BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL DALAM PERSONAL HYGIENE DI SDLB NEGERI COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata. yang muncul dalam masa perkembangan (Depkes, 2010).

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SDLB YPLB BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. Anak retardasi mental memperlihatkan fungsi intelektual dan kemampuan

Asri Atyanta*, Farichah Hanum**,Musri Amurwaningsih***

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. struktur kelengkapan fisik(unicef, 2013).Disabilitas dapat disebabkan. melakukan aktivitas secara selayaknya anak normal.

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERSIHAN RONGGA MULUT ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB-C YAYASAN TAMAN PENDIDIKAN DAN ASUHAN JEMBER

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA C YAYASAN SOSIAL SETYA DARMA SURAKARTA

HUBUNGAN PERAN SERTA KELUARGA DALAM PERAWATAN STROKE DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE ANAK TUNAGRAHITA DI SLB TUNAS MULYA KELURAHAN SEMEMI KECAMATAN BENOWO

BAB I PENDAHULUAN. American Public Health Association mendefinisikan anak cacat sebagai

PEND. ANAK LUAR BIASA

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN RETARDASI MENTAL DENGAN MEKANISME KOPING PADA ORANG TUA ANAK RETARDASI MENTAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan, perawatan, dan kontrol dari orang lain (Kartono, 2009). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL USIA SEKOLAH DI SLB NEGERI SEMARANG Herry Susanto 1 ; Tri Irmawati 2

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak didiknya. Aktivitas kegiatan seorang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini dapat bervariasi pada umur dan jenis kelamin. Hal tersebut dapat diukur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. adanya permainan audiovisual yang sering disebut dengan video game.

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ringan sampai efek yang berat (Dickinson et al., 2007).

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. global dan merupakan penyebab kecacatan yang paling banyak. Penderita

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara umum pengertian kekerasan seksual pada anak adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5 TAHUN DI BOYOLALI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Tunagrahita Di SDLB C Budi Nurani Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Ambar Winarti, Ema Kurniawati ABSTRAK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang mengalami retardasi mental dalam perkembangannya berbeda dengan anak-anak normal. Anak dengan reardasi mental mempunyai keterlambatan dan keterbatasan dalam semua area perkembangan sehingga mereka mengalami kesulitan untuk memiliki kemampuan dalam merawat diri sendiri dan cenderung memiliki ketergantungan dengan lingkungan terutama pada orang tua dan saudara-saudaranya. Untuk mengurangi ketergantungan dan keterbatasan akibat kelainan yang diderita anak retardasi mental, menumbuhkan kemandirian hidup dalam bermasyarakat dan kemandirian dalam merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain dapat dilakukan dengan pendidikan khusus, latihan-latihan, memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang kegiatan kehidupan seharihari (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). Keberhasilan anak berkelainan dalam meniti tugas perkembangannya tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga, khususnya kedua orang tua. Dalam membimbing dan mendidik anaknya orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pendidikan (Wong dalam Supartini (2004)). Pendidikan adalah salah satu yang mempengaruhi pola pikir dan pandangan orang tua dalam mengasuh, membimbing dan mendidik anaknya sehingga mempengaruhi kesiapan orang 1

2 tua untuk menjalankan peran pengasuhannya. Tetapi fakta yang ditemukan terdapat beberapa hal yang menyebabkan anak yang tinggal bersama orang tuanya tidak mencapai tingkat kemampuan perawatan diri yang baik. Menurut WHO, berdasarkan standar skor dari kecerdasan kategori AAMR (American Association of Mental Retardation) gangguan mental manual klasifikasi penyakit di Indonesia menempati urutan kesepuluh di dunia. Sedangkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, dari 222 juta penduduk Indonesia, sebanyak 0,7% atau 2,8 juta jiwa adalah penyandang cacat. Sedangkan populasi anak tunagrahita menempati angka paling besar dibanding dengan jumlah anak dengan keterbatasan lainnya. Prevalensi tunagrahita di Indonesia saat ini diperkirakan 1-3% dari penduduk Indonesia, sekitar 6,6 juta jiwa. (Sako dan Hapsara, 2006). Di Kabupaten Karanganyar sendiri terdapat 5 Sekolah Luar Biasa (SLB) Swasta dan 2 SLB Negeri. SDLB Negeri Colomadu mempunyai siswa SLB terbanyak nomer dua di Kabupaten Karanganyar. Selain itu berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh salah satu guru di SDLB N Colomadu tingkat pendidikan orang tua siswa SDLB N Colomadu bervariasi ada dari SD, SMP, SMA maupun dari Sarjana. Terdiri dari 32 siswa tuna grahita sedang. Dari hasil wawancara dari 10 orang tua siswa dengan retardasi mental untuk kemandirian anak dalam personal hygiene 8 anak dibantu dalam kebersihan mandi, 5 anak jarang gosok gigi, 7 anak kebersihan gigi kurang, 6 anak tidak rapi dalam berpakaian, 5 anak masih disuapi bila akan makan. 8 anak tidak cuci tangan sebelum makan. Selain itu dari hasil observasi

3 kebersihan mulut, kebersihan dan kerapian siswa dalam berpakaian masih kurang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental dalam personal hygiene di SDLB Negeri Colomadu? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mempelajari hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental dalam personal hygiene di SDLB Negeri Colomadu. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pendidikan orang tua anak retardasi mental di SDLB Negeri Colomadu b. Untuk mengetahui kemandirian anak retardasi mental dalam personal hygiene di SDLB Negeri Colomadu. c. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental dalam personal hygiene di SDLB Negeri Colomadu.

4 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Bagi dunia keperawatan, khususnya perawatan anak dapat menambah khasanah pengetahuan tentang hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental dalam personal hygiene. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian dibidang keperawatan anak. b. Bagi SLB Dapat sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan pendidikan anak retardasi mental. c. Bagi Orang Tua Memberi materi dasar pada keluarga untuk memberikan pengajaran dan pendidikan kemandirian pada anaknya. d. Bagi Profesi Keperawatan Memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat mendukung kemandirian anak retardasi mental sehingga perawat bisa memberikan masukan pada orang tua dalam memberikan pendidikan dan pengajaran tentang kemandirian.

5 E. Keaslian Penelitian Adapun penelitian-penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang penulis angkat dalam skripsi ini, antara lain : 1. Martoni (2010) Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kemampuan Personal Hygiene pada Anak Retardasi Mental Ringan di SLB Negeri 2 Yogyakarta. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional, teknik pengambilan sampel dengan random sampling. Dengan jumlah sampel 31 responden. Metode pengumpulan data dengan kuesioner. Analisa data menggunakan uji chisquare. Hasil penelitian menunjukkan : ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan personal hygiene anak retardasi mental ringan di SLB Negeri 2 Yogyakarta. 2. Lalena Astri Swisty (2009) Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kemandirian Anak Retardasi Mental dalam Melakukan Activity of Daily Living (ADL) di SDLB Negeri Kutorejo 4 Pandaan. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Dengan jumlah sampel 20 responden. Metode pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi. Analisa data menggunakan uji chi-square dan Spearman Rho. Hasil Penelitian menunjukkan: bahwa gaya pengasuhan demokratis dan dukungan keluarga yang baik berpengaruh pada kemandirian anak Retardasi Mental dalam melakukan ADL.