BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serangan krisis. Pada tabel penyerapan tenaga kerja BPS, pada tahun 1997

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Perkembangan Perekonomian Daerah Propinsi Maluku Triwulan II 2008 PERKEMBANGAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) PERBANKAN DI MALUKU

BAB III KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

Review Dialog BENARKAH KUR TANPA JAMINAN? Jakarta, 5 November 2008, Gedung Jurnal Nasional Jam

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. melanda bangsa Indonesia pada tahun konvensional, sehingga memilih untuk berhubungan dengan lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. termasuk satu negara bank based yaitu negara yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk usaha agar usaha tersebut berjalan lancar. Sektor perdagangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Evaluasi Implementasi Kebijakan Kredit Usaha Rakyat Dalam Rangka Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan, Koperasi (UMKMK).

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak dimana 99,7% atau

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kegagalan usaha (Kemendag,2013). yang dianggap penting dan mampu menopang perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI INDONESIA PERIODE NOVEMBER 2012 APRIL 2014

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang. liabilitas (penghimpunan dana) (Wuryandani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

KREDIT USAHA RAKYAT. Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. Lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini era pembangunan telah menunjukkan perkembangan terutama

BAB I PENDAHULUAN. Suatu lembaga yang meningkatkan perkembangan ekonomi negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

I. PENDAHULUAN. 1 Suara Karya, 2007, Pertumbuhan Ekonomi Tidak Berkualitas, Jum at 13 Juli Dalam artikel

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan kredit perbankan sebelum krisis ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan serta jasa sangat erat kaitan dan apabila telah terjalin kerjasama yang

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Perkembangan suatu usaha tani dipengaruhi ketersediaan modal. Modal

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

2016, No Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Penelitian ini mengangkat isu tersebut karena beberapa alasan

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang baik akan mendorong terciptanya stabilitas sistem keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. (demand deposit), tabungan (savings), dan deposito berjangka (time

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa, bank memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter Bank Indonesia dilaksanakan dalam rangka mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menyita pikiran pemerintah untuk segera dipecahkan. Krisis

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. menandai awal terjadinya krisis ekonomi dan moneter di Indonesia. Nilai

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem keuangan negara-negara berkembang termasuk Indonesia berbasiskan perbankan (bank based). Hal ini tercermin pada besarnya pembiayaan sektor riil yang bersumber dari pembiayaan perbankan. Data Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) menunjukan komposisi pembiayaan eksternal untuk bisnis keuangan non bank terbesar bersumber dari perbankan yaitu 52% dari total sumber pembiayaan, diikuti dengan penerbitan saham (36%), dan pembiayaan dari penerbitan obligasi (bond) serta pinjaman non bank masing-masing sebesar 6% (Soesilo, 2007). Penyaluran kredit oleh perbankan merupakan sumber untuk pembiayaan investasi bagi sektor bisnis. Namun, sejak krisis perbankan tahun 1997, penyaluran kredit oleh perbankan nasional masih sangat lambat sehingga fungsi intermediasi perbankan yang semestinya dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Penyaluran kredit dilihat dari loan to deposit ratio (LDR) masih jauh dari harapan, di awal tahun 2000-an angka LDR perbankan masih sekitar 35%, angka ini lebih didorong oleh pertumbuhan kredit konsumsi. Memasuki awal tahun 2008, LDR perbankan sedikit membaik sebesar 69%, dan meningkat menjadi 74% pada akhir tahun 2008. Namun demikian angka LDR ini masih di bawah angka ideal LDR perbankan sebesar 80% atau dari angka LDR perbankan sebelum krisis ekonomi tahun 1997 yang melebihi 90%. Rendahnya penyaluran kredit oleh perbankan, terutama untuk investasi dan modal kerja karena, pasca krisis perbankan sangat hati-hati dalam menyalurkan kredit dan masih berlangsungnya konsilidasi internal perbankan. Terjadinya credit crunch juga mengurangi ruang gerak bagi kebijakan moneter, karena kebijakan moneter yang menaikan suku bunga akan mempersulit ruang gerak dunia usaha (Agenor, 2000). Dilihat dari struktur perekonomian nasional, dari total 49,84 juta pelaku usaha pada tahun 2007, sebesar 99,74% merupakan pelaku usaha kecil dan mikro,

2 sebesar 0,24% merupakan pelaku usaha menengah, dan kurang dari 0,1% yang menjadi kelompok usaha besar (Statistik UKM Tahun 2006-2007). Kendati sektor UMKM menjadi sektor yang dominan dalam struktur perekonomian nasional, namun masih memiliki berbagai keterbatasan yang menyebabkan sektor ini sulit untuk berkembang. Beberapa masalah yang dihadapi oleh sektor UMKM dalam mengembangkan usaha adalah: pertama, masih sulitnya akses UMKM pada pasar, kedua, masih lemahnya pengembangan dan penguatan usaha, dan ketiga, keterbatasan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan dari lembaga keuangan formal khususnya perbankan (Wijono, 2005). Sejauh ini UMKM yang sebagain besar bergerak di sektor informal memiliki akses yang lemah terhadap kredit perbankan, baik disebabkan faktor internal pelaku usaha sendiri maupun alasan persyaratan administrasi perbankan. Pada hal sektor UMKM memiliki peran yang besar dalam perekonomian nasional, baik dalam memberikan kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun dalam penyerapan tenaga kerja. Tahun 2007 kontribusi PDB dari sektor UMKM mencapai Rp. 2.121,3 triliun atau 53,6% dari total PDB nasional sebesar Rp.3.957,4 triliun, dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 91,8 juta orang atau 97,3% dari total tenaga kerja secara nasional (Indikator Makro Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2008). Berdasarkan data Bank Indonesia, menurut platfon kredit perbankan yang disalurkan pada tahun 2007 dari total kredit perbankan sebesar Rp.1.002,01 triliun, porsi kredit yang dikucurkan untuk kelompok usaha mikro kecil dan menengah sebesar 50,18% dan kredit untuk usaha besar 49,82%. Rendahnya penyaluran kredit kepada sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), karena sektor UMKM dinilai tidak memenuhi prasyarat penyaluran kredit, salah satunya adalah masalah collateral atau jaminan. Akibatnya, UMKM yang sebagain besar bergerak disektor non formal kesulitan untuk mendapatkan kredit guna perluasan usaha. Menyadari peran penting sektor UMKM di dalam perekonomian nasional, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk menjembatani gap antara sektor perbankan dengan pelaku UMKM. Dengan melakukan polling dana pembinaan dan

3 pengembangan UMKM yang sebelumnya ada di Departemen/Kementerian teknis yang membina langsung pelaku UMKM, maka sejak bulan November 2007 pemerintah meluncurkan program penjaminan kredit yang dikenal dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pelaku UMKM. Program ini dilaksankan sebagai tindak lanjut dari Memorandum of Understanding (MoU) antara departemen terkait dengan bank-bank pelaksana program KUR serta lembaga penjamin kredit tentang Penjaminan Kredit Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi. Gambar 1: SKEMA PENJAMINAN KUR A P B N DEP KEUANGAN KEMENTERIAN KOMITE KEBIJAKAN PMN PERUSAHAAN PENJAMIN BANK INDONESIA SID SUBSIDI IJP DEP. TEKNIS JAMINAN PENERIMA PENDAMPINGAN PEMBINAAN DAN BANK PELAKSANA UMKMK TERJAMIN Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan UKM. Program KUR dijalankan dengan pola penjaminan dari lembaga penjaminan yaitu PT. Askrindo dan Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) yang mendapatkan suntikan modal baru dari pemerintah sebesar Rp.1,45 triliun pada tahun 2008, dengan terget gearing ratio sebesar 10 kali serta target membiayai 650 ribu debitur tahun 2008 dan menyerap satu juta tenaga kerja. Sementara itu, bank pelaksana penyaluran KUR yang ditunjuk pemerintah yaitu lima bank Persero masing-masing Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri ditambah Bank Bukopin. Kerjasama antara lembaga penjamin kredit dengan bank-bank pelaksana program KUR dilakukan dengan sistem risk sharing, yaitu 70% risiko ditanggung oleh lembaga penjaminan dan 30% risiko ditanggung oleh perbankan. Sementara pemerintah berperan sebagai penanggung imbal jasa

4 penjaminan (IJP) sebesar 1,5% dari kredit pembiyaan yang dijamin oleh Lembaga Penjaminan, dan menjadi beban APBN. Sedangkan untuk suku bunga pinjaman dari perbankan kepada UMKM ditetapkan maksimal sebesar 16% per tahun untuk pola KUR langsung, dan maksimal 24% efektif per tahun untuk pola linkage program dan KUR mikro. Tingkat suku bunga program KUR jauh lebih rendah dibandingkan pinjaman melalui Bank Perkreditan Rakyat (BPR) atau pun melalui lembaga non bank lainnya. 1.2 Permasalahan Sejak diluncurkan pada akhir tahun 2007 dan efektif berjalan tahun 2008, Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) cukup mendapatkan respon positif dari masyarakat. Hal ini terlihat dari tingginya angka penyaluran KUR setiap bulannya. Namun demikian, dari enam bank pelaksana program KUR yaitu lima Bank Persero ditambah Bank Bukopin, kecepatan penyaluran kredit KUR oleh masing-masing bank cukup berbeda. Bank BRI merupakan bank pelaksana program KUR yang menyalurkan kredit terbesar sepanjang tahun 2008, yaitu sebesar Rp.9,20 triliun atau 72,89% dari total KUR yang tersalurkan sebesar Rp.12,62 triliun. Sementara Bank BTN hanya mampu menyalurkan kredit KUR sebesar Rp. 166,0 miliar atau 1,31% dari total realisasi kredit KUR. Rata-rata KUR per debitur juga sangat bervariasi di antara bank-bank pelaksana, yaitu bank BRI dengan rata-rata KUR per debitur Rp.5,96 juta dengan jumlah debitur sebanyak 1.615.979 debitur. Sementara Bank Bukopin memiliki rata-rata kredit per debitur tertinggi yaitu Rp. 211,68 juta per debitur dengan jumlah debitur 2.944 debitur. Secara nasional rata-rata kredit debitur cukup baik yaitu sebesar Rp.7,55 juta per debitur. Pelaksanaan KUR melalui enam bank pelaksana diharapkan mampu memperbesar kredit kepada sektor UMKM. Namun berdasarkan data realisasi perbankan pada tahun 2008, porsi kredit UMKM perbankan secara nasional justru mengalami penurunan dari 50,18% pada tahun 2007 menjadi 48,48% pada tahun 2008.

5 Gambar 2: Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Tahun 2008 oleh Enam Bank Pelaksana Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (data diolah) Berdasarkan data realisasi KUR tahun 2008, terlihat kecepatan dan kemampuan masing-masing bank pelaksana program KUR sangat berbeda dalam menyalurkan KUR. Penunjukan bank pelaksana program KUR oleh pemerintah belum sepenuhnya berjalan optimal. Harapan program KUR mampu menjangkau pelaku usaha yang lebih besar belum sepenuhnya terlaksana, hal ini terlihat pada tidak tercapainya target realisasi KUR pada tahun 2008 yang ditetapkan sebesar Rp.14,5 triliun. Target realisasi KUR ini mungkin saja bisa dipenuhi jika semua bank pelaksana program KUR memiliki kecepatan dan fokus yang sama untuk menyalurkan kredit kepada sektor UMKM. Apalagi di tahun 2009 pemerintah telah menargetkan untuk meningkatkan realisasi KUR menjadi Rp. 19,5 triliun dengan adanya penambahan modal pemerintah dan premi imbal jasa penjaminan (IJP) yang dialokasikan dalam APBN tahun 2009. Berdasarkan fakta di atas, maka penulisan ini akan meneliti dan menganalisis perilaku perbankan dalam menyalurkan kredit UMKM untuk Program Kredit Usaha Rakyat. Kemampuan masing-masing bank berbeda dalam menyalurkan kredit KUR, kendati fasilitas yang diberikan oleh pemerintah sama, yaitu tidak wajibnya prasyarat jaminan kredit. Perumusan masalah yang akan diteliti adalah:

6 1. Apakah KUR dapat meningkatkan porsi kredit UMKM pada masing-masing bank pelaksana KUR? 2. Apakah ketidakmerataan penyaluran KUR juga terjadi menurut sektor ekonomi dan lokasi penyaluran kredit. 3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku perbankan dalam menyalurkan KUR? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pengaruh Program KUR terhadap porsi kredit UMKM pada masing-masing bank pelaksana KUR pada tahun 2008. 2. Menganalisis sebaran KUR menurut sektor ekonomi dan lokasi penyaluran kredit serta penyaluran kredit pada masing-masing bank pelaksana KUR. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bank pelaksana Program Kredit Usaha Rakyat dalam menyalurkan KUR kepada pelaku usaha UMKM. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, manfaat serta informasi terhadap kebijakan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diluncurkan pemerintah untuk menjembatani antara pelaku usaha mikro kecil dan menengah yang tidak bankable namun feasible secara usaha. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi: 1. Pemerintah selaku pengambil kebijakan dan pengembangan Program Kredit Usaha Rakyat. Diharapkan dari hasil penelitian ini diketahui: a. Pelaksanaan program KUR, sebaran kredit menurut daerah dan sektor ekonomi. b. Perilaku yang mempengaruhi perbankan dalam menyalurkan KUR, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam rangka memperbesar target KUR dimasa yang akan datang. 2. Dunia akademisi sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

7 1.5 Hipotesis 1. Hipotesis A a Adanya penjaminan kredit pada Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) akan meningkatkan pemberian kredit kepada sektor UMKM. b Pelaku UMKM yang merupakan sektor informal banyak bergerak di sektor perdagangan dan pertanian, oleh karena itu penyaluran KUR juga akan banyak kepada sektor perdagangan dan pertanian, dengan konsentrasi terbesar di Pulau Jawa. 2. Hipotesis B Kondisi internal dan eksternal perbankan terutama ketersediaan dana (likuiditas perbankan), besarnya kredit macet (NPL), jangkauan debitur, dan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) akan mempengaruhi perbankan dalam menyalurkan Kredit Usaha Rakyat. 1.6 Sistematika Penulisan Bab I : Membahas latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan hipotesis penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Berisikan tentang metodologi penelitian yang digunakan, tinjauan literatur, dan pembentukan model. Pada bab ini, diuraikan penelitianpenelitian terdahulu yang terkait dengan penawaran kredit perbankan. Atas dasar seleksi variabel, diperoleh fungsi penawaran kredit KUR oleh perbankan. Bab III : Bab ini khusus membahas tentang Program Kredit Usaha Rakyat, yang berisikan latar belakang Program KUR, ketentuan dan tata cara mengakses KUR, realisasi KUR dan analisis deskriptif terhadap pelaksanaan KUR yang dilihat dari sebaran KUR menurut bank pelaksana, sebaran KUR menurut daerah, dan sebaran KUR menurut

8 sektor ekonomi. Selain itu juga di analisa pengaruh Program KUR terhadap peningkatan kredit perbankan kepada sektor UMKM. Bab IV : Pada bagian ini dibahas tentang hasil analisis statistik dari model. Uji statistik untuk membuktikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu KUR sebagai fungsi penawaran kredit UMKM. Bab V : Penutup, berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang diperoleh. Juga di bahas implikasi kebijakan terhadap temuan penelitian, dan saran bagi penelitian berikutnya.

9 Gambar 3: Kerangka Berfikir: PERILAKU PENAWARAN KREDIT UMKM OLEH PERBANKAN PADA PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT Target Meningkatnya kredit UMKM KUR Rp.14,5 T Porsi PROGRAM KUR Fakta: Porsi kredit UMKM turun 50,8% menjadi 48,4% Realisasi KUR Rp.12,6 T Dominasi BRI (72,9%) Masalah Apakah KUR meningkatkan porsi kredit UMKM bank Pelaksana? Ketidakmerataan KUR menurut sektor dan daerah Faktor apa yang pengaruhi bank dalam menyalurkan KUR Tujuan Pengaruh KUR thd kredit UMKM bank pelaksana Sebaran KUR menurut sektor dan daerah Faktor mempengaruhi perilaku penawaran KUR oleh Bank Deskriptif Alat analisis Statistik/ ekonometrika Hipotesis A 1. Penjaminan KUR akan meningkatkan kredit UMKM bank pelaksana 2. Pelaku UMKM yang merupakan sektor informal banyak bergerak di sektor perdagangan dan pertanian, oleh karena itu penyaluran KUR akan banyak kepada kedua sektor, dengan konsentrasi terbesar di Pulau Jawa. Hipotesis Kesimpulan Hipotesis B perilaku bank menawarkan kredit dipengaruhi faktor internal bank (ketersediaan dana, kelancaran kredit, dan jangkauan pelayanan) dan faktor eksternal suku bunga. Kesimpulan A Saran Kesimpulan B

10