatan Harga perolehan dari mesin dan peralatan (machinary and equipment) meliputi harga belinya, biaya transport, asuransi kerugian (dalam perjalanan), pajak, biaya pemasangan,dan pengeluaran-pengeluaran untuk percobaan asset tetap tersebut. 4. Perbaikan Tanah Biaya-biaya juga dapat terjadi untuk unsur-unsur asset tetap yang terletak diatas tanah, tetapi tidak permanen seperti tanah dan juga tidak secara langsung berhubungan dengan gedung. Unsur-unsur dicatat dalam akun yang disebut perbaikan tanah (Land Improvements). Sebagai contoh dari unsurunsur untuk akun ini adalah seperti pembuatan taman, pagar, jalan dihalaman untuk mobil, area parker yang beraspal, dan sistem penerangan diluar gedung dan sistem penyiraman.
11 Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2011;16.6): Suatu asset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai asset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2011;16.6-7) Komponen Biaya Perolehan meliputi: (a) (b) (c) harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain. biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa asset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar asset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen. estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset tetap dan restorasi lokasi asset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika asset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan asset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. Sedangkan menurut James M. Reeve et.all (2010:4) biaya asset tetap adalah seluruh jumlah yang dikeluarkan untuk mendaptakan asset hingga asset itu siap untuk digunakan. Berikut beberapa biaya yang umum untuk mendapatkan asset tetap, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:
12 Tabel. 2.1 Biaya-Biaya Umum untuk Mendapatkan Asset Tetap Pengembangan Gedung Mesin dan Peralatan Tanah Tanah Honor arsitek Honor insinyur Biaya asuransi yang timbul selama pembangunan Bunga dari pinjaman untuk mendanai pembangunan Jalan ke dan sekeliling gedung Pajak penjualan Perbaikan (pembelian gedung yang sudah ada) Pemulihan kondisi (pembelian gedung yang sudah ada) Modifikasi untuk penggunaan Pengurusan izin dari badan pemerintah Pajak penjualan Ongkos kirim Pemasangan Perbaikan (pembelian peralatan bekas) Pemulihan kondisi (pembelian peralatan bekas) Asuransi saat barang dalam perjalanan Pemasangan komponen Modifikasi untuk penggunaan Pengujian untuk penggunaan Pengurusan izin dari badan pemerintah Harga Pohon dan pembelian Pajak penjualan Pengurusan izin semak-semak Pagar Penerangan luar dari badan Pengerasan area pemerintah parkir Komisi untuk makelar Biaya survey Pajak properti Pengurusan sertifikat kepemilikan Penghancuran atau pemindahan gedung yang tidak diinginkan dikurang hasil penjualan puing Pengubahan kontur tanah Pembuatan trotoar sebagai pembatas tanah 2.2.4 Penghentian dan Pelepasan Asset Tetap Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2011:16.20) paragraf 67, menyatakan :
13 Jumlah tercatat asset tetap dihentikan pengakuannya pada saat: (a) Dilepas; atau (b) Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Asset dapat dihentikan dengan dibuang, dijual dan ditukarkan. Penyusutan yang belum dicatat untuk periode tersebut dicatat pada tanggal pelepasan. Nilai buku pada saat penjualan dihitung sebagai selisih antara harga perolehan asset dan akumulasi penyusutan. Jika harga penghentian melebihi nilai bukunya, maka keuntungan. Jika harga penghentian kurang dari nilai bukunya, suatu kerugian. Berikut ini penghentian atau pelepasan asset tetap dengan berbagai kondisi: Menurut James M. Reeve et.all (2010:2), pemakaian asset tetap dapat dihentikan dengan cara-cara berikut : 1. Penghentian melalui membuang/menghapus Asset Tetap Saat asset tetap tidak lagi berguna bagi perusahaan dan tidak memiliki nilai residu atau nilai pasar, maka asset tersebut akan dibuang. Contoh suatu peralatan dibuang oleh suatu perusahaan ayat jurnal untuk mencatat peralatan yang dibuang adalah sebagai berikut. Jurnalnya adalah : Dr. Akumulasi Penyusutan - Peralatan Cr. Peralatan 2. Penghentian Asset melalui Penjualan Apabila suatu asset tetap sudah berkurang manfaatnya, dapat dijual kepada orang atau badan lain dalam hal ini aka nada beberapa kondisi yang diterima oleh perusahaan apakah pulang pokok, menderita kerugian atau justru mendapat keuntungan. Sedangkan menurut Firdaus A. Dunia (2013:221) ada 3 kondisi yang pasti terjadi ketika terjadi penjualan asset tetap: a. Jika harga jual sama dengan nilai buku maka perusahaan mungkin pulang pokok. Adapun ayat jurnal yang harus dibuat ketika situasi ini terjadi: Dr. Kas Akumulasi Penyusutan-peralatan Cr. Peralatan
14 b. Jika harga jual lebih kecil daripada nilai buku, maka perusahaan menderita kerugian sebesar selisihnya. Adapun ayat jurnal yang harus dibuat ketika situasi ini terjadi: Dr. Kas Akumulasi Penyusutan peralatan Kerugian atas penjualan Cr. Peralatan c. Jika harga jual lebih besar daripada nilai buku, maka ada keuntungan sebesar selisihnya. Adapun ayat jurnal yang harus dibuat ketika situasi ini terjadi: Dr. Kas Akumulasi Penyusutan- peralatan Cr. Peralatan Keuntungan atas penjualan 3. Penghentian Asset Tetap melalui Penukaran Menurut Firdaus A. Dunia (2013:222-223) penukaran asset tetap (tradein) dapat dilakukan dengan asset tetap yang sejenis atau dapat juga ditukar dengan asset yang tidak sejenis. Dalam penukaran asset tetap harus ditentukan nilai tukarnya (trade-in allowance),yang jumlahnya mungkin lebih besar atau lebih kecil dari nilai buku. Keuntungan akan diperoleh dalam pertukaran asset tetap apabila nilai tukar melebihi nilai buku. Keuntungan dan kerugian atas pertukaran asset tetap dicatat dalam pembukuan perusahaan dan dalam penyajian laporan keuangan, Karena kebanyakan pertukaran mempunyai substansi komersial. Contoh pencatatan dalam jurnal : a. ketika pertukaran asset tetap yang dilakukan mengalami kerugian Dr. Akumulasi penyusutan peralatan Peralatan
15 Cr. Peralatan Kas Keuntungan atas pertukaran b. ketika pertukaran asset tetap yang dilakukan mengalami kerugian Dr. Akumulasi penyusutan peralatan Peralatan Kerugian atas pertukaran asset tetap Cr. Peralatan Kas Sedankan menurut Warren et.all (2014:517) berpendapat bahwa akuntansi untuk pertukaran asset tetap yang serupa bergantung pada apakah transaksi yang dilakukan mempunyai substansi komersial (commercial substance). Sebuah pertukaran mempunyai substansi komersial jika arus kas masa depan berubah akibat pertukaran. Jika pertukaran asset tetap yang serupa memiliki substansi komersial, laba atau rugi diakui. Dalam kasus semacam itu, pertukaran diperhitungkan hampir sama dengan penjualan asset tetap. Keuntungan atau kerugian ditentukan atas perbedaan bukunya. 2.3 Penyusutan Asset Tetap Semua jenis asset tetap kecuali tanah, akan makin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah pemakain, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan keterbelakangan teknologi. Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai asset tetap yang bersangkutan. Hal ini perlu dicatat dan dilaporkan. Pemindahan biaya ke beban secara berkala semacam ini disebut penyusutan (depreciation) menurut Warren et.all (2014:499) didalam bukunya.
16 2.3.1 Pengertian Penyusutan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2011:16.3) pengertian penyusutan adalah sebagai berikut : Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan dari asset selama umur manfaatnya. Sedangkan menurut Firdaus A. Dunia (2013:213), penyusutan adalah: Proses mengalokasikan atau memindahkan harga perolehan (cost) dari asset tetap ke akun beban (expense) selama jangka waktu pemakaian dari asset tetap tersebut. Menurut Peter Lau dan Nelson Lam (2014:59), menjelaskan: Depresiasi (depreciation) didefinisikan sebagai alokasi sistematis dari nilai asset yang dapat disusutkan selama masa manfaatnya. Menurut James M. Reeve et.all (2010:2), penyusutan adalah: Pemindahan biaya ke beban secara berkala Dari pengertian-pengertian penyusutan diatas dapat disimpulkan bahwa penyusutan adalah pengalokasian dari sebagian harga perolehan asset tetap berdasarkan manfaat yang diestimasikan. Atau beban yang dikeluarkan secara berkala selama jangka waktu pemakaian dari asset tersebut. 2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Menentukan Biaya Penyusutan Terdapat tiga faktor yang dipertimbangkan dalam menetukan jumlah beban penyusutan tahunan yang tepat, yaitu : 1. Harga Perolehan Asset Menurut Skousen et. all (2009:135) harga perolehan suatu asset meliputi semua pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan persiapan penggunaan asset tersebut. Harga perolehan dikurangi dengan nilai sisa, jika ada, adalah harga perolehan yang dapat disusutkan atau dasar penyusutan, yaitu jumlah harga perolehan asset yang akan dibebankan pada periodeperiode mendatang.
17 2. Nilai Sisa atau Nilai Residu Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2011:16.3), adalah: Nilai residu asset adalah jumlah estimasian yang dapat diperoleh entitas saat ini dari pelepasan asset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika asset telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya. Sedangkan menurut Firdaus A. Dunia (2013:214) nilai sisa adalah: Harga pasar taksiran dari asset tetap pada akhir masa manfaatnya. Manfaat taksiran menggambarkan kapasitas atau manfaat yang dapat diberikan oleh asset tetap selama dapat dipakai. Bila disimpulkan nilai sisa (residu) suatu asset adalah perkiraan harga penjualan asset pada saat asset tersebut dijual setelah dihentikan pemakaiannya. Nilai sisa tergantung pada kebijaksanaan penghentian asset dalam perusahaan serta keadaan pasar. 3. Masa Manfaat atau Umur Ekonomis Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2011:16.4) paragraf 6, adalah: Umur manfaat adalah : 1. Periode suatu asset yang diharapkan dapat digunakan oleh entitas, atau 2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari suatu asset oleh entitas. Faktor fungsional utama yang membatasi masa manfaat asset adalah keusangan. Suatu asset dapat kehilangan kegunaannya sebagai akibat dari perubahan dalam kebutuhan dunia usaha atau kemajuan teknologi, sehingga tidak dapat lagi menghasilkan pendapatan yang mencukupi untuk dijadikan alasan dari penggunan asset tersebut. Meskipun asset tersebut secara fisik masih dapat dipergunakan, ke tidak mampuannya menghasilkan pendapatan yang memadai telah memperpendek masa manfaatnya. Menurut Peter Lau dan Nelson Lam (2014:61) menjelaskan masa manfaat suatu asset diartikan menurut ekspetasi kegunaan (utilitas) asset bagi entitas. Kebijakan pengelolaan asset entitas dapat melibatkan pelepasan asset
18 setelah waktu yang ditentukan atau setelah konsumsi atau proporsi tertentu dari manfaat ekonomi masa depan dari suatu asset. Oleh karena itu masa manfaat suatu asset dapat lebih pendek dari umur ekonomisnya. Estimasi masa manfaat asset tersebut adalah masalah pertimbangan berdasarkan pengalaman dari entitas dengan asset serupa. 2.3.3 Metode Perhitungan Penyusutan Perubahan metode akuntansi menurut Standar Akuntansi Keuangan (2011:16: par. 62), menerangkan bahwa : Metode penyusutan yang digunakan untuk asset harus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekpektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari asset tersebut, maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi. Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu asset selama umur manfaatnya. Metode penyusutan asset dipilih berdasarkan ekspetasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari asset dan diterapkan secara konsisten dari periode-periode kecuali ada perubahan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari asset tersebut. Menurut Firdaus A. Dunia (2013:214-216), ada empat metode utama untuk menghitung penyusutan, yakni : 1. Metode Garis Lurus (straight line) Dimana beban penyusutan dalam metode garis lurus dialokasikan berdasarkan berlalunya waktu. Oleh karena itu, metode ini menghasilkan jumlah beban penyusutan periodic yang sama selama masa manfaat dari asset tetap tersebut. Penyusutan dihitung menggunakan rumus: Beban penyusutan per tahun = Harga Perolehan Asset Nilai Sisa Manfaat taksiran dalam tahun
19 2. Metode Jumlah Unit Produksi Dalam metode jumlah unit produksi, manfaat taksiran dari asset tetap dinyatakan dalam jumlah unit dari kapasitas produksi seperti jumlah jam atau km. Metode ini akan menghasilkan beban penyusutan yang berfluktuasi sesuai dengan pemakaian asset yang sesungguhnya. Penyusutan dihitung dalam dua tahap. Tahap pertama menentukan tariff penyusutan untuk setiap unit produksi dan tahap kedua menentukan beban penyusutan untuk suatu periode akuntansi dengan mengalikan tarif penyusutan perunit dengan jumlah unit produksi yang sesungguhnya digunakan selama periode tersebut. Penyusutan dihitung menggunakan rumus : Tarif penyusutan per tahun = Harga Perolehan Asset Nilai Sisa Manfaat taksiran dalam jumlah jam Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x Jumlah unit produksi yang sesungguhnya 3. Metode Saldo Menurun Dalam metode saldo menurun, penyusutan yang dibebankan pada tahun pertama dan tahun-tahun berikutnya akan semakin menurun. Untuk menerapkan metode ini, biasanya tarif penyusutan yang digunakan adalah dua kali dari tariff metode garis lurus. Penyusutan dihitung menggunakan rumus : Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x nilai buku awal tahun 4. Metode Jumlah Angka Tahun Metode jumlah angka tahun sama dengan metode saldo menurun, dimana beban penyusutan semakin menurun setiap tahun selama masa pemakaiannya. Beban penyusutan dihitung dengan mengalikan harga perolehan dikurangi nilai sisa taksiran dengan suatu pecahan. Angka penyebut (denominator) dari pecahan tersebut adalah jumlah angka dari
20 angka-angka tahun. Adapun rumus untuk menghitung secara lebih mudah jumlah angka tahun ini adalah : Jumlah angka tahun = N(N-1) 2 Dimana N adalah masa manfaat taksiran dari asset yang dinyatakan dalam tahun. Adapun rumus untuk menghitung beban penyusutan dalam metode ini adalah sebagai berikut: Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x (Harga Perolehan Nilai Sisa) Sedangkan menurut James M. Reeve et.all (2010:9-12) metode yang digunakan dalam akun-akun dan laporan keuangan juga dapat berbeda dari metode yang digunakan untuk menentukan pajak penghasilan dan pajak atas tanah dan bangunan. Tiga metode yang digunakan yaitu : 1. Metode Garis Lurus, metode ini menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama untuk setiap tahun selama masa kegunaan asset. 2. Metode Unit Produksi, metode ini menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama untuk setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang digunakan oleh asset. Untuk menerapkan metode ini, masa kegunaan asset dinyatakan dalam unit kapasitas produktif seperti jam atau mil. Kemudian jumlah beban penyusutan untuk setiap periode akuntansi ditentukan dengan mengalikan unit penyusutan dengan jumlah unit yang diproduksi atau digunakan selama periode tersebut. 3. Metode Saldo Menurun Ganda, metode ini menghasilkan bahan periodic yang semakin menurun selama estimasi kegunaan asset. Dalam penerapannya, tingkat saldo menurun ganda ditentukan dengan menggandakan tingkat garis lurus.
21 2.3.4 Metode Pencatatan Penyusutan Menurut Kieso et. all (2009:82), Pencatatan depresiasi umumnya dilakukan pada akhir periode akuntansi. Secara teoritis pencatatan depresiasi dapat dilakukan dengan dua cara, antara lain: 1. Metode Langsung Dalam metode langsung depresiasi dicatat dengan cara mengkredit rekening asset tetap yang bersangkutan. Contoh pencatatan depresiasi dengan metode langsung (misalnya mesin): Jurnal Dr. Beban Penyusutan - Mesin Cr. Asset Tetap Mesin Maka pada tiap akhir tahun rekening mesin dikredit sejumlah depresiasi tahunan untuk mesin. Dengan hal ini nilai mesin yang tercantum dalam neraca makin lama akan semakin kecil dan setelah sampai pada akhir umur produktifnya rekening mesin di neraca akan menunjukan nilai residunya. 2. Metode Cadangan atau Tidak Langsung Pada metode ini pencatatan depresiasi tahunan tidak dikreditkan pada rekening asset yang bersangkutan, tetapi dicatat dengan mengkredit rekening akumulasi depresiasi. Jurnal pencatatan depresiasi dengan metode ini adalah sebagai berikut: Dr. Beban Penyusutan Mesin Cr. Akumulasi Penyusutan Mesin Rekening depresiasi mesin menunjukan jumlah depresiasi yang dibebankan pada tahun tertentu dan rekening ini pada akhir periode ditutup ke rekening rugi/laba. Rekening akumulasi depersiasi mesin adalah merupakan rekening neraca. Rekening ini mencatat kumpulan dari penyusutanpenyustutan tahunan, sehingga saldo rekening akumulasi depresiasi mesin pada suatu saat tertentu menunjukan jumlah depresiasi yang telah dibebankan sampai saat itu.