Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

dokumen-dokumen yang mirip
PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

V. PEMODELAN SISTEM. Pengguna. Sistem Manajemen Dialog. Sistem Pengolahan Pusat. Gambar 7. Konfigurasi Program Aplikasi SCHATZIE 1.

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

Jumlah Produksi Bubuk Teh (kg)

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Gambar I. 1 Biaya penggunaan otomasi global (Credit Suisse,2012)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

Tabel I.1 Volume Ekspor Teh Indonesia (Ditjenbun, 2014)

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal.

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

MODEL PENJADWALAN DALAM PEMETIKAN PUCUK TEH (STUDI KASUS PERKEBUNAN GUNUNG MAS PTPN VIII JAWA BARAT) AMALIA RESTIATI

Analisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBAHASAN Sistem Petikan

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau badan usaha termasuk di dalamnya BUMN perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, salah satunya adalah PT Rumpun Sari Kemuning (PT RSK). Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Teh yang diproduksi PT RSK

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara yang berada di daerah khatulistiwa, sebagai

ANALISIS PRODUKTIVITAS SEKTOR KEBUN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (Persero) WONOSARI LAWANG MALANG MENGGUNAKAN CRAIG-HARRIS PRODUCTIVITY MODEL

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Tembakau merupakan salah satu komoditas ekspor, produksi tembakau selain

Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten

RINGKASAN EKSEKUTIF LINDA FEBRIYANTI. E. GUMBIRA-SA ID MARIMIN

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan sumber daya alam atau bahan baku dari produk pangan sangat

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN I.1

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008.

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH

I. PENDAHULUAN Sektor agribisnis merupakan salah satu sektor unggulan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama dengan adanya globalisasi bisnis, yang semakin mempermudah transaksi

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAK...

PT Perkebunan Nusantara IV Laporan Realisasi dan Anggaran Produksi Teh Tahun 2007 Luas Areal Di Panen-Realisasi: 5.396,11 Ha RKAP: 5.

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan global

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P.

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

MODEL PENJADWALAN DALAM PEMETIKAN PUCUK TEH (STUDI KASUS PERKEBUNAN GUNUNG MAS PTPN VIII JAWA BARAT) AMALIA RESTIATI

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan jenis minuman yang sudah dikenal di seluruh dunia, konsumsi teh menjadi suatu hal yang umum bagi seluruh masyarakat karena mengkonsumsi teh dapat berdampak positif bagi kesehatan. Berbagai negara telah memproduksi bubuk teh termasuk Indonesia, berdasarkan data dari kantor pelayanan pajak BUMN, pada tahun 2000 setidaknya terdapat 105 perusahaan yang memproduksi bubuk teh hitam orthodoks dengan total produksi sebesar 146.768 ton teh hitam orthodoks, salah satu perusahaan yang memproduksi teh hitam orthodoks adalah PT.Perkebunan Nusantara VIII kebun Ciater dengan memproduksi 3.500 ton teh hitam orthodoks pada tahun yang sama. Pucuk teh yang diproduksi oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII berasal dari kebun teh Ciater yang terdiri dari 6 afdeling atau wilayah perkebunan yang terdiri dari kebun Ciater I-VI, dalam sebuah afdeling memiliki bagian kebun yang lebih kecil yang disebut dengan blok, pada setiap blok terbagi kedalam beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut patok. setiap satu hektar kebun terdiri dari 25 patok, seluruh patok yang berada di kebun Ciater memiliki luas 20m x 20m atau sebesar 400 m 2. Pemetikan pucuk daun teh dilakukan dengan 2 metode, pemetikan menggunakan gunting yang membutuhkan 28-30 hari agar pucuk daun teh dapat di petik kembali. Kriteria tanaman teh yang dapat dipetik dan memiliki kualitas yang baik jika pada tanaman terdapat pucuk dengan 2 daun teh (P+2) atau pucuk dengan 3 daun teh (P+3), pada Gambar I.1 memperlihatkan kriteria tanaman teh yang dapat dipetik dan menghasilkan kualitas yang bagus. Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Hasil Pemetikan (kg) Setiap tahunnya kebun Ciater memiliki target pemetikan pucuk teh berdasarkan data hasil pemetikan pucuk teh selama 3 tahun yang lalu, kemudian target tersebut dibagi kedalam 12 bulan untuk mendapatkan target pemetikan pucuk teh setiap bulan, target tiap bulan dibagi 25 hari kerja sehingga didapatkan target pemetikan per hari. Berdasarkan data produksi PT.Perkebunan Nusantara VIII kebun Ciater pada tahun 2013-2015, hasil produksi masih dibawah target produksi, hal ini dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Gambar I.2 memperlihatkan hasil produksi bubuk teh hitam orthodoks di PT.Perkebunan Nusantara VIII pada rentang tahun 2013-2015. Hasil Pemetikan Teh Tahun 2013 - Tahun 2015 16,000,000 14,000,000 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Gambar 1. 2 Hasil Produksi Teh Hitam Orthodoks di PT Perkebunan. Nusantara VIII Pada Tahun 2013-2015 Tabel 1.1 memperlihatkan perbandingan hasil pemetikan daun teh terhadap luas daerah yang dilakukan pemetikan pada tahun 2014 tahun 2016, Afdeling 3 merupakan wilayah pemetikan dengan luas lahan terbesar pada Perkebunan Ciater dengan luas total sebesar 316,03 hektar. Tetapi hasil yang didapatkan dari setiap hektar pada Afdeling 3 merupakan yang paling sedikit dibandingkan dengan Afdeling lain pada Perkebunan Ciater, hal ini mengindikasikan bahwa pemetikan daun teh pada Afdeling 3 belum optimal dikarenakan tidak dapat memaksimalkan luas lahan yang ada untuk dapat menghasilkan daun teh yang lebih banyak dari Afdeling yang lain.

Tabel I. 1 Perbandingan Hasil Pemetikan Terhadap Luas Lahan Afdeling Luas Lahan Hasil Musim Kemarau Hasil Musim Kg/Ha (Ha) (kg) Hujan (kg) 1 246,75 507.169 811.007 5.342,2 2 169,08 301.720 566.429 5.134,5 3 316,03 546.550 943.061 4.713,5 4 269,98 576.246 950.383 5.654,6 5 139.89 363.852 596.143 6.862,5 6 153.83 410.550 689.005 7.147,9 Gambar I. 1 Fishbone Diagram Permasalahan Perkebunan Ciater Gambar I.3 memperlihatkan permasalahan yang terdapat pada Afdeling 3, permasalahan pemetikan pada Afdeling 3 terbagi kedalam 4 faktor utama. Faktor pertama yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hasil pemetikan dikarenakan oleh jumlah pegawai yang memetik pucuk teh kurang. Rata-rata jumlah tenaga pemetik yang digunakan pada 1 hari pemetikan sebanyak 78 orang, dengan rata-rata daerah yang dipetik sebanyak 8 hektar, maka rata-rata 1 orang pemetik melakukan pemetikan sebanyak 0.10 hektar. Metode yang digunakan untuk menentukan daerah pemetikan pun tidak tepat dan dapat mengakibatkan kesalahan pemilihan daerah pemetikan yang dapat berdampak terhadap hasil pemetikan tidak maksimal yang

dikarenakan oleh pertumbuhan tanaman teh yang belum dalam masa petik. Selain itu pegawai kerap melakukan kesalahan dalam melakukan pemetikan, pada saat melakukan pemetikan melebihi bagian tanaman yang seharusnya di petik, dan mengakibatkan tanaman membutuhkan waktu lebih lama agar pucuk teh dapat kembali di petik dibandingkan dengan melakukan pemetikan sesuai dengan ketentuan, hal ini juga dapat dipengaruhi oleh pemilihan metode pemetikan, metode yang digunakan pada saat memetik dapat mempengaruhi lama tanaman untuk dapat kembali tumbuh. Afdeling 3 telah menggunakan metode pemetikan dengan menggunakan gunting, hal ini dilakukan untuk dapat menghasilkan jumlah daun teh yang lebih banyak, dengan digunakannya metode pemetikan menggunakan gunting maka waktu yang dibutuhkan untuk dapat kembali melakukan pemetikan berkisar antara 25 hari hingga lebih dari 30 hari. Kendala kedua yang mengakibatkan tidak tercapainya hasil pemetikan dikarenakan oleh keterbatasan daerah pemetikan, Afdeling 3 terdiri dari 31 blok perkebunan, dengan total luas wilayah sebesar 316,03 hektar. Dengan luas perkebunan seperti itu masih terdapat keterbatasan luas wilayah kebun untuk dapat dilakukan pemetikan. Berikutnya yang menjadi permasalahan pada Afdeling 3 adalah kebun yang tidak terawat, hal ini dikarenakan tidak dilakukannya perawatan berupa pemupukan dan pemangkasan terhadap tanaman pengganggu, hal ini dapat mempercepat pertumbuhan hama yang dapat memperlambat pertumbuhan tanaman teh dan dapat mengakibatkan gilir petik tanaman teh menjadi lebih lama. Permasalahan terakhir yang terdapat pada Afdeling 3 adalah masa istirahat tanaman, masa istirahat tanaman merupakan saat tanaman masih dalam masa pertumbuhan, sehingga tanaman teh belum dapat dilakukan pemetikan. Masa istirahat tanaman dikarenakan tanaman sedang dilakukan masa peremajaan berupa pemangkasan tanamana teh. Pada penelitian ini permasalahan yang menjadi fokus untuk dilakukan penjadwalan terhadap pemetikan daun teh adalah permasalahan ketersediaan pemetik dan luas areal pemetikan yang tersedia, hal ini dikarenakan kedua faktor tersebut

mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman teh dan mempengaruhi terhadap hasil kuantitas pemetikan. I.2 Perumusan Masalah Masalah-masalah yang akan dijelaskan dalam penelitian tugas akhir ini adalah : Bagaimana cara mengoptimalkan hasil pemetikan pucuk teh pada Afdeling 3 untuk di produksi PT. Perkebunan Nusantara VIII, Ciater? I.3 Tujuan Penelitian Dari masalah diatas, dapat ditentukan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengoptimalkan pemetikan pucuk teh dari kebun Ciater pada Afdeling 3 untuk di produksi PT. Perkebunan Nusantara VIII, Ciater. I.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Membantu PT. Perkebunan Nusantara VIII, Ciater untuk dapat mencapai target pemetikan pucuk daun teh pada Afdeling 3. I.5 Batasan Masalah Untuk memperoleh hasil penelitian yang tidak menyimpang dari topik yang dibahas dan untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan dibahas, maka perlu dilakukan beberapa pembatasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Penjadwalan petik pucuk teh hanya pada Afdeling 3 pada kebun teh di Perkebunan Ciater yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII. 2. Penelitian tidak membahas mengenai perawatan tanaman teh.

I.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Pada bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini berisi literatur yang relevan dengan permasalahan yang diteliti dan dibahas pula hasil-hasil penelitian terdahulu. Adapun kajian teori yang digunakan pada penelitian kali ini adalah menggunakan Linier Programming. BAB III Metode Penelitian Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian secara rinci meliputi: tahap pengumpulan dan pengolahan data yang didalamnya terdapat pengumpulan data, dan pengolahan data dimana pada tahap ini dilakukan pembuatan model matematis dengan tujuan memaksimalkan pemetikan pucuk daun teh. Selanjutnya diakhiri dengan analisa dan kesimpulan. BAB IV Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bab ini berisi tentang pengumpulan data-data yang diperoleh dari perusahaan yang kemudian akan dijelaskan langkah-langkah pengolahannya sehingga didapat penjadwalan pemetikan daun teh dengan menggunakan metode Linear Programming yang menghasilkan pemetikan pucuk teh yang lebih optimal. BAB V Analisis data Pada bab ini berisi tentang analisis dari penelitian yang dilakukan, yaitu analisis dari penjadwalan pemetikan daun teh usulan yang dibandingkan dengan penjadwalan pemetikan daun teh exisiting.

Apakah menghasilkan produktifitas pemetikan pucuk teh yang lebih maksimal. BAB VI Kesimpulan dan Saran Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya serta saran untuk perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII, Ciater dalam melakukan penjadwalan pemetikan pucuk teh di perkebunan Ciater.