PENGUATAN MANAJEMEN PERGURUAN TINGGI MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal Kemenristekdikti

dokumen-dokumen yang mirip
ARAH DAN KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISTEKDIKTI Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal Kemenristekdikti

H. JAMAL WIWOHO, S.H., : : : 1/ : S1 FH UNS, S2 PPS UNDIP, S3 DOKTOR ILMU HUKUM UNDIP : BERKELUARGA, 1 ISTRI, 3 ANAK

DISAMPAIKAN DALAM KEGIATAN SOSIALISASI INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

Curiculum Vitae. Pekerjaan : - Inspektur Jenderal Kemenristek Dikti

Disampaikan Dalam Forum Diskusi Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan ITS Menjadi PTNBH INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Disampaikan Dalam Pengarahan kepada Civitas Akademik UNS

PERAN MAHASISWA PADA ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal Kemenristekdikti Dosen S1, S2,

OPTIMALISASI PERAN SPI DALAM PENGAWASAN DI PERGURUAN TINGGI

PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN SNMPTN SBMPTN

Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal Kemenristekdikti Dosen S1, S2, S3 UNS Solo

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI)

Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi Aplikasi SAK BLU 2015 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten di The Royale Krakatau Hotel - Cilegon

Disampaikan pada Rapat Koordinasi Penyusunan Sistem Monitoring dan Informasi Pengawasan Bekasi, 10 April 2017

PERAN PENGAWASAN INTERN DALAM RANGKA PTN BLU

PEMERIKSAAN KEUANGAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL (SPI) DI PERGURUAN TINGGI

PERAN SPI DALAM MENINGKATKAN TATA KELOLA PERGURUAN TINGGI

Disampaikan Dalam Kegiatan Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Solo 24 April 204

PENILAIAN PRESTASI KERJA PNS

Prof. Dr. Jamal Wiwoho S.H., M.Hum. Pembantu Rektor II / Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI

KEBIJAKAN AUDIT INVESTIGASI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PEMERIKSAAN KEUANGAN

Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. Inspektur Jenderal Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Peran ormas Pemuda dalam Pilkada serentak: Mampukah Melahirkan Pemimpin Yang Berkemajuan?

17 OKTOBER KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM DOKTOR DI INDONESIA Oleh: Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH.M.Hum

Prof. Dr. Jamal Wiwoho S.H., M.Hum.

PEMBINAAN PNS MELALUI SISTEM KARIR DAN PRESTASI KERJA BERDASARKAN PP NO. 46 TAHUN 2011

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI

Disampaikan Dalam Kegiatan Peningkatan Kapasitas Aparat Pengawasan Internal dalam Melakukan Audit PBJ Hotel Lor In Sentul Jawa Barat

POLITIK HUKUM Oleh: Prof Dr Jamal Wiwoho, SH, MHum.

Prof. Dr. Jamal Wiwoho S.H., M.Hum. (Pembantu Rektor II / Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta)

PERUBAHAN PARADIGMA PERTANGGUNGJAWABAN PENELITIAN

POLITIK HUKUM Oleh: Prof Dr Jamal Wiwoho, SH, MHum.

KEBIJAKAN TEKNIS KERJASAMA PENGAWASAN TAHUN 2016 ITJEN KEMENRISTEKDIKTI DENGAN BPKP

PENGUATAN PERAN SPI DALAM KERANGKA PENINGKATAN TATA KELOLA PERGURUAN TINGGI

PENINGKATAN KUALITAS PERENCANAAN, PENGAWASAN INTERNAL DI LIGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI

Kebijakan Pengawasan Intern tahun 2017

oleh: Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum

Kebijakan Pengawasan Intern tahun 2017

PEMERINGKATAN PERGURUAN TINGGI MENUJU PENDIDIKAN TINGGI YANG BERKUALITAS

Disampaikan Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum

PENDIDIKAN TINGGI SWASTA (PTS) YANG BERKUALITAS DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

PENGELOLAAN AKUNTABILITAS PK BLU Oleh:

Disampaikan Dalam Seminar Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan di UNIVERSITAS TIDAR

Oleh Pembantu Rektor II Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum.

Fungsi SPI PTN. 4. Pemantauan dan pengkoordinasian tindak lanjut hasil pemriksaan internal dan eksternal

PENTINGNYA KONTRAK BISNIS DAN PENYELESAIAN SENGKETA

Kebijakan Pengawasan Proyek Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN) dari IsDB dan SFD

Konsep dan Problematika Pengadaan Barang dan Jasa di Daerah

Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal

Disampaikan Dalam Workshop Pengembangan Kelembagaan Dan Penyusunan Bisnis Plan Kolaborasi badan Pengelola Usaha UNS dengan Industri Bisnis

Etika dan Problematika Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN BLU

disampaikan dalam seminar nasional kompetensi lulusan fakultas hukum dalam menghadapi MEA 2015 Yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas

Tugas. melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian. Irtama

Pengantar. Jamal Wiwoho Prasetyo Hadi P Sasmini. Pengantar Filsafat Hukum 1

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA MENCIPTAKAN TATA KELOLA YANG BERSIH DAN TRANSPARAN

PERANAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DALAM PENGELOAAN KEUANGAN SNMPTN- SBMPTN

9 AGENDA NAWACITA. 2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; 8. Melakukan revolusi karakter bangsa;

Dari AFTA menuju MEA

PENGELOLAAN PTS YANG BAIK DAN MEKANISME PENGAWASANNYA

LINGKUNGAN BISNIS. Disampaikan Dalam Kuliah MAGISTER MANAJEMEN FE UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA. Oleh : Prof. Dr. JAMAL WIWOHO, S.H., M.Hum.

PENINGKATAN PENGELOAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA di ERA MEA (MASYARAKAT EKONOMI ASEAN) Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal

STRATEGI PENGENDALIAN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. Inspektur Jenderal Kemristekdikti

BOPTN dan BPPTNBH. Bahan Biro Perencanaan dalam Rakor Pengawasan Bersama Itjen-BPKP. Solo, 28 Februari 2017

Pengawalan dan Pengawasan Isu Strategis Inspektorat Jenderal Kemristekdikti

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO BAGI SPI PTN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), atau ASEAN Economic Community (AEC),

ORGANISASI PERUSAHAAN TERMASUK MERGER, AKUISISI DAN KONSOLIDASI

KEBIJAKAN PELAKSANAAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK RI DAN PENYAMPAIAN LHKPN/LHKASN DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

RISIKO DALAM PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

2 Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pembangunan Tenaga Kerja Industri dan penggunaan konsultan Industri, pemanfaatan dan

Menggenjot UMKM dan Pasar Domestik Sebagai Tantangan di MEA Oleh: Mauled Moelyono 2

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

DUKUNGAN PENGANGGARAN UNTUK KEGIATAN KEMAHASISWAAN DI PERGURUAN TINGGI RINTO SUBEKTI, S.E., M.M. ANGGOTA KOMISI X DPR-RI

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Contents

BAB X INSPEKTORAT JENDERAL. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

SOSIALISASI LHKPN, GRATIFIKASI DAN WHISTLEBLOWER MEMBANGUN PERINGATAN DINI DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS MANAJEMEN RISIKO PENGAWASAN INTERNAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PENGENDALIAN RISIKO PADA PERGURUAN TINGGI

ANGGARAN PENDIDIKAN DAN PERMASALAHNNYA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN 2014

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

PERSYARATAN SERTIFIKASI GURU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

IMPLEMENTASI PARADIGMA ITJEN

KEBIJAKAN ANGGARAN DAN PELAPORAN KEUANGAN. KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI 19 Agustus 2015

Transkripsi:

PENGUATAN MANAJEMEN PERGURUAN TINGGI MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal Kemenristekdikti Disampaikan Dalam Rapat Koordinasi Pimpinan Yayasan dan Pimpinan Perguruan Tinggi Swasta di Lingkungan Kopertis Wilayah VI 12 OKTOBER 2015 1

Nama : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH. M.Hum Tempat Tgl lahir : Magelang, 8 Nopember 1962 Tempat tinggal : Jl. Manunggal 1/43 Solo Jateng Pendidikan : S1 FH UNS, S2 PPS. Undip, S3 Undip Status : berkeluarga, 1 istri, 3 anak Hp : 08122601681 Email : jamalwiwoho@yahoo.com Web : www.jamalwiwoho.com PEKERJAAN: DOSEN S1,S2,S3 UNS dan Inspektur Jenderal Kemenristekdikti Instruktur brevet, Konsultan DPRD Ngawi- Jatim, DPRD Karang Anyar- Jateng, DPRD Surakarta, DPRD Balikpapan, Konsultas IAPI, Konsultan Pemda Ngawi, Pemda Magetan Jatim, Pemkot Gorontalo, saksi ahli di beberapa Pengadilan, dll DOSEN PASCASARJANA DI MM FE UNS, STIH IBLAM Jakarta, Univ Djuanda Bogor, Univ Swadaya Gunung Jati Cirebon, Univ Batik Solo, MM STIE AUB Surakarta, Unibraw Malang (disertasi) dll 2

Indonesia termasuk salah satu negara dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) yang akan bergulir mulai akhir tahun 2015 ini. Pembentukan MEA berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga ASEAN. Saat itu, ASEAN meluncurkan inisiatif pembentukan integrasi kawasan ASEAN atau komunitas masyarakat ASEAN melalui ASEAN Vision 2020 saat berlangsungnya ASEAN Second Informal Summit. Inisiatif ini kemudian diwujudkan dalam bentuk roadmap jangka panjang yang bernama Hanoi Plan of Action yang disepakati pada 1998. 3

Tujuan dibentuknya MEA untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN Gambaran karakteristik utama MEA adalah pasar tunggal dan basis produksi; kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; kawasan dengan pembangunan ekonomi yang adil; dan kawasan yang terintegrasi ke dalam ekonomi global. Dampak MEA adalah terciptanya pasar bebas di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja. Konsekuensi MEA yakni dampak aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal. 4

5

1 2 Mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia. Ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga mempengaruhi kelancaran arus barang dan jasa. Menurut Global Competitiveness Index (GCI) 2014, kualitas infrastruktur kita masih tertinggal dibandingkan negara Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand. 3 Sektor industri yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi. 4 Keterbatasan pasokan energi. Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor, dan sekarang produk impor Tiongkok sudah membanjiri Indonesia. Apabila hambatan-hambatan tadi tidak diatasi maka dikhawatirkan MEA justru akan menjadi ancaman bagi Indonesia. 6

7

KEBIJAKAN PEMERINTAH Mendikbud Anies Baswedan Meningkatkan standar mutu pendidikan salah satunya dengan menguatkan aktor pendidikan, yaitu guru, dan orang tua. Menurutnya kepemimpinan kepala sekolah menjadi kunci tumbuhnya ekosistem pendidikan yang baik. Guru juga perlu dilatih dengan metode yang tepat, yaitu mengubah pola pikir guru. Menteri Perindustrian Saleh Husin Memaparkan strategi Kementrian Perindustrian menghadapi MEA yaitu dengan strategi ofensif dan defensif. Strategi ofensif yang dimaksud meliputi penyiapan produk-produk unggulan. Dari pemetaan Kemenperin, produk unggulan dimaksud adalah industri agro seperti kakao, karet, minyak sawit, tekstil dan produk tekstil, alas kaki kulit, mebel, makanan dan minimum, pupuk dan petrokimia, otomotif, mesin dan peralatan, serta produk logam, besi, dan baja. Adapun strategi defensive dilakukan melalui penyusunan Standar Nasional Indonesia untuk produk-produk manufaktur. M. NASIR MENTERI RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI Pendidikan tinggi diharapkan mampu menciptakan lulusan yang memenuhi pasar siap kerja, penelitian di PT diarahkan pada tidak hanya pada laporan semata-mata tapi pada upaya menjual hasil penelitian PT pada dunia usaha dan dunia industri yang tepat guna disamping untuk merelalisasikan hilirisasi hasil-hasil penelitian dan pengabdian pada masyarakat untuk kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat. 8

KEBIJAKAN PEMERINTAH Memperkuat produk UKM dengan membina melalui kemasan, sertifikasi halal, pendaftaran merek, dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri Memfasilitasi pelaku UKM dalam pameran berskala internasional. Melalui fasilitas itu, Kementerian Perdagangan berharap, produk serta merek yang dibangun oleh pelaku UKM di Indonesia dapat dikenal secara global 9

KEMRISTEKDIKTI PERPRES NOMOR 13 TAHUN 2015 KEMRISTEKDIKTI: Menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara PERPRES NO. 13 TAHUN 2015 Mengendalikan UUD 45: sebagian fungsi pendidikan dengan -/- 20% dari APBN dan mencerdaskan kehidupan bangsa 150 satker 120.000 orang pegawai Rp41,507 T APBN P Rp92,478 T Aset Penerimaan dan penggabungan P3D Ristek dengan Dikti 10

Belanja Negara APBNP 2015 Rp. 1.994,89 T Anggaran Pendidikan (20.39%) Rp.406,70 T (37,5%) (Rp. Milyar) Belanja Pemerintah Pusat 152.451, 7 1. Kementerian Ristek dan Dikti 41.507,7 2. Kementerian Dikbud 53.278,5 3. Kementerian Agama 48.662,0 4. K/L lainnya 9.003,4 (62,5%) (Rp. Milyar) Belanja Transfer Daerah 254.252,3 1. Anggaran Pendidikan dalam DBH 1,337.7 2. DAK Pendidikan 10,041.3 3. Anggaran Pendidikan dalam DAU 134,970.3 4. Dana Tambahan Penghasilan Guru 1,096.0 PNSD 5. Tunjangan Profesi Guru 70,252.7 6. Anggaran Pendidikan dalam OTSUS 4,234.7 7. Dana Insentif Daerah 1,664.5 8. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 31,298.3 11

Penerimaan Belanja PAGU ANGGARAN TAHUN 2016 Rp. 1. 898 T Defisit Rp. 2. 121 T KEMRISTEKDIKTI 2016 RP. 37.987.978.612.000,- Rp. 273,2 T Untuk Pelayanan Umum Untuk Pendidikan Rp. 975.881.712.000,- Rp.37.022.096.900.000,- 12

PERGESERAN PENGAWASAN INTERNAL Lingkup Paradigma Paradigma Baru Fungsi Watchdog Mengungkap temuan Mengganggu obyek Reaktif konsultas & katalisator, Watchdog, Memecah masalah Membantu klien Proaktif Sifat/Rekomendasi Pendekatan Post Audit Korektif Subyek-Obyek Win-Lose Pre Audit& Post Korektif, Preventif, prediktif Subyek-Subyek (partnership) Win-win Organisasi Memenuhi ketentuan Alat/Tools Manajemen Pusat unggulan Indikator Kinerja Jumlah Temuan Jumlah bantuan/manfaat Pencapaian Good Govermance 13

11 5 14 Audit Universe PTN 35 Unit Utama Program Nasional 118 Kegiatan Mandatori Satker non PTN Kopertis 38 Dari data lingkup audit tersebut, disusun Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) dengan menggunakan pendekatan Audit Berbasis Risiko Hibah dan PHLN termasuk dalam data Program Nasional yang menjadi salah satu lingkup pengawasan Itjen Kemristekdikti 14

STRATEGI PENGAWASAN ITJEN KEMRISTEKDIKTI 1. Membangun komitmen seluruh jajaran Kemristekdikti, mulai dari pimpinan sampai staf terbawah. 2. Membangun sinergitas dengan pihak-pihak terkait (BPKP, Auditi, dan pihak ekternal lainnya) 3. Mengoptimalkan Kapasitas Inspektorat Jenderal: a. Mengoptimalkan peran dan layanan Inspektorat Jenderal audit kinerja, pemberian peringatan dini, dan konsultasi. b. Mengoptimalkan manajemen sumber daya manusia Inspektorat Jenderal dengan kuantitas dan kualitas yang memadai. c. Menerapkan praktik-praktik pemeriksaan intern yang profesional. d. Meningkatkan akuntabilitas dan manajemen kinerja Inspektorat Jenderal secara baik. e. Membangun hubungan dan budaya organisasi yang baik dengan pihakpihak lain yang terkait. f. Menerapkan struktur tata kelola yang baik. 4. Mengoptimalkan Kapasitas dan Peran Satuan Pengawas Intern (SPI) PTN: a. Meningkatkan peran dan fungsi SPI sebagai pengawal PTN b. Mengupayakan penegasan struktur organisasi SPI PTN c. Meningkatkan kapabilitas SDM SPI PTN 15

KEBIJAKAN PELAKSANAAN TUGAS ITJEN KEMRISTEKDIKTI TUGAS ITJEN: Menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan Kemristek dan Dikti PERPRES NO. 13 TAHUN 2015 KEGIATAN 1. AUDIT 2. REVIU 3. EVALUASI 4. PEMANTAUAN 5. PENGAWASAN LAINNYA Mencegah PENGAWALAN TUGAS DAN FUNGSI KEMENRISTEK DAN DIKTI Mencegah dan melindungi sesuatu Dari ketidaknyamanan dan kehancuran Mengarahkan Menghentikan Mendorong PERAN DAN POSISI ITJEN 1. PEMBERI PERINGATAN DINI 2. KATALISATOR 3. KONSULTAN 16

(1) Pengendalian internal perjalanan dinas, seperti kelemahan penyusunan SOP, TOR dan RAB, pengawasan penerbitan surat tugas, pengawasan pertanggung jawaban pelaksanaan perjalanan dinas. (2) Aturan internal yang mengatur narasumber FGD, rapat koordinasi. (3) Kejelasan output untuk membedakan narasumber dan peserta. (4) Koordinator Kegiatan seringkali tdk mencatat dan membukukan pengelolaan dana yang diterimanya (5) Belum adanya SOP baku mengenai mekanisme pembayaran UP dan TUP. (6) SOP pengadaan barang (7) Up dating inventarisasi aset TEMUAN SPI (8) Lemahnya catatan pendistribusian barang habis pakai (9) Dokumentasi dan pelaporan kegiatan 17

TEMUAN KEPATUHAN (1) Perjalanan Dinas a. tidak melakukan perjalanan dinas b. tidak menerima lumpsum sesuai standard biaya c. tandatangan tidak sesuai d. pejabat penandatangan lembar SPPD tidak sesuai e. pelaksana perjalanan dinas melakukan absensi di kantor f. tidak ada surat penugasan g. salah penjumlahan sehingga terdapat lebih bayar h. pelaksana perjalanan dinas tidak jelas lembaganya (2) Pengadaan Barang a. tidak diketahui berapa unit barang yg diadakan dan berapa harga per unit barang b. kelebihan pembayaran atas pelaksanaan kegiatan yg dilaksanakan oleh EO c. pengadaan tidak didukung bukti yg sah d. pengadaan tidak didukung dokumen penawaran e. pengadaan tidak ada bukti penerimaan barang (3) Pembayaran Narasumber a. tandatangan berbeda; di daftar hadir, form honor dan lembar pertanggung jawaban b. narasumber tidak jelas instansinya c. ketidaksesuaian jumlah narasumber dan peserta rapat 18

PERAN ITJEN KEMRISTEKDIKTI Jangan Sampai Seperti ini!!! Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Mantan Menteri Agama Mantan Menteri Pemuda dan Olah Raga 19

20