BAB I PENDAHULUAN. efektif dalam mengatur kehidupan serta pergaulan masyarakat internasional.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. adanya pengaturan mengenai perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja, hukum

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini disahkan dengan

BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

Pengertian dan Penggolongan Organisasi Administrasi Internasional

BAB I PENGERTIAN DAN PENGGOLONGAN ORGANISASI INTERNASIONAL 1

BAB I PENDAHULUAN. Negara sebagai pribadi hukum internasional harus memiliki syarat-syarat. kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara lain.

BAB II TINJAUAN UMUM. 1.1 Tinjauan Umum Mengenai Subjek Hukum Internasional Pengertian Subjek Hukum Internasional

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. The Association of South East Asian Nations atau yang sering

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat itu juga membutuhkan hubungan satu sama lainnya, lainnya untuk memenuhi kebutuhan negaranya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sekumpulan orang yang secara permanen. tertentu, memiliki pemerintahan, dan kedaulatan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

Oleh Anak Agung Dalem Ariyudha Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 8 HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. dan sangat kaya akan keragaman tradisi dan budaya, Indonesia tentunya memiliki

- Dibentuk oleh suatu Perjanjian Internasional - Memiliki organ yang terpisah dari negara-negara anggotanya - Diatur oleh hukum internasional publik

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota

PENDAHULUAN Latar Belakang

III METODE PENELITIAN. melakukan pengkajian perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pulau. Latar belakang ini melahirkan keanekaragaman yang luar biasa. Baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Mata Kuliah HUKUM INTERNASIONAL

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut perspektif sebuah negara, diplomasi terdiri dari perumusan,

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tak dapat dihindari lagi, disebabkan oleh pergolakan ekonomi dalam

S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH INTERNASIONAL STATUS MATA KULIAH KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 PRASYARAT : SEMESTER SAJIAN : SEMESTER 7

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat Indonesia berasal dan terbentuk dari masyarakat adat yang

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

Volume 12 Nomor 1 Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 6 PERJANJIAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis yang berskala kecil, menengah, maupun besar, orang -

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

DAFTAR PUSTAKA. Adolf, Huala, 2002, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta,, 2004, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Bandung,

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indo

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) telah melahirkan sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. betapa besar potensi laut sebagai sumber daya alam. Laut tidak saja

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 2, OKTOBER 2017; p-issn: e-issn: SIAPKAH INDONESIA MENGHADAPI MEA?

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kepastian hukum bagi jalannya kehidupan organisasi pemerintahan di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia mau tidak mau akan menghadapi situasi baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

PENGATURAN PERDAGANGAN BEBAS DALAM ASEAN-CHINA FREE TRADE AREAL (ACFTA) DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum internasional yang ada pada saat ini memiliki peranan yang sangat efektif dalam mengatur kehidupan serta pergaulan masyarakat internasional. Berkembangnya hukum tersebut tidak terlepas dari subjek-subjek atau para pelakunya. Sejak awal lahirnya hukum internasional, negara merupakan subjek hukum utama dan satu-satunya yang ada, namun seiring perkembangan zaman melalui munculnya teori-teori baru ataupun konflik yang lahir, maka lahirlah beberapa subjek hukum internasional. Salah satu subjek hukum internasional ialah organisasi internasional. Selayaknya kehidupan bermasyarakat, maka negara pun tidak dapat berdiri sendiri, sehingga negara perlu untuk bergaul dengan negara lain. Kebutuhan untuk memperluas pergaulan sebuah negara dengan negara lain diiringi dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi pengangkutan, komunikasi dan informasi. Berkumpulnya negara-negara dalam satu pergaulan dengan kepentingan untuk memenuhi kebutuhan tertentu dibalut dalam satu kelompok yang biasa disebut organisasi internasional. Disamping dibentuknya organisasi internasional ini, pada waktu yang sama juga berkembang organisasi-organisasi pemerintah (NGO's) 1, sebagai contoh ialah organisasi non-pemerintah yang sangat terkenal pada awal abad ke-20, yaitu International Committee of The Red Cross. 1 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, 2008, P.T. Alumni, Bandung, hal: 459

Organisasi internasional yang paling mendunia yang sangat diakui keberadaannya secara internasional ialah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB adalah organisasi yang dibentuk akibat dari kegagalan Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dalam usahanya untuk mengakhiri peperangan dan mendamaikan dunia. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan di San Fransisco pada 24 Oktober 1945. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum internasional, keamanan internasional, pengembangan ekonomi, perlindungan sosial, hak asasi dan pencapaian perdamaian dunia 2. Indonesia sebagai sebuah negara yang juga merupakan salah satu subjek hukum internasional, dapat melakukan hubungan dengan negara lain. Selain itu, dengan status Indonesia sebagai negara berkembang, maka dianggap penting bagi Indonesia untuk melakukan perjanjian atau kesepakatan dengan negara lain, bahkan untuk menjadi negara anggota dari sebuah organisasi internasional. Organisasi terbesar yang dimasuki Indonesia adalah Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB) dimana organisasi tersebut beranggotakan hampir seluruh negara merdeka di dunia. Indonesia resmi menjadi negara anggota PBB ke-60 pada tanggal 28 September 1950, yang ditetapkan dengan revolusi Majelis Umum PBB Nomor A/RES/491 (V) tentang "Penerimaan Republik Indonesia dalam keanggotaan di Perserikatan Bangsa-Bangsa", kurang dari satu tahun setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag 3. 2 http://id.m.wikipedia.org/wiki/perserikatan_bangsa-bangsa, diakses pada tanggal 18 Februari 2014 3 http://id.m.wikipedia.org/wiki/indonesia_dan_perserikatan_bangsa-bangsa, diakses pada tanggal 18 Februari 2014

Keanggotaan sebuah negara dalam suatu organisasi internasional harus didasari oleh cita-cita dan tujuan bersama serta memiliki konsep pemikiran atau adanya kepentingan yang membuat sebuah negara memasuki organisasi tersebut. Hal ini dibuktikan oleh Indonesia, pada saat PBB meresmikan keberadaan Malaysia sebagai negara anggota Dewan Keamanan PBB pada tahun 1964, Indonesia merasa hal tersebut tidak menguntungkan negaranya, sehingga pada saat itu Presiden Soekarno menyatakan Indonesia keluar dari keanggotaan PBB dan oleh Soeharto, Indonesia masuk kembali pada 28 September 1966 menjadi anggota PBB untuk melanjutkan kerjasama penuh dengan PBB, dan untuk melanjutkan partisipasinya dalam sesi ke-21 sidang Majelis Umum PBB 4. Organisasi dengan ruang lingkup terdekat yang melibatkan Indonesia sebagai negara anggotanya ialah ASEAN (Association of South East Asian Nations) yang merupakan organisasi bagi negara-negara di Asia Tenggara. ASEAN terbentuk melalui Deklarasi Bangkok pada 8 Agustus 1967, yang melahirkan berbagai kesepakatan serta kerja sama antar negara anggotanya. ASEAN secara intensif menyepakati berbagai kesepakatan dalam bidang ekonomi, diawali dengan kesepakatan Preferential Tariff Arrangement (PTA) pada tahun 1977 5. Perjanjian tersebut mengarah kepada keterbukaan dalam bidang perdagangan di daerah Asia Tenggara. Perdagangan yang dimaksud adalah perdagangan yang bebas tarif (pajak) untuk memberikan keuntungan bagi para pedagang yang berasal dari negara-negara di ASEAN. Namun, sistem PTA tidak 4 http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20130304061948aafinuf, diakses pada tanggal 18 Februari 2014 5 Departemen Perdagangan RI, Menuju ASEAN Economic Community 2015, Departemen Perdagangan, Jakarta, hal. 3

memberikan banyak manfaat untuk mengembangkan perdagangan di antara negara anggota ASEAN 6. Tidak berhenti pada PTA saja, ASEAN terus membuat kesepakatan dalam bidang ekonomi demi memajukan perekonomian regional, salah satu yang paling menonjol ialah ASEAN-China FTA (Free Trade Area) pada tahun 2004 yang merupakan kerja sama pertama negara di luar ASEAN dalam bidang ekonomi. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) IX ASEAN di Kuala Lumpur, Desember 2005, kepala negara/pemerintah ASEAN bersepakat untuk menyusun rancangan sebuah piagam agar ASEAN jadi suatu organisasi berdasar hukum dan peraturan hukum (legally based) yang memiliki legal personality tersebut akhirnya menghasilkan ASEAN Charter (Piagam ASEAN) pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 19-22 November 2007 di Singapura. ASEAN Charter menjadi dasar hukum untuk integrasi sub-kawasan sebagai kesatuan yang dilandaskan dengan 3 (tiga) pilarnya, yaitu: (1) komunitas politik; (2) komunitas ekonomi; (3) komunitas sosial budaya 8 7. Rancangan. Ketiga pilar tersebut menjadi pendorong terbentuknya komunitas ASEAN. Menguatnya eksistensi ASEAN sebagai suatu organisasi yang sangat berperan dalam perkembangan perekonomian Asia Tenggara dan berdasarkan ASEAN Charter yang telah dibentuk, membuat ASEAN perlu untuk melakukan tindakan yang lebih nyata sebagai aksi berkelanjutan dari AFTA (Asian Free 6 Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional, 2005, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 134 7 http://www.infoanda.com/followlink.php?lh=c1meaavsbgal, diakses pada tanggal 18 Februari 2014 8 http://hazpohan.blogspot.com/2010/10/implikasi-terbentuknya-aseankomunitas.html?m=1, diakses pada tanggal 18 Februari 2014

Trade Area) untuk mencapai perdagangan yang bebas dibuktikan dengan adanya kesepakatan untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) 2015 sebagai bentuk integrasi ekonomi ASEAN. Suatu landasan produksi yang terintegrasi akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi pembagian kegiatan industri di ASEAN dan dengan demikian menciptakan kesempatan bagi efisiensi industri yang lebih besar dan cost competitiveness dalam rangkaian pilihan produk dan jasa yang lebih besar pula 9. ASEAN Economic Community (AEC) 2015 merupakan wadah terbesar dan membuka sebesar-besarnya peluang bagi seluruh negara anggota ASEAN, khususnya Indonesia untuk mengembangkan perekonomian dan perdagangan menuju arah yang lebih baik. Namun, dengan adanya keterbukaan pasar yang terjadi di anatara negara, tidak tertutup kemungkinan terjadinya persaingan yang menimbulkan konflik di masa yang akan datang. Hal inilah yang membuat ASEAN perlu untuk membuat pedoman pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 serta penerapannya terhadap regulasi hukum nasional Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penting untuk dibahas mengenai pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dan pengaturannya dalam hukum nasional Indonesia. 9 C.P.F. Luhulima, Dinamika Asia Tenggara Menuju 2015, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 40-41.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, berapa rumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah : 1. Bagaimana kedudukan ASEAN sebagai organisasi internasional menurut hukum internasional yang berlaku? 2. Bagaimanakah hak dan kewajiban negara anggota ASEAN dalam bidang ekonomi terkait dengan ASEAN Economic Community 2015? 3. Bagaimanakah regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui mengenai kedudukan ASEAN dalam pergaulan masyarakat internasional sebagai salah satu organisasi internasional 2. Untuk memberikan informasi mengenai aspek historis dan yuridis keberadaan ASEAN sebagai organisasi internasional 3. Untuk mengetahui kesiapan regulasi nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015.

D. Manfaat Penulisan Penelitian skripsi ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan menambah bahan literatur bagi Hukum Internasional pada umumnya dan hukum Organisasi Internasional pada khususnya. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya pada bidang yang sama 2. Manfaat Praktis a. Memberikan sumbangan pemikiran pada pemerintah terkait untuk mempersiapkan regulasi yang memadai dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015 b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pelaksanaan ASEAN Economic Community 2015 agar masyarakat dapat membekali diri dengan kemampuan yang dapat bersaing dengan masyarakat internasional c. Memberikan informasi kepada para pelaku usaha mengenai peluang dan tantangan yang akan dihadapi dalam pelaksaan ASEAN Economic Community 2015 E. Keaslian Penulisan Skripsi dengan judul TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL INDONESIA SEBAGAI

NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 telah diperiksa melalui penelusuran kepustakaan Fakultas Hukum dan sepengetahuan penulis belum pernah ditulis oleh siapapun di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Data yang digunakan guna melengkapi penulisan skripsi ini memanfaatkan informasi yang diperoleh dari literatur yang ada dan berbagai media, baik itu media cetak atau pun pengumpulan informasi melalui media elektronik. F. Kerangka Teori dan Konsep Untuk menghindari kesalahpahaman istilah, maka diberikan batasan pengertian sebagai berikut : 1. Subjek Hukum dan Subjek Hukum Internasional Definisi mengenai subjek hukum, yaitu : Subjek hukum ialah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum. Dalam kehidupan sehari-hari, yang menjadi subjek hukum dalam sistem hukum Indonesia, yang barang tentu bertitik tolak dari sistem hukum Belanda, ialah individu (orang) dan badan hukum (perusahaan, organisasi, institusi) 10. Beberapa definisi mengenai subjek hukum internasional menurut para ahli, yaitu : 10 http://id.m.wikipedia.org/wiki/subyek_hukum, diakses pada tanggal 20 Februari 2014

a. Mochtar Kusumaatmadja, subjek hukum internasional merupakan pemegang segala hak dan kewajiban menurut hukum internasional. Hampir serupa dengan subjek hukum perdata, dalam hukum internasional, subjek hukum harus memenuhi persyaratan untuk dapat menjadi subjek hukum internasional, diantaranya adalah memiliki personalitas sebagai subjek hukum internasional dan memiliki kecakapan tertentu 11. b. Boer Mauna, subjek hukum internasional adalah semua pihak atau entitas yang dapat dibebani oleh hak dan kewajiban yang diatur oleh hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum internasional. Hak dan kewajiban tersebut berasal dari semua ketentuan baik yang bersifat formal ataupun non-formal dari perjanjian internasional ataupun dari kebiasaan internasional Subjek hukum internasional terdiri dari : 1) Negara 2) Tahta Suci Vatikan 3) Palang Merah Internasional 4) Organisasi Internasional 5) Individu 6) Belligerent 2. Organisasi dan Organisasi Internasional 12. 11 http://statushukum.com/subjek-hukum-internasional.htm, diakses pada tanggal 20 Februari 2014 12 http://yasminelisasih.com/2011/08/24/subjek-hukum_internasional/, diakses pada tanggal 20 Februari 2014

Beberapa pengertian organisasi menurut para ahli, yaitu 13 : a. Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama b. James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adlaah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama c. Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih d. Stephen P. Robbins menyatakan bahwa organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan Berikut ini beberapa pengertian organisasi internasional menurut para ahli 14 : a. Bowwet D.W. :...tidak ada suatu batasan mengenai organisasi publik internasional yang dapat diterima secara umum. Pada umumnya organisasi ini merupakan organisasi permanen (sebagai contoh, jawatan pos atau KA) yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional yang kebanyakan 13 http://id.m.wikipedia.org/wiki/organisasi, diakses pada tanggal 20 Februari 2014 14 http://mahendraputra.net/materi-perkuliahan-hukum-internasioal-10-1, diakses pada tanggal 20 Februari 2014

merupakan perjanjian multilateral daripada perjanjian bilateral yang disertai beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya b. Starke hanya membandingkan fungsi, hak dan kewajiban serta wewenang dari lembaga internasional dengan negara yang modern. Starke berpendapat : Pada awalnya seperti fungsi suatu negara modern mempunyai hak, kewajiban dan kekuasaan yang dimiliki beserta alat perlengkapannya, semua itu diatur oleh hukum nasional yang dinamakan hukum tata negara sehingga dengan demikian organisasi internasional sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang diatur oleh hukum konstitusi nasional c. Sumaryo Suryokusumo berpendapat bahwa organisasi internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga menyangkut aspek-aspek perwakilandari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi internasional juga diperlukan dalam rangka kerja sama menyesuaikan dan mencari kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama serta mengurangi pertikaian yang timbul d. T. Sugeng Susanto menjelaskan yang dimaksud dengan organisasi internasional dalam pengertian luas adalah bentuk kerjasama antar pihak-pihak yang bersifat internasional untuk tujuan yang bersifat internasional. Pihak-pihak yang bersifat

internasional itu dapat berupa orang-perorangan, badan-badan bukan negara yang berada di berbagai negara atau pemerintah negara. Adapun yang dimaksud dengan tujuan internasional ialah tujuan bersama yang menyangkut kepentingan berbagai negara e. Boer Mauna menyebutkan bahwa pengertian organisasi internasional menurut Pasal 2 ayat (1) Konvensi Wina 1969 tentang Perjanjian Internasional, yang mana dalam pasal itu disebutkan bahwa organisasi internasonal adalah organisasi antar pemerintah. Menurut Boer Mauna, pengertian yang diberikan konvensi ini sangat sempit karena hanya membatasi diri pada hubungan antar pemerintah. Menurutnya, definisi ini mendapat tantangan dari para penganut definisi yang luas termasuk NGO s 15. f. T. May Rudy berpendapat secara sederhana, organisasi internasional dapat didefinisikan sebagai pengaturan bentuk kerja sama internasional yang melembaga antar negara-negara umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar, untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal balik yang diejawantahkan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala. Organisasi internasional akan lebih lengkap dan menyuluruh jika didefinisikan sebagai 15 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, 2008, P.T. Alumni, Bandung, hal: 462

pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dnegan didasari struktur organisasi jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antar sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda 16 Bila dilihat dari ciri-ciri organisasi internasional, seperti yang dikemukakan oleh Leroy Bennet, organisasi internasional mempunyai ciri sebagai berikut 17 : a) A permanent organization to carry on a continuing set of functions b) Voluntary membership of eligible parties c) Basic instrument stating goals, structure and methods of operation d) A broadly representative consultative conference organ e) Permanent secretariat to carry on countinous administrative, research and information functions Organisasi internasional dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara sesuai dengan kebutuhan atau menurut cara peninjauan organisasi tersebut, sebagai berikut 18 : 16 T. May Rudy, Hukum Internasional 2, PT. Refika Aditama, Bandung, hal. 93-94 17 Sri Setyaningsih Suardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 5-6

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian a) Klasifikasi yang didasarkan antara organisasi internasional yang permanen dan tidak permanen, yakni bila klasifikasi didasarkan pada waktu b) Klasifikasi didasarkan pada Organisasi Internasional Publik (Public International Organization) dan Organisasi Internasional Privat (Private International Organization) atau Non Governmental Organization (NGO) c) Klasifikasi yang didasarkan pada keanggotaannya, organisasi universal, dan organisasi tertutup d) Klasifikasi yang didasarkan pada fungsinya Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang menganalisis norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Lebih lanjut lagi, menurut Jhonny Ibrahim, metode penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya 19. Melalui metode penelitian hukum normatif, penelitian ini menganalisis norma-norma hukum nasional dan hukum internasional yang terdapat dalam deklarasi, konvensi dan peraturan perundang-undangan. 18 Ibid, hal. 21. 19 Jhonny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, malang, 2005, hal. 47

2. Sumber Data Penelitian hukum pada umumnya membedakan sumber data ke dalam dua bagian, yaitu data primer yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan data sekunder yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka. Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yang terdiri dari 20 : a) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan, dalam hal ini berupa: Perjanjian internasional Deklarasi Konvensi-konvensi b) Bahan hukum sekunder adalah bahan acuan yang bersumber dari buku-buku, surat kabar, media internet serta media massa lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, seperti; Karya Ilmiah sarjana Jurnal-jurnal hukum Hasil penelitian c) Bahan hukum tersier, yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti; Kamus-kamus Ensiklopedia 20 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, op.cit, hal 113-114

3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Studi Dokumen atau bahan pustaka merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan mempergunakan content analysis 21. Pengertian lain, menyatakan bahwa Studi Kepustakaan (Library Research), yaitu studi dokumen dengan mengumpulkan dan mempelajari buku-buku hukum, literatur, tulisan-tulisan ilmiah, peraturan perundang-undangan dan bacaan lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. 4. Analisis Data Menurut Berndl Berson, Content analysis is a research technique for the obyective, systematic and quantitative description of the manifest content of communication. 22 (kajian isi adalah teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan kuantitatif dari suatu bentuk komunikasi). Teknik analisis data dapat digolongkan sebagai berikut : a. Teknik analisis data kuantitatif yaitu menganalisis dengan pengukuran data statistik secara objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel yang menghubungkan antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis 23. 21 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, 1984, Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 21 22 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Hukum Kualitatif, Remaja Karya, Bandung, 1989, hal. 179 23 http://id.m.wikipedia.org/wiki/penelitian_kuantitatif, diakses pada 20 Februari 2014

b. Teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data, mengkualifikasikan berupa huruf, kemudian menghubungkan teori yang berhubungan dengan masalah dan akhirnya menarik kesimpulan untuk menentukan hasil yang mempergunakan pendekatan yuridis dan sosiologis. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif, karena lebih cenderung menggunakan pendekatan teoritis yang lebih mengutamakan dalamnya data daripada jumlahnya. Penelitian ini juga merumuskan masalah dan menyimpulkannya dengan pendekatan yuridis dan sosiologis. 5. Sistematika Penulisan Penelitian skripsi harus disusun secara sistematis agar mempermudah dalam pemahaman mulai dari awal permasalahan hingga pembahasan. Sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab pertama dimulai dari memaparkan latar belakang lahirnya permasalahan hingga mampu dirumuskan ke dalam 3 (tiga) inti masalah, serta menguraikan tujuan, manfaat, keaslian penelitian dan menjabarkan kerangka teori dan konsep serta metode penelitian. Bab kedua mulai membahas permasalahan yang pertama, yaitu aspek yuridis dan historis dari keberadaan ASEAN sebagai organisasi internasional. Bab ini terdiri dari latar belakang dan tujuan pembentukan ASEAN, struktur organisasi ASEAN, serta peranan ASEAN dalam hukum internasional.

Bab ketiga berisi tentang ASEAN Economic Community (AEC) sebagai bentuk integrasi ekonomi di Asia Tenggara. Bab ini menjelaskan tentang kesepakatan yang lahir di dalam organisasi ASEAN dan tahaptahap pembentukan konsep ASEAN Economic Community, serta pedoman pelaksanaannya. Bab keempat membahas permasalahan akhir, yaitu kesiapan perangkat hukum nasional indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015. Bab ini akan memaparkan lebih jelas mengenai keberadaan hukum nasional serta kesiapan hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community. Bab kelima merupakan bab penutup dari skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari jawaban permasalahan yang menjadi objek penelitian dan saran yang berdasarkan hasil dari penelitian.