BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sehat adalah suatu gambaran kondisi Indonesia di masa depan, yakni masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Visi Depkes 2010-2014 yaitu masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan (Depkes, 2010 2). Salah satu indikator untuk pencapaian tujuan tersebut adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang masih tinggi di Asia Tenggara. AKI di Indonesia menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2003 adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB) tercatat 35 per 1.000 kelahiran hidup. Menurut Dinas Kesehatan pada tahun 2009 AKI di Sumatera Utara sebanyak 266 per 100.000 kelahiran hidup (PERSI, 2009 1). Untuk mengatasi tingginya AKI dan AKB di dunia terutama negara-negara yang berkembang, maka WHO (World Health Organization) mencanangkan program Safe motherhood tahun 1988 Untuk di Indonesia sebagai perwujudan dari program safe motherhood, pemerintah mewujudkannya dengan adanya program Making Pregnancy Safer (MPS). Dari pelaksanaan MPS ini, diharapkan target yang dapat dicapai pada tahun 2010 adalah AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi baru lahir menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes, 2008 2).
Diperkirakan dari setiap ibu yang meninggal dalam kehamilan, karena menderita komplikasi, ini diakibatkan karena adanya penyebab langsung dan tidak langsung dari kematian ibu tersebut. Penyebab utama kematian ibu yaitu adanya perdarahan (25 %), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8 %), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan penyebab lain (8%) maka penyebab tidak lansung dari kematian ibu seperti anemia, malaria, hepatitis, tuberkulosis, dan penyakit kardiovaskuler (Prawirohardjo, 2008 hal. 54). Dari penyebab kematian ibu tersebut masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat di mana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti berbagai pantangan, hubungan sebab akibat, antara makanan dan kondisi sehat sakit, kebiasaan, dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Kebudayaan dan masyarakat merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, karena kebudayaan berhubungan dengan budi atau akal. Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, keilmuan, sosial, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain untuk keperluan masyarakat. (Prasetyo. 2004.) Suatu kepercayaan tradisional dari pemikiran ada sisi baik dan tidaknya (pengaruh kepercayaan tradisional), namun permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada seorang Ibu pada masa kehamilan adalah masalah gizi. Kegiatan ibu hamil sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil. Apabila kurangnya asupan energi dari makanan, tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Karena adanya kepercayaan dan pantangan terhadap beberapa makanan, sehingga anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di
daerah pedesaan yang masih minim pengetahuan mengenai kehamilan, melahirkan dan menyusui. Masyarakat Jawa misalnya khususnya pada wanita hamil percaya bahwa makan pulut dan kerak nasi akan menyebabkan ari-ari si bayi lengket dan mereka juga percaya jika makan di piring kecil maka ari-ari si bayi juga kecil oleh sebab itu mereka makan di piring besar sedangkan di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Selain itu pada Ibu hamil tidak boleh makan nanas, durian, dan mentimun. Mitos ini sangat dipercaya oleh sebagian masyarakat Jawa karena bisa mengakibatkan keputihan. Bahkan mereka percaya bahwa nanas bisa menyebabkan keguguran. Faktanya mengkonsumsi nanas, dan mentimun justru disarankan karena kaya akan viatamin C dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan melancarkan proses pembuangan sisa-sisa pencernaan. Adapun keputihan tidak selalu membahayakan. Saat hamil maupun setelah melahirkan adalah normal jika ibu mengalami keputihan. Kecuali jika keputihan tersebut terinfeksi oleh bakteri, jamur, dan virus yang biasanya ditandai dengan keluhan gatal, bau tidak sedap, dan warnanya kekuningan, kehijauan, atau kecoklatan (Oktavia, 2009 4). Di daerah Jawa ada istilah di kotoni panas dingin atau pantangan makanan dalam keadaan panas untuk ibu hamil di mana si ibu hamil dilarang mengkonsumsi makanan yang bersifat panas dan harus memakan makanan yang dingin. Selain ada pantangan makanan ada juga pantangan perbuatan contohnya ibu hamil dilarang keluar rumah pada waktu magrib karena akan menyebabkan akan beranak hantu, pandangan budaya dan kepercayaan ini akan berlangsung sampai proses persalinan (Syafrudin,2009).
Suku Jawa termasuk suku terbesar jumlahnya di Indonesia termasuk di Sumatera Utara. Kita banyak menemui perkampungan atau desa yang dihuni oleh mayoritas suku Jawa maka tidak heran Jawa sangat kental dengan adat istiadat dan pantangannya sampai saat ini sehingga upacara adat untuk wanita hamil baik yang di Pulau Jawa maupun di Sumatera Utara pasti akan melakukan acara yang sama. Ada dua acara adat yang mereka lakukan yang pertama acara adat 3 bulanan yang disebut dengan Neloni dan acara 7 bulanan yang disebut dengan mitoni, rangkaian upacara mitoni pada dasarnya melambangkan harapan baik bagi sang bayi untuk utuh dan sempurna fisiknya dan selamat serta lancar kelahirannya dan Salah satu ritual mitoni yang harus dijalankan oleh ibu hamil tersebut adalah tingkeban. Jadi berdasarkan fakta yang terjadi pada masyarakat Jawa, dapat dikatakan bahwa ada beberapa nilai kepercayaaan masyarakat Jawa atau cara pandang ibu hamil suku Jawa terhadap kehamilan. Maka pengetahuan tentang aspek budaya merupakan hal penting diketahui oleh pelayanan kesehatan untuk memudahkan dalam melakukan pendekatan dan pelayanan kesehatan. Sebab, tidak semua perawatan yang dilakukan dengan berpedoman pada warisan leluhur tersebut bisa diterima sepenuhnya, bisa saja perawatan yang dilakukan tersebut memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan bayinya (Ratna, 2010). Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perawatan ibu hamil khususnya pada suku Jawa, mengingat bahwa masyarakat suku Jawa adalah masyarakat yang banyak tersebar di berbagai kepulauan di Indonesia, yang salah satunya adalah pulau Sumatera yang masih memegang erat kepercayaan dan adat istiadat sehingga saya ingin meneliti tentang Perspektif suku Jawa terhadap kehamilan di Klinik Khadijah Medan.
B. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah Bagaimana perspektif suku Jawa terhadap kehamilan. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perspektif suku Jawa terhadap kehamilan. D. Manfaat Penelitian 1. Pelayanan kebidanan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan dan strategi bagi bidan dalam melakukan pelayanan kehamilan tanpa mengesampingkan faktor budaya. 2. Pendidikan kebidanan Penelitian ini bisa menjadi sumber informasi awal bagi peneliti lainya yang tertarik untuk meneliti aspek pelayanan kebidanan bagi suku Jawa. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang kehamilan tanpa mengesampingkan faktor budaya.