Pediatric Early Warning Score: What Our Next Step?

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN SKOR PEDIATRIC EARLY WARNING SCORE (PEWS) PADA POLA RUJUKAN PASIEN ANAK DI INSTALASI GAWAT DARURAT

Nursing Early Warning Scoring System (NEWSS)

sistem monitoring dengan skoring INDONESIA HEALTHCARE FORUM Bidakara Hotel, Jakarta WEDNESDAY, 3 February 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gamping, Sleman, Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. dimana milik Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke

Skor Pediatric Risk of Mortality III (Prism III) Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi malnutrisi pada pasien di rumah sakit masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland

BAB I PENDAHULUAN. saat ini dapat bertahan hidup dengan perawatan intensif di Ruang Terapi Intensif

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

Penentuan prognosis pada saat perawatan di Unit

BAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

PENANGANAN MEDIS AKUT KORBAN BENCANA. Hendro Wartatmo

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

PANDUAN SKRINING PASIEN RSU BUNDA JEMBRANA

Novianto Kurniawan SMF Anestesi RSUD Muntilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pedoman penyelanggaran pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan prevalensi penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia merupakan outcome utama akibat

meningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenagatenaga khusus, terbatasnya sarana pasarana dan mahalnya peralatan,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB I PENDAHULUAN. adanya peningkatan tekanan pengisian (backward failure), atau kombinasi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsekuensi serius dan berkaitan dengan kehilangan nyawa. Penelitian yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada

TES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST)

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

Penggunaan Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction Harian sebagai Prediktor Mortalitas Anak yang Dirawat di Unit Perawatan Intensif Anak

BAB I PENDAHULUAN. 5% meninggal (Lamsudin, 1998) dan penyebab kematian yang ketiga setelah

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. Pemeriksaan glukosa darah merupakan salah satu. pemeriksaan yang paling sering dilakukan di instalasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN INSTRUMEN SKRINING GIZI DI RUMAH SAKIT. Dr. Susetyowati DCN,M.Kes Universitas Gadjah Mada 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula Elemental Di RSU dr.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam

PANDUAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP

BAB I PENDAHULUAN. kemudian memicu respon imun tubuh yang berlebih. Pada sepsis, respon imun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula

Total Luas Luka Sebagai Indikator Penentuan Derajat Luka pada Kasus Medikolegal

BAB I PENDAHULUAN. banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab

EBM Overview: Beberapa Konsep Penting Evidence-Based Medicine

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. adalah penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang

HUBUNGAN DERAJAT BERAT PENYAKIT PADA ANAK DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PENDERITA DI PERAWATAN INTENSIF ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari

VALIDITAS NEW INJURY SEVERITY SCORE (NISS) DALAM MENDETEKSI TERJADINYA KOAGULOPATI PADA PASIEN MULTIPLE TRAUMA

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

Ditetapkan Tanggal Terbit

APK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya trias kematian (hipotermia, asidosis dan koagulopati) yang kini

Seminar dan Workshop Nasional Keperawatan Implikasi Perawatan Paliatif pada Bidang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan bentuk infeksi saluran napas. bawah akut yang tersering. Sekitar 15-20% kasus

BAB III ELABORASI TEMA

Deteksi Dini Penyakit Kardiovaskular

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara

NILAI PREDIKSI SKOR SICK TERHADAP OUTCOME PENDERITA YANG MASUK DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh toksin tetanospasmin yang dihasilkan Clostridium tetani. 1 Pada luka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manifestasinya dapat sangat bervariasi, mulai dari yang ringan tanpa gejala,

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

Transkripsi:

Pediatric Early Warning Score: Bagaimana Langkah Kita Selanjutnya? Rismala Dewi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Abstrak Pengenalan secara dini tanda dan gejala perburukan klinis pada pasien anak di ruang perawatan merupakan faktor utama demi kelangsungan hidup dan memperbaiki prognosis. Anamnesis dan pemeriksaan fisis singkat diperlukan untuk mendapatkan data yang akurat agar intervensi oleh tim medis reaksi cepat (TMRC) dapat dilakukan segera, sehingga mencegah perburukan klinis menjadi gagal sirkulasi, gagal napas, atau henti kardiopulmonal. Pediatric early warning score (PEWS) merupakan salah satu alat atau sistem skoring menggunakan karakteristik pasien yang dapat mendeteksi perburukan klinis pada anak di ruang rawat inap saat ini belum ada konsensus dan juga bukti sistem PEW yang paling berguna atau optimal untuk kasus anak. Sari Pediatri 2016;18(1):68-73 Kata kunci: pediatric early warning score, perburukan klinis Pediatric Early Warning Score: What Our Next Step? Rismala Dewi Abstract Early recognition of the signs and symptoms of clinical deterioration in pediatric patients is the main factor for survival and good prognosis. A brief history and physical examination is required to obtain accurate data that any intervention by the medical rapid response team (MRRT) can be performed immediately. Early treatment may prevent progression to worse current clinical status, preventing the development of clinical deterioration becomes circulatory failure, respiratory failure, or cardiopulmonary arrest. Pediatric early warning score (PEWS) is one of the tools or scoring system using patient characteristics that can detect clinical deterioration in children in the ward, however there is no consensus and limited evidence about which PEW system is most useful or optimal for paediatric contexts. Sari Pediatri 2016;18(1):68-73 Keyword: pediatric early warning score, clinical deterioration Alamat korespondensi: DR. Dr. Rismala Dewi, Sp.A(K). Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM. Jl. Diponegoro 71 Jakarta. Tel. +62 (21) 3907742 Fax. +62 (21) 3907743. E-mail: dewi_sumitro@yahoo.com 68

Identifikasi yang tepat dan dapat dipercaya pada anak sakit kritis atau yang mengalami perburukan klinis, menjadi tantangan sekaligus titik kelemahan pada praktek pediatrik dalam beberapa kurun waktu. Pasien anak yang membutuhkan perawatan intensif atau akhirnya meninggal sering menunjukkan tanda-tanda gangguan fisiologis dan perilaku sebelum akhirnya henti kardiopulmonal. 1 Dilaporkan antara 0,7% sampai 3% anak yang dirawat di rumah sakit mengalami ancaman henti kardiopulmonal dan memerlukan bantuan medis segera. Meskipun jarang terjadi pada anak, henti kardiopulmonal menghasilkan luaran yang buruk dan hanya 15%-36% yang berhasil hidup. Pada pasien dewasa, tindakan preventif dapat mengurangi kejadian henti kardiopulmonal dan memperbaiki tingkat mortalitas, tetapi sangat bergantung pada identifikasi dan rujukan tepat waktu pasien berisiko serta respons tim medis reaksi cepat. 2,3 Tantangan dalam mencegah henti kardiopulmoner terletak pada kemampuan penyedia layanan kesehatan mengidentifikasi tanda-tanda awal perburukan klinis dan intervensi. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan, pertama adalah penggunaan calling criteria, yaitu pasien yang memenuhi satu atau lebih kriteria spesifik dapat dirujuk ke level perawatan yang lebih tinggi. Alternatif lain adalah menggunakan early warning score untuk tingkat keparahan penyakit yang menggabungkan parameter klinis menjadi skor tunggal. Pasien dengan skor lebih besar dari ambang batas diidentifikasi dan dirujuk ke tingkat perawatan yang lebih tinggi. 1,2 Satu penelitian di rumah sakit anak tersier, mendapatkan hasil implementasi dari TMRC dikaitkan dengan penurunan risiko henti napas dan kardiopulmonal di luar unit perawatan intensif. Pasien yang mengalami henti kardiopulmonal sebelum pelaksanaan TMRC, tingkat kematiannya adalah 0,12 per 1000 hari dibandingkan dengan 0,06 per 1000 hari (p=0,13) pasca pelaksanaan TMRC. 3 Sejarah Sistem Skoring Triase merupakan alat identifikasi penyakit pertama kali yang berbasis sistem skoring, tetapi dalam konteks aslinya digunakan untuk mengidentifikasi sejumlah besar korban, yang membutuhkan intervensi emergensi. Untuk pasien dewasa dan anak, EWS merupakan cara untuk mengidentifikasi perburukan klinis yang terjadi pada pasien yang sudah mempunyai be berapa kebutuhan medis, oleh karena itu berbeda dari triase. Apakah terdapat relevansi dengan identifikasi penyakit pada saat pertama kali kontak belum jelas tergambarkan. Pada awal tahun delapan puluhan diciptakan skala observasi Yale untuk mengidentifikasi penyakit serius pada anakanak yang mengalami demam dan diidentifikasi enam hal yang yang merupakan prediktor independen dari penyakit serius. Skor Yale awal memiliki sensitivitas 77%, spesifisitas 88%, dan nilai prediksi positif 56%. (Tabel 1) 1,4,5 Tabel 1. Perbedaan tipe sistem skoring 4 Triase Teknik untuk menentukan dengan cara yang cepat, prioritas pasien yang harus dilihat. Pada awalnya digunakan pada saat terjadi korban massal dengan kondisi awal pasien sangat baik atau sangat tidak sehat. Secara teknis triase bukan suatu EWS, tetapi suatu teknik yang divalidasi untuk menentukan kecepatan pasien harus dinilai. Illness Identification Sistem ini menggunakan karakteristik Systems individu atau kombinasi untuk menentukan faktor risiko memiliki suatu kondisi tertentu. Hal ini berlaku untuk penyakit bakteri serius, tetapi dapat juga digunakan untuk memprediksi masuk PICU. Early Warning Scores Secara tradisional digunakan di bangsal rumah sakit untuk mengidentifikasi pasien anak yang berisiko terjadi perburukan atau henti kardiopulmoner Selama beberapa dekade terakhir, sejumlah sistem skoring digunakan untuk mengidentifikasi pasien dewasa yang berisiko mengalami penurunan kondisi kesehatan mereka. Sebagian besar warning score dibuat berdasarkan parameter klinis seperti tekanan darah sistolik, laju jantung, laju pernapasan, suhu, dan status neurologis, seperti skala Alert, Voice, Pain, Unresponsive (AVPU). 6 Beberapa modifikasi dan validasi dari Early Warning Score (EWS) untuk orang dewasa telah dilaporkan, salah satu Modified Early Warning Score (MEWS) yang dikembangkan oleh Morgan dkk, 7 adalah yang umum digunakan saat ini. Namun, sistem skoring dan yang sejenisnya belum divalidasi untuk digunakan pada anak. 6 69

Monaghan dkk, 8 pertama kali melaporkan secara ringkas penggunaan PEWS dengan tiga komponen penilaian yaitu perilaku, status kardiovaskular, dan status respirasi. Sistem skoring ini kemudian disebut Brighton PEWS, ditambah dengan suatu algoritme sebagai respons terhadap hasil skor akhir. Beberapa penelitian lain melaporkan sensitifitas, validasi dan penggunaan modifikasi PEWS pada kondisi dan end point yang berbeda. 9-12 Konsep Pediatric Early Warning Score (PEWS) Dasar pemikiran untuk menggunakan PEWS adalah adanya bukti perburukan klinis dapat dideteksi beberapa jam sebelum terjadinya kondisi serius yang mengancam jiwa. Selain itu, tanda-tanda klinis hampir sama pada setiap kondisi kritis, terlepas dari penyebab yang mendasarinya. Kombinasi dengan pendekatan airway, breathing, circulation, disability, exposure (ABCDE), biasa digunakan pada kondisi gawat-darurat, PEWS dapat membantu kita mendeteksi dan mencegah perburukan kondisi pasien lebih lanjut. 6,13 Gambar 1 memperlihatkan perjalanan penyakit pasien anak yang dirawat di rumah sakit. Anak A dirawat di rumah sakit, menjalani stabilisasi awal, dan akhirnya pulang dengan kondisi baik. Anak B dan anak C dengan kondisi memburuk setelah dibawa kerumah sakit. Anak B dapat diidentifikasi dengan PEWS, dilakukan terapi pencegahan, kemudian terjadi perbaikan klinis. Perburukan klinis pada anak C tidak segera diidentifikasi dan berakhir dengan henti kardiopulmonal. 3 Setiap sistem skoring yang berbasis klinis harus mudah digunakan dan tidak menyebabkan interpretasi yang berbeda oleh pengguna yang berbeda. Diharapkan PEWS akan dapat digunakan oleh semua level staf dan tidak membutuhkan kerja ekstra. 8,14 Sistem skoring difokuskan pada tiga komponen penilaian yaitu, komponen perilaku yang merupakan kriteria Gambar 1. Konsep PEWS 3 70

pengamatan penting, karena sering kali merupakan tanda awal syok/gangguan kardiovaskular dan pada umumnya orang tua juga dapat mengenali. Perubahan perilaku yang diamati diberi skor sesuai seperti yang diamati sehingga anak yang tidak tertarik pada lingkungannya akan mendapat skor tiga (letargi). Warna dan waktu pengisian kapiler dipilih untuk menilai komponen kardiovaskular dibandingkan tekanan darah arteri. Kedua tanda-tanda tersebut digunakan karena tidak semua staf terampil dalam menilai waktu pengisian kapiler. Komponen pernapasan dinilai bersama dengan kebutuhan oksigen yang merupakan indikator fisiologis penting pasien sakit kritis. Penilaian tanpa peralatan khusus, hal ini menghilangkan ketergantungan pada ketersediaan monitor saturasi (Tabel 2). Penilaian rerata parameter pernapasan digunakan untuk meningkatkan sensitivitas. 1,8,12 Pediatric Early Warning Score mempunyai skor total antara 0-13, skor total 4 atau skor 3 pada salah satu domain PEWS, hal ini mencerminkan nilai kritis yang membutuhkan tindakan konsultatif. 8,9 Pada tahun 2007, duapuluh rumah sakit kami berkolaborasi selama satu tahun dengan The Child Health Corporation of America (CHCA) untuk mengevaluasi sistem skoring yang telah dimodifikasi dari PEWS yaitu Pediatric Advance Warning Score (PAWS) dan kemampuan untuk mengidentifikasi pasien dengan kelainan jantung, pasca bedah dan medis (Tabel 3). 15 Tabel 2. Pediatric Early Warning Score 8 Komponen 0 1 2 3 Skor Perilaku Bermain/ sesuai Tidur Iritabel Letargi/bingung, atau berkurangnya respons terhadap nyeri Kardio vaskular Respirasi Merah jambu atau waktu pengisian kapiler 1-2 detik Normal, tidak ada retraksi Pucat atau waktu pengisian kapiler 3 detik Skor 2 tambahan untuk ¼ jam nebulisasi (terus menerus) atau muntah persisten setelah operasi >10 di atas normal, penggunaan otot bantu napas atau fio 2 30% atau 3 L/menit Abu-abu atau waktu pengisian kapiler 4 detik atau takikardia >20 laju normal >20 di atas normal, retraksi atau fio 2 30% atau 6 L/menit Abu-abu atau mottled atau waktu pengisian kapiler 5 detik atau takikardia >30 laju normal atau bradikardi 5 di bawah normal dengan retraksi, merintih atau fio 2 50% atau 8 L/menit Tabel 3. Pediatric Advance Warning System 15 Komponen 0 1 2 3 Skor Perilaku Bermain/ Iritabel (masih dapat Iritabel (tidak dapat Letargi/bingung sesuai dibujuk) dibujuk) Kardio vaskular Respirasi Merah jambu atau waktu pengisian kapiler 1-2 detik Laju napas dan saturasi O 2 dalam batas normal dan tidak ada peningkatan usaha napas Pucat atau waktu pengisian kapiler 3 detik 10 di atas normal atau penggunaan otot bantu napas ringan Pucat atau waktu pengisian kapiler 4 detik atau takikardia 20 laju normal atau diaforesis 20 di atas normal atau saturasi O 2 5 poin dibawah normal atau penggunaan otot bantu napas sedang Skor 2 tambahan untuk ¼ jam nebulisasi (terus menerus) atau muntah persisten setelah operasi Bila didapatkan skor 3 pada kategori apa saja atau total skor 4 segera panggil TMRC Evaluasi kebutuhan O 2 dan kecenderungan saat evaluasi Abu-abu atau mottled atau waktu pengisian kapiler 5 detik atau takikardia 30 laju normal atau bradikardi Laju napas melambat dibawah normal atau peningkatan usaha napas atau saturasi O 2 >5 poin dibawah normal atau merintih atau retraksi berat 71

Setiap skor diberi kode warna Hijau = skor 0-2 Oranye = skor 4 Kuning = skor 3 Merah = skor 5 atau lebih Kode warna yang diperoleh akan menentukan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan jenjang kompetensi ditempat masing-masing. Perkembangan dan Evaluasi PEWS Berbagai penelitian melaporkan efektifitas, validitas, dan reliabilitas PEWS yang penggunaannya masih terbatas. Satu penelitian melaporkan terdapat hubungan antara nilai PEWS yang tinggi dengan kemungkinan yang lebih besar untuk dirujuk ke Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Kurang dari 1% (0,23%) pasien anak yang mempunyai skor 0-2 dipindahkan ke PICU dibandingkan dengan 80% pasien anak yang mempunyai skor 9. Analisis regresi logistik dilakukan untuk menentukan hubungan antara PEWS dan PICU transfer. Pediatric Early Warning Score mampu membedakan antara anak-anak yang memerlukan rujukan ke PICU dan mereka yang tidak memerlukan rujukan {Area Under Curve (AUC) = 0,89, 95% confidence interval (CI) = 0,84-0,94, p <0,001). Skor PEWS 3 didapatkan sensitivitas 90,2%, spesifisitas 74,4%, positive predictive value (PPV) 5,8%, dan negative predictive value (NPV) 99,8%, sedangkan skor PEWS 9, memiliki sensitivitas 7,8%, spesifisitas 99,9%, PPV 80%, dan NPV 98,4%. Setiap kenaikan PEWS 1 poin, terdapat 2 kali lebih besar kemungkinan pasien anak perlu dirujuk ke PICU (Odds= 2,8, CI 95%: 2,36-3,35, p<0,001). 3 Penelitian lain menemukan skor PEWS 7 atau lebih tinggi mempunyai spesifisitas 91%, sebanding dengan penelitian sebelumnya dengan spesifisitas berturut-turut 93%, 95%, dan 90%. Dalam studi ini, skor PEWS 7 diidentifikasi pada 64% kasus dalam satu jam setelah dilaporkan. Sensitivitas pada penelitian ini 64%, lebih kecil dari sensitivitas yang dilaporkan penelitian sebelumnya berturut-turut 83% dan 85,5%, dan 80%. 6,9,11,13 Rujukan berulang ke PICU menjadi salah satu kriteria dalam penggunaan PEWS. Satu penelitian melaporkan setiap kenaikan 1 poin PEWS, secara signifikan meningkatkan risiko masuk PICU kembali (odds rasio [CI 95%], 1,6 [1,12-2,27; p=0,009] dan 1,89 [1,33-2,69; p<0,001]). Kemampuan diskriminasi dari PEWS membaik ketika diagnosis kronis dimasukkan. Namun, skor cutoff tidak cukup sensitif atau spesifik yang berguna secara klinis. 16 Apabila kriteria masuk PICU dipakai sebagai endpoint, maka 56 kali kemungkinannya pasien akan masuk kriteria tersebut pada saat skor PEWS 8, dengan spesifisitas 0.88 dan sensitivitas 1,00. 11 Validitas dari berbagai macam PEWS di Departemen Emergensi menjadi salah satu area penelitian yang menarik. Validasi PEWS tersebut pada 17.943 anak-anak. Dua persen anak-anak ini dirawat di PICU, dan 16% adalah dirawat di bangsal perawatan. Area di bawah kurva ROC dipakai untuk memprediksi masuk PICU, dan didapatkan hasil mulai dari 0,60 (CI 95%: 0.5720.62) sampai 0,82 (CI 95%: 0.79-0.85). Area di bawah kurva ROC untuk memprediksi rawat inap adalah 0,56 (CI 95%: 0,55-0,58) sampai 0,68 (CI 95%: 0,66-0,69). Sensitivitas dan spesifisitas untuk masuk PICU berada di antara 61,3%-94,4% dan 25,2%-86,7%, sedangkan sensitifitas dan spesifisitas masuk rumah sakit berada di antara 36,4%-85,7% dan 27,1%-90,5 %. Tak satu pun dari berbagai PEWS memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi. 17 Kesimpulan Sejak diperkenalkan PEWS pertama kalinya sebagai alat identifikasi dini perubahan klinis pada anak, berbagai sistem skoring telah diadaptasi, modifikasi dan dikembangkan, tetapi sistem skoring yang ada saat ini masih memerlukan penilaian secara ketat untuk membuktikan keuntungannya. Di sisi lain, untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pasien, perlu mekanisme yang dapat mengenali dan merespons secara dini pasien yang berpotensi memburuk selama dalam perawatan. Sampai saat ini belum ada konsensus tentang berapa skor yang dianggap sebagai baku emas dalam mengidentifikasi tanda-tanda perburukan klinis pada anak, sehingga setiap penyedia layanan kesehatan perlu mengevaluasi alat yang tersedia dan memilih salah satu yang paling sesuai dengan kebutuhan lokal. Sebuah PEWS yang ideal dapat mengakomodasi kebutuhan setempat, namun berasal dari penelitian yang telah divalidasi sebelumnya. Selanjutnya, penelitian tambahan yang mengevaluasi dampak dari PEWS pada hasil klinis akan memberikan kontribusi penting terhadap bidang medis dan keperawatan anak. 72

Daftar pustaka 1. Bonafide CP, Brilli RJ, Tibbals J, Parshuram CS, Brady PW, Wheeler D. Rapid response systems. Dalam: Nichols DG, Shaffner DH, penyunting. Rogers textbook of Pediatric Intensive Care. Edisi ke-5. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2016.h.394-403. 2. Duncan H, Hutchison J, Parshuram CS. The pediatric early warning system score:a severity of illness score to predict urgent medical need in hospitalized children. J Crit Care 2006;21:271 9. 3. Tucker KM, Brewer TL, Baker RB, Demeritt B, Vossmeyer MT. Prospective evaluation of a pediatric inpatient early warning scoring system. JSPN 2009;14:79-85. 4. Chapman SM, Grocott MP, Franck LS. Systematic review of paediatric alert criteria for identifying hospitalised children at risk of critical deterioration. Intensive Care Med 2010;36:600-11. 5. Gold DL, Mihalov LK, Cohen ML. Evaluating the pediatric early warning score (PEWS) system for admitted patients in the pediatric emergency department. Acad Emerg Med 2014;21:1249 56. 6. Solevag AL, Eggen EH, Schroder J, Nakstad B. Use of a modified pediatric early warning score in a department of pediatric and adolescent medicine. PLoS ONE 2013;8:e72534. 7. Morgan RJM, Williams F, Wright MM. An early warning scoring system for detecting developing critical illness. Clin Intensive Care 1997;8:100. 8. Monaghan A. Detecting and managing deterioration in children. Paediatr Nurs 2005;17:32-5. 9. Akre M, Finkelstein M, Erickson M, Liu M, Vanderbilt L, Billman G. Sensitivity of the Pediatric Early Warning Score to identify patient deterioration. Pediatrics 2010;125:e763 9. 10. Parshuram CS, Duncan HP, Joffe AR, Farrell CA, Middaugh KL, Parkin PC, dkk. Multicentre validation of the bedside paediatric early warning system score: a severity of illness score to detect evolving critical illness in hospitalised children. Crit Care 2011 15:R184 11. Fuijkschot J, Vernhout B, Lemson J, Draaisma J, Loeffen JL. Validation of a pediatric early warning score: first results and implications of usage. Eur J Pediatr 2015;174:15-21. 12. Miranda JOF, Camargo CL de, Sobrinho CLN, Portela DS, Monaghan A. Clinical deterioration in hospitalized children: integrative review of a Pediatric Early Warning Score. J Nurs UFPE on line 2016;10:1128-36. 13. Murray JS, Williams LA, Pignataro S, Volpe D. An Integrative review of pediatric early warning system scores. Pediatr Nurs 2015;41:165-74. 14. McCabe A, Duncan H, Heward Y. Pediatric Early Warning System: where do we go from here?. Pediatr Nurs 2009;21:14-8. 15. Bell D, Mac A, Ochoa Y, Gordon M, Gregurich MA, Taylor T dkk. The Texas Children s Hospital Pediatric advanced warning score as a predictor of clinical deterioration in hospitalized infants and children: a modification of the PEWS tool. J Pediatr Nurs 2013;28:e2-9. 16. Mandell IM, Bynum F, Marshall L, Bart R, Gold JI, Rubin S. Pediatric early warning score and unplanned readmission to the pediatric intensive care unit. J Crit Care 2015;30:1090-5. 17. Seiger N, Maconochie I, Oostenbrink R, Moll HA. Validity of different pediatric early warning scores in the emergency department. Pediatrics 2013;132:e84150. 73