BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dunia kesehatan di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari jumlah rumah sakit yang ada saat ini di Indonesia terus bertambah. Penambahan rumah sakit tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga sampai ke pelosok wilayah Indonesia Berdasarkan Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, maka yang dikatakan Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit dapat didirikan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah atau swasta. Untuk mendirikan Rumah Sakit, tidaklah mudah karena Rumah Sakit memerlukan modal yang besar dan sumber daya manusia yang banyak dalam arti kualitas dan kuantitas. Kualitas di sini dimaknai dengan banyaknya profesi yang bekerja di Rumah Sakit seperti dokter, perawat, penata laboratorium, penata anestesi, ahli gizi. Dari sisi kuantitas, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk melayani pasien di rumah sakit cukup banyak jumlahnya. Suatu rumah sakit didirikan dengan membangun dari awal dengan melengkapi persyaratan yang sudah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan atau membeli rumah sakit yang sudah ada. Membeli di sini bisa dengan membeli rumah sakit secara keseluruhan atau membeli porsi kepemilikan dari pemilik yang ada. Rumah sakit sebagai organisasi yang padat modal, membutuhkan pendanaan 1
2 dari luar. Pendanaan ini bisa didapat dari utang dan atau menjual kepada pihak luar untuk kepemilikan saham. Setiap bisnis, tidak peduli seberapa besar dan kompleks, pasti didanai oleh pinjaman uang (utang) dan dana pemilik (ekuitas). Untuk perusahaan publik (terbuka), utang didapat dari pengeluaran obligasi dan ekuitas biasanya didapat dari saham. Untuk perusahaan private (tertutup) utang biasanya didapat dari dari bank dan ekuitas dari simpanan pemilik (Damodaran, 2011: 5). Pelayanan kesehatan di suatu daerah difasilitasi dari pelayanan primer sampai dengan layanan kesehatan sekunder, bahkan tersier, yaitu dari mulai layanan puskesmas sampai dengan layanan rumah sakit. Rumah sakit-rumah sakit milik pemerintah maupun yang dikelola oleh pihak swasta sudah mulai mengembangkan layanannya dengan berbagai macam spesialisasi dan diikuti dengan perbaikkan kualitas layanan maupun kelengkapan alat medis yang mendukung. Rumah sakit-rumah sakit tersebut mengusung layanan keunggulan masing-masing untuk dapat menarik pasien agar menggunakan layanan yang disediakan. Saat ini masyarakat dan ataupun pasien pasien juga semakin pintar dalam memilih layanan rumah sakit. Masyarakat lebih selektif dalam keputusan memilih menggunakan layanan rumah sakit mana yang akan dituju. Masyarakat menengah atas cenderung memilih rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan plus dengan kualitas cukup bagus, kecepatan dalam penanganan terhadap pasien, pelayanan yang ramah dan personal, serta juga kenyamanan.
3 Kecenderungan tersebut banyak dijumpai hampir di semua kota atau kabupaten di Indonesia, di mana salah satunya adalah Kota Pekanbaru sebagai salah satu pusat perputaran ekonomi di Provinsi Riau. Dengan sektor perdagangan dan jasa yang menyumbang pesatnya kemajuan Kota Pekanbaru, tidak dipungkiri bahwa kota ini menjadi kota pendatang bagi penduduk di daerah sekitarnya. Untuk mendukung perkembangan ekonomi maupun kehidupan bersosial, Kota Pekanbaru membutuhkan infrastruktur, salah satunya adalah infrastruktur di bidang kesehatan. Layanan kesehatan yang ada di Kota Pekanbaru sangatlah beragam, mulai dari puskesmas, rumah sakit, apotik, dokter praktek, maupun klinik serta laboratorium. Rumah sakit yang tersedia di kota ini juga beragam baik rumah sakit yang dimiliki pemerintah daerah yaitu RSUD Arifin Achmad, maupun rumah sakit swasta. Kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan juga semakin meningkat dan akan lebih baik lagi jika sarana kesehatan tersebut dapat dengan mudah dijangkau dari tempat tinggal masyarakat. Terlebih lagi jika rumah sakit tersebut menyediakan berbagai layanan spesialisasi dan dengan harga yang dapat dijangkau serta memberikan layanan dengan kualitas yang cukup bagus. Kebutuhan akan layanan tersebut merupakan suatu peluang untuk melayani masyarakat di daerah Pekanbaru dengan pembangunan rumah sakit baru. Untuk mewujudkan hal tersebut harus dilakukan dengan hati-hati dan menghitung berbagai indikator untuk mengetahui besarnya peluang membangun rumah sakit tersebut.
4 1.1.1 Rumusan masalah Pembangunan sebuah rumah sakit membutuhkan investasi keuangan yang tidak sedikit. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu diketahui kelayakan investasi keuangan dari pembangunan rumah sakit sehat bahagia di Pekanbaru. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai studi kelayakan sudah banyak dilakukan terutama studi kelayakan proyek yang berkaitan dengan suatu investasi baru. Penelitian mengenai studi kelayakan bisnis untuk pembangunan Rumah Sakit Sehat Bahagia untuk tujuan kelayakan keuangan, sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Rachman (2007) melakukan penelitian tentang studi kelayakan ekonomi pembangunan Pabrik CPO mini di Kabupaten Lampung Utara. Alat analisis yang digunakan adalah cost benefit analysis, pabrik ini hanya menampung bahan baku dari program sawitnisasi Pemerintah Kabupaten. Hasil analisis menunjukkan bahwa proyek ini layak dikelola secara ekonomi dengan B/C rasio sebesar 4.03. 2. Purwati (2007) melakukan analisis keuangan terhadap Investasi Pembangunan Museum Gunungapi Merapi di Kabupaten Sleman. Alat analisis yang digunakan adalah Net Presen Value, Internal Rate of Return dan Payback Period. Hasil analisis menunjukkan bahwa NPV>0 dan IRR sebesar 7.06 persen, lebih tinggi dari tingkat bunga yang berlaku. Dari hasil NPV dan IRR menunjukkan bahwa investasi dapat dilakukan
5 3. Zulkarnain (2007) melakukan studi kelayakan pemanfaatan terbaik tanah dan bangunan mess Pemda di Kabupaten Tanggamus sehingga dapat meningkatkan pendapatan bagi Pemerintah Kabupaten Tanggamus. Alat analisis yang digunakan adalah Net Presen Value, Internal Rate of Return dan Payback Period. 4. Abdelmajeed dan Aboul-Nasr (2013) melakukan Studi Kelayakan Komersialisasi Kultur Jaringan dari Pisang di Mesir. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Net Present Value dan Internal Rate of Return. 5. Sangree (2012) menitikberatkan Studi Kelayakan dengan melakukan analisis pasar untuk pembangunan Taman Air di Dalam Ruang dan Taman Air di Luar Ruang. Artikel ini juga menjelaskan bagaimana studi kelayakan analisis pendapatan, biaya, dan pendapatan untuk menentukan nilai dari sebuah proyek yang diusulkan dan apakah nilainya sama atau melebihi biaya pengembangan. 6. Gabrys (2013) membuat makalah yang menyajikan pilihan aspek aplikasi praktis studi kelayakan dalam evaluasi proyek investasi untuk implementasi perhitungan kelayakan berdasarkan struktur pembiayaan proyek. Studi kelayakan adalah analisis atas dasar yang pemilik membuat keputusan apakah akan melaksanakan atau meninggalkan suatu proyek tertentu
6 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Pada suatu penelitian, tujuan merupakan hal yang utama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kelayakan keuangan investasi pembangunan Rumah Sakit Sehat Bahagia. 1.3.2 Manfaat penelitian Dalam penelitian ini, manfaat yang diperoleh adalah dapat memberikan masukkan kepada investor dalam pengambilan keputusan investasi. Keputusan yang diambil nantinya oleh investor akan mengurangi risiko keuangan karena sudah memiliki gambaran investasi pembangunan rumah sakit. 1.4 Sistematika Penelitian Sistematika penulisan dalam penelitian ini rencananya adalah sebagai berikut. Bab I merupakan pengantar, yang meliputi uraian tentang latar belakang, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka, landasan teori dan alat analisis yang akan digunakan. Bab III merupakan analisis data dan pembahasan yang terdiri dari gambaran umum mengenai Kota Pekanbaru, aspek geografis, aspek demografis, aspek sosial, aspek ekonomi, kemampuan beli masyarakat di Kota Pekanbaru, proyeksi kapasitas dan volume pelayanan, proyeksi sumberdaya manusia dan analisis keuangan. Pada Bab IV yang merupakan bab terakhir dari penelitian ini akan berisikan kesimpulan, saran dan keterbatasan dari penelitian ini.