Pemancar dan Penerima FM

dokumen-dokumen yang mirip
DEMODULASI DELTA. Budihardja Murtianta

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari

MODULASI DELTA. Budihardja Murtianta. Intisari

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying

Budihardja Murtianta. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

BAB III METODE PENELITIAN. blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Sistem Blok Diagram Penelitian

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM TRANSMITTER DENGAN PSEUDO NOISE CODE

PERANCANGAN DEMODULATOR BPSK. Intisari

Dasar- dasar Penyiaran

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DUA ARAH DENGAN SISTEM MODULASI FM

Sistem Modulator dan Demodulator BPSK dengan Costas Loop

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER

RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF

TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

PENGENDALIAN ROBOT MENGGUNAKAN MODULASI DIGITAL FSK (Frequency Shift Keying )

BAB II LANDASAN TEORI

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A

Dasar- dasar Penyiaran

PEMBUATAN PEMANCAR FM SEDERHANA UNTUK ALAT PERAGA

Pengaruh Dimensi Kumparan Terhadap Efisiensi Energi Pada Sistem Pengiriman Daya Listrik Tampa Kabel

1. Pengertian Penguat RF

EDU ELEKTRIKA JOURNAL

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

BAB III PERANCANGAN ALAT. (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BOOSTER 300 WATT PADA PEMANCAR RADIO FM STEREO MHZ DENGAN MENGGUNAKAN MOS TRANSISTOR

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Kata Pengantar. Bandung, Februari 2015 Penyusun. (Agung Rismawan)

FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM RECEIVER DENGAN PSEUDO NOISE CODE

PERANCANGAN DEMODULATOR BPSK. Intisari

BAB III PERANCANGAN. Pada perancangan perangkat keras (hardware) ini meliputi: Rangkaian

menggunakan sistem PAL (Phase Alternating Line), pemancar televisi digunakan untuk mengirimkan sinyal-sinyal suara dan sinyal-sinyal gambar

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB II DASAR TEORI. dengan cara modulasi dan gelombang elektromagnetik. Gelombang ini melintas dan

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nama Kelompok : Agung Bagus K. (01) Lili Erlistantini (13) Rahma Laila Q. (14) PENGUAT RF. Pengertian Penguat RF

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB II LANDASAN TEORI

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah

Optimasi Rangkaian dan Material Kumparan pada Rangkaian Transfer Listrik Tanpa Kabel Terhadap Jarak Jangkauan Pengiriman Energi Listrik

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO MOD. f c AUDIO AMPL. f LO MOD FREK LOCAL OSCIL

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TRANSMISI DATA KOMPUTER PADA MONITOR DENGAN SISTEM WIRELES

PRAKTIKUM RANGKAIAN RLC DAN FENOMENA RESONANSI

BAB 4 MODULASI DAN DEMODULASI. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan mengenai sistem modulasi-demodulasi

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN PEDOMAN PRAKTIKUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BOBI KURNIAWAN, JANA UTAMA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI

EKSPERIMEN VIII PEMBANGKIT GELOMBANG (OSILATOR)

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Sistem Telekomunikasi. Yuliman Purwanto 2017

Pertemuan 10 PRINSIP KOMUNIKASI LISTRIK. Dahlan Abdullah Website :

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol.

LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016

Transmisi Suara dan Pengendalian Penyuara melalui Jala-Jala berbasis IC LM1893

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L Maka untuk

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Modulasi Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer).

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555

LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto

PRINSIP KERJA TRANSCEIVER Oleh : Sunarto YBØUSJ

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000

RANGKAIAN OSILATOR. Gambar 1.

Ruzal A Duyo, Aplikasi Rangkaian Terintegrasi MC 1374 sebagai Pemancar Audio Visual

BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya

Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01

MODUL MODULATOR-DEMODULATOR BINARY PHASE SHIFT KEYING (BPSK) MENGGUNAKAN METODE COSTAS LOOP

Kata kunci: Amplitude Shift Keying, nir kabel, elektromagnetik

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

Transkripsi:

Pemancar dan Penerima FM Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga budihardja.murtianta@staff.uksw.edu Ringkasan Pada tulisan ini dirancang dan direalisasikan piranti pemancar dan penerima FM. Pada piranti pemancar dan penerima FM, isyarat pembawa bekerja pada frekwensi 88 108 MHz dengan isyarat informasi berupa isyarat sinusoidal dengan frekwensi 10KHz. Bagian pemancar akan memodulasi isyarat informasi dengan isyarat pembawa sehingga dihasilkan isyarat FM. Isyarat FM ini kemudian ditransmisikan secara wireless ke bagian penerima radio FM dengan daya pada penguat RF 0,8 Watt. Bagian penerima akan mendemodulasikan isyarat FM menjadi isyarat informasi awal. Dari pengujian yang dilakukan, secara keseluruhan piranti pemancar dan penerima FM yang direalisasikan dapat digunakan untuk mengirimkan dan menerima informasi sesuai yang diharapkan. Akan tetapi isyarat informasi yang diterima pada penerima mengalami gangguan derau yang cukup besar. Kata kunci: pemancar, penerima, modulasi, wireless 1. Pendahuluan Pada sistem telekomonukasi elektrik, pesan atau informasi yang bukan dari besaran listrik diubah dahulu menjadi isyarat listrik dan ditumpangkan pada sebuah isyarat pembawa yang akan menghantarkan pesan tersebut ke tujuan. Isyarat pesan yang telah berubah bentuk menjadi isyarat informasi elektrik ini disebut dengan isyarat pemodulasi. Guna mendukung proses pengiriman informasi tanpa kabel (wireless), dibutuhkan suatu teknik modulasi analog ataupun digital. Modulasi analog dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, modulasi frekwensi, modulasi amplitudo dan modulasi fase. Modulasi frekwensi merupakan sistem modulasi yang mengubah frekwensi isyarat pembawa sebanding dengan amplitudo sesaat isyarat pemodulasi. Berbeda dengan modulasi amplitudo yang amplitudo isyarat pembawanya yang diubah - ubah sebanding dengan amplitudo isyarat informasi, pada modulasi frekwensi, amplitudo dipertahankan tetap. FM (Frequency Modulation) merupakan kasus khusus modulasi sudut (angular modulation). Dalam sistem modulasi sudut, frekwensi gelombang pembawa berubah terhadap waktu menurut fungsi isyarat yang dimodulasikan (ditumpangkan). 2. Pemancar dan Penerima FM Pada bagian ini akan dibahas pengertian pengertian dan fungsi setiap modul sistem piranti pemancar dan penerima FM yang akan dibangun sesuai dengan perancangan. 65

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 16 No. 2 Oktober 2017 Hal 65-78 2.1. Pemancar FM Pada prinsipnya, sebuah pembangkit gelombang radio (pemancar radio) terdiri dari sebuah osilator radio frekwensi, modulator, penguat daya, jalur transmisi, dan antena. Sistem modulator dan penguat daya pemancar sangat ditentukan oleh jenis modulasi yang digunakan. Bagan kotak pemancar FM ditunjukkan pada Gambar 2.1. Isyarat Masukan + - Sumber Tegangan Modulator Osilator LC Penguat RF Gambar 2.1. Bagan Kotak Pemancar FM 2.1.1. Isyarat Masukan Isyarat masukan merupakan isyarat informasi yang diubah menjadi isyarat listrik dalam ranah frekwensi yang akan dikirim oleh pemancar, misalnya berupa isyarat audio yang berasal dari luar sistem. Isyarat pesan yang telah berubah bentuk menjadi isyarat informasi elektrik ini disebut dengan isyarat pemodulasi. 2.1.2. Modulator Modulator adalah bagian pengolah isyarat dengan frekwensi informasi ditumpangkan pada frekwensi pembawa yang kemudian disalurkan ke untai penguat dan dipancarkan ke udara melaui antena. Proses modulasi pada gelombang radio adalah proses menumpangkan isyarat informasi ke dalam isyarat pembawa dengan cara cara modulasi yang digunakan. Tujuannya adalah agar isyarat informasi bisa dikirimkan ke tempat yang jauh. Syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam proses modulasi ialah frekwensi isyarat pemodulasi harus lebih rendah dari frekwensi isyarat pembawa. Pada prakteknya, modulator sebuah pemancar bukan merupakan suatu untai tersendiri. 2.1.3. Osilator Gambar 2.2. Modulator FM Osilator merupakan pembangkit arus rangga dengan amplitudo tetap dengan frekwensi tertentu. Pada dasarnya, osilator adalah sebuah penguat tegangan dengan bati tinggi yang diberi umpan balik (feed-back) positif sehingga penguat menjadi tidak stabil dan berosilasi dengan osilasi tertentu. Agar frekwensi osilasinya dapat diatur dan ditentukan, maka penguat itu dilengkapi dengan resonator. 66

Pemancar dan Penerima FM Budihardja Murtianta Gambar 2.3 Bagan Kotak Osilator Untai akan berosilasi jika dipenuhi syarat : bati simpal untai tertutup(loop gain) = 1 (1) atau bentuk dalam persamaan : -βav = 1 (2) Syarat ini disebut sebagai kriteria Barkhausen, dan merupakan syarat yang mutlak harus dipenuhi agar sebuah penguat bisa berosilasi secara kontinyu. Apabila bati simpal lebih kecil dari 1 maka kan terjadi osilasi yang semakin lama semakin membesar. Osilator menghasilkan frekwensi pembawa ( f c ) yang merupakan frekwensi tinggi, frekwensi pembawa berguna untuk menumpangkan frekwensi informasi ( f m ) yang relatif lebih rendah. Osilator yang digunakan untuk untuk frekwensi tinggi umumnya osilator L- C. 2.1.4. Penguat daya RF Penguat daya frekwensi radio adalah penguat akhir yang memperkuat isyarat pembawa yang telah termodulasi. Penguat RF berfungsi untuk menapis atau menyaring isyarat - isyarat harmonisa dan isyarat lain yang dihasilkan osilator selain isyarat utama, penguat RF juga berfungsi untuk memperkuat frekwensi pancaran. Penguat RF ini merupakan penguat akhir tertala yang hanya memperkuat satu pita frekwensi tertentu dan meredam pita frekwensi diluarnya. Penguat RF yang digunakan pada pemancar ini ialah penguat RF kelas C. Untuk memperkuat gelombang sinus, penguat kelas C harus ditala ke frekwensi gelombang sinus. Karenanya penguat kelas C yang ditala merupakan untai pita arus sempit, penguat kelas C hanya dapat memperkuat frekwensi frekwensi 0 disekitarnya. Dalam untai kelas C, arus mengalir jauh lebih kecil dari 180, dan tampak seperti pulsa sempit. Jika pulsa arus sempit seperti ini menggerakan rangkaian resonan, tegangan pada untai penguat hampir medekati gelombang sinus sempurna. 2.1.5. Antena Gambar 2.4. Pulsa Arus Sempit Antena digunakan untuk memancarkan atau meradiasikan gelombang elektromagnetik ke udara. Agar antena dapat memancarkan isyarat dengan efisien maka panjang antena adalah seperempat panjang gelombang. 67

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 16 No. 2 Oktober 2017 Hal 65-78 2.1.6. Sumber Tegangan Sumber tegangan merupakan bagian yang memberikan daya listrik kepada bagian bagian pemancar FM. Tanpa adanya tenaga listrik maka bagian bagian pada pemancar FM tidak dapat bekerja. Sumber listrik yang digunakan merupakan sumber tegangan DC. 2.2. Penerima Penerima radio FM bertugas menerima isyarat RF, memperkuat, mendemodulasikan, dan memperkuat isyarat informasi yang didapat sehingga bisa dimengerti. Penguat RF Mixer Penguat IF Detektor FM + - Sumber Tegangan Osilator Penguat Audio Gambar 2.5 Bagan Kotak Penerima FM 2.2.1. Antena Gelombang elektromagnetik di udara ditangkap oleh antena yang berguna sebagai peranti untuk menangkap pancaran gelombang elektromagnetik, kemudian diubah menjadi isyarat listrik. 2.2.2. Penguat RF Untuk meningkatkan unjuk kerja radio penerima FM, isyarat pembawa ( f c ) perlu dikuatkan pada penguat RF. Penguat RF merupakan penguat yang bersifat penapis. Penguat RF digunakan untuk memilah isyarat pada penala sehingga dapat mencegah masuknya frekwensi lain yang masuk pada untai pencampur yang dapat menimbulkan frekwensi bayangan dan meningkatkan unjuk kerja radio penerima FM 2.2.3. Mixer Mixer atau pencampur merupakan tempat pencampuran antara frekwensi yang berasal dari penguat RF ( f c ) dengan frekwensi yang dihasilkan osilator ( f o ). Keluarannya setelah ditapis adalah sebuah isyarat berfrekwensi f. Isyarat ini o f c lazim disebut dengan isyarat frekwensi-menengah (intermediate-frequency, IF). Pada pencampur ini akan dihasilkan frekwensi menengah 10.7MHz. 2.2.4. Osilator Merupakan pembangkit isyarat elektrik arus rangga dengan amplitudo tetap dan frekwensi ( f ) yang akan dicampurkan dengan isyarat masukan ( f ) pada pencampur. o Karena perubahan frekwensi penalaan di bagian penguat RF dibuat sama dengan perubahan frekwensi penalaan osilator lokal, maka hasil pencampuran antara frekwensi c 68

Pemancar dan Penerima FM Budihardja Murtianta osilator ( f o ) dan frekwensi pembawa ( frekwensi yang tetap, yang secara praktis nilainya sekitar 10,7 MHz 2.2.5. Penguat IF f c ) yang dikuatkan pengut IF memiliki Penguat IF disebut juga penguat frekwensi menengah. Hasil pencampuran getaran listrik dari lingkaran penala yang telah dicampur pada bagian mixer, yang merupakan frekwensi menengah ini masih lemah oleh karena itu harus diperkuat pada penguat IF. 2.2.6. Detektor Untuk dapat mendeteksi suatu isyarat maka diperlukan suatu untai yang tegangan keluaranya linear sesuai dengan frekwensi isyarat masukan. Pada bagian penguat IF dan transformator MF masih tercampur antara frekwensi tinggi ( f c ) dan frekwensi informasi. Jika keduanya tidak dibedakan maka kita tidak dapat mendengarkan suara dari radio sehingga diperlukan detektor untuk memisahkan antara frekwensi pembawa ( f c ) dan frekwensi suara 2.2.7. Penguat Audio ( f m ). Oleh karena untuk mengeluarkan suara loudspeaker memerlukan tenaga atau aliran listrik yang cukup, maka itu frekwensi isyarat suara harus dikuatkan pada penguat audio sehingga amplitudo isyarat suara tersebut dapat menggerakkan membran penyuara. 2.2.8. Sumber Tegangan Sumber tegangan merupakan bagian yang meberikan daya listrik kepada bagian bagian penerima FM. Tanpa adanya tenaga listrik maka bagian bagian pada penerima FM tidak dapat bekerja. Sumber listrik yang digunakan merupakan sumber tegangan DC. 3. Perancangan Untai Pemancar dan Penerima FM Sistem yang digunakan untuk merealisasikan piranti telah dijelaskan pada tulisan di atas, sedangkan pada bagian ini akan dibahas mengenai perancangan alat yang dilakukan untuk merealisasikan sistem piranti pemancar dan penerima FM. 3.1. Pemancar FM Dalam mengirimkan informasi jarak jauh diperlukan pemancar. Pada piranti pemancar FM sederhana ini terdapat bagian bagian yang akan dijelaskan sebagai berikut. 3.1.1. Pembangkit Isyarat Informasi Isyarat informasi pada piranti yang dirancang ini berupa isyarat sinusoidal. Perancangan pembangkit isyarat sinusoidal menggunakan IC monolith function generator XR 20206 yang selain dapat membangkitkan isyarat sinusoidal juga dapat membangkitkan isyarat gelombang segitiga dan gergaji. IC XR 2206 terdiri 16 pin, untuk mengatur frekwensi pembangkit isyarat sinus di tentukan oleh pin 5 dan 6 pada IC XR 2206 dan nilai resistor pin 7 dan ground. Nilai frekwensi dapat dihitung dengan persamaan berikut : 69

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 16 No. 2 Oktober 2017 Hal 65-78 1 f (3) 2. R. C f = frekwensi; C = kapasitor pada pin 5 dan 6; dan R = resistor yang terpasang pada pin 7. Spesifikasi piranti yang dirancang menggunakan gelombang sinusoidal dengan frekwensi 10 KHz, yang direalisasikan dengan menetapkan nilai kapasitor yaitu 10nF. Dari hasil penghitungan didapat nilai resistor yaitu 15915,49Ω. Nilai resistor ini didapat dengan menggunkan variable resistor. Amplitudo pada keluaran sinusoidal diatur dengan mengubah ubah nilai resistor pin 3. Untuk mengatur kesimetrisan gelombang sinusoidal pada keluaran, dilakukan dengan mengubah ubah nilai resistor yang terpasang pada pin 15 dan 16. Bentuk gelombang diatur pada resistor pin 13 dan 14. 3.1.2. Modulator Gambar 3.1. Untai Pembangkit Isyarat Informasi Modulator untuk menumpangkan isyarat informasi ke dalam isyarat pembawa. Syarat mutlak yang harus dipenuhi agar proses modulasi dapat dilakukan yakni frekwensi isyarat pemodulasi harus lebih rendah daripada frekwensi isyarat pembawa. Perancangan ini menggunakan modulasi aras rendah dengan memodulasikan isyarat informasi di tingkat tingkat awal penguat untai pemancar. Modulator FM ini menyatu dengan untai pemancar. 3.1.3. Osilator Osilator merupakan bagian pemancar FM dimana isyarat pembawa dibangkitkan. Osilator sendiri pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu penguat dan untai umpan balik. Salah satu frekwensi yang dihasilkan tersebut akan menjangkitkan umpan balik 0 dengan fase yang benar (0 ). Sedangkan penguat akan menghasilkan isyarat keluaran yang telah dikuatkan beberapa kali. Osilator yang digunakan pada perancangan ini berupa osilator LC colpitts. Perancangan osilator menggunakan VFO (Variable Frequency Oscilator) yang merupakan modifikasi osilator colpitts yang dapat membangkitkan isyarat pembawa dengan frekwensi 88 MHz 108 MHz. Dengan demikian dibutuhkan untai dengan komponen komponen kapasitor dan induktor yang dapat berosilasi dari 88MHz 108MHz. 70

Pemancar dan Penerima FM Budihardja Murtianta Gambar 3.2. Untai Osilator Penentu frekwensi yang dibangkitkan pada osilator ini adalah nilai L1 dan C2 yang memiliki hubungan matematis sebagai berikut. 1 f (4) 2 LC Nilai kapasitor C2 ditetapkan sebesar 5pF dan nilai induktor bisa diubah ubah. Untuk mendapatkan nilai induktor yang dapat diubah ubah digunakan koker dengan inti batang ferit 4 mm yang dililiti oleh kawat email dengan diameter 0,8mm. Inti ferit dapat diputar sehingga impendasi induktor berubah ubah dan menghasilkan frekwensi pembawa yang diinginkan. Diameter koker dan jumlah lilitan kawat email sangat berpengaruh terhadap isyarat yang dibangkitkan. Nilai induktor dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.2) dengan nilai kapasitor dan frekwensi pembawa yang diketahui. 3.1.4. Penguat RF Isyarat hasil pemodulasian perlu dikuatkan, sehingga diperlukan sebuah penguat RF. Penguat RF yang digunakan dalam perancangan ini adalah penguat RF kelas C dengan daya Output 1 Watt. Untai pada Gambar 3.3 mempunyai output 1 Watt dengan persamaan sebagai berikut. P Vcc 2 (5) o maks 2. zc P : daya keluaran maksimum (Watt) o makks V : tegangan pada kolektor (V) cc z : impendasi C1 dan L1 c 71

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 16 No. 2 Oktober 2017 Hal 65-78 Gambar 3.3. Untai Penguat RF Pulsa arus kolektor pada penguat kelas C yang mengalir kurang dari pulsa arus sempit menggerakkan untai resonansi yang terdiri dari dan C 2 180 L 1 0.Jika, akan dihasilkan gelombang sinus dari tegangan yang hampir sempurna. Untuk memdapatkan gelombang sinus dengan frekwensi dasar, frekwensi resonansi pada penguat RF harus sama dengan frekwensi dasar gelombang yang dipulsakan. Pada untai penguat RF ini menggunakan induktor berupa gulungan kawat email dengan nilai induktansi 1µH. 3.1.5. Antena Pada pemancar, antenna berungsi sebagai peranti yang memancarkan gelombang elektomaknet. Antena akan dapat bekerja efektif jika dimensi dari antena sama dengan panjang isyarat yang hendak dipancarkan. Antena akan meradiasikan gelombang elektromagnetik secara maksimal jika panjang fisik antenna sebesar seperempat panjang gelombang ( 1 ) elektromagnetik yang dipancarkan. Pada perancangan ini antena 4 yang digunakan adalah antena vertikal. 3.1.6. Sumber Tegangan Sumber tegangan merupakan bagian yang meberikan energi listrik kepada bagian bagian pemancar FM. Tanpa adanya tenaga listrik maka bagian bagian pada penerima FM tidak dapat bekerja. Sumber listrik yang digunakan merupakan sumber tegangan sebesar 12 VDC. 3.2. Penerima FM Penerima FM terdiri dari antena, penguat RF, pencampur, osilator, penguat IF, detektor, penguat audio dan penyuara. Pada beberapa bagian perancangan penerima ini digunakan penala FM yang banyak di pasaran. 3.2.1. Antena Antena yang digunakan dalam perancangan ini adalah antena teleskopik. Panjang antena ini dapat diatur. Agar dapat bekerja maksimal antena diatur panjangnya yaitu sebesar seperempat panjang gelombang. 72

Pemancar dan Penerima FM Budihardja Murtianta 3.2.2. Penguat RF, Pencampur, Osilator, dan Penguat IF Pada penerima FM ini digunakan penala FM yang didalamnya telah terdapat penguat RF, pencampur, osilator, dan penguat IF. Penala FM yang digunakan memiliki 6 pin. Pin pertama berfungsi sebagai masukan isyarat elektromagnetik yang ditangkap antena. Pin kedua sebagai masukan tegangan penala FM. Untuk dapat bekerja, penala FM membutuhkan tegangan masukan sebesar 9-12 VDC. Pin ketiga berfungsi sebagai keluaran penguat IF. Penguat IF berupa sebuah komponen transformator berfungsi sebagai penguat frekwensi menengah yang pada penerima FM nilainya adalah 10,7 MHz. Transformator frekwensi dapat bekerja apabila frekwensi yang diterimanya sebesar 10,7 MHz. Pin keempat pada penala FM berfungsi sebagai ground. Pin kelima untuk keluaran osilator dan pin keenam untuk keluaran penguat. 3.2.3. Detektor Detektor berfungsi untuk memisahkan getaran frekwensi isyarat pembawa dan frekwensi isyarat informasi. Dalam perancangan detektor digunakan IC monolith LA 1260 yang terdiri dari 16 pin. Pin pertama sebagai masukan penguat IF yang terlebih dahulu ditapis pada tapis pada 10,7MHz. Pin kedua dan ketiga berfungsi sebagai bypass. Pin keempat merupakan ground dan pin 7 adalah keluaran yang dikuatkan oleh transistor C828. Piranti detektor pada penerima dapat dilihat pada Gambar 3.4. 3.2.4. Penguat Audio Gambar 3.4. Untai Penerima FM Gambar 3.5. Untai Penguat Audio 73

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 16 No. 2 Oktober 2017 Hal 65-78 Penguat audio yang digunakan seperti pada Gambar 3.5, adalah penguat audio dengan IC LM 386 yang merupakan penguat daya audio bertegangan kecil. Dari datasheet komponen diketahui penguat audio ini dapat meningkatkan bati dari 20 sampai 200 kali dengan menambahkan komponen resistor atau kapasitor antara pin 1 dan 8. 3.2.5. Sumber Tegangan Sumber tegangan pada penerima FM merupakan bagian yang meberikan energi listrik kepada penerima FM. Sumber listrik yang digunakan merupakan sumber tegangan sebesar 9-12 VDC. 4. Pengujian Piranti 4.1. Pemancar FM 4.1.1. Isyarat Pembangkit informasi Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pembangkit isyarat sinus dapat membangkitkan isyarat sinus dengan frekwensi 10KHz dengan amplitudo 2Vpp. 4.1.2. Isyarat Keluaran Osilator Gambar 4.1. Keluaran Pembangkit Isyarat Informasi Pengujian osilator pada pemancar FM dilakukan dengan mengubah ubah nilai induktansi induktor osilator. Perubahan nilai induktansi ini berpengaruh terhadap nilai frekwensi yang dihasilkan osilator. Induktor pada osilator berupa koker dengan inti ferit yang dililiti kawat email. Dari hasil penalaan osilator, didapat frekwensi yang dapat dihasilkan yaitu 88-108MHz. Isyarat sinus yang dihasilkan cukup baik dengan kisaran amplitudo 100mV seperti yang disajikan pada Gambar 4.2 dan 4.3. Gambar 4.2. Isyarat Osilator Frekwensi 88MHz 74

Pemancar dan Penerima FM Budihardja Murtianta 4.1.3. Isyarat Keluaran Modulator Gambar 4.3. Isyarat Osilator Frekwensi 108 MHz Dalam pengukuran, modulator merupakan tempat isyarat informasi ditumpangkan pada isyarat pembawa. Pada pengukuran ditentukan frekwensi isyarat pembawa sebesar 100MHz dengan frekwensi isyarat informasi sebesar 10 KHz yang beramplitudo 2Vpp. Pada Gambar 4.4, rapat - renggang frekwensi osilasi yang menjadi ciri modulasi FM tidak begitu terlihat dengan jelas. Ini terjadi karena kurangnya sensifitas dan ralat alat ukur pada frekwensi tinggi. Gambar 4.4. Modulasi fc 100MHz & Amplitudo 100mV Gambar 4.5. Isyarat Keluaran Penguat RF Pemancar 4.1.4. Isyarat Penguat RF Pengukuran dan pengujian penguat RF dilakukan menggunakan spectrum analizer dan meter daya. Untuk membedakan isyarat keluaran modulator dan penguat RF digunakan spectrum analizer. Untuk mengukur daya yang dipancarkan oleh penguat RF digunakan meter daya yang dibebani dummy load. Pada hasil pengukuran penguat RF, amplitudo isyarat keluaran pada penguat RF jauh lebih besar dibanding dengan keluaran isyarat modulator karena adanya penguatan. Pada pengukuran menggunakan 75

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 16 No. 2 Oktober 2017 Hal 65-78 meter daya, penguat RF dihubungkan dengan meter daya yang dibebani dummy load. Hasil pengukuran penguat RF disajikan pada Gambar 4.5. dan daya yang dihasilkan 0,8 Watt. 4.2. Penerima FM 4.2.1. Isyarat Keluaran Osilator Penerima Isyarat pada osilator penerima pada Gambar 4.6 berfrekwensi 111,3 MHz dengan amplitudo 121mVpp. Osilator yang ada pada penala FM membangkitkan isyarat sinus dengan frekwensi 111,3 MHz. Secara teori osilator akan menghasilkan frekwensi fo yang bila dicampur dengan frekwensi pembawa fc pada pencampur akan mengasilkan frekwensi menegah (intermediate-frequency, IF). Jika frekwensi isyarat pembawa yang ditentukan 100 MHz dan frekwensi menegah pada FM lazimnya adalah 10,7 MHz, maka seharusnya osilator menghasilkan frekwensi 110,7 MHz tetapi pada kenyataan pada pengukuran meleset 0,6 MHz. Hal ini terjadi karena adanya ralat komponen dan ralat alat ukur. 4.2.2. Isyarat Keluaran Penguat IF Gambar 4.7 menunjukan keluaran IF penerima pada frekwensi 9,2MHz dengan amplitudo 260mVpp. Isyarat keluaran IF merupakan hasil pencampuran antara isyarat osilator lokal fo pada penala dengan isyarat masukan fc. Isyarat ini lazim disebut frekwensi-menengah. Karena perubahan penalaan di bagian penguat RF dibuat sama dengan perubahan frekwensi penalaan osilator lokal, maka hasil keluaran isyarat IF akan memiliki frekwensi yang tetap di sekitar 10,7 MHz. Dari hasil pengukuran keluaran IF penerima adalah 9,2 MHz sedikit berbeda dari teori yang seharusnya 10,7 MHz. Hal ini terjadi karena ralat alat ukur dan ralat komponen yang digunakan. Gambar 4.6. Isyarat Keluaran Osilator Penerima 76

Pemancar dan Penerima FM Budihardja Murtianta 4.2.3. Isyarat Keluaran Detektor Gambar 4.7. Isyarat Keluaran Penguat IF Detektor berfungsi untuk memisahkan isyarat pembawa dengan isyarat informasi. Pada tahap ini isyarat pembawa akan ditapis sehingga hanya tertinggal isyarat informasi. Isyarat keluaran detektor pada peenerima FM disajikan pada Gambar 4.8. Gambar 4.8. Isyarat Keluaran Detektor 4.2.4. Isyarat Keluaran Penguat Audio. Gambar 4.9. Isyarat Keluaran Penguat Audio Isyarat pada keluaran penguat audio merupakan penguatan amplitudo isyarat keluaran untai detektor. Pada penguat ini amplitudo isyarat informasi ( f ) dikuatkan beberapa kali sehingga dapat menggerakkan membran penyuara. Pada Gambar 4.9, isyarat sinus yang dihasilkan tidak begitu sempurna. Tampak adanya derau yang terdengar sebagai desis jika penguat audio ini dihubungkan dengan penyuara. m 77

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 16 No. 2 Oktober 2017 Hal 65-78 5. Kesimpulan 1. IC monolith function generator XR2206 dapat digunakan sebagai pembangkit gelombang sinus yang baik, stabil. 2. Osilator pada pemacar FM, dapat menghasilkan isyarat dengan frekwensi 88-108 MHz. 3. Penguat RF kelas C yang digunakan dapat memancarkan daya 0.8 Watt. 4. Pada pancaran isyarat pembawa 100MHz osilator penerima bekerja pada frekwensi 111,3 MHz 5. Derau pada penerima cukup besar, sehingga berpotensi mengganggu isyarat informasi. Daftar Pustaka [1] Malvino, Albert Paul, Prinsip Prinsip Elektronik, Edisi ke-2, Jakarta Erlangga, 1989 [2] S., Wasito, Vademekum Elektronika Edisi ke-2, Jakarta Gramedia Pusataka Utama, 2001 [3] Rappaport, Theodore. S, Wireless Communication System 2 nd Edition, Upper Saddle River, Prentice-Hall, 2002. 78