BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian, makna keseluruhan karya sastra akan dapat dipahami. (Hill, 1966:6) dalam (Pradopo, 1995: 108) Nurgiyantoro (1995 : 22-23) membagi unsur yang membangun sebuah novel dalam karya sastra atas dua bagian yaitu unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur yang dimaksud, misalnya, peristiwa, cerita plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Dalam penelitian ini penulis mengkaji tentang struktural dan semiotik dalam novel /imra atun inda nuqtati al-sifri/ karya Nawal Al-Sa dawi. Pada struktural penulis hanya memfokuskan pada unsur instrinsik berupa tema, tokoh, latar dan alur sedangkan pada semiotik berupa ikon, indeks dan simbol. Adapun analisis stuktural memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah karya sastra yang utuh. Secara definitf, strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya sastra. Unsur-unsur karya sastra terutama prosa di antaranya x
adalah tema, peristiwa atau kejadian, latar, penokohan, perwatakan, alur, plot dan sudut pandang (Ratna, 2007: 93). Sementara Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Adapun semiotik yaitu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensikonvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dalam lapangan kritik sastra, penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai sebuah penggunaan bahasa yang bergantung pada konvensi-konvensi tambahan dan meneliti ciri-ciri (sifat-sifat) yang menyebabkan bermacam-macam cara (modus) wacana mempunyai makna (Preminger, dkk., 1974: 980) dalam (Pradopo, 1995: 119). Adapun dua orang tokoh yang dianggap sebagai pendiri semiotik yaitu ferdinand de Saussure dan Charles Sander Peirce. Saussure yang dikenal sebagai bapak ilmu bahasa modern mempergunakan istilah semiologi, sedangkan Pierce yang seorang ahli filsafat memakai istilah semiotik. Mereka tidak saling mengenal, menyebabkan adanya perbedaan yang mendasar, terutama dalam penerapan konsep-konsep.yang bersifat semiotik struktural, model pierce bersifat analitis. Adanya ketidaksamaan antara keduanya, tampaknya lebih disebabkan oleh kenyatan bahwa mereka berasal dari dua disiplin ilmu yang berbeda. Pierce memusatkan perhatian pada berfungsinya tanda pada umumnya dengan menempatkan tanda-tanda linguistik pada tempat yang penting, namun bukan yang utama. Sebaliknya, Saussure mengembangkan dasar-dasar teori linguistik umum. Kekhasan teorinya terletak pada kenyataan bahwa ia menganggap bahasa sebagai sistem tanda, mengandung arti bahwa ia terdiri dari sejumlah unsur, dan tiap unsur itu saling berhubungan secara teratur dan berfungsi sesuai dengan kaidah, sehingga ia dipakai untuk berkomunikasi. Teori tersebut melandasi teori linguistik modern (Zaimar dalam Nurgiyantoro, 1995: 44). Di dalam semiotik tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda. Sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh xi
penanda itu yang artinya. Contohnya kata ibu merupakan tanda berupa satuan bunyi yang menandai arti: orang yang melahirkan kita. Tanda itu tidak haya satu macam saja, tetapi ada beberapa berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya. Jenis-jenis tanda yang utama adalah ikon, indeks, dan simbol. Karya sastra sebuah totalitas mengandung tanda-tanda yang bersifat mewakili sesuatu yang lain yang disebut dengan makna. Karya sastra merupakan sebuah struktur yang unsur-unsur atau bagian-bagiannya saling berjalinan erat. Dalam struktur itu, unsur-unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya, maknanya ditentukan oleh saling berhubungan dengan unsur-unsur lainnya dan keseluruhan atau totalitasnya, bahwa makna unsur-unsur tersebut hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur tersebut dalam keseluruhan karya sastra. Oleh sebab itu untuk menganalisis karya sastra secara semiotik terlebih dahulu harus dilakukan analisis karya sastra secara struktural. Novel /imra atun inda nuqtati al-sifri/ karya Nawal Al-sa dawi terdiri dari 115 halaman dan 3 bab. Terjemahannya adalah perempuan di Titik Nol (Amir Sutaarga, 200) terdiri dari 155 halaman. Novel /imra atun inda nuqtati al-sifri/ telah beberapa kali dicetak ulang dan yang penulis gunakan adalah cetakan ke-enam, yang menceritakan tentang seorang wanita Mesir bernama Firdaus yang akan mendapat hukuman mati dikarenakan ia membunuh seorang germo. Firdaus hidup dalam keluarga yang sederhana dan tidak harmonis. Firdaus sangat dekat dengan pamannya, ketika ayahnya meninggalnya ia diasuh oleh pamannya. Pamannya memasukkan Firdaus ke sekolah Dasar hingga ke sekolah Menengah. Setelah tamat sekolah ia dikawinkan dengan seorang Syekh yang berumur 60 tahun, oleh suaminya ia diperlakukan bukan layaknya seorang istri sampai akhirnya ia melarikan diri dan ketika ia duduk di warung kopi ia bertemu dengan seorang pria bernama Biyaumi dan Firdaus pun tinggal bersama pria itu, hal yang sama juga terjadi padanya ia kerap kali mendapatkan perlakuan kasar dan ia pun melarikan diri dan sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang wanita yang bernama Sharifa xii
dan perempuan inilah yang memperkenalkan profesi pelacur ia sukses menjadi pelacur kaya yang menentukan harga tinggi ketika di ajak berkencan. Dengan pendekatan struktural dan semiotik adalah merupakan langkah yang tepat untuk lebih menyempurnakan analisis karya sastra berupa novel. Sebagaimana diketahui karya sastra dianggap kurang memiliki kesempurnaan apabila menganalisis strukturalnya saja. Berdasarkan hal tersebut, penulis sangat tertarik untuk menganalisis novel / imra atun inda nuqtati al-sifri/ Perempuan di Titik Nol Karya Nawal Al-Sa dawi dengan pendekatan struktural dan semiotik dan berusaha mendeskripsikan tema, penokohan, latar dan alur kemudian menafsirkan tanda-tanda yang ada dalam novel tersebut, apakah tanda itu merupakan bentuk ikon, indeks, maupun simbol, yang mana dengan penafsiran tanda-tanda yang ada berarti juga penafsiran terhadap makna yang terkandung dalam novel tersebut. Disamping itu, hal lain yang menarik bagi penulis untuk menjadikan novel ini menjadi suatu objek penelitian, karena novel perempuan di titik nol merupakan salah satu novel penting dalam kesusastraan Arab moderen. Hal ini dibuktikan dengan adanya apresiasi para kritikus sastra dan masyarakat pada umumnya serta kekaguman penulis terhadap pengarang yang mau mengangkat perjuangan perempuan Mesir untuk merebut kedudukan dan hak-hak yang sama dan lebih penting lagi untuk mendapat perubahan nilai dan sikap kaum lelaki Mesir terhadap perempuan, masih belum sepenuh nya tercapai dan karena penulis melihat masih ada perbedaan gender dalam isi cerita novel tersebut Adapun teori yang penulis pakai untuk mencari tema, tokoh, latar dan alur dan tanda-tanda semiotik dalam tema, tokoh, latar dan alur di dalam Novel / imra atun inda nuqtati al-sifri / Perempuan di Titik Nol Karya Nawal Al- Sa dawi adalah teori-teori dari beberapa pakar semiotik Pierce yang terdapat dalam buku Zoest, dan Sobur dan yang penulis gunakan sebagai panduan adalah buku Sobur, sedangkan untuk membahas strukturnya penulis menggunakan buku Nurgiyantoro dan didukung dengan teori Aminuddin xiii
1.2 Perumusan Masalah Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok pembahasan, maka perlu adanya rumusan masalah sehingga tidak keluar dari topik permasalahan. Maka penulis memberikan batasan-batasan sebagai berikut : 1. Bagaimana struktur berupa tema, tokoh, latar dan alur dalam Novel / -sifri/ Perempuan di Titik Nol Karya Nawal Al-Sa dawi? 2. Bagaimana tanda-tanda semiotik dalam tema, tokoh, latar dan alur di dalam novel / - sifri/ Perempuan di Titik Nol Karya Nawal Al-Sa dawi? 1.3 Tujuan Penelitian Suatu masalah dianggap penting dan memerlukan pemecahan, apabila hasil pemecahan itu dapat dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, karena setiap pekerjaan haruslah mempunyai tujuan. Berdasarkan pernyataan diatas, maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mendeskripsikan struktur berupa tema, tokoh, latar dan alur dalam Novel / -sifri/ Perempuan di Titik Nol Karya Nawal Al-Sa dawi. 2. Untuk mengetahui tanda-tanda semiotik dalam tema, tokoh, latar dan alur di dalam novel / - sifri/ Perempuan di Titik Nol Karya Nawal Al-Sa dawi. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Untuk memudahkan bagi peneliti-peneliti berikutnya yang ingin meneliti aspek yang sama dari karya yang lain. xiv
2. untuk menambah referensi dan sebagai acuan bagi mahasiswa/i dalam menganalisis prosa arab di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra USU. 3. Memberikan sumbangsih dan masukan bagi Program Studi Bahasa Arab khususnya di bidang sastra. 1.5. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu menjelaskan dan memaparkan tentang hal yang diteliti dengan jelas dan penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) dengan memperoleh data dari buku-buku yang relevan di bidang ilmu tersebut. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah novel / / atun inda nuqtati al-sifri/ dan terjemahannya Perempuan di Titik Nol. Dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan Latin peneliti memakai pedoman transliterasi Arab-Latin yang diterbitkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Menteri Agama yang tertuang dalam SK No.158 tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987 pada tanggal 22 Januari 1988. Adapun tahap-tahap pengumpulan data sebagai berikut : 1. Mengumpulkan bahan rujukan yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. 2. Mempelajari dengan membaca berulang-ulang novel / atun inda nuqtati al-sifri/ karya Nawal Al-Sa dawi yang asli dan terjemahannya, 3. kemudian mengklasifikasikan data utama yaitu kalimat-kalimat yang ada kaitannya dengan struktural dan semiotik dalam novel / atun inda nuqtati al-sifri / karya Nawal Al-Sa dawi berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro dan Pierce. xv
4. Mendeskripsikan data dan menyusunnya secara sistematis dalam bentuk skripsi. xvi