BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis dalam (Jogiyanto, 2005)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berlokasi di Jalan Ki Hajar Dewantoro KM 1.5 Tropodo, Krian. Perusahaan tersebut

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Akuntansi Biaya. Sistem Biaya & Akumulasi Biaya (Cost System & Cost Accumulation) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Development Life Cycle (SDLC) model waterfall. Berdasarkan SDLC model

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi (2008:202), penjualan merupakan aktivitas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Produksi Tahu Pas (Putra H.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang meningkat, membuat perusahaan. bersaing dalam mengembangkan usahanya. Setiap perusahaan memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

PENENTUAN HARGA JUAL RUMAH DENGAN METODE COST PLUS PRICING PADA PT. CAKRA INDONESIA FERRY LAKSMANA / 3EB01

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan. hidup para anggota dan masyarakat daerah kerja pada umumnya.

BAB II LANDASAN TEORI. suatu badan usaha, instansi, individu atau perorangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keputusan untuk pertumbuhan perusahaan. Menurut Krismiaji (2002), kesalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Implementasi aplikasi adalah tahap penerapan hasil analisis dan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut (Jogiyanto, 2005) perancangan didefinisikan sebagai. elemen yang terpisah dari satu kesatuan yang utuh dan berfungsi.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR GAMBAR... xiv. DAFTAR TABEL... xxiii BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB III LANDASAN TEORI. lebih akurat sesuai dengan tujuan pembuatan aplikasi tersebut, aplikasi

BAB II LANDASAN TEORITIS. maupun variable. Menurut Garrison dan Nooren (2006:51), mengemukakan

BAB II BAHAN RUJUKAN

INFORMASI AKUNTANSI PENUH

Akuntansi Biaya. Cost System and Cost Accumulation. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PELAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SEGMEN. Segmen adalah unit-unit usaha penghasil laba dalam organisasi atau

Penentuan Harga Jual Donat Toping Keju LAPORAN LABA RUGI BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. pembelian dilakukan dengan mengubah bentuk barang. 2003). Menurut Soemarso S.R (1994) kegiatan pembelian dalam perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. data diolah lebih berdaya guna secara optimal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Anggaran Neraca

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu System Development

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pertemuan 13 Penyusunan Anggaran Kas Disarikan dari Yusnita, Wenny dan sumber2 relevan lainnya

ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN METODE COST PLUS PRICING DALAM PENDEKATAN FULL COST PADA BAKSO PLO JAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. MOTTO... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI...

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konsumen dibuat berdasarkan biaya produksi per unit ditambah persentase mark up,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL. berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. M enurut Hansen. menggunakan produk atau fasilitas organisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sepatu dan sandal, serta bahan baku alas kaki seperti sole dan heels. UD Eka berdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIKLUS REKAYASA PERANGKAT LUNAK (SDLC)

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Menurut Jogiyanto (2005), aplikasi adalah penggunaan dalam suatu komputer, instruksi atau pernyataan (statement) yang disusun sedemikian rupa sehingga komputer dapat memproses input menjadi output. 2.2 Biaya Biaya menurut Krismiaji (2002) adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode mendatang. Menurut Nafarin (2004), Biaya (Cost) adalah nilai sesuatu yang dikorbankan yang diukur dalam satuan uang untuk memperoleh aktiva yang diimbangi dengan pengurangan aktiva atau penambahan utang atau modal. 2.3 Depresiasi Aktiva Menurut Rudianto (2009) Aktiva tetap merupakan benda yang berwujud dan dimiliki perusahaan yang bersifat permanen serta digunakan dalam aktivitas operasi perusahaan yang bukan untuk diperjualbelikan. Sedangkan depresiasi atau penyusutan merupakan alokasi harga perolehan yang dibebankan pada suatu periode tertentu yang timbul karena penggunaan suatu aktiva. Pada perhitungan harga pokok produksi, aktiva yang dilakukan perhitungan penyusutan merupakan aktiva yang digunakan pada kegiatan produksi seperti mesin pabrik. Terdapat banyak metode yang digunakan dalam menghitung depresiasi suatu aktiva. Namun, pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode garis lurus. 7

8 Adapun rumus yang digunakan dalam menghitung dapresiasi aktiva menggunakan metode garis lurus adalah... (1) 2.4 Biaya Pabrik Menurut Soemarso (2014) Biaya pabrik merupakan biaya-biaya yang terjadi pada kegiatan produksi dan terjadi di pabrik. Secara umum biaya pabrik dapat dikelompokkan menjadi: 2.4.1 Biaya Bahan Baku Secara umum, bahan baku merupakan seluruh bahan yang digunakan guna memproduksi suatu produk jadi. Biaya bahan baku umumnya dibagi menjadi dua yaitu bahan baku langsung dan tidak langsung. Biaya bahan baku langsung (direct material). Menurut Witjaksono (2013) adalah harga semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi. Sehingga bahan baku langsung merupakan bahan baku yang pemakaiannya cukup signifikan dan mudah diukur penggunaannya per unit produk yang dihasilkan. Sedangkan biaya tidak langsung merupakan harga bahan baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya relative kecil sehingga sulit untuk diukur per unit produk. Nilai biaya bahan baku dapat diketahui nilainya dengan memperhatikan pencatatan persediaan. Berikut adalah ilustrasi untuk pembebanan biaya bahan baku: Dalam kegiatan produksi pada suatu periode tertentu, diketahui bahwa permintaan bahan baku dari bagian produksi kepada bagian gudang bahan baku adalah sebesar seratus kilogram. Harga perolehan bahan baku tersebut dapat langsung diketahui dari kartu persediaan bahan baku, sehingga pembebanannya

9 dapat langsung dilakukan dengan cara mengalikan harga perolehan bahan baku dengan permintaan bahan baku dalam hal ini sebesar seratus kilogram. 2.4.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Menurut Witjaksono (2013), Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat secara langsung mengubah bahan baku menjadi suatu produk dan pembebanan biayanya dapat ditelusuri pada setiap unit produk yang dihasilkan sehingga biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja yang langsung mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Biaya tersebut diketahui dari bukti memorial yang menggambarkan alokasi biaya tenaga kerja pada suatu periode tertentu. 2.4.3 Biaya Overhead Pabrik Menurut Witjaksono (2013), Biaya overhead pabrik merupakan biaya-biaya produk selain biaya bahan baku langsung serta biaya tenaga kerja langsung. Secara umum, biaya overhead dibagi atas: 1. Biaya Bahan Tidak Langsung Adalah bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya relatif kecil. 2. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja yang dikerahkan secara tidak langsung mempengaruhi pembuatan bahan jadi. Seperti manager produksi yang yang bertanggung jawab atas kegiatan produksi.

10 3. Biaya Tidak Langsung Lainnya Secara sederhana dapat didefinisikan sebagai biaya overhead selain biaya bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Seperti biaya listrik pabrik, telepon pabrik serta biaya pabrik lainnya. 2.5 Bill Of Material (BOM) Menurut Gaspersz (2004), struktur produk atau bill of mareials (BOM) didefinisikan sebagai cara komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufakturing. Struktur produk typical akan menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke dalam komponen-komponen fabrikasi, kemudian komponen-komponen itu bergabung secara bersama untuk membuat subassemblies, kemudian subassemblies bergabung bersama membuat assemblies, dan seterusnya sampai produk akhir. Struktur produk sering ditampilkan dalam bentuk gambar (chart format). 2.6 Bill Of Operation (BOO) Daftar kegiatan Operasi adalah struktur yang menggambarkan langkahlangkah kerja yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk. Ini termasuk definisi pusat kerja dimana kegiatan operasi akan dilakukan, serta urutan langkahlangkah yang harus diikuti. Objek bisnis ini merinci langkah-langkah proses spesifik yang perlu dilakukan oleh operator mesin untuk menghasilkan materi. Ini termasuk urutan operasi yang harus dilakukan serta sumber daya dan alat yang diperlukan yang mungkin diperlukan, seperti penentuan posisi dan perlengkapan. Bahan dan pusat kerja yang akan digunakan, serta pemeriksaan kualitas yang harus dilakukan selama proses produksi, juga didefinisikan dalam operasi ini.

11 2.7 Harga Pokok Produksi Menurut Soemarso (2014), Harga pokok produksi merupakan total seluruh biaya dari barang yang telah selesai diproduksi. Harga pokok produksi terdiri dari nilai barang dalam proses awal periode ditambah total biaya pabrik selama satu periode dikurangi nilai barang dalam proses akhir periode. 2.8 Metode Variabel Costing Menurut Mulyadi (2005) Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku variabel kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langung dan biaya overhead pabrik variabel. 2.9 Harga Jual Menurut Mulyadi (2005), Harga jual adalah besarnya harga yang akan dibebankan kepada konsumen yang diperoleh atau dihitung dari biaya produksi ditambah biaya non produksi dan laba yang diharapkan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. 2.9.1 Metode dalam penentuan harga jual Menurut Sugiri (2009), metode yang paling mudah digunakan untuk menentukan harga jual produk adalah metode Cost Plus Pricing. Metode Cost

12 Plus Pricing merupakan metode menentukan harga jual dengan cara menambahkan keseluruhan biaya total dengan laba yang diharapkan (markup) sebesar persentase tertentu dari biaya tersebut. Markup harus ditentukan dengan tepat sehingga perusahaan dapat mencapai laba yang diharapkan. Dari metode tersebut terdapat beberapa pendekatan dasar dalam menentukan harga jual antara lain: 1. Biaya Produksi Penuh (Full Costing) Salah satu dasar yang digunakan untuk menentukan harga jual produk pada penelitian ini adalah biaya produksi yang dihitung berdasarkan pendekatan full costing. Menurut pendekatan ini, biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik tetap maupun variabel. Harga jual ditentukan dengan cara menambah biaya produksi dengan markup. 2. Biaya Penuh (Full Cost) Dasar kedua yang digunakan untuk menentukan harga jual adalah full cost. Full cost merupakan seluruh biaya baik biaya produksi maupun biaya non produksi. Harga jual ditentukan dengan cara menambah seluruh biaya tersebut dengan markup. 3. Biaya Produksi Variabel (Variable Costing) Dasar ketiga yang digunakan untuk menentukan harga jual adalah variable costing. Menurut pendekatan ini, biaya produksi hanya terdiri atas biaya variabel yang digunakan untuk memproduksi produk. Komponen biaya produksi tersebut hanya terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variabel. Biaya overhead tetap bukan menjadi bagian dari biaya

13 produksi melainkan menjadi biaya perioda. Harga jual yang ditentukan dengan cara menambah seluruh biaya tersebut dengan markup. 2.9.2 Perhitungan Penentuan Harga Jual Menurut Mulyadi (2005), Harga jual adalah besarnya harga yang akan dibebankan kepada konsumen yang diperoleh atau dihitung dari biaya produksi ditambah biaya non produksi dan laba yang diharapkan. Menurut Sugiri (2009), penentuan persentase markup digunakan untuk menutupi biaya non produksi seperti biaya pemasaran dan administrasi umum serta untuk menutupi ROI. Jika salah dalam menentukan persentase markup maka biaya tersebut dan ROI tidak dapat ditutup oleh harga jual. Berikut ini merupakan formula dalam menetapkan markup menggunakan variable costing. Berdasarkan formula di atas salah satu cara untuk menentukan markup dengan melakukan perhitungan Return on Investment (ROI) terlebih dahulu. Menurut Mulyadi (2001), ROI merupakan perbandingan investasi dengan berapa tahun invesatasi yang digunakan untuk mengembalikan modal sehingga diketahui target laba yang digunakan untuk mengembalikan modal dari investasi tersebut. Berikut ini merupakan formula dalam menetapkan Return on Investment....(3.1) Sedangkan untuk menghitung persentase Return on Investment (ROI) dapat menggunakan rumus pada (3.2).... (3.2)

14 2.10 Dasar Investasi Menurut Sugiri (2009), belum bisa dilakukan perhitungan Return on Investment (ROI) apabila pihak manajer belum menentukan bagaimana laba dan investasi harus diukur. Oleh karena itu, perhitungan ROI digunakan untuk mengevaluasi efektivitas setiap divisi pada perusahaan dengan menggunakan aktiva yang digunakan divisi tersebut untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan, maka investasi tersebut harus dapat diukur sebesar rerata investasi divisi selama periode melakukan evaluasi. Dasar investasi merupakan aktiva operasi saja. Aktiva operasi merupakan penjumlahan dari aktiva-aktiva produktif yang terdiri dari kas, piutang usaha, persediaan, gedung, dan peralatan. Aktiva non produktif seperti tanah digunakan untuk perluasan perusahaan pada waktu yang akan datang. Namun, aktiva ini tidak dimasukkan sebagai investasi divisi. Berikut ini dijelaskan masing-masing elemen yang membentuk dasar investasi. 2.10.1 Kas Menurut Soemarso (2013), kas merupakan sejumlah uang tunai yang berada di perusahaan. Aktiva ini merupakan aktiva sangat lancar bagi perusahaan karena digunakan secara langsung untuk memenuhi berbagai macam transaksi pada perusahaan. 2.10.2 Piutang Usaha Menurut Soemarso (2013), piutang usaha merupakan adalah hak klaim yang dimiliki oleh perusahaan terhadap pihak atau perusahaan lain. Pada waktu jatuh tempo pelunasan piutang, perusahaan memperoleh uang tunai, aktiva lain atau

15 jasa. Piutang usaha merupakan piutang yang berasal dari kegiatan utama perusahaan yaitu penjualan kredit. 2.10.3 Persediaan Menurut Soemarso (2013), persediaan merupakan barang-barang yang dimiliki perusahaan. Dimana barang tersebut digunakan perusahaan untuk dijual kembali atau digunakan untuk kegiatan perusahaan. 2.10.4 Aktiva Tetap Menurut Sasongko (2016), aktiva tetap pada perusahaan merupakan aktiva berwujud yang digunakan untuk melakukan kegiatan produksi atau penyediaan barang atau jasa. Ataupun, digunakan perusahaan untuk disewakan kepada pihak lain serta digunakan untuk tujuan administrasi. Selain itu, dari aktiva tersebut diharapkan dapat digunakan selama lebih dari satu periode. Contoh dari aktiva tetap antara lain tanah, bangunan, kendaraan, mesin, dan peralatan kantor. Aktiva tetap merupakan salah satu komponen terbesar pada neraca sehingga dapat membantu kegiatan operasional perusahaan apabila pemanfaatannya dilakukan secara efektif dan efisien. Semua aktiva tetap yang dimiliki perusahaan harus dilakukan penyusutan, kecuali tanah karena memiliki masa manfaat tidak terbatas. 2.11 System Development Life Cycle Menurut Pressman (2002), System Development Life Cycle (SDLC) merupakan suatu siklus hidup pengembangan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa tahapan-tahapan penting dalam membangun perangkat lunak yang dilihat dari segi pengembangannya. SDLC sendiri memiliki beberapa model pengembangan, yaitu Waterfall model, Prototype, Rapid Application

16 Development (RAD), Agile Software Development, dan sebagainya. Metode Penelitian yang dilakukan ini termasuk pada model waterfall. Model ini memberikan pendekatan-pendekatan sistematis dan berurutan bagi pengembangan piranti lunak. Menurut Fatta (2007), walaupun memiliki beberapa model, pada dasarnya semua mengacu pada proses-proses standar berikut : a. Analisis b. Desain c. Implementasi d. Pemeliharaan SDLC sendiri memiliki beberapa metode atau model, salah satunya adalah waterfall model. SDLC Waterfall memiliki beberapa kelebihan, yaitu : a. Merupakan model pengembangan paling handal dan paling lama digunakan b. Cocok untuk system software berskala besar c. Cocok untuk system software yang bersifat generic d. Pengerjaan project system akan terjadwal dengan baik dan mudah dikontrol Gambar 2. 1 SDLC Waterfall

17 SDLC waterfall sendiri memiliki beberapa fase atau tahapan sebagai berikut : a. Requirement Analysis Pada fase ini, semua kebutuhan sistem diidentifikasi. Daftar kebutuhan sistem dapat diperoleh melalui survei dan analisis kepada organisasi yang bersangkutan. b. System Design Setelah mengidentifikasi semua kebutuhan sistem, selanjutnya developer membuat desain sistem. Hal ini diperlukan untuk menganalisis kebutuhan hardware and system requirements. c. Implementation Pada tahapan ini, programmer melakukan coding program berdasarkan hasil desain sistem. d. Testing Setelah program selesai dibuat, selanjutnya dilakukan testing. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui atau mengidentifikasi bug atau error pada program. e. Deployment Fase deployment merupakan fase akhir dari pengembangan suatu sistem. Seluruh bug atau error telah diatasi dan program siap dipublikasikan. f. Maintenance Ketika suatu program telah sampai di tangan client dan instalasi dilakukan, tidak menutup kemungkinan bahwa program memerlukan maintenance. Proses maintenance bisa saja terjadi sewaktu-waktu ataupun secara berskala.