2016 HUBUNGAN ANTARA KECERD ASAN INTELEKTUAL, KECERD ASAN EMOSIONAL, D AN KETERAMPILAN TEKNIK D ENGAN PRESTASI PENCAK SILAT ATLET PPLP JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2016 HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN, KECERDASAN INTELEKTUAL, DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KINERJA WASIT FUTSAL LEVEL 1 KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005:

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

HUBUNGAN KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ) DAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DENGAN KETERAMPILAN BERMAIN DALAM CABANG OLAHRAGA BULU TANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan ilmu beladiri warisan budaya nenek moyang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Asia setelah diselenggarakanya Kejuaraan Dunia Pecak Silat1 di Jakarta pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hilman Firmansyah, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang di bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai rasa percaya diri yang memadai. Rasa percaya diri (Self

BAB I PENDAHULUAN. SEA Games, Asian Games dan Olimpiade. Berdasarkan data dari KONI, PON terakhir

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

I. PENDAHULUAN. Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan penjelasan ketentuan umum undang-undang. keolahragaan No. 5 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan, yaitu:

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara multi budaya dan keanekaragaman. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan suatu rangkaian yang utuh, tidak dapat dipisah-pisahkan,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Motivasi berprestasi memiliki peranan penting yang harus dimiliki oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI- YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. negara di kancah International. Nama-nama besar kini telah lahir seperti Ferry

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. yang lemah dan pada keduanya ada kebaikan, sebagai seorang muslim wajib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pencak silat atau silat adalah suatu seni beladiri tradisional yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (IPSI) didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna. Tercapainya prestasi

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

2015 KORELASI ANTARA GOAL SETTING DENGAN MOTIVASI BERLATIH ATLET EKSTRAKULIKULER FUTSAL MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

2015 HUBUNGAN TINGKAT PEND IDIKAN PELATIH D ENGAN PERFORMA ATLET SEKOLAH SEPAK BOLA D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan olahraga bola voli yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dan memiliki pulau yang

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wushu di Indonesia yang sebelumnya dikenal dengan nama Kuntauw dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Permana, 2013

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

2016 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEMAMPUAN REAKSI DENGAN HASIL SERANGAN LANGSUNG PADA OLAHRAGA ANGGAR JENIS SENJATA FIORET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan seni bela diri yang berasal dari Asia Tenggara. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina Selatan, dan Thailand Selatan sesuai dengan penyebaran suku bangsa Melayu Nusantara. Asal mula ilmu beladiri di Nusantara ini berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dan merupakan ilmu beladiri yang tercipta oleh budaya bangsa Indonesia untuk mempertahankan diri dari bahaya-bahaya yang mengancam keselamatan dan kelangsungan hidupnya, seperti yang dikemukakan oleh Sucipto (2008, hlm. 10) yaitu Pencak silat merupakan ilmu bela diri warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia. Untuk mempertahankan kehidupannya, manusia selalu membela diri dari ancaman alam, binatang, maupun sesamanya yang dianggap mengancam integritasnya. Untuk itu, pencak silat merupakan seni beladiri yang harus dilestarikan dan merupakan seni beladiri warisan budaya dari nenek moyang bangsa Indonesia. Hal tersebut selaras dengan TAP. MPR (1987, hlm. 109) dalam Sucipto (2008, hlm. 11) bahwa: Kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa harus terus dipelihara, dibina dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengalaman Pancasila, meningkatkan kualitas hidup, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan Nasional, memperkokoh jiwa persatuan dan kesatuan bangsa serta mampu menjadi penggerak bagi terwujudnya cita-cita bangsa dimasa depan. Dewasa ini, melihat keadaan masyarakat Indonesia yang cenderung lebih banyak mengikuti arus dan budaya asing memang sangat mengkhawatirkan. Terutama anak remaja Indonesia yang lebih berminat dan bangga terhadap budaya asing, jika dibiarkan hal tersebut akan berakibat fatal. Sehingga, mereka lebih menyukai dan mengikuti perkembangan budaya luar serta melupakan budaya mereka sendiri. Sebagai salah satu budaya warisan nenek moyang yang harus 1

2 dilestarikan, pencak silat saat ini telah mulai digantikan dengan seni beladiri modern seperti judo, taekwondo, karate, kungfu dan lainnya. Berbagai beladiri semakin lama semakin berkembang, sehingga beladiri yang asli di Indonesia hampir terlupakan. Dengan demikian, perguruan pencak silat hanya digemari oleh sekelompok kecil golongan masyarakat dibandingkan dengan beladiri yang berasal dari luar negeri yang mengalami perkembangan yang cukup pesat di Indonesia saat ini. Seni beladiri modern lebih diminati oleh remaja, sehingga lambat laun pencak silat yang merupakan seni beladiri dan budaya asli Indonesia hanya akan menjadi sebuah sejarah. Oleh karena itu, pencak silat perlu dilestarikan dengan menarik kembali minat para remaja untuk mempelajarinya, sehingga pencak silat akan tetap menjadi seni beladiri kebanggaan Indonesia. Dalam upaya melestarikan kebudayaan tersebut harus ditanamkan sejak dini, salah satunya dengan memperkenalkan dan mengajarkan seni beladiri pencak silat melalui pendidikan di sekolah, baik itu dalam pembelajaran pendidikan jasmani maupun pada kegiatan ekstrakurikuler. Pencak silat merupakan bagian dari kurikulum pendidikan jasmani yang harus diajarkan kepada siswa juga sebagai awal untuk mempersiapkan anak menjadi atlet masa depan yang nantinya akan diwadahi dalam suatu pembinaan prestasi yang terprogram melalui pemusatan latihan daerah untuk pelajar yaitu Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) cabang olahraga pencak silat. PPLP atau Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar merupakan sekolah pembibitan olahraga Nasional yang digunakan untuk mencari dan membina bakat olahraga pada usia sekolah (Kementrian Pemuda dan Olahraga, 2011, hlm. 19). Dalam mewujudkan olahraga yang berdaya saing dibutuhkan suatu pembibitan, pembinaan, pendidikan, pelatihan serta peningkatan prestasi olahraga yang terus menerus sejak dini, sehingga dapat dicapai prestasi yang diinginkan. Melalui PPLP dipersiapkan olahragawan-olahragawan junior yang secara fisik dan mental mampu menggantikan atau meneruskan perjuangan para olahragawan senior. Setiap tahunnya diadakan kejuaraan Nasional antar PPLP yang diselenggarakan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Tujuan dari kejuaraan Nasional antar PPLP adalah sebagai puncak pembinaan prestasi olahraga pelajar dan evaluasi terhadap berbagai bentuk pembinaan PPLP.

3 Pada hakekatnya pencak silat adalah kegiatan jasmani yang di dalamnya terkandung aspek olahraga dan merupakan wahana pendidikan jasmani yang memiliki tujuan tertentu. Tujuan pencak silat sebagai sarana pendidikan jasmani antara lain : 1) Tujuan untuk mencapai kesehatan, 2) Tujuan rekreasi, 3) Tujuan prestasi. Pencak silat prestasi merupakan olahraga kompetisi yang di pertandingkan pada PON, SEA GAMES, dan Kejuaraan Dunia. Dalam event kejuaraan pencak silat terbagi menjadi empat kategori, yaitu : 1) Kategori Tanding (wiraga), 2) Kategori Tunggal (wiragana), 3) Kategori Ganda (wirasangga), dan 4) Kategori Beregu (wiraloka). Dalam perkembanganya hingga saat ini pencak silat sudah dipertandingkan sebagai olahraga prestasi. Menurut (UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional) Olahraga Prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Pencak Silat merupakan salah satu cabang olahraga yang diharapkan mampu membina generasi muda Indonesia menjadi pribadi yang sehat, tangguh dan mandiri dalam menghadapi tantangan hidup di masa yang akan datang. Hal tersebut sesuai dengan konsep sehat menurut Departemen Kesehatan dengan bersumber pada Organisasi Kesehatan dunia (WHO) yaitu sehat adalah sejahtera jasmani, rohani dan sosial; bukan hanya bebas dari penyakit, cacat ataupun kelemahan (Giriwijoyo, 2012, hlm. 8). Sistem pembinaan Pencak Silat dilakukan dengan suatu kompetisi atau kejuaraan di Indonesia. Kompetisi merupakan suatu tolok ukur dari prestasi atlet Pencak Silat dan muara terbentuknya atlet Nasional. Untuk meningkatkan prestasi atau performa olahraga, seorang atlet harus memiliki kemampuan fisik dan psikologi yang baik sehingga dapat berlatih dan bertanding dengan semangat tinggi, total, pantang menyerah, dan tidak mudah terganggu oleh masalah pribadi atlet. Pencapaian prestasi dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Nopriansah (2010, dikutip dari, http://irpan91.blogspot.com/2010/12/ilmu-melatih-lanjutan.html) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi adalah sebagai berikut:

4 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi olahraga adalah : 1. Faktor Internal Faktor yang berasal dari potensi yang ada pada atlet atau pada orang yang berlatih, artinya prestasi olahraga di pengaruhi dan di tentukan oleh kemampuan atlet itu sendiri secara menyeluruh baik menyangkut oleh kemampuan FISIK, TAKTIK, TEKNIK atau pun MENTAL. 2. Faktor Eksternal Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi atlet yang berasal dari luar diri atlet. Contoh : sarana prasarana, pelatih. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap prestasi seorang atlet, karena pada dasarnya seorang atlet yang akan bertanding mempunyai persiapan dengan sebaik-baiknya dari segi fisik maupun segi mental. Hal tersebut selaras dengan pendapat Husdarta (2014, hlm. 94) yaitu Keterlibatan individu dalam kegiatan olahraga prestasi/yang dipertandingkan, didalamnya terdapat upaya pengerahan kemampuan fisik dan psikis yang setinggi-tingginya dalam memacu dan mengejar prestasi tertinggi. Seperti yang diungkapkan oleh Harsono (1988, hlm. 100) menjelaskan sebagai berikut : Tujuan serta sasaran utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu, ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu (1) latihan fisik, (2) latihan teknik (3) latihan taktik dan (4) latihan mental. Dari beberapa faktor tersebut faktor psikologi dapat berpengaruh langsung terhadap prestasi atlet. Menurut Muchlas (2008) dalam Husdarta (2014, hlm. 36) Prestasi olahraga itu tidak hanya bergantung kepada keterampilan teknis olahraga dan kesehatan fisik yang dimiliki atlet yang bersangkutan, tetapi juga bergantung pada keadaan psikologis dan kesehatan mentalnya. Diantara faktor psikologi yang mempengaruhi prestasi adalah tingkat inteligensi atau IQ (Intelligent Quotient) dan emosional atau EQ (Emotional Quotient). Husdarta (2014, hlm. 10) menjelaskan bahwa : Untuk dapat mencapai prestasi yang tinggi dalam suatu cabang olahraga tertentu dibutuhkan sifat-sifat kejiwaan tertentu, misalnya untuk dapat berprestasi tinggi dalam olahraga bulutangkis dibutuhkan keuletan, daya

5 tahan, kecepatan, semangat bersaing yang tinggi, disamping intelegensi yang memadai, tidak mudah putus asa, cerdik, dan sebagainya. Seorang atlet tidak hanya dilatih untuk meningkatkan semua kemampuan bagian-bagian tubuhnya, tapi juga untuk menguatkan kemauan, kemampuan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah yang berkaitan dengan taktik dan strategi bertanding. Oleh karena itu, untuk memilih pemain berbakat dalam salah satu cabang olahraga diperlukan penelitian dan bakat calon atlet tersebut secara cermat, salah satunya yaitu atlet yang memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional yang baik. Menurut Adisasmito (2007, hlm. 15) Aspek kognitif berkaitan dengan intelektual yang dimiliki oleh seorang atlet. Kemampuan intelektual ini dibutuhkan dalam mengatasi masalah (problem solving), menerapkan taktik dan strategi dalam latihan, dan menghadapi pertandingan. Hal tersebut selaras dengan pendapat Suranto (2005, hlm. 24) Inteligensi atau kecerdasan merupakan faktor penting yang sering menentukan kemenangan dalam pertandingan olahraga. Khususnya dalam cabang-cabang tertentu seperti sepak bola, bulu tangkis, tenis meja, bola basket, tenis lapangan, ataupun cabang beladiri. Artinya dalam cabangcabang olahraga tersebut memerlukan kemampuan untuk berpikir secara cepat dan tepat, kemudian bertindak secara cepat untuk mengantisipasi lawannya. Begitu pula dalam pertandingan pencak silat kategori tanding, seorang atlet diperlukan penguasaan taktik dan mental dalam menghadapi lawannya. Menurut Persilat (2001, hlm. 2) Pencak silat kategori tanding adalah pertandingan yang menampilkan dua orang pesilat dari kubu berbeda dan saling berhadapan dengan menggunakan unsur pembelaan dan serangan, yaitu menangkis, mengelak, dan menyerang pada sasaran yang telah ditentukan, serta menjatuhkan lawan. Oleh karena itu, kondisi intelegensi atau kecerdasan erat kaitannya dengan olahraga dan agar tetap bertambah dengan baik harus tetap memperoleh stimulus atau rangsangan untuk berfungsi, yaitu atlet harus dibiasakan untuk menggunakan kemampuan intelektualnya. Merujuk pada pendapat Suranto (2005, hlm. 27) Seorang pemain yang terus menerus berlatih baik secara fisik maupun teknik, tetapi tidak memberikan kesempatan melatih proses berpikir akan berakibat kegiatan yang bersifat

6 intelektual menjadi tidak berkembang. Oleh karena itu, intelegensi dalam pencapaian prestasi olahraga sangat berperan penting. Intelegensi yang tinggi juga berpengaruh besar terhadap pencapaian prestasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Edward dan Coleman (dalam Setiadi, 2001, hlm. 8), menunjukkan bahwa orang dengan intelegensi tinggi akan memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang memiliki intelegensi sedang atau rendah. EQ (Emotional Quotient) merupakan kemampuan untuk memotivasi diri, mengendalikan perasaan dan dorongan hati menjaga agar stres tidak mematikan kemampuan berpikir, berempati dan mengaplikasikan kecerdasan emosi secara efektif (Goleman, 2003, hlm. 45). Kecerdasan emosional yang baik sangat berkaitan erat dengan pengelolaan mental dan kondisi psikis seorang atlet dalam suatu pertandingan, seperti yang dikemukakan oleh Schmidt & Wrisberg (2000, hlm. 42) yaitu: In addition to motor abilities, other factors can contribute to differences in people's performance. One of these factors is the mood of the individual. In the 1970s Morgan of the University of Wisconsin used the "Profile of Mood States" inventory to assess the mental health of successful and unsuccessful candidates for the 1974 U.S. Olympic crew team and for the 1972 and 1976 U.S. Olympic wrestling teams. Morgan (1979) found that successful candidates (i.e., those who made the team) scored higher on vigor and lower on depression, anger, fatigue, and confusion than did their less successful counterparts. These findings indicate that mood is one factor that can differentiate the performance of sport participants. Penelitian yang dilakukan oleh Morgan menyatakan bahwa selain kemampuan motorik, faktor-faktor lain dapat berkontribusi pada perbedaan performa orang-orang. Salah satu faktor-faktor ini adalah suasana hati individu. Pada 1970-an Morgan dari University of Wisconsin berhasil menggunakan "Profile of Mood State" untuk menilai kesehatan mental, namun tidak berhasil tahun 1974 pada calon kru tim Olimpiade AS dan untuk tahun 1972 dan 1976 pada tim gulat Olimpiade AS. Morgan (1979) menemukan bahwa kesuksesan kandidat (yaitu, orang-orang yang membuat tim) mencapai skor lebih tinggi pada kekuatan, dengan tingkat depresi, kemarahan, kelelahan, dan kebingungan yang lebih rendah daripada rekan-rekan mereka yang kurang berhasil. Temuan ini

7 menunjukkan bahwa suasana hati merupakan salah satu faktor yang dapat membedakan performa peserta olahraga. Dengan demikian, suasana hati merupakan faktor yang sangat penting dan berpengaruh terhadap performa atlet, serta merupakan salah satu komponen dalam kecerdasan emosional yang harus dimiliki oleh seorang atlet. Menurut Bar-On (2005, hlm. 4), dalam EQ (Emotional Quotient) terdapat 5 skala atau skill yaitu skala intrapersonal, skala interpersonal, skala kemampuan penyesuaian diri (adaptability), skala manajemen stress (stress management), dan skala suasana hati umum (general mood). Kecerdasan emosional (Emotional Quotient) telah disetarakan dengan kecerdasan intelektual (Intelligence Qoutient) dalam menentukan tingkat keberhasilan. IQ (Intelligence Qoutient) tidak berfungsi dengan baik tanpa penghayatan emosional seseorang. Kedua intelegensi tersebut saling melengkapi, sehingga dapat dikatakan kunci keberhasilan prestasi adalah kondisi optimumnya IQ (Intelligence Qoutient) dan EQ (Emotional Quotient). Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan Goleman (2003. hlm. 11-12), terdapat dua jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional. Optimasi keduanya merupakan kunci dalam pencapaian prestasi. IQ (Intelligence Qoutient) dan EQ (Emotional Quotient) merupakan faktor psikologi yang termasuk dalam faktor internal seseorang. IQ (Intelligence Qoutient) dan EQ (Emotional Quotient) termasuk dalam input yang berperan penting dalam menentukan menang atau kalah atlet dalam bertanding. Seseorang yang memiliki tingkat EQ (Emotional Quotient) yang baik akan mampu mengatur kehidupan emosinya dengan kecerdasan, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosi dapat berkaitan dengan prestasi karena kemampuan atlet dalam mengelola emosi, konsentrasi serta pengendalian diri, sehingga pada saat-saat kritis tetap dapat mengambil keputusan dan melakukan koordinasi diri dengan baik. Dengan demikian, IQ (Intelligence Qoutient) dan EQ (Emotional Quotient) dapat menentukan prestasi seorang atlet. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa untuk meraih sebuah prestasi yang tinggi, seorang atlet tidak hanya memperhatikan

8 aspek fisik dan teknik saja melainkan adanya kesinambungan antara faktor teknik, fisik maupun psikologis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam olahraga prestasi terdapat beberapa pilar penting yang menunjang kesuksesan prestasi atlet yaitu fisik, teknik, taktik, dan mental/psikologi dari seorang atlet. Menurut Adisasmito (2007, hlm. 3) faktor penunjang prestasi yang pertama adalah mental. Faktor mental yang dimiliki seorang atlet akan berdampak pada penampilan atlet saat bertanding. Faktor mental sering diungkapkan sebagai adu akal, taktik, motivasi, dan lainnya untuk menunjang performa saat bertanding. Disitulah peran mental diperlukan untuk mengatasi masalah saat bertanding, hal tersebut dapat tercapai jika atlet memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional yang baik dalam mengelola emosi serta menggunakan intelektualnya untuk mengatasi lawannya dengan taktik yang dapat mengalahkan lawannya. Selain kondisi fisik, yang harus dimiliki oleh seorang atlet adalah kemampuan teknik/keterampilan teknik. Menurut Giriwijoyo (2012, hlm. xvii). Melatih cabang olahraga prestasi adalah meningkatkan kemampuan fungsional raga yang sesuai dengan tuntutan penampilan cabang olahraga itu sampai ke tingkat yang maksimal, baik pada aspek kemampuan dasar (kemampuan fisik) maupun pada aspek kemampuan tekniknya. Kemampuan fisik dan keterampilan teknik sangat erat kaitannya dengan performa atlet dalam latihan maupun pertandingan. Dengan demikian, bukan hanya kemampuan fisik saja yang utama yang harus dimiliki oleh seorang atlet dalam upaya meraih prestasi olahraga tetapi keterampilan teknik juga sangatlah penting dimiliki oleh atlet. Dalam olahraga prestasi, keterampilan teknik yang baik yang dimiliki oleh atlet sangat diperlukan pada saat bertanding. Seorang atlet pencak silat dapat melakukan keterampilan teknik serangan dan belaan dengan baik dan maksimal apabila memiliki keterampilan teknik yang sangat baik. Hal tersebut selaras dengan pendapat Schmidt & Wrisberg (2000, hlm. 10) bahwa One quality of skill proficiency is movement certainty. To be "skilled" implies that a person is able to meet the performance goal, or "end result," with maximum certainty. Yaitu Satu kualitas dari kemahiran keterampilan adalah kepastian gerakan. Untuk menjadi "terampil" yang menyiratkan bahwa seseorang mampu memenuhi tujuan

9 kinerjanya, atau "hasil akhir"-nya, dengan kepastian maksimum. Untuk mencapai prestasi dalam cabang olahraga pencak silat, pada dasarnya pesilat harus dapat melakukan keterampilan teknik tendangan, pukulan, dan teknik lainnya dengan teknik yang benar. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk menguji dengan melakukan penelitian mengenai hubungan antara kecerdasan intelektual atau IQ (Intelligence Qoutient), kecerdasan emosional atau EQ (Emotional Quotient), dan keterampilan teknik dengan prestasi pencak silat atlet PPLP Jawa Barat. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut : 1. Olahraga prestasi mempunyai ciri iklim kompetitif yang tinggi, sehingga mendorong para atlet untuk selalu berlatih meningkatkan kemampuannya. Atlet akan berupaya tampil sebaik mungkin untuk mencapai prestasi maksimal. Seorang atlet yang bertanding dalam situasi kompetisi dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: fisik, teknik, taktik, dan psikis. Pada kenyataan yang terjadi dilapangan, hanya aspek fisik dan teknik saja yang dominan dilatihkan oleh pelatih kepada atletnya. Hal tersebut selaras dengan yang diungkapkan oleh Husdarta (2014, hlm. 37) bahwa Aspek psikologis atlet sering diabaikan oleh para pembina dan atlet dalam menjalankan latihan. Padahal aspek psikologis ini sangat berpengaruh terhadap penampilan atlet. Seorang atlet yang terus menerus berlatih baik secara fisik maupun teknik, tetapi tidak memberikan kesempatan melatih proses berpikir akan berakibat kegiatan yang bersifat intelektual menjadi tidak berkembang. Oleh karena itu, intelegensi dalam pencapaian prestasi olahraga sangat berperan penting. Intelegensi yang tinggi juga berpengaruh besar terhadap pencapaian prestasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Edward dan Coleman (dalam Setiadi, 2001, hlm. 8), menunjukkan bahwa orang dengan intelegensi tinggi akan memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang memiliki intelegensi sedang atau rendah. Untuk mendapatkan suatu prestasi bukan hanya mengandalkan bakat, kekuatan, kecepatan, dan

10 kelenturan yang didapat dari fisik. Di samping itu ada faktor lain yang diluar dari konteks fisik yaitu psikis yang erat kaitannya dengan mental seorang atlet dalam mengelola emosinya. Seperti yang dikemukakan Husdarta (2014, hlm. 2) bahwa Faktor psikhis berupa struktur dan fungsi-fungsi kepribadian seperti motivasi, emosi, percaya diri, disiplin, kecemasan, ketegangan, pembinaan kelompok, interaksi sosial, dll. Memainkan peranan yang amat penting dalam mendulang prestasi olahraga. Faktor-faktor tersebut merupakan bagian dari kecerdasan emosional yang harus dimiliki oleh seorang atlet ketika berlatih maupun pada saat bertanding. Suatu latihan fisik yang telah dilakukan dengan mengikuti semua prosedur dengan benar akan sia-sia tanpa adanya faktor psikologis. Hal-hal yang berkaitan dengan kondisi mental tersebut dapat dicapai apabila seorang atlet memiliki kecerdasan emosional yang baik. 2. Dalam suatu pelatihan pencapaian prestasi secara maksimal tidak terlepas dari aspek fisik dan teknik. Aspek-aspek tersebut selalu menjadi komponen pertama dan utama yang menjadi perhatian pelatih dalam program latihan olahraga prestasi. Dengan demikian, keterampilan teknik merupakan kemampuan yang tidak kalah pentingnya yang harus dimiliki atlet selain kemampuan fisik dan mental/psikis dalam menunjang prestasi. Untuk itu, agar dapat mencapai prestasi pada dasarnya pesilat harus dapat melakukan keterampilan teknik tendangan, pukulan, dan teknik lainnya dengan benar dan mantap. Hal tersebut selaras dengan pendapat Schmidt & Wrisberg (2000, hlm. 10) bahwa One quality of skill proficiency is movement certainty. To be "skilled" implies that a person is able to meet the performance goal, or "end result," with maximum certainty. Yaitu Satu kualitas dari kemahiran keterampilan adalah kepastian gerakan. Untuk menjadi "terampil" yang menyiratkan bahwa seseorang mampu memenuhi tujuan kinerjanya, atau "hasil akhir"-nya, dengan kepastian maksimum. Oleh karena itu, keterampilan teknik merupakan aspek penting terhadap prestasi atlet, agar dapat menjadi perhatian dan evaluasi bagi pihak terkait untuk meningkatkan prestasi pencak silat. Terutama dalam penyeleksian atlet PPLP Jawa Barat yang hanya melakukan tes keterampilan teknik dasar dengan melihat seberapa

11 banyak atlet dapat melakukan tendangan dan pukulan dalam kurun waktu tertentu, tetapi tidak melihat kebenaran gerakan tekniknya. 3. Berdasarkan teori-teori dan penelitian terdahulu bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan keterampilan teknik merupakan aspek penting dalam mendulang prestasi olahraga, khususnya untuk atlet pencak silat PPLP Jawa Barat yang merupakan atlet-atlet yang dipersiapkan untuk menjadi atlet masa depan. Pada kenyataan yang terjadi dilapangan, hanya dilakukan tes kemampuan fisik dan kemampuan teknik saja pada proses seleksi atlet PPLP Jawa Barat, sedangkan aspek yang berkaitan dengan psikologis atlet tidak dilakukan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan justifikasi yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan intelektual dengan prestasi pencak silat atlet PPLP Jawa Barat? 2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi pencak silat atlet PPLP Jawa Barat? 3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan teknik dengan prestasi pencak silat atlet PPLP Jawa Barat? 4. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan keterampilan teknik secara bersama-sama dengan prestasi pencak silat atlet PPLP Jawa Barat? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menguji apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan intelektual dengan prestasi pencak silat atlet PPLP Jawa Barat.

12 2. Untuk mengetahui dan menguji apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi pencak silat atlet PPLP Jawa Barat. 3. Untuk mengetahui dan menguji apakah terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan teknik dengan prestasi pencak silat atlet PPLP Jawa Barat. 4. Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan keterampilan teknik secara bersama-sama dengan prestasi pencak silat atlet PPLP Jawa Barat. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan peneliti, semoga penelitian ini bermanfaat untuk berbagai pihak yang berkepentingan di cabang olahraga pencak silat maupun cabang olahraga lainnya. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan dibidang tersebut dalam pembinaan prestasi atlet cabang olahraga pencak silat. b. Sebagai bahan referensi dalam menentukan program latihan yang baik sesuai dengan kebutuhan untuk memperoleh prestasi yang optimal dan tambahan ilmu kepelatihan olahraga bagi pelatih maupun penulis. c. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan kajian bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, serta memberi informasi yang bersifat ilmiah dapat dijadikan bahan diskusi, seminar, maupun objek penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan informasi bagi pelatih, guru pendidikan jasmani dan pembina olahraga dalam upaya meningkatkan prestasi cabang olahraga khususnya cabang olahraga pencak silat dalam memberikan pengajaran dan pelatihan kepada siswa/atlet dalam menyampaikan materi pencak silat dengan menggunakan model pembelajaran maupun metode latihan dalam ekstrakulikuler yang lebih menekankan pada peningkatan intelektual dan karakter siswa/atlet, sehingga secara tidak langsung

13 siswa/atlet berlatih taktik serta mental bukan hanya berlatih fisik serta teknik saja dari sejak dini. Untuk itu, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional siswa/atlet akan semakin berkembang. b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi pelatih dalam menyeleksi atlet yang memiliki kemampuan fisik, teknik, taktik, dan mental yang baik. c. Memberikan pengetahuan bagi pelatih dan atlet bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional sangat diperlukan dalam mencapai prestasi olahraga, bukan hanya mengandalkan kemampuan fisik dan teknik saja. F. Struktur Organisasi Tesis Struktur organisasi penulisan dalam tesis ini berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah UPI. Bab I berupa pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi. Bab II berisikan kajian pustaka, hubungan antar variabel dan hipotesis penelitian. Bab III berisikan tentang metode penelitian. Bab IV berisikan tentang temuan dan pembahasan yang akan dipaparkan dari hasil pengolahan data atau analisis tertentu. Bab V berisikan tentang kesimpulan dan rekomendasi.