1 Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa

Manajemen Aset Wakaf Jumat, 01 November :16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

B A B. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. banyak mendapat perhatian para cendekiawan dan ulama adalah cash waqf

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BAITUL MAAL HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

Keuangan mulai tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Hal ini dapat. dilihat dari terus meningkatnya perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia

Oleh Mulya E. Siregar, Direktur Perbankan Syariah Bank Indonesia.

Kuisioner Penelitian

BAB IV ANALISIS WAKAF UANG DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG BABAT

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW bersabda, apabila manusia meninggal dunia, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Efrizon, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Qur an, Sesungguhnya

PENDAHULUAN. Belakangan ini di Indonesia muncul berita yang mengejutkan berbagai

BAB I P E N D A H U L U A N

MANFAAT DAN HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN WAKAF UANG * Oleh Drs. H. Asrori, S.H., M.H

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang didirikan pada tahun 1963 sebagai proyek percontohan dalam bentuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data pertumbuhan terakhir yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masjid Quba sebagai wakaf pertama, kemudian beliau membangun masjid Nabawi

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

BAB I PENDAHULUAN. yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERSEPSI PESANTREN TERHADAP WAKAF UANG (PESANTREN DI JADETABEK) TESIS

BAB V PENUTUP. 1. Model Pengelolaan Wakaf Produktif dengan kerangka kerja yang professional merupakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. dan pelaksanaan wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia Dompet Dhuafa. Jakarta diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

Peluang Wakaf Produktif untuk Pembiayaan Pendidikan Islam

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI WAKAF TUNAI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

WAKAF SEBAGAI ALTERNATIF PENDANAAN PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT INDONESIA

RESUME TESIS WAKAF DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM (Study Naratif Wakaf Produktif dan Pengembangannya melalui Investasi)

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syari ah, terutama perbankan syari ah. Demikian pula Baitul

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. wakaf yaitu, ajaran Islam mengenai wakaf, peraturan perundang-undangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang sudah mapan. Dalam hukum Islam, wakaf tersebut termasuk

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF MASJID DAN WAKAF QUR AN DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA

BAB IV ANALISIS PERWAKAFAN DI KJKS BMT AL-FATTAH PATI. A. Praktek Perwakafan Uang di KJKS BMT AL-FATTAH Pati

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

Sukuk Ijarah. 1 Al Ma'ayir as Syar'iyyah, hal Dr. Hamid Mirah, Sukuk al Ijarah, hal

BAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya adalah milik Allah. Kepemilikan dalam ajaran Islam disebut juga

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB V RENCANA AKSI. Bab ini menjelaskan rencana aksi inovasi model bisnis konsultan independen

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syari ah menimbulkan sikap optimis meningkatnya gairah investasi

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

LAPORAN AKTIFITAS YBM PLN JANUARI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG WAKAF UANG (Di Kecamatan Rawalumbu Bekasi) TESIS EFRIZON A

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia sangatlah kompleks, diantaranya adalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha, perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. satu ajaran islam yang mengatur pola kesejahteraan dan kemakmuran adalah pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat hutang dikenal dengan nama obligasi (Husnan, 2001:4).

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan dana pada surat berharga (financial asset) yang diharapkan akan

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

BAB I PENDAHULUAN. manusia disebut sebagai makhluk sosial. Islam mengajarkan kita untuk saling

PROFIL BADAN WAKAF INDONESIA. Ditulis oleh Web Master Sabtu, 12 Juni :54

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini tingkat persaingan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN. shalat dan puasa. Namun ada juga yang berdampak secara sosial, seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat muslim di Indonesia khususnya riba. Bank syariah seperti halnya bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar Dollar AS,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI NAZHIR TERHADAP WAKAF UANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aset wakaf di Indonesia terbilang sangat besar. Menurut data Badan Wakaf Indonesia (2008) dan merujuk pada data Departemen Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberdayaan Zakat dan Wakaf (2008), sampai posisi Maret 2008, jumlah seluruh tanah wakaf di Indonesia sebanyak 363.272 lokasi, dengan luas 2.701.145.561,08 meter persegi atau 270.114,56 hektar. Tanah wakaf tersebut sebagian besar baru dimanfaatkan untuk pendirian masjid, panti asuhan, sarana pendidikan dan kuburan, dan hanya sebagian kecil yang dikelola ke arah yang lebih produktif. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Bahasa dan Budaya Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2006, terhadap 500 responden nazhir di 11 propinsi di Indonesia, dimana penelitian ini menunjukkan bahwa harta wakaf lebih banyak bersifat diam sebesar 77% dari pada yang menghasilkan atau produktif hanya sebesar 23% (CSRC, 2006). Artinya, bahwa tanah wakaf yang demikian luas itu belum memberikan manfaat produktif, melainkan sebagian besar masih digunakan untuk kepentingan yang bersifat konsumtif (Nasution & Hasanah, 2005, p. 53). Tanah wakaf seluas 270.114,56 hektar tersebut akan memberikan manfaat yang lebih besar apabila digunakan untuk kepentingan produktif, seperti rumah sakit, pusat bisnis, pertanian, perkebunan, dan lain-lain. Jika dibandingkan dengan negara-negara yang mayoritas berpenduduk Islam seperti Mesir, Aljazair, Sudan, Kuwait dan Turki, perwakafan di Indonesia tertinggal jauh (CSRC, 2006, p. 48). Negara-negara tersebut jauh-jauh hari sudah mengelola wakaf ke arah produktif (Nasution & Hasanah, 2005, p. 53), dan Singapura yang penduduk muslimnya minoritas, aset wakafnya juga telah berkembang dengan baik (MUIS Annual Report, 2007). Potensi wakaf di atas, belum termasuk potensi wakaf benda tak bergerak, misalnya wakaf uang. Wakaf uang sebenarnya bukan persoalan baru dalam Islam, praktik wakaf uang telah dikenal lama dalam sejarah Islam. Majelis Ulama Indonesia 1

2 ketika memfatwakan kebolehan wakaf uang, mengambil pendapat ulama-ulama besar, antara lain, pendapat Imam Az- Zuhri (w.124 H) memberikan fatwa yang membolehkan wakaf diberikan dalam bentuk uang, berupa dinar dan dirham, untuk pengadaan sarana dakwah, sosial dan pembagunan umat (Mubarok, 2008, p. 126). Istilah wakaf uang tersebut kembali dipopulerkan oleh M.A. Mannan melalui pendirian Social Investment Bank Limited (SIBL), yaitu bank yang khusus didirikan untuk mengelola dana wakaf (Wadjdy & Mursyid, 2007). Wakaf uang ini pada dasarnya bertujuan menghimpun dana abadi yang bersumber dari umat, yang kemudian dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kepentingan dakwah dan masyarakat. Selama ini masyarakat hanya mengenal wakaf dalam bentuk tanah dan bangunan, sedangkan wakaf dalam bentuk uang belum tersosialisasi dengan baik. Dana wakaf uang, jika dapat disosialisasikan dengan baik ditengah-tengah masyarakat muslim, merupakan potensi dana yang luar biasa besarnya. Menurut Nasution (2005), memperkirakan bahwa potensi wakaf uang yang dapat dihimpun dari jumlah Muslim kelas menengah di Indonesia, paling tidak terkumpul sekitar Rp. 3 Triliun per tahun. Jika dibandingkan dengan utang luar negeri yang diperoleh dari CGI tahun 2001 sebesar US $. 3,14 miliar, dengan asumsi kurs Rp 10.000 per US $, maka besar utang tersebut adalah Rp. 31,4 Triliun, atau paling tidak dengan dana wakaf uang tersebut, dapat mengurangi beban utang sebesar 10% (p. 44). Tabel 1.1 Potensi Wakaf Tunai di Indonesia No. Banyaknya Wakaf (Orang) Besaran Gaji Dibayar Per Bln (Rp) Nominal Wakaf Per Bln (Rp) POTENSI Wakaf Per BLN (Rp) POTENSI Wakaf Per THN (Rp) 1 2 3 4 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 500.000 1 2 Juta 2 5 Juta 5 10 Juta 5.000 10.000 50.000 100.000 20 Miliar 30 Miliar 100 Miliar 100 Miliar 240 Miliar 360 Miliar 1,2 Triliun 1,2 Triliun POTENSI Wakaf 250 Miliar 3 Triliun Sumber : Mustafa E. Nasution & Uswatun Hasanah, Wakaf Tunai, Inovasi Finansial Islam. Besarnya potensi wakaf uang tersebut akan terus bertambah dari tahun ke tahun, dengan asumsi, misalnya, dari data Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2005

3 (Departemen Agama, 2005). Seandainya dari sekitar 182.083.594 jiwa yang beragama Islam tersebut melaksanakan ibadah wakaf uang sebesar 10% saja atau sekitar 18,2 juta umat, dengan besaran wakaf per hari sebesar satu kali biaya parkir kendaraan bermotor yaitu Rp. 2.000,- atau sebulan sebesar 60 ribu rupiah, maka dalam waktu satu tahun akan terkumpul dana wakaf tunai sebesar Rp. 13,1 Triliun setiap tahun. Dana ini akan terus bertambah dari tahun ke tahun, kalau saja gerakan wakaf tunai ini dapat dilaksanakan dengan baik, dan dalam jangka waktu sepuluh tahun saja, akan terhimpun dana sebesar Rp. 131 Triliun, suatu sumber dana raksasa yang luar biasa besar yang dimiliki umat Islam. Fakta besarnya potensi wakaf ini, telah dilakukan oleh Islamic Relief - organisasi pengelola wakaf uang di Inggris (Suhrawardi, 2008), yang berhasil memobilisasi dana wakaf uang setiap tahun tidak kurang dari 30 juta poundsterling. Dana ini kemudian dikelola secara profesional dan amanah, dan hasilnya disalurkan kepada lebih dari 5 juta orang yang berada di manca negara. Di Bosnia, Islamic Relief melalui dana wakaf uang telah berhasil menciptakan lapangan kerja baru bagi lebih dari 7.000 orang melalui Income Generation Waqf (Nafis, 2008). Di Malaysia (CSRS, 2006, p. 62), gerakan wakaf uang juga sudah mendapat perhatian. Beberapa Majelis Agama Islam Negeri dan Swasta sudah mulai menggerakkannya, seperti Majelis Agama Islam Selangor telah mulai memperkenalkan skim saham wakaf. Bahkan, Johor Corporation Berhad (JCorp) melalui tiga anak perusahaannya telah mewakafkan saham miliknya dengan nilai aset bersih berjumlah RM. 200 juta di bawah kelolaan Kumpulan Wakaf Annur Berhad, kemudian deviden yang diperoleh dari saham itu, digunakan dan diinvestasikan kembali, serta diberikan kepada Majelis Agama Islam dan untuk kegiatan-kegiatan amal kebajikan umat Islam di Malaysia. Majelis Ugama Islam Singapura MUIS, aset wakafnya total berjumlah S$. 350 juta, dan saat ini tidak ada lagi tanah wakaf baru yang diwakafkan (Ekoniaga, 13 Maret 2007). Untuk mengelolanya, MUIS membuat anak perusahaan bernama WAREES (Wakaf Real Estate Singapura). WAREES merupakan perusahaan kontraktor yang khusus didirikan guna memaksimalkan aset wakaf. Dalam prakteknya WAREES tidak hanya sekedar membangun sarana dan prasarana gedung saja, melainkan juga menjadi konsultan manajemen dan bisnis

4 untuk pengembangan aset wakaf tersebut. Sebagian besar bangunan-bangunan masjid di Singapura, telah dibangun dengan sistem WAREES. Bentuk pengembangan dana wakaf lainnya adalah telah dibangunnya hotel berbintang empat. Sebelum dibangun menjadi hotel, awalnya hanya merupakan kedai makan sederhana, kemudian WAREES meminjam dana Sukuk untuk membangun hotel 12 lantai. Setelah terbangun, dan atas izin MUIS, WAREES mengontrak Astor guna mengoperasikan manajemen hotel, dengan bagi hasil yang disepakati, 70% untuk MUIS dan 30% sisanya untuk Astor (Annual Report MUIS, 2008). WAREES-pun berkantor di gedung yang berdiri di atas tanah wakaf, dimana gedung ini terdiri atas 8 lantai, yang dibangun dengan pinjaman dana Sukuk sebesar S$. 3 juta, yang harus dikembalikan selama lima tahun. Gedung berlantai delapan ini telah penuh disewa, dan dari hasil sewa tersebut, penghasilan bersih mencapai S$. 1.5 juta per tahun. Dalam jangka waktu tiga tahun, pinjamanpun bisa dilunasi, dan selanjutnya adalah keuntungan milik MUIS yang dialokasikan untuk kesejahteraan masyarakat muslim Singapura (Annual Report MUIS, 2008). Sedangkan fakta perkembangan wakaf di Indonesia, terjadi ketika pada tahun 2001, M.A. Mannan, ketua Social Investment Bank, Ltd. (SIBL) Bangladesh, memberikan seminar di Indonesia mengenai wakaf uang, yang ternyata konsep wakaf uang itu mampu mendorong peningkatan dan perkembangan dana wakaf uang. Pada tahun 2002, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam perspektif syar i, mengeluarkan fatwa kebolehan wakaf uang (waqf al-nuqud), dan selanjutnya Pemerintah Republik Indonesia memberlakukan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, dan Peraturan pelaksanaannya yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006. Undang-undang ini menyebutkan bahwa harta benda wakaf terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak. Benda tidak bergerak meliputi: tanah, bangunan, tanaman, dan lain-lain, sedangkan harta benda bergerak, meliputi: uang logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa, dan lain-lain. Dengan demikian, tidak ada lagi alasan bahwa wakaf tidak bisa berkembang karena legalitas yang tidak mengijinkan/terhalang dengan aturan.

5 Beberapa contoh perkembangan wakaf uang tersebut, yaitu Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor Ponorogo di Jawa Timur, merupakan salah satu contoh lembaga yang dibiayai dari wakaf (Wadjdy & Mursyid, 2007, p. 123). Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, yang sampai posisi tahun 2006 telah mengelola lembaga pendidikan meliputi: 1 buah SMU, D III, Strata Satu dengan 7 Fakultas ditambah dengan program internasional, 4 Magister, dan 2 program Doktor, memiliki lebih dari 10.000 mahasiswa (Wadjdy & Mursyid, 2007, p. 127). Kemudian Badan Wakaf Universitas Muslim Indonesia Ujung Pandang, yang memiliki tanah wakaf seluas 25 Ha berasal dari wakaf, dan saat ini mengelola sebuah Universitas Muslim Indonesia, dengan 8 Fakultas dan jumlah mahasisa lebih dari 17.000 orang (Wadjdy & Mursyid, 2007, p. 128). Sedangkan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa Republika, merupakan lembaga otonom Dompet Dhuafa Republika yang memberikan fasilitas permanen untuk kaum dhuafa, lengkap dengan operasional medis 24 jam dan mobileservice, dan lembaga ini dibiayai dari dana yang bersumber dari dana wakaf tunai. (CSRC, 2006). Sebagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim, yang memiliki potensi dana wakaf uang yang besar, seharusnya realisasi pencapaian dana wakaf uang setidaknya juga cukup besar, akan tetapi, kenyataannya bahwa outstanding penghimpunan dana wakaf uang terbilang relatif sangat kecil, bahkan perbedaannya sangatlah signifikan jika dibandingkan dengan outstanding cash waqf yang berhasil dihimpun oleh MUIS Singapura, dimana jumlah penduduk, luas wilayah dan jumlah penduduk muslim tidak sebanding dengan Indonesia. Pada umumnya wakaf yang ada di Indonesia dikelola oleh dua bentuk nazhir, yakni nazhir wakaf kelompok perorangan dan nazhir wakaf badan hukum. Nazhir perorangan pada umumnya belum mampu mengembangkan dana wakaf yang ada dibawah tanggungjawabnya. Sedangkan wakaf yang dikelola oleh badan hukum, juga baru sedikit yang mampu mengembangkan wakaf secara produktif (Nasution & Hasanah, 2005, p. 74). Keberadaan nazhir dalam perwakafan, memegang peranan yang sangat penting bagi berkembang tidaknya suatu harta wakaf. Nazhir adalah orang yang diserahi

6 tugas untuk memelihara dan mengurus benda wakaf, dimana pengertian ini kemudian di Indonesia dikembangkan menjadi kelompok orang atau badan hukum yang diserahi tugas untuk memelihara dan mengurus benda wakaf. Disamping itu, nazhir juga mempunyai kewajiban untuk menjaga, mengembangkan dan melestarikan manfaat dari harta yang diwakafkan bagi orang-orang yang berhak menerimanya, artinya, bahwa berfungsi dan tidak berfungsinya suatu perwakafan bergantung pada nazhir. Pasal 9 Undang-Undang Wakaf menyebutkan, bahwa yang dikatakan sebagai nazhir, adalah meliputi perorangan, organisasi, atau badan hukum, yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pembinaan dan pengawasan dari Pemerintah dan Badan Wakaf Indonesia. Mengingat nazhir memiliki peran sentral bagi pengelolaan harta benda wakaf, maka dalam melaksanakan tugas ke-nazhir-annya haruslah dilakukan secara profesional. nazhir harus mempunyai keahlian dan ketrampilan khusus dalam mengelola perwakafan. Nazhir harus mempunyai komitmen moral yang tinggi, dan tidak asal-asalan dalam menjalankan tugasnya. Sedemikian penting peranan nazhir dalam keberhasilan pengumpulan dana wakaf tunai, seyogyanya nazhir mempunyai kebebasan mengembangkan ide-idenya dalam pelaksanaan tugas ke-nazhir-annya. Organisasi/yayasan-yayasan atau lembaga-lembaga berbadan hukum pengelola wakaf uang, harus beranggotakan sumber daya insani yang inovatif, dan modelmodel atau teknik-teknik dalam pengumpulan dana wakaf uang -pun harus terus dikembangkan, mengikuti perkembangan zaman saat ini, tetapi dengan tetap berlandaskan syar i. 1.2 Perumusan Masalah Memperhatikan potensi wakaf uang yang begitu besar, yang seharusnya apabila dikelola dengan baik, tentunya akan menghasilkan penghimpunan dana wakaf uang yang besar, tetapi kenyataannya terjadi gap yang sangat lebar antara relasisasi dana wakaf yang berhasil dihimpun dibandingkan dengan potensi wakaf uang yang ada. Idealnya, dengan makin banyaknya bermunculan yayasan-yayasan atau lembagalembaga pengelola wakaf uang yang dikelola oleh masyarakat melalui nazhir wakaf organisasi/yayasan-yayasan atau lembaga-lembaga wakaf yang sudah berbadan

7 hukum, seharusnya outstanding dana wakaf tunai yang berhasil dihimpun juga semakin besar, akan tetapi dalam penelitian ini, menduga karena manajemen pengelolaan kurang dilaksanakan dengan baik dan kurang profesional, maka output penghimpunan dana wakaf uang yang dihasilkan juga tidak maksimal. Hal tersebut tergambar dari outstanding dana wakaf yang berhasil dihimpun oleh Yayasan Dompet Dhuafa pada Laporan Keuangan tahun 2007/2008, hanya sebesar 1,9 miliar rupiah, dan Yayasan PKPU pada Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Wakaf tahun 2007/2008 hanya menerima dana wakaf sebesar 201,8 juta rupiah. Oleh karena itu, rumusan permasalahan dalam tesis ini adalah agar para nazhir organisasi dan/atau nazhir badan hukum pengelola wakaf uang dapat memberikan peran dan kontribusi yang maksimal bagi penghimpunan dana wakaf uang, maka dalam penelitian ini perlu diketahui pengaruh variabel perspektif nazhir wakaf uang terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang. 1.3 Pertanyaan Penelitian. Dari rumusan di atas, maka pertanyaan penelitian yang akan dibahas dalam tesis ini adalah : 1) Menurut perspektif nazhir, apakah variabel profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang di yayasan Dompet Dhuafa Republika dan Pos Keadilan Peduli Umat? 2) Menurut perspektif nazhir, apakah variabel sosialisasi berpengaruh signifikan terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang di yayasan Dompet Dhuafa Republika dan Pos Keadilan Peduli Umat? 3) Menurut perspektif nazhir, apakah variabel sistem database berpengaruh signifikan terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang di yayasan Dompet Dhuafa Republika dan Pos Keadilan Peduli Umat? 4) Menurut perspektif nazhir, apakah variabel nekwork/jarongan kerja berpengaruh signifikan terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang di yayasan Dompet Dhuafa Republika dan Pos Keadilan Peduli Umat? 5) Menurut perspektif nazhir, apakah variabel regulasi berpengaruh signifikan terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang di yayasan Dompet Dhuafa Republika dan Pos Keadilan Peduli Umat?

8 1.4 Batasan Masalah. Pembatasan penelitian ini dilakukan agar pembahasan penelitian tidak terlalu luas sehingga menyimpang dari tujuan semula, melainkan lebih spesifik, dengan batasan penelitian sebagai berikut : 1) Penelitian bersifat studi kasus, dengan mengambil sampel data dari kuisioner yang disebarkan dan diisi oleh para pengelola wakaf uang, baik Nazhir organisasi dan/atau badan hukum pengelola wakaf uang. 2) Sampel dan kuisioner diambil dari, antara lain: Yayasan Tabung Wakaf Indonesia, Yayasan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), dan Yayasan Dompet Dhuafa Republika. 3) Variabel bebas penelitian dibatasi hanya pada profesionalisme Nazhir, sosialisasi, sistem data base, jumlah jaringan (network), dan regulasi. 4) Variabel terikat penelitian adalah peluang peningkatan dana wakaf uang. 1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui perspektif nazhir, apakah variabel profesionalisme, sosialisasi, sistem database, network, dan regulasi memiliki pengaruh signifikan terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang. 2) Untuk mengetahui peran dan kontribusi nazhir dalam upayanya untuk memaksimalkan penghimpunan dana wakaf tunai di tempat dimana nazhir tersebut bekerja. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang hendak diperoleh dari penelitian tentang penghimpunan dana wakaf tunai ini adalah : 1) Mendapatkan informasi tentang bagaimana pendapat para nazhir dalam usahanya Dengan diketahuinya faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap peluang peningkatan dana wakaf tunai, maka hasil penelitian ini

9 diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan peningkatan dana wakaf uang. 2) Diharapkan dapat memberikan wawasan dan bahan untuk melakukan pengembangan penelitian lebih lanjut. 1.6 Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan keberhasilan penghimpunan dana wakaf uang yang dilakukan oleh MUIS Singapura. Walaupun muslim di Singapura minoritas, yaitu hanya sekitar 15 % (lima belas persen) dari jumlah penduduk Singapura, akan tetapi total dana wakaf uang yang berhasil dihimpun setiap tahunnya mencapai suatu jumlah yang sangat signifikan, dimana nilai asset wakaf terakumulasi sebesar S$. 350 juta. Salah satu bentuk manajemen pengelolaan wakaf tunai yang unik, yang dibentuk oleh MUIS adalah Mosque Building Fund (MBF), yakni para pekerja muslim di Singapura memberikan kontribusi sebagian dari gaji yang diterima setiap bulan, untuk ditabungkan di Central Provident Fund (CPF). Pada tahun 2007, dalam sistem potong gaji ini telah tercatat lebih dari 175.000 pekerja muslim yang turut berpartisipasi, dimana pelaksanaan potong gajinya dilakukan oleh suatu agen pengumpul dana wakaf uang, yaitu CPF. Penerapan sistem ini ternyata berhasil dengan baik, terbukti dengan besarnya outstanding wakaf tunai yang berhasil dihimpun oleh CPF dalam setahun sebesar S $, 6 juta atau dengan kurs Rp. 8.000,- ekuivalen sebesar Rp. 48 miliar per tahun (Karim, 2007). Adapun faktor keberhasilan tersebut dikarenakan MUIS menerapkan manajemen pengelolaan wakaf uang dengan baik, efisien dan efektif, antara lain meliputi : 1) Faktor statement para pengelola, yaitu mereka mengelola perwakafan tidak asal-asalan melainkan benar-benar dikelola secara profesional. 2) Faktor dukungan Information and Tecnology (IT) yang sangat memadai, sehingga MUIS mempunyai database seluruh muslim di Singapura secara lengkap.

10 3) Faktor sosialisasi yang dilakukan oleh MUIS secara terus menerus, baik melalui sarana penyebaran brosur-brosur tentang wakaf uang maupun kegiatan-kegiatan sosial lain, seperti penyelenggaraan konferensi wakaf pada bulan Maret 2007 yang lalu. 4) Dalam pengelolaan perwakafan, tidak ada campur tangan dari Pemerintah Singapura, semuanya menjadi kewenangan penuh dari MUIS. Di Indonesia, Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, dimana dalam undang-undang tersebut, wakaf uang termasuk yang di atur. Berbeda dengan Singapura, dalam hal ini, Pemerintah Indonesia berperan aktif sebagai pihak regulator, pengawas, sekaligus pembinaan terhadap para pengelola wakaf. Di samping itu, mengingat muslim di Indonesia mempunyai penyebaran yang sangat luas, maka faktor network/jaringan kerja yang tertata dengan baik, akan sangat membantu keberhasilan penghimpunan dana wakaf uang. Sebagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan MUIS dalam menghimpun dana wakaf uang di atas, dan memperhatikan faktor ekstern, yaitu regulasi Pemerintah, dan juga faktor intern, yaitu para pengelola wakaf uang/nazhir, maka variabel-variabel yang berpengaruh terhadap peluang peningkatan penghimpunan dana wakaf uang dalam penelitian ini, menggunakan variabelvariabel sebagai berikut : 1) variabel profesionalisme nazhir, 2) variabel sosialisasi, 3) variabel sistem database, 4) variabel network / jaringan kerja, dan 5) variabel regulasi. Untuk lebih memudahkan memahami kerangka pemikiran atau logika berpikir penelitian ini, berikut digambarkan dalam bentuk skema, sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1 di bawah ini.

11 Gambar 1.1 : Kerangka Pemikiran POTENSI Wakaf Uang Besar REALISASI Wakaf Uang Kecil Pengelolaan Wakaf uang Belum Optimal Fakta Keberhasilan MUIS Singapura mengelola Cash Waqf Pengumpulan Data : Data Primer dalam bentuk Kuisioner Variabel yang berpengaruh Dana Wakaf Tunai 1.7 Hipotesis Penelitian Terdapat lima hipotesis yang akan diujikan dalam penelitian ini, dan uji hipotesis ini dimaksudkan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat dinilai memiliki pengaruh signifikan terhadap peluang peningkatan penghimpunan dana wakaf uang. Hipotesis I : Profesionalisme Nazhir Ho : Menurut perspektif nazhir, variabel profesionalisme tidak berpengaruh terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang. H1 : Menurut perspektif nazhir, variabel profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang.

12 Hipotesis II : Sosialisasi Ho : Menurut perspektif nazhir, variabel sosialisasi tidak berpengaruh terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang. H1 : Menurut perspektif nazhir, variabel sosialisasi berpengaruh signifikan terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang. Hipotesis III : Sistem Database Ho : Menurut perspektif nazhir, variabel sistem database tidak berpengaruh terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang. H1 : Menurut perspektif nazhir, variabel sistem database berpengaruh signifikan terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang. Hipotesis IV : Network/Jaringan Kerja Ho : Menurut perspektif nazhir, variabel network/jaringan kerja tidak berpengaruh terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang. H1 : Menurut perspektif nazhir, variabel network/jaringan berpengaruh signifikan terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang. Hipotesis V : Regulasi Ho : Menurut perspektif nazhir, variabel regulasi tidak berpengaruh terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang. H1 : Menurut perspektif nazhir, variabel regulasi berpengaruh signifikan terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang. 1.8 Metode Penelitian. Pembahasan dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan bentuk penelitian korelasional (correlational research) dan deskriptif. Penelitian korelasional menunjukkan adanya hubungan antar dua variabel, tanpa menjelaskan variabel mana yang menjadi penyebab, dan variabel mana yang menjadi akibat. Sedangkan penelitian deskriptif merupakan penjelasan karakteristik mengenai obyek penelitian, sehingga akan didapat pengertian mengenai karakteristik, mengetahui

13 profil, dan menjelaskan aspek yang relevan dari fenomena terhadap obyek penelitian (Nasution & Usman, 2006). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan metode kuisioner dengan mengirimkan daftar pertanyaan yang secara langsung diisi oleh responden, sedangkan metode sampling yang digunakan adalah Non Probabilitas Sampling. Teknik analisis menggunakan Analisa Inferensi yang bersumber dari data sampel, dengan menggunakan teknik korelasi dan uji hipotesis dari model regresi. Analisis ini dilaksanakan guna melihat dan mendapatkan bukti empiris tentang adanya korelasi pengaruh antara variabel bebas profesionalisme nazhir, sosialisasi, sistem database, jumlah jaringan/network, dan regulasi dengan tingkat peluang peningkatan dana wakaf uang yang berhasil dihimpun. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah melakukan perhitungan terhadap variabel bebas, dan untuk mengetahui pengaruh factor perspektif nazhir terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang. Analisis data yang dipergunakan adalah model regresi logistik yang diproses dengan menggunakan Program Siap Pakai Statistical Package for Social Sciences (SPSS) v. 13.0. 1.9 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini, akan disusun dan disajikan dalam lima bab, yang meliputi : Bab I Pendahuluan Bab ini menjabarkan permasalahan yang melatarbelakangi penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian atas perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian berikut uraian kerangka konseptual, bebarapa hipotesa, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II Tinjauan Literatur Bab ini menguraikan tinjauan terhadap teori-teori wakaf relevan yang dijadikan acuan dasar dalam meneliti pengaruh factor variable perspektif nazhir profesional, sosialisasi, sistem database, jaringan/network, dan regulasi, terhadap peluang peningktanan wakaf tunai. Selain itu, juga diuraikan penelitian yang pernah

14 dilakukan sebelumnya dengan menggunakan model yang hampir sama atau sedikit adanya perbedaan dalam menganalisis pengaruh berbagai faktor dan variabel terhadap peluang peningkatan dana wakaf uang. Bab III Metodologi Penelitian Bab ini memaparkan alur metodologis pilihan peneliti yang digunakan untuk mengungkap setiap permasalahan dalam penelitian, seperti, obyek penelitian, jenis dan sumber data, hipotesis penelitian, identifikasi serta pengukuran variabel-variabel penelitian, dan teknik pengolahan dan analisis data. Bab IV Analisis dan Pembahasan Bab ini menguraikan tentang hasil analisis pengolahan data dengan memanfaatkan sofware computer Program Siap Pakai SPSS 13.0, dengan menggunakan model regresi logistic biner, yang sebelumnya dilakukan pengujian data, pengujian modelmodel yang terbentuk, dan diikuti dengan pembahasan-pembahasan mengenai pengujian berbagai asumsi, juga penentuan diterima atau ditolaknya suatu hipotesis, diakhiri dengan analisis dan pembahasan. Bab V Kesimpulan dan Saran Dalam bab terakhir ini, disimpulkan hasil penelitian, dan berdasarkan hasil penelitian tersebut dikemukakan saran-saran dan rekomendasi untuk perbaikan dan penyempurnaan lebih lanjut terhadap hasil penelitian ini.