BAB I PENDAHULUAN. mendorong seseorang untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. warna gigi. Pada gigi yang mengalami perubahan warna atau diskolorisasi

BAB I PENDAHULUAN. Warna gigi normal pada manusia adalah kuning keabu-abuan, putih

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keparahan penyakit periodontal di Indonesia menduduki. urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental. laboratories in vivo pada tikus (Sprague Dawley) jantan.

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PEPAYA MUDA (Carica papaya) TERHADAP JUMLAH SEL MAKROFAG PADA GINGIVA TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI Porphyromonas gingivalis

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. proliferasi, dan remodeling jaringan (Van Beurden et al, 2005). Fase proliferasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mukosa rongga mulut memiliki fungsi utama sebagai pelindung struktur

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai penyakit. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini ialah eksperimental laboratoris in vivo dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

BAB I PENDAHULUAN. mulut secara sengaja maupun tidak sengaja. Ulkus traumatikus pada mukosa

BAB I PENDAHULUAN. Warna gigi normal manusia adalah kuning keabu-abuan, putih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. metabolik, kondisi sistemik dan faktor lokal seperti luka. Diskolorisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ulkus mulut merupakan kelainan patologis yang sering dijumpai di rongga

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental laboratoris

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik

BAB I PENDAHULUAN. peradangan. Inflamasi atau peradangan disebabkan oleh kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang (Sari & Suryani, 2014). Penyakit gigi dan mulut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan radang atau degenerasi pada jaringan yang

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem stomatognasi gigi berfungsi sebagai alat mastikasi, estetika, fonetik

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi

LAMPIRAN 1. Alur Pikir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan

BAB I PENDAHULUAN. dan putih kekuning-kuningan. Warna gigi ditentukan oleh ketebalan ,

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari adalah energi yang tidak terbarukan. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memiliki efek herbal adalah daun, biji, dan daging buahnya.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rongga mulut yang sering ditemukan pada masyarakat adalah kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. putih akan membuat orang lebih percaya diri dengan penampilannya (Ibiyemi et

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme spesifik atau kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih percaya diri karena memiliki nilai estetika yang tinggi.perubahan warna gigi

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah diskontinuitas dari suatu jaringan. Angka kejadian luka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB I PENDAHULUAN. pulpa. Gigi manusia dapat berubah warna, itu dinamakan diskolorisasi gigi. (perubahan warna) (Grossman dkk, 1995)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu contoh luka terbuka adalah insisi dengan robekan linier pada kulit dan

BAB I PENDAHULUAN. biasanya dibagi dalam dua jenis, yaitu trauma tumpul dan trauma tajam. Trauma

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB I PENDAHULUAN tercatat sebagai negara yang memiliki prevalensi terendah kejadian

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al.,

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Farthing, et al., 2008). Prevalensi diare pada anak usia 1 4 tahun. dengan kelompok usia lainnya (Rosari,et al., 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gigi, puskesmas, dan rumah sakit adalah pencabutan gigi. Pencabutan gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB 1. PENDAHULUAN. dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. penyakit periodontitis (Asmawati, 2011). Ciri khas dari keadaan periodontitis yaitu gingiva kehilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. faktor seperti radiasi, senyawa kimia tertentu, dan virus. Faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dari penampilan dari diri seseorang (Istianah et al, 2015). Terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. penampilannya (Ibiyemi, dkk. 2011). Alasan tersebut menjadi satu dari berbagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jaringan, salah satunya adalah lesi ulkus. Ulkus ditandai dengan hilangnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

BAB I PENDAHULUAN. Susunan gigi yang rapi serta warna gigi yang putih merupakan faktor yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses. Tabel 1. Hasil Perhitungan Angka Neutrofil

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk odontoblas terkait dengan perkembangan gigi geligi, setelah itu

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kerusakan secara selular dan diskontinyu anatomis pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut sangat rentan dengan terjadinya perlukaan, termasuk gingiva.

BAB I PENDAHULUAN. (kurma). Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental laboratoris

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Salah satu bagian terpenting di dalam rongga mulut manusia

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suhu yang tinggi, syok listrik, atau bahan kimia ke kulit. 1, 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ulkus yang terdapat di mukosa mulut merupakan lesi oral yang umum

BAB I PENDAHULUAN. bidang esthetic dentistry (Ibiyemi dan Taiwo, 2011). Salah satu masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan warna gigi (diskolorasi) menjadi masalah estetik yang sering mendorong seseorang untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008). Seperti dalam penelitian Farahanny (2009) dalam beberapa tahun terakhir ini, ketertarikan pasien justru lebih tertuju terhadap perawatan gigi estetik. Salah satunya adalah tindakan pemutihan gigi atau dalam dunia kedokteran gigi disebut sebagai bleaching, karena sesuai kebutuhan masyarakat saat ini (Hendari, 2009). Beberapa dokter gigi dan pasien lebih suka melakukan pemutih gigi di praktek dokter gigi (office bleaching) atau dapat juga dilakukan oleh pasien sendiri (at-home bleaching) (Farahanny, 2009). Karbamid peroksida dan hidrogen peroksida dengan konsentrasi rendah digunakan sebagai bahan aktif dalam bleaching (Ferit dkk., 2011) Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat dan dalam bentuk alami, hidrogen peroksida adalah asam kuat dan menghasilkan oksigen yang lebih kuat sebagai radikal bebas. Jika kondisi ph dibawah netral, pada proses penguraian hidrogen peroksida tidak akan membentuk oksigen aktif seperti yang diharapkan, sehingga pengubahan ph menjadi lebih basa akan menghasilkan oksigen aktif sebagai radikal bebas yang lebih kuat yang bermanfaat mempunyai efek pemutihan gigi lebih besar (Hendari, 2009). 1

2 Karena ph larutan mempengaruhi kekuatan H 2 O 2, maka larutan ini di buffer untuk ph 9.5-10.8 agar menghasilkan lebih banyak radikal bebas (Wagner, 1999). Radikal bebas ini akan bereaksi dengan ikatan tidak jenuh dan menyebabkan gangguan konjugasi elektron dan perubahan penyerapan energi pada molekul organik dalam struktur gigi (email, dentin). Molekul gigi berubah struktur kimianya dengan tambahan oksigen dan akan membentuk molekul organik email yang lebih kecil dengan warna yang lebih terang sehingga menghasilkan efek pemutihan dan gigi menjadi lebih bercahaya (Hendari, 2009). Hidrogen peroksida yang biasa digunakan pada bleaching tersedia dalam berbagai konsentrasi, yaitu salah satunya adalah konsentrasi 35%. Cairan yang memiliki konsentrasi tinggi ini harus ditangani dengan hati-hati (Walton dan Torabinejad,1997). Hidrogen peroksida lebih sering dipilih sebab penetrasi hidrogen peroksida pada gigi lebih cepat daripada karbamid peroksida (Hendari, 2009). Ada 2 efek samping yang paling sering terjadi yaitu gigi sensitif dan luka pada gingiva (Farahanny, 2009). Hidrogen peroksida merupakan bahan dalam kedokteran gigi yang merupakan bahan yang tajam dan dapat menyebabkan gingiva terbakar dan mengelupas (Walton dan Torabinejad, 2008) Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan (Sjamsuhidayat dan jong, 2012). Luka akan menimbulkan suatu masalah jika tidak ditangani dengan baik dan segera sehinga akan menimbulkan luka kronik (Sabirin dkk., 2013 ).

3 Penyembuhan luka merupakan sebuah proses transmisi yang merupakan salah satu proses paling kompleks dalam fisiologi manusia yang melibatkan serangkaian reaksi dan interaksi kompleks antara sel dan mediator (Prasetyono, 2009). Penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan remodeling yang merupakan pembentukan ulang jaringan (Sjamsuhidayat dan Jong, 2012). Sel PMN (neutrofil) jarang ditemukan dalam jaringan ikat normal, dan akan berjumlah banyak pada saat fase inflamasi (Bloom dan Fawcett, 2002). Upaya untuk mempercepat penyembuhan luka biasanya menggunakan obat-obatan kimia (Krasteva dkk., 2010). Menurut literatur, penggunaan topikal kortikosteroid dianjurkan untuk pengobatan terhadap ulserasi pada mukosa mulut. Topikal kortikosteroid berfungsi sebagai agen anti-inflamasi. Topikal kortikosteroid dapat berupa triamcinolone acetonide 0,1%, kenalog in orabase, salep hydrocortisone acetate 1% dan salep bethamethasone dipropionate 0,05% (Savage dan Mccullogh, 2005). Suatu penyakit turun pasti ada obatnya seperti yang dikatakan dalam hadist (HR. Muslim) yang berbunyi : Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta ala. (HR. Muslim). Sebagaiman tersirat dalam hadist (HR.Muslim) tersebut bahwa suatu penyakit diturunkan pasti ada obatnya, namun sebaik-baiknya obat yang paling baik adalah ridho dari Allah Subhanahu wa Ta ala karena

4 sesungguhnya yang menurunkan penyakit adalah Allah dan yang akan menyembuhkan pun adalah Allah Subhanahu wa Ta ala. Sedangkan segala sesuatu yang ada di bumi ini hanyalah sebagai perantara-nya dan ketika kita diberikan suatu penyakit selain kita berusaha mencari pengobatan maka akan percuma jika tidak pernah berdo a dan memohon ampunan serta kesembuhan kepada-nya maka tiadalah yang maha sempurna selain Allah Subhanahu wa Ta ala. Di Indonesia, dikenal sebagai surganya tanaman yang salah satu fungsi dari tanaman adalah sebagai obat herbal. Terdapat lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat, namun baru 1.000 jenis tanaman telah terdata dan baru sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional (Hariana, 2008). Tanaman tradisional yang dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif adalah daun pepaya (Carica papaya L.). Daun pepaya mengandung senyawa aktif yaitu enzim papain dan flavonoid sebagai anti radang. Penelitian sebelumnya menyatakan enzim papain bekerja sama dengan vitamin A, C dan E untuk mencegah radang, sedangkan flavonoid menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase (Aldelian dkk., 2013). Kandungan flavonoid, tannin, dan saponin pada buah memiliki potensi antiinflamasi melalui penghambatan denaturasi protein. Denaturasi protein merupakan salah satu penyebab terjadinya inflamasi ( Erianti dkk., 2015). Seperti yang dikatakan oleh Dewoto (2007) obat tradisional Indonesia merupakan warisan budaya bangsa sehingga perlu dilestarikan, diteliti dan dikembangkan.

5 Tumbuhan yang diciptakan Allah SWT sangatlah berlimpah dan beraneka ragam bentuk dan manfaatnya, sesuai dalam Al-qur an surat Asy- Syuara ayat 7 yang berbunyi : أ و ل م ي ر و ا إ ل ى ا ل ر ض ك م أ ن ب ت ن ا ف يه ا م ن ك ل ز و ج ك ر يم Artinya, dan apakah mereka tidak memperlihatkan bumi, betapa kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam (tumbuh-tumbuhan) yang baik. Sebagaimana tersirat dalam ayat di atas, bahwa Al-qur an telah memberitahu kita bahwa Allah SWT telah menciptakan begitu banyak tumbuhan yang dapat kita manfaatkan. Al-qur an mengajarkan kepada kita agar senantiasa terus memelihara lingkungan kita, karena Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya itu untuk dijaga dan dipelihara dengan sebaikbaiknya sebagai amanah yang diberikan pada umat manusia di dunia. B. Perumusan Masalah Apakah pemberian gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) konsentrasi 75% efektif terhadap penyembuhan luka akibat efek samping bleaching hidrogen peroksida 35% ditinjau dari diameter luka dan jumlah sel pmn nya? C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan umum Mengetahui efektifitas gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) konsentrasi 75% dalam mempercepat penyembuhan luka gingiva pada tikus (Sprague Dawley) jantan yang di akibat bahan bleaching

6 kandungan hidrogen peroksida 35%. 2. Tujuan khusus Mengetahui efektifitas gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) konsentrasi 75% terhadap penurunan diameter luka dan penurunan jumlah sel PMN pada gingiva tikus (Sprague dawley) jantan yang diakibatkan oleh bahan bleaching kandungan hidrogen peroksida 35%. D. Manfaat Penelitian Manfaat dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti Menambah pengalaman, mendapat informasi baru tentang manfaat gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai terapi alternatif dalam penyembuhan luka pada gingiva akibat efek samping bleaching kandungan hidrogen peroksida 35%. 2. Bagi masyarakat Menambah wawasan publik tentang terapi alternatif dalam upaya menmpercepat penyembuhan luka gingiva akibat efek samping bleaching kandungan hidrogen peroksida 35% menggunakan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.). 3. Bagi ilmu pengetahuan Memberikan informasi baru dalam kedokteran gigi dan penelitian ini diharapkan menjadi acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai terapi alternatif dalam penyembuhan luka gingiva.

7 E. Keaslian Penelitian 1. Efek Konsentrasi Ekstrak Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) Topikal Pada Epitalisasi Penyembuha Luka Gingiva Labial Tikus Sprague Dawley In Vivo oleh Indraswary pada tahun 2010. Metode penelitian yang dipakai adalah studi penelitian eksperimental murni. Perlukaan dibuat pada gingiva bagian labial dibawah kedua gigi anterior mandibula dengan menggunakan punch biopsy berdiameter 2,5 mm hingga kedalaman mencapai tulang alveolar. Konsentrasi yang diuji adalah konsentrasi 10%, 20%, 40% dan 60%. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pada konsentrasi 40% merupakan konsentrasi terbaik dalam proses penyembuhan luka gingiva tikus Spraque dawley. Persamaan dengan penelitian ini adalah jenis tikus yang dipakai adalah Sprague dawley dan lokasi perlukaan di bagian gingiva tikus, sedangkan perbedaanyanya adalah bahan ekstrak yang digunakan adalah ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) serta metode perlukaan yang dipakai adalah dengan cara perlukaannya adalah akibat efek samping bleaching kandungan hidrogen peroksida 35% dengan pengamatan diameter luka. 2. Uji Efek Analgesik Ekstrak Daun Pepaya (Carica pepaya (L.) Pada Mencit (Mus musculus) oleh Lasarus dkk pada tahun 2012. Metode yang diapakai adalah eksperimental laboratories pada mencit. Cara perlukaan pada penelitian ini adalah mencit dimasukkan kedalam gelas beker yang telah dipanaskan dalam water bath yang berisi air dengan suhu 55 0 C. Berdasarkan hasil penelitian uji efek analgesik ekstrak daun pepaya pada

8 mencit menunjukan bahwa ekstrak daun pepaya memiliki efek analgesik pada mencit. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menguji ekstrak daun papaya (Carica papaya L.) dan metode yang dipakai sama yaitu eksperimental laboratories, sedangkan untuk perbedaanya adalah hewan uji yang dipakai adalah tikus (Sprague Dawley ) jantan dan akan menguji efektifitas sebagai antiinflamasi yang terkandung pada daun papaya terhadap luka yang diakibatkan oleh efek samping bleaching kandungan hidrogen peroksida 35% dengan pengamatan diameter luka. 3. Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivais oleh Aldelina dkk pada tahun 2013. Metode penelitian yang dipakai adalah Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris. Data yang diperoleh dari penelitian ini diuji parametric dengan menggunakan uji One way Anova. Bila terdapat perbedaan kemudian dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significance Diference). Perlukaan yang dilakukan adalah memberi wire ligature pada gigi M kiri rahang bawah dan induksi P. gingivalis pada sulkus gingival seminggu 3x selama 3 minggu sebanyak 0,02ml. Konsentrasi ekstrak daun papaya yang di uji adalah 25%, 50%, 75% dengan hasil yang di dapat adalah ekstrak daun pepaya muda (Carica papaya) mempunyai kemampuan untuk menurunkan jumlah sel makrofag pada gingiva tikus wistar yang diinduksi P.gingivais melalui aktifitas antibakteri dan antiinflamasi pada konsentrasi 75%. Persamaannya adalah metode

9 penelitiannya adalah eksperimental laboratories dan analisa data yang digunakan adalah one way anova serta ekstrak yang akan dipakai sama yaitu daun pepaya (Carica papaya L.). Perbedaan yang dimiliki dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis tikus yang digunakan yaitu tikus (Sprague Dawley) jantan dengan perlukaan yang merupakan efek samping bleaching hidrogen peroksida 35% selain itu pengamatan yang dilakukan berbeda yaitu pengukuran diameter luka.