Suspensi Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan endapa harus segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah di kocok dan di tuang. Suspensi obat suntik harus mudah disuntikan dan tidak boleh menyumbat jarum suntik. Suspensi obat mata harus steril, zat yang terdispersi harus sangat halus. Jika disimpan dalam wadah dosis ganda, harus mengandung bakterisida. Penyimpanan untuk sediaan suspensi harus dalam wadah yang tertutup baik dan ditempat sejuk. Penandaan pada etiket harus juga tertera Kocok Dahulu. A. PREFORMULASI ALUMINII HYDROXYDUM COLLOIDALE Monografi ALUMiNII HYDROXYDUM COLLOIDALE Aluminium Hidroksida Koloidal Alukol Aluminium Hidroksida koloidal mengandung tidak kurang dari 47.0 % Al 2 O 3. (BM = 78 ) Pemeriaan Kelarutan : Serbuk halus, mengandung sedikit gumpalan, putih, tidak berbau, dan tidak berasa. : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida berlebihan. Keasamaan/kebasaan : ph suspensi 4.0 % b/v dalam air bebas karbondioksida P tidak lebih dari 10.0 Penyimpanan 25 o : Dalam wadah tertutup baik, pada suhu tidak lebih dari
Khasiat dan Pengunaan : Digunakan sebagai antasida. Tinjauan Farmakologi Farmakodinamik Aluminium Hidroksida merupakan golongan antasid non-sistemik. Antasida adalah basa lemah yang digunakan untuk mengikat secara kimiawi dan menetralkan asam lambung. Efeknya adalah peningkatan ph, yang mengakibatkan berkurangnya kerja proteolitis dari pepsin (optimal pada ph 2). Diatas ph 4, aktivitas pepsin menjadi minimal. Zat koloidal ini sebagian terdiri dari aluminium hidroksida dan sebagian lagi sebagai aluminium hidroksida terikat pada molekul air. Zat ini berkhasiat adstringens, yakni menciutkan selaput lendir berdasarkan sifat ion-aluminium yang membentuk komlpleks dengan antara lain protein. Juga dapat menutupi tukak lambung dengan suatu lapisan pelindung. Indikasi : mengobati ulkus peptikum, nefrolitiasis fosfat, dan sebagai adsorben pada keracunan. KI : Hipofosfatemia Efek samping : Konstipasi (efek samping yang utama), mual dan muntah, gangguan absorbsi fosfat dapat terjadi sehingga menimbulkan sindrom deplesi fosfat disertai osteomalasia, mengurangi absorbsi bermacam-macam vitamin dan tetrasiklin. Interaksi Obat : Mekanisme Penghambat ACE : Antasid mengurangi absorbsi dari fosinopril Analgetik : ekskresi asetosal dipertinggi dalam urine basa, antasid mengurangi absorbsi diflusinal.
Antiaritmia : ekskresi kinidin diturunkan dalam urine basa (kadang dapat menurunkan kadar plasma) Antibakteri : antasid mengurangi absorbsi azitromisin, sefpodoksin, siprofloksasin, isoniazid, nitrofurantoin, norfloksasin, ofloksasin, rifampisin, dan sebagia besar tetrasiklin. Antiepileptik : antasid menurunkan absorbsi gabapentin, dan fenitoin. Antijamur : Antasid menurunkan absorbsi itrakonazol dan ketokonazol. Antimalaria : Antasid mengurangi absorbsi klorokuin dan hidroksiklorokuin. Antipsikotik : Antasid menurunkan absorbsi. Besi : magnesium trisilikat mengurangi absorbsi besi oral. Mekanisme : Menetralkan asam klorida lambung atau mengikatnya. Farmakokinetik Reaksi yang terjadi didalam lambung ialah sebagai berikut : Al(OH) 3 + 3HCl ALCl3 + 3H 2 O Daya menetralkan asam lambungnya lambat, tetapi masa kerja nya lebih panjang. Al(OH) 3 bukan sediaan Al lainnya bereaksi dengan pospat membentuk aluminium fosfat yang sukar diabsorbsi di usus kecil sehingga ekskresi fosfat melalui urine berkurang sedangakan melalui tinja bertambah. Ion aluminium dapat bertambah dengan protein sehingga bersifat adstringens. Antasid ini mengadsorbsi pepsin dan menginaktivasinya. B. FORMULA STANDAR Tidak ditemukan formula Alukol sebagai sediaan suspensi. Alukol ditemukan dalam bentuk formula sediaan padat/tablet ( Formularium Nasional ). Karena Alukol mengandung 47 % AL 2 O 3 maka formula yang digunakan adalah :
Tiap 5 ml suspensi megandung : AL 2 O 3 Pappermint Oil Sodium benzoat : 3.5-4.4 % w/w : 0-0.15 % v/v : 0.5 % w/w Saccharin Sodium : 9.5 (martindale 26 th edition, hal : 125 ) C. BENTUK SEDIAAN YANG BEREDAR Kaplet : 200 mg, Tablet 200 mg, 250 mg, 300 mg, 325 mg, 400 mg. Tablet Kunyah : 250 mg, 300 mg, 400 mg, 500 mg. Suspensi : 200 mg/5 ml, 250 mg/5 ml, 300 mg/5 ml, 325 mg/5 ml, 400 mg/5 ml. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Anonim. 1978. Formularuim Nasional edisi II. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Hoan, Tan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting edisi VI. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo ISFI. 2008. Iso Farmkoterapi. Jakarta : PT.ISFI Wade, Aunley. 1979. Martindale 26 th edition. London : The Pharmaceutical Press