BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERBANDINGAN TAKE HOME PAY KARYAWAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN TUNJANGAN PAJAK PADA CV IMAYA CONSULTING ENGINEERS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang giat-giatnya mencari sumber pemasukan baru

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual (Waluyo, 2013:2). Dalam

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bagi rakyatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang berada dalam masa pembangunan, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dimana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar dibandingkan penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berusaha melakukan pembangunan disegala bidang dengan melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1999 Indonesia mulai menggalami krisis global disegala

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara Republik Indonesia antara lain berasal dari pajak.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x. 1.1 Latar Belakang...1

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan membangun negara untuk lebih berkembang dan maju, termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

Judul : Evaluasi Kewajiban Perpajakan Pasal 21 PT ABC Studi Kasus di Kantor Sopindo Consulting Nama : Juniar Tigva Boru NIM : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Pendapatan dari penerimaan pajak yang

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pajak memiliki peranan yang sangat penting. Pajak merupakan sumber

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang terdapat pada bab 4,

BAB I PENDAHULUAN. dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat terus menerus dilakukan secara

BAB III PEMBAHASAN. A. Penerapan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21. metode pembebanan PPh Pasal 21 pada perusahaan (net), metode pembebanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. nasional itu maka pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. sistem ini dikenal dengna nama Self Assessment. Melalui sistem tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang sampai dengan saat ini sedang giat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya. Bisa dikatakan, hampir semua sektor-sektor yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. secara keuangan. Sedangkan bagi Pemerintah, pajak merupakan pendapatan yang

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS

Judul : Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Pegawai Tetap dengan Menerapkan Metode Gross-Up sebagai Upaya Perencanaan Pajak.

Riyanto Utomo, Nur Rahmi Zuliyanti ABSTRAK

PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA SEMARANG TENGAH SATU

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SEBAGAI UPAYA LEGAL UNTUK MENCAPAI EFISIENSI PAJAK PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada CV.

Abstrak. Kata-kata kunci: PPh Pasal 21, gross up, PPh terutang. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya. kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah sumber utama pembiayaan Negara, Tidak dapat dipungkiri bahwa

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai keinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita sadari semua bahwa pembangunan ekonomi tidak

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh perusahaan tersebut. Karena alasan inilah setiap perusahaan selalu ingin

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Andalan sumber penerimaan negara yang selama ini terletak pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

M. TAHIR MATTATA STIE-YPUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara.adapun beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan melalui iuran wajib dari warga negaranya yang disebut pajak.

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pajak yang dipungut kepada obyek

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara harus menjalankan pemerintahan dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan (daya pikul) masing-masing yang dapat dipaksakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. semakin menurun, sehingga pendapatan perkapita masyarakat juga semakin kecil. Hal

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yaitu mensejahterakan. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

ANALISIS PERENCANAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peraturan dan ketetapan, baik itu perubahan dari peraturan yang

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pembangunan Negara Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memerlukan sumber daya alami, baik dari

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT GORONTALO CEMERLANG

pajak. Data dari Departemen Keuangan Republik Indonesia juga menunjukkan adanya

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan tax planning PPh pasal 21 yang dilakukan oleh PT.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pemungutan tetapi hanya merupakan pemberian sukarela

BAB 1 PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 15 No. 03 Tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut S.I. Djajadiningrat, pajak didefinisikan sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada kas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa dapat timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kepentingan umum. Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pajak merupakan pungutan yang sifatnya wajib dan harus dibayar oleh setiap orang, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Pajak sebagai pungutan yang bersifat wajib merupakan keputusan dari rakyat yang di tuangkan dalam undang-undang. Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan (fungsi budgeter/budgetory). Selain itu, pajak sebagai alat kebijakan moneter serta mengatur kehidupan dengan mendorong atau mengekang suatu cara hidup (fungsi mengatur/regulatory). Salah satu sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah self assessment system, yang artinya Wajib Pajak di berikan kepercayaan yang sebesar-besar nya untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang kepada negara. Disamping adalah self assessment system, negara kita juga menggunakan sistem pemungutan pajak yang lain yaitu sistem pemotongan (witholding system). witholding system adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk memungut, menyetor, dan melaporkan besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak (Waluyo dan Ilyas, 2002). Pihak ketiga yang dimaksudkan dalam sistem ini adalah Wajib Pajak Badan. Pemberi kerja memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk menghitung, memotong, menyetor dan melaporkan atas pajak yang

2 dipotong dari penghasilan yang dibayarkan kepada karyawan sesuai batas waktu yang telah ditentukan (Tjahjono dan Husein,2000) Pajak penghasilan di indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008. Di dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1984 pasal 4 ayat 1 dikatakan bahwa penghasilan merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau diperoleh Wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan bentuk apapun. Sehingga yang menjadi subjek pajak adalah orang yang menerima penghasilan. Salah satu wujud sistem pemungutan pajak penghasilan dengan witholding system adalah PPh Pasal 21. PPh Pasal 21 merupakan pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri secara individual. Adapun penghasilan yang diterima berupa gaji, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri. Besarnya PPh Pasal 21 yang harus dipotong bergantung pada siapa Wajib Pajaknya dan apa bentuk penghasilan yang diterima serta jumlah penghasilan yang diterima. Suatu perusahaan tidak akan dapat beroperasi jika tidak didukung oleh sumber daya manusia yang bekerja di perusahaan tersebut. Saat ini banyak perusahaan yang beranggapan yang memiliki perusahaan. Melihat hal ini, beberapa perusahaan mulai mempertimbangkan untuk memberikan beberapa fasilitas kepada karyawan mereka. Fenomena dalam pembahasan ini adalah berbagai upaya dapat dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan sehubungan dengan PPh Pasal 21, dimana salah satu upaya tersebut adalah kebijakan mengenai perlakuan pembebanan PPh Pasal 21 karyawan. Perusahaan dapat melakukan beberapa hal, yang pertama; perusahaan menanggung seluruh PPh Pasal 21 karyawan sehingga take home pay yang diterima oleh karyawan adalah

3 penghasilan bruto sebelum dipotong pajak, kedua; perusahaan memberikan tunjangan pajak kepada karyawan, dimana terdapat dua cara yaitu tunjangan pajak PPh Pasal 21 terutang atau tunjangan pajak dengan menggunakan metode gross up. Dalam penghitungan tunjangan pajak penghasilan itu sendiri setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda-beda, sesuai dengan teori yang dianggap paling sesuai untuk diterapkan dalam perusahaan. Pemberian tunjangan pajak ini selain ditujukan untuk meningkatkan take home pay yang diterima karyawan juga dapat mengurangi pajak penghasilanterutang perusahaan karena tunjangan pajak termasuk tunjangan pajak termasuk pada biaya yang dapat dikurangkan (deductible expenses) dalam perhitungan fiskal. Ini cara yang legal (tax avoidance) guna menghidari pemikiran perusahaan berusaha menggelapkan pajak (tax evasion). Oleh karena itu, sebenarnya pemberian tunjangan pajak ini menguntungkan bagi kedua belah pihak, baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan. Bentuk peningkatan kesejahteraan karyawan tidak hanya berupa PPh Pasal 21 yang ditanggung melainkan terdapat bentuk lain dimana bentuk ini akan memberikan keuntungan di pihak perusahaan dan karyawan dalam rangka hubungannya dengan pajak. Beberapa bentuk pemberian kesejahteraan pada karyawan meliputi tunjangan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian. Setiap keputusan perusahaan mengenai bentuk kesejahteraan karyawan akan membawa dampak bagi pihak perusahaan dan karyawan. Pemilihan bentuk kesejahteraan yang tepat akan membuat karyawan lebih produktif, merasa nyaman, karena adanya keselamatan kerja yang terjamin. Di pihak perusahaan, hal ini akan menyebabkan jumlah pengeluaran perusahaan akan bertambah besar. Bertambahnya biaya yang dikeluarkan perusahaan ini akan menjadi signifikan, jika dengan pengorbanan yang dikelurkan perusahaan dapat membuat karyawan lebih sejahtera hidupnya. Dengan kesejahteraan karyawan karyawan yang terjamin, perusahaan tentu mengharapkan produktivitas kinerja mereka semakin meningkat sehingga akan berdampak pada kinerja perusahaan yang semakin meningkat.

4 Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Perbandingan Take Home Pay Karyawan Sebelum Dan Sesudah Penerapan Tunjangan Pajak Pada CV.Imaya Consulting Engineers 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan sebelumnya, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah : 1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata take home pay antara karyawan sebelum dan sesudah mendapat tunjangan pajak 2. Apakah rata-rata take home pay karyawan sebelum mendapat tunjangan pajak lebih kecil dari rata-rata take home pay karyawan setelah mendapat tunjangan pajak. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan judul dan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka maksud tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara take home pay karyawan sebelum dan sesudah mendapat tunjangan pajak 2. Apakah rata-rata take home pay karyawan sebelum mendapat tunjangan pajak lebih kecil dari rata-rata take home pay karyawan setelah mendapat tunjangan pajak. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, diantaranya: 1. Bagi Penulis Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Universitas Widyatama serta untuk memberikan tambahan pengetahuan mengenai

5 konsep perhitungan pajak penghasilan dengan tunjangan pajak sebagai pengembangan dan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan. 2. Lingkungan Akademis Semoga penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi penelitian dan pengembangan ilmu yang berkaitan dengan perpajakan khususnya metode penghitungan tunjangan pajak karyawan. 3. Perusahaan Dapat dijadikan pedoman bagi manajemen perusahaan untuk menentukan kebijakan yang tepat dalam peningkatan kesejahteraan karyawan. 1.5 Kerangka Pemikiran P. J. Adriani, dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak mengemukakan : Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaranumum berhubung dengan negara untuk menyelenggarakan pemerintahan Dari pengertian diatas kita dapat melihat beberapa karakteristik pajak, yaitu : Berdasarkan peraturan (undang-undang) Tidak mendapat kontraprestasi langsung Digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan Pajak penghasilan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang nomor 36 Tahun 2008. Di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 pasal 4 ayat 1 dikatakan bahwa penghasilan merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan bentuk apapun. PPh Pasal 21 dikenakan atas penghasilan berupa gaji, honorarium, upah, tunjangan,dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, kegiatan, jabatan,

6 dan kegiatan. PPh Pasal 21 diatur secara khusus dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atau Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi. Berdasarkan peraturan tersebut, subjek PPh Pasal 21 adalah pegawai, penerima pensiun, penerima honorarium, penerima upah, orang pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. Menurut PMK Nomor 252 Tahun 2008 Pasal 1 ayat (9), pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai pegawai tetap atau pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Pemotongan PPh Pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan, yang diwajibkan oleh Undang-Undang PPh untuk memotong PPh Pasal 21. Pihak yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 adalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggara (Moh.Zain, 2003) yang telah dipotong dan disetorkan secara besar oleh pemberi kerja atau penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan pekerjaan dari satu pemberi kerja merupakan pelunasan pajak yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan. Penghitungan PPh Pasal 21 dapat dilakukan dengan beberapa cara : 1. PPh ditanggung oleh karyawan yang bersangkutan, maka karyawan akan membayar PPh sejumlah yang terutang yang dilaporkan melalui SPT PPh Pasal 21. Dengan metode ini, maka Take home pay yang akan diterima oleh karyawan lebih kecil karena harus dikurangi dengan PPh Pasal 21. 2. Diberikan dalam bentuk tunjangan PPh. Perusahaan dapat memberikan tunjangan PPh kepada karyawan sebagai pengganti PPh yang harus dibayarkan oleh karyawan. Besaran tunjangan pajak yang diberikan tergantung pada kepada kebijakan perusahaan. Tunjangan pajak yang diberikan perusahaan dapat dibebankan sebagai biaya

7 oleh perusahaan sehingga akan mengurangi jumlah pajak terutang perusahaan. 3. PPh ditanggung oleh perusahaan (Net Basis) Pajak penghasilan ditanggung oleh karyawan maksudnya adalah karyawan tidak perlu membayar pajak penghasilan karena pajak penghasilannya dibayar oleh pemberi kerja. Namun pajak yang ditangguang oleh perusahaan tidak dapat dikurangkan sebagai biaya pengurang dalam laporan keuangan perusahaan. Dalam memperkerjakan pegawainya, perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan pegawainya. Salah satu cara pemenuhan kesejahteraan pegawai adalah melalui perencanaan tenaga kerja, yaitu proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan (Manulang, 1990). Beberapa hak tenaga kerja, antara lain : 1. Setiap tenaga kerja berhak untuk memiliki kesempatan dan perlakuan yang sama tanpa diskriminasiuntuk memperoleh pekerjaan. 2. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri, tanpa adanya diskriminasi. 3. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. 4. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sehingga pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh, antara lain : a. Upah minimum. b. Upah kerja lembur c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan. d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan pekerjaan lain di luar pekerjaannya. e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya. f. Bentuk dan cara pembayaran upah.

8 g. Denda dan potongan upah h. Hal-hal yang dapat diperhitungkandengan upah. i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi j. Upah untuk pembayaran pesangon k. Upah untuk penghitungan pajak penghasilan 5. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan. Pegawai perusahaan sebagai sumber daya manusia adalah sumber daya paling penting yang dimiliki perusahaan sehingga kesejahteraan pegawai menjadi aspek yang harus dipertimbangkan dengan cermat oleh perusahaan manapun. Salah satu cara untuk menambah tingkat kesejahteraan pegawai perusahaan adalah dengan pemberian tunjangan PPh Pasal 21, karena tunjangan pajak merupakan komponen penghasilan perusahaan. Perusahaan sebagai pemberi tunjangan pajak dan pemotongan pajak, harus dengan cermat melakukan penghitungan pajak penghasilan pasal 21 agar tidak terjadi lebih bayar maupun kurang bayar yang dapat menimbulkan salah pengertian antara perusahaan, karyawan perusahaan, dan pemeriksa pajak. Oleh karena itu, dalam hal ini tax management harus dengan tepat memilih metode-metode terbaik bagi kepentingan perusahaan. Metode penghitungan pajak itu sendiri beragam macamnya. Ada perusahaan yang memberikan dalam bentuk prosentase gaji (misalnya 1% dari gaji pokok), adapula yang memberikan dalam bentuk nominal (misalnya Rp 250.000 per bulan), adapula yang memberikan dalam bentuk tunjangan pajak, yaitu berdasarkan perhitungan PPh Pasal 21 tanpa tunjangan pajak. Selama ini metode tunjangan pajak dianggap solusi paling mendekati PPh Pasal 21 yang sebenarnya. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penulis merumuskan hipotesis awal penelitian sebagai berikut : 1. Rata-rata Take home pay karayawan sebelum dan sesudah penerapan

9 tunjangan PPh Pasal 21, dalam hal ini rata-rata Take home pay karyawan sebelum mendapat tunjangan PPh Pasal 21 lebih kecil daripada rata-rata Take home pay karyawan setelah mendapat tunjangan PPh Pasal 21.

10 Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Perhitungan PPh Pasal 21 Tunjangan Pajak Tanpa Tunjangan Pajak Metode Non Gross Up Metode Gross Up Take Home Pay Karyawan

11 1.6 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif komparatif yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan memberikan gambaran keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti berdasarkan fakta-fakta yang ada, dengan cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis berbagai macam data sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian Lapangan ( Field Research) Metode penelitian untuk mendapatkan data primer dengan mengadakan peninjauan langsung pada perusahaan yang dipilih menjadi objek penelitian dengan maksud untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan hal yang akan diteliti agar lebih meyakinkan dan lebih akurat. Data primer yang diperoleh dari penelitian lapangan dilakukan dengan cara : a. Observasi Melaksanakan pengamatan secara langsung terhadap pelaksanaan kebijakan harga dalam perusahaan untuk melihat kesesuaian hasil wawancara dan informasi yang diperoleh dengan realita perusahaan. b. Wawancara Yaitu mengumpulkan data dengan mengadakan Tanya jawab langsung kepada pimpinan perusahaan atau petugas yang ditunjuk untuk memberikan data dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini didasarkan pada bahan-bahan dari perpustakaan dengan mengumpulkan data berupa teori yang bersumber dari literatur, artikel, majalah, buku-buku dan bahan-bahan tulisan dan dokumentasi perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2012 sampai dengan selesai di CV.Imaya Consulting Engineers yang beralamat di Jalan Suryalaya I No.27 Tlp.(022) 7314735-7310411 Fax. (022) 7314735 Bandung 40265.