TINJAUAN PUSTAKA. bunting. Produksi daging kambing di Indonesia pada tahun 2003 sebesar

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

TINJAUAN PUSTAKA. Integrasi Antara Peternakan dengan Tanaman Pangan dan Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara,

PENDAHULUAN. ini harus berani bekerja keras guna meningkatkan dan melipat gamdakan produksi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

TINJAUAN PUSTAKA. Lintang Utara, Lintang Selatan, Bujur Timur dengan

TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 9 TAHUN 2008

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013 sebanyak 78,3 ribu rumah tangga

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan. Sapi potong telah

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berinvestasi dengan cara beternak sapi merupakan salah satu cara usaha yang relatif aman,

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebagai bisnis sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

PENDAHULUAN. padi begitu besar, sebab padi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian

III KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Potensi Pengembangan Kambing Potong Populasi ternak kambing di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang berfluktuasi. Populasi kambing tahun 2002 sebesar 12.549.086 ekor dan tahun 2003 hanya mencapai 13.276.214 ekor. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan belum ada penanganan secara khusus (usaha ternak masih merupakan usaha sambilan) atau diduga banyaknya pemotongan kambing yang sedang bunting. Produksi daging kambing di Indonesia pada tahun 2003 sebesar 61.305 ton (kontribusi kambing terhadap penyediaan daging di Indonesia 3.3% dari total produksi daging. Di satu pihak konsumsi daging pada tahun 2003 sebesar 6.08 kg/kapita/tahun atau 2.87 g/kapita/hari. Konsumsi daging rata-rata/kapita meningkatkan 4,2%/tahun. Kebutuhan ini semakin tinggi dengan adanya permintaan kurban pada hari Raya Idul Adha. Peningkatan konsumsi daging tersebut berakibat terhadap permintaan belum dapat diimbangi oleh peningkatan produksi. Untuk mememuhi tersebut di masa datang, salah satu alternatif adalah dengan mengembangkan ternak kambing secara konsepsional (Ditjennak, 2003). Ternak kambing tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, karena memiliki sifat toleransi tinggi terhadap bermacam-macam hijauan pakan ternak, rerumputan dan dedaunan. Kemampuan adaptasi kambing yang luas memungkinkan kambing dapat hidup berkembang biak dalam berbagai keadaan lingkungan. Domestikasi kambing terjadi sejak zaman purba di Asia Tenggara. Manusia bermigrasi pada zaman prasejarah bersama ternak kambing dan ternak lain dari pusat-pusat domestikasi kambing (Sudono dan Abdulgani, 2002). 6

Secara umum rata-rata penduduk di Indonesia mampu memelihara ternak apa saja sebagai usaha sambilan, tetapi hanya jenis ternak tertentu yang dapat dikembangkan secara skala ekonomi. Ditinjau dari aspek sosial ekonomi, ternak kambing potensinya cukup besar untuk dikembangkan karena ternak ini telah membudaya dan tersebar hampir disebagian besar wilayah Indonesia. Hal yang perlu harus dikaji lebih intensif adalah pola pengembangan usaha tersebut dari usaha sambilan menjadi usaha pokok sebagai sumber utama masyarakat melalui sistem agribisnis terpadu. Usaha peternakan kambing berwawasan agribisnis membutuhkan lahan yang cukup luas sebagai sumber pakan hijauan bagi ternak (Sitompul et al., 2004). Indonesia merupakan salah satu negara yang dapat mengandalkan produksi ternak kambing untuk menghadapi globalisasi hasil pertanian sepuluh tahun kedepan. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki iklim yang sangat sesuai bagi pengembangan ternak ruminansia kecil. Produksi hijauan yang berlimpah, cukup untuk memelihara ternak kambing 100 juta lebih atau 10 kali dari jumlah jumlah populasi ternak ruminansia kecil saat ini (Makka, 2004). Menurut Dodo (2007) kambing merupakan salah satu jenis ternak yang akrab dengan sistem usaha tani di pedesaan. Hal ini dikarenakan, ukuran tubuhnya tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak per kelahiran sering lebih dari satu ekor, jarak antar kelahiran pendek, dan pertumbuhannya cepat. Selain itu, kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Ternak kambing masih dapat bertahan hidup di lingkungan-lingkungan yang paling buruk. Keberadaan ternak 7

kambing sebagai usaha di pedesaan merupakan modal usaha yang baik untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat (Elizabeth, 2012). Pembangunan peternakan ditujukan untuk meningkatkan produksi hasil ternak yang sekaligus meningkatkan pendapatan peternak, menciptakan lapangan pekerjaan serta meningkatkan populasi dan mutu genetik ternak. Berdasarkan dan mengacu pada visi pembangunan peternakan, maka telah digariskan Misi Pembangunan Peternakan antara lain: memfasilitasi penyediaan pangan asal ternakyang cukup baik secara kuantitas maupun kualitasnya, memberdayakan sumberdaya manusia peternakan agar dapat menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, menciptakan peluang ekonomi untuk meningkatkan pendapatan peternakan, membantu menciptakan lapangan kerja di bidang agribisnis peternakan dan melestarikan serta memanfaatkan sumber-daya alam pendukung peternakan (Departemen Pertanian, 2002). Pemerintah telah berupaya untuk terus mendorong pengembangan industri peternakan di Indonesia dengan menyediakan berbagai fasilitas dan dukungan serta menciptakan iklim yang mendorong tumbuh dan berkembangnya industri peternakan di Indonesia menyikapi laju perkembangan produksi ternak kambing nasional yang termasuk lambat dilihat dari pertumbuhan populasi yang hanya mencapai 4,5%. Dengan semakin terbatasnya kemampuan dalam penyediaan dana pembangunan, maka pemerintah akan lebih selektif dalam hal pemilihan bidang apa saja yang akan terus didorong dan difasilitasi agar hasil yang lebih optimal dapat dicapai dalam pembangunan peternakan (Ginting et al., 2005). Ternak kambing mempunyai peranan penting sebagai sumber pangan dalam bentuk daging, sumber pendapatan, tabungan dan dapat dikembangkan 8

sebagai industri kerajinan. Ternak kambing sebagai sumber devisa karena dapat diekspor ke negara lain yang membutuhkan. Menurut Karo-Karo (2005) negara Timur Tengah khususnya Saudi Arabia merupakan negara importir terbesar didunia untuk ternak ruminansia kecil dengan volume impor lebih dari 30% dari total global impor kambing dan domba. Negara tersebut mengimpor sekitar 5-9,3 juta ekor kambing/domba per tahun. Menurut Sastrapradja (2000) Beberapa permasalahan nyata dalam usaha peternakan kambing yaitu: produktivitas rendah, penerapan teknologi yang rendah, semakin sempitnya lahan untuk pengembalaan dan sistem usaha ternak tradisionil/masih berupa usaha sampingan yang relatif berskala rendah (dibawah 5 ekor induk) akan sulit untuk mentransformasi usaha dari tradisionil menjadi agribisnis yang mampu menopang ekonomi rumah tangga petani. Untuk dapat memperoleh nilai jual ternak yang layak sebagai sumber daging dan bernilai ekonomis (umur diatas 8 bulan) membutuhkan waktu pemeliharaan yang relatif lama terlebih kualitas kambing bibit yang umum digunakan petani adalah bibit lokal karena sulitnya mencari bibit yang berkualitas dengan tampilan tubuh relatif kecil, sehingga pola usaha tradisional sering dikategorikan sebagai usaha ternak yang tidak efisien secara ekonomi. Kelembagaan Kelompok Peternak Berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, Soehadji dalam Anggraini (2003), mengklasifikasikan usaha peternakan menjadi empat kelompok, yaitu: 1) peternakan sebagai usaha sambilan, yaitu petani mengusahakan komoditas pertanian terutama tanaman pangan, sedangkan ternak hanya sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga (subsisten) dengan tingkat 9

pendapatan usaha dari peternakan lebih kecil dari 30%, 2) peternakan sebagai cabang usaha, yaitu peternak mengusahakan pertanian campuran dengan ternak dan antingkat pendapatan dari usaha ternak mencapai 30 sampai dengan 70%, 3) peternakan sebagai usaha pokok, yaitu peternak mengusahakan ternak sebagaiusaha pokok dengan tingkat pendapatan berkisar antara 70 sampai dengan 100%, 4) peternakan sebagai industri dengan mengusahakan ternak secara khusus (specialized farming) dan tingkat pendapatan dari usaha peternakan bisa mencapai 100%. Untuk meningkatkan produktivitas dan mengembangkan usaha, para peternak bergabung membentuk kelompok yang biasa disebut kelompok taniternak. Menurut surat keputusan Menteri Pertanian No. 93/KPTS/OT.210/2/97 kelompok tani adalah kumpulan petani-peternak yang tumbuh berdasarkan keakraban, keserasian, kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber dayaalam untuk bekerjasama meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraannya. Keberadaan pengurus dan anggota yang saling berinteraksi akan mendorong terbentuknya suatu sistem yang dinamis. Melalui pertemuan anggota kelompok dapat diperoleh berbagai informasi yang mengarah pada usaha peningkatan atau pengembangan usahatani ternak kambing potong (Soeharsono 2003). Interaksi yang berkesinambungan di antara anggota kelompok akan membentuk pola interaksi, baik dalam bentuk peraturan, larangan atau kewajiban, sehingga anggota selanjutnya akan bertingkah laku dan bersikap sebagaimana pola yang sudah terbentuk. Petani-peternak yang berkeinginan membentuk suatu kelompok atau himpunan biasanya mempunyai kesatuan kepentingan, terutama 10

menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi serta kesadaran untuk saling tolong menolong sesama anggota. (Soekanto 2002). Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain : skala usaha kecil dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap perubahan - perubahan (Cyrilla dan Ismail 1998). Berbagai kemudahan yang diperoleh bila dibentuk kelompok peternak, antara lain: (1) dapat dengan mudah membentuk koperasi untuk mendukung berbagai aktivitas kelompok, (2) informasi dapat menyebar secara merata ke setiap anggota kelompok, (3) Inovasi teknologi dapat dimanfaatkan oleh seluruh anggota, baik teknologi pembibitan, pakan, budidaya, pasca produksi dan sebagainya, (4) memudahkan dalam melakukanpenyuluhan karena sudah terbentuk kelompok, (5) memudahkan dalam mengakses berbagai program pemerintah, (6) memudahkan dalam mengakses lembaga keuangan dalam rangka penguatan modal, (7) memudahkan dalam pemeliharaan infrastruktrur atau sarana dan prasarana yang dibangun oleh kelompok. Menurut Yusuf (2004) menambahkan beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani adalah : (1) semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok, (2) semakin terarahnya dan cepat peningkatan tentang jiwa kerja sama antar petani, (3) semakin cepatnya proses perembesan (difusi) penerapan inovasi, (4) semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang (pinjaman petani), (5) semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) maupun produk yang dihasilkan. Ada tiga alasan utama dibentuknya 11

kelompok tani yang mencakup: (1) untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang tersedia, (2) dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan dan (3) petani-peternak dapat memperoleh informasi terutama informasi teknologi. Berikut jumlah populasi ternak kambing potong, jumlah kelompok ternak kambing dan jumlah peternak kambing yang bergabung dalam kelompok peternak pada setiap Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Jumlah Populasi Kambing, Jumlah Kelompok dan Jumlah Peternak Kambing yang Tergabung Dalam Kelompok Peternak No Kecamatan Populasi Kambing Jumlah Kelompok Jumlah Peternak (Ekor) a (Kelompok) b (Orang) b 1 Sei Rampah 1.473 3 60 2 Sei Bamban 1.560 - - 3 Tebing Tinggi 3.130 7 155 4 Tebing Syah Bandar 6.390 6 216 5 Teluk Mengkudu 2.661 2 48 6 Pantai Cermin 2.048 12 152 7 Perbaungan 6.198 7 165 8 Tanjung Beringin 5.430 - - 9 Bandar Khalifah 7.487 1 20 10 Dolok Merawan 1.006 9 105 11 Kotarih 1.564 5 113 12 Silindak 7.647 5 143 13 Bintang Bayu 3.038 - - 14 Sipispis 2.386 2 40 15 Pegajahan 7.979 11 102 16 Dolok Masihul 11.528 12 109 17 Serba Jadi 6.581 3 43 Jumlah 78.106 85 1.471 Sumber : a) Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai (2015) b) Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Serdang Bedagai (2015). 12

Menurut data Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Serdang Bedagai (2015) Jumlah kelompok peternak kambing di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2015 ada sebanyak 85 kelompok peternak. Menurut Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai (2015) jumlah populasi ternak kambing potong terbanyak pada tahun 2015 di kabupaten serdang bedagai terdapat pada Kecamatan Dolok Masihul yaitu sebanyak 11.528 ekor, sedangkan jumlah populasi ternak kambing potong paling sedikit terdapat pada Kecamatan Dolok Merawan yaitu sebanyak 1.006 ekor. Menurut Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Serdang Bedagai (2015) jumlah kelompok peternak kambing yang terbanyak terdapat pada Kecamatan Pantai Cermin yaitu sebanyak 12 kelompok peternak kambing, sedangkan jumlah kelompok peternak kambing paling sedikit terdapat pada Kecamatan Bandar Khalifah yaitu hanya terdapat 1 (satu) kelompok peternak kambing saja. Menurut Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Serdang Bedagai (2015) ada 3 Kecamatan yang tidak memiliki kelompok peternak kambing. Tiga Kecamatan tersebut yaitu pada kecamatan Sei Bamban, Kecamatan Bintang Bayu dan Kecamatan Tanjung Beringin. Dalam hal ini ketidakseriusan pemerintah setempat mengembangkan peternakan kambing potong sebagai sumber bibit ternak kambing dan salah satu kendala yang menyebabkan pembibitan kambing tidak ada dan kurangnya pembinaan oleh petugas peternakan kepada kelompok peternak ditambah lagi sebagian desa lainnya belum terdapat kelompok peternak 13

Pendapatan Usaha Tani Ternak Menurut Soekartawi (1995) Pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara penerimaan tunai danpengeluaran tunai dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Analisis pendapatan usahatani ini bertujuan mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Usaha ternak ternak telah memberi kontribusi dalam peningkatan pendapatan keluarga peternak. Soekartawi (2002), menyatakan bahwa peningkatan pendapatan keluarga peternak tidak dapat dilepaskan dari cara mereka menjalankan dan mengelola usaha ternaknya yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan faktor ekonomi. Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat ditingkatkkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasilan apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang 1993). Soeharjo (2000), menyebutkan bahwa dalam analisis pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha. 14

Pengertian Usaha Tani Menurut Rahim dan Diah (2008) usaha tani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat. Sistem usaha tani merupakan sistem terbuka, dimana berbagai input (unsur hara, air, informasi, dan sebagainya) diterima dari luar dan dalam. Moehar (2002), menyatakan bahwa usaha tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah tersebut dan sebagainya. Usaha tani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian. Struktur Biaya Usahatani Menurut Soekartawi (1995) biaya produksi atau biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan agar terlaksananya suatu usaha. Biaya produksi yang dikeluarkan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya dikelompokan dalam 4 (empat) kategori, yaitu: a) Biaya tetap (fixed costs), adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dan penggunaanya tidak habis dalam satu masa produksi. b) Biaya variabel (variable costs), adalah biaya yang dikeluarkan yang besar kecilnya mempengaruhi jumlah produksi. 15

c) Biaya tunai dimaksudkan biaya yang dikeluarkan dalam bentuk uang. d) Biaya diperhitungkan, dimaksudkan biaya yang dikeluarkan petani bukan dalam bentuk uang tunai, tetapi diperhitungkan dalam perhitungan usahatani. Analisis R/C Rasio (revenue/cost rasio) Analisis R/C (revenue/cost rasio) merupakan perbandingan (rasio atau nisbah) antara penerimaan dengan biaya dalam satu kali periode produksi usahatani. R/C menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat dari setiap rupiah yang dikeluarkan, semakin tinggi nilai R/C maka semakin menguntungkan usaha tani tersebut dilakukan. Analisis R/C ini dibagi dua, yaitu (a) menggunakan data pengeluaran (biaya produksi) tunai dan (b) menghitung juga atas biaya yang tidak diperhitungkan, dengan kata lain perhitungan total biaya produksi (Soekartawi, 2003). Kriteria keputusan dari nilai R/C yaitu, jika R/C > 1 maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C < 1 menunjukkan maka kegiatan usahatani yangdilakukan tidak dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C = 1, maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat dikatakan tidak memberikan keuntungan maupun kerugian (impas) karena penerimaan yang diterima oleh petani akan sama dengan pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani (Soekartawi, 2003). Reviews Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang terkait dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan peneliti lainnya. Hasil-hasil penelitian terdahulu tentu 16

sangat relevan sebagai referensi ataupun pembanding, karena terdapat beberapa kesamaan prinsip, walaupun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Penggunaan hasil-hasil penelitian sebelumnya dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dalam kerangka dan kajian penelitian ini yang telah dilakukan oleh : 1. Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan oleh Surya Amri Siregar (2009) dengan judul Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat yang menunjukkan bahwa skala usaha (jumlah ternak sapi) merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Hasil selanjutnya yaitu bahwa umur peternak, motivasi beternak, tingkat pendidikan peternak, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah tenaga kerja peternak tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. 2. Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan oleh Samin (2012) dengan judul Analisis Faktor faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Peternak Sapi Potong Intensif dan Tradisional di Kecamatan Pantai Cermin dan Kecamatan Serba Jadi yang menunjukkan bahwa pendapatan petani peternak sapi potong secara intensif lebih tinggi dari pada petani peternak sapi potong secaratradisional. Dari hasil analisis regresi, dapat diketahui bahwa secara simultan faktor biaya bibit, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani peternak sapi potong. Secara parsial faktor biaya bibit dan biaya pakan yang berpengaruh nyata sedangkan biaya tenaga kerja tidak berpengaruh nyata. Faktor yang memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap pendapatan petani peternak sapi 17

potong tradisional adalah faktor biaya bibit sedangkan peternak sapi potong secara intensif adalah faktor biaya pakan. 3. Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan oleh Setyawan (2014) dengan judul Konstribusi Pendapatan Usaha ternak Sapi Potong Terhadap Pendapatan Rumah tangga Petenak (Studi Kasus Di Desa sukolilo Kecamatan Jabung Kabupaten Malang) yang menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga di Sukolilo adalah Rp19.401.055 /tahun atau Rp.53.154/hari yang menghasilkan Rp.18.074.074/tahun atau Rp.49.518 /hari pada pendapatan non sapi potong dan Rp.1.326.981/AU/tahun atau Rp.3.636/AU/hari pada pendapatan sapi potong. Usaha ternak sapi potong skala kecil memberikan kontribusi sekitar 6,8% terhadap total pendapatan rumah tangga. Peningkatan jumlah sapi potong, pengalaman dalam memelihara ternak sapi, pendapatan sapi potong, pendapatan non sapi potong akan meningkatkan pendapatan sapi potong. Sedangkan, pendapatan sapi potong akan berkurang karena peningkatan anggota keluarga. 4. Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan oleh Eniza Saleh (2004) yang berjudul Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang yang menunjukkan bahwa skala usaha (jumlah ternak sapi), motivasi beternak berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap pendapatan peternak sapi potong. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh nyata (P >0,05) terhadap pendapatan peternak sapi potong. 18

Secara Sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: Usaha Ternak Kambing Potong di Kabupaten Serdang Bedagai Peternak Kambing Potong Kelompok Peternak Matrik Evaluasi Faktor Internal (IFAS) Pendapatan Peternak Matrik Evaluasi Faktor External (EFAS) Faktor-faktor yang Mempengaruhi 1. Biaya Bibit 2. Biaya Tetap 3. Biaya Variabel 4. Harga Penjualan Ternak Internal Eksternal (IE) Analisis SWOT Matrik Grand Strategi Pengambilan Keputusan Strategi Melalui Kelompok Peternak Keterangan : Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran = Menyatakan Hubungan = Menyatakan Pengaruh 19