VOLATILITASHARGA CABAI MERAH KERITING DAN BAWANG MERAH

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

V. ANALISIS VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI. Perkembangan yang terjadi pada data harga minyak dunia, harga ekspor

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Unit Analisis dan Ruang Lingkup Penelitian. yang berupa data deret waktu harga saham, yaitu data harian harga saham

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.2. Data dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

VI ANALISIS RISIKO HARGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

III. METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PENENTUAN MODEL TERBAIK UNTUK PERAMALAN DATA SAHAM CLOSING PT. CIMB NIAGA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE ARCH-GARCH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERAMALAN DATA SAHAM S&P 500 INDEX MENGGUNAKAN MODEL TARCH

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

BAB IV METODE PENELITIAN

MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERHITUNGAN VALUE AT RISK HARGA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN VOLATILITAS ARCH-GARCH DALAM KELOMPOK SAHAM LQ 45 ABSTRACT

Pemodelan dan Peramalan Penutupan Harga Saham Harian Jakarta Islamic Index Model Garch

ANALISIS VOLATILITAS HARGA SAYURAN DI PASAR INDUK KRAMAT JATI OLEH ACHMAD WIHONO H

Data return 7 mata uang asing diuji dengan beberapa pengujian yang meliputi tes stasionaritasitas, tes normal dan tes heteroskedastik.

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

RISET ITU MUDAH. Salah satu contoh pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah:

Perhitungan Value at Risk (VaR) Berdasarkan Model Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH)

PEMODELAN RETURN SAHAM PERBANKAN MENGGUNAKAN EXPONENTIAL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (EGARCH)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

PERBANDINGAN RAMALAN MODEL TARCH DAN EGARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH

III. METODE PENELITIAN

SKRIPSI. Disusun Oleh : YUNISA RATNA RESTI NIM

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

PEMODELAN NEURO-GARCH PADA RETURN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dapat diperoleh dari pasar uang atau bisa juga dari pasar valas.

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. gabungan dari data runtun waktu (time series) tahunan. Data yang digunakan

ANALISIS INTEGRASI PASAR BAWANG MERAH MENGGUNAKAN METODE VECTOR ERROR CORRECTION MODEL

BAB III METODE PENELITIAN

PEMODELAN RETURN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN THRESHOLD GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (TGARCH)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMODELAN DAN PERAMALAN PENUTUPAN HARGA SAHAM PT. TELKOM DENGAN METODE ARCH - GARCH

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

(Data Mentah) Data Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Jumlah Kunjunga Wisatawan dan Jumlah Objek Wisata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus: KA Argo Muria)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

BAB III METODE PENELITIAN

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH

PERAMALAN DATA NILAI EKSPOR NON MIGAS INDONESIA KE WILAYAH ASEAN MENGGUNAKAN MODEL EGARCH

VOLATILITAS HARGA JAGUNG DALAM ERA PEMBANGUNAN EKONOMI PERTANIAN BERKELANJUTAN

Produktivitas Padi, Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang,

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

UNNES Journal of Mathematics

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

PERAMALAN VOLATILITAS MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY IN MEAN (GARCH-M)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

PERBANDINGAN AKURASI MODEL ARCH DAN GARCH PADA PERAMALAN HARGA SAHAM BERBANTUAN MATLAB Sunarti, Scolastika Mariani, Sugiman

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

Disusun oleh : Nur Musrifah Rohmaningsih Skripsi. Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

KETERSEDIAAN JAGUNG BERDASARKAN PERAMALAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITASNYA DI TENGAH PERSAINGAN PENGGUNAAN LAHAN DI INDONESIA

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS VOLATILITAS HARGA SAYURAN DI PASAR INDUK KRAMAT JATI OLEH ACHMAD WIHONO H

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018) ( X Print)

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am

III. METODE PENELITIAN. bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam

Analisis Dasar dalam Runtun Waktu

Kredit (Y) Pendapatan (x1) Usia (x3) Modal Kerja (x2) Universitas Sumatera Utara

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Skripsi ini meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB 3 SMOOTH TRANSITON AUTOREGRESSIVE. waktu nonlinear yang merupakan perluasan dari model Autoregressive (AR).

MODEL GARCH (GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY) UNTUK PREDIKSI DAN AKURASI HARGA SAHAM MASA DEPAN

PENERAPAN MODEL EGARCH PADA ESTIMASI VOLATILITAS HARGA MINYAK KELAPA SAWIT

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

Transkripsi:

VOLATILITASHARGA CABAI MERAH KERITING DAN BAWANG MERAH Ari Tresna Sumantri 1, Efri Junaidi 2, Ratna Mega Sari 1 1 Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2 Staf Pengajar Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian Bogor e-mail : aritresnasumantri@yahoo.co.id ABSTRAK Beberapa komoditas hortikultura yang ditetapkan menjadi komoditas unggulan pada periode 2015-2019 adalah aneka cabai, bawang merah dan jeruk. Cabai dan bawang merah merupakan komoditas strategis di Indonesia sekaligus sebagai komoditas dengan fluktuasi harga yang tinggi dibandingkan komoditas hortikultura lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan nilai volatilitas harga bawang merah dan cabai merah keriting di Indonesia serta merumuskan strategi alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi volatilitas harga tersebut. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan model ARCH GARCH. Hasil analisis menyimpulkan bahwa nilai volatilitas cabai merah keriting lebih tinggi dibandingkan bawang merah. Hal ini menunjukkan bahwa tingat risiko harga cabai merah keriting lebih besar dibandingkan dengan bawang merah. Upaya meminimalisir volatilitas harga perlu dilakukan karena terkait dengan pemenuhan kebutuhan konsumen. Upaya mengatasi volatilitas harga bawang merah dan cabai merah keriting dapat dilakukan melalui upaya yang terintegrasi antara petani, pedagang pemerintah dan pihak lainnya. Kerjasama yang dilakukan antara berbagai pihak tersebut hendaknya diiringi dengan konsistensi dan komitmen yang kuat seperti pembinaan yang berkelanjutan dan adanya pengawasan yang baik. Hal ini dilakukan agar dalam upaya mencapai hasil yang diharapkan dapat lebih efisien. Kata Kunci : Volatilitas, Bawang Merah, Cabai Merah Keriting, ARCH GARCH ABSTRACT Several commodities determined to be the leading commodity in the period 2015-2019 are chilli, Shallot and citrus. Chili and shallot is a strategic commodity in Indonesia as well as commodity price fluctuations is higher than other horticultural commodities. This study aims to determine and compare the value of the volatility of prices of shallot and red chili in Indonesia and formulate alternative strategies that can be used to address the volatility of those prices. Processing and analysis of data using ARCH GARCH models. The results of the analysis concluded that red chili volatility value is higher than shallot. This shows that the rank of the risk of red chili price is greater than the shallot. Efforts to minimize the volatility of the price needs to be done as it relates to meet the needs of consumers. Efforts to address the volatility of prices of shallot and red chilli can be done through an integrated effort between farmers, traders, government and other parties. Cooperation between the various parties should be accompanied by consistency and a strong commitment as sustainable development and good supervision. Therefore an effort to achieve the results are expected to be more efficient. Keywords: Volatility, Shallots, Red Chili, ARCH GARCH

1. PENDAHULUAN Pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Lebih dari 40 persen masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pertanian adalah salah satu sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap total PDB nasional. Sektor pertanian menempati urutan ketiga dari sembilan sektor perekonomian nasional dengan kontribusi sebesar 13,83 persen dari total PDB2007. Kendati hanya berada pada urutan ketiga namun laju pertumbuhan PDB sektor ini mampu mengungguli sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 26,32 persen. Hortikultura memiliki peran cukup besar dalam perekonomian. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura, ada beberapa faktor yang merupakan pendukung dalam pengembangan hortikultura di Indonesia yaitu (1) sejumlah undang-undang, Peraturan Pemerintah, maupun Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) yang menjadi modal penting dalam penyusunan kebijakan pengembangan hortikultura diantaranya Undang-Undang No 12 tahun 1992 tentang budidaya pertanian dan Undang-Undang No 13 tahun 2010 tentang hortikultura, (2) Kondisi geografi Indonesia yang memberikan lingkungan kondusif bagi pertumbuhan aneka ragam hortikultura, (3) Keanekaragaman hayati berperan sebagai penunjang kehidupan manusia (sumber vitamin, mineral, gizi, estetika dan aternatif kesehatan) (4) Kondisi agroklimat dan agroekosistem yang sangat mendukung berupa sinar matahari sepanjang tahun, suhu dan kelembaban yang bervariasi dan elevasi ketinggian permukaan laut yang beragam. (5) Adanya dukungan teknologiyang dihasilkan dari institusi penelitian dan pengembangan pertanian maupun hasil olah kearifan lokal dari segenap potensi masyarakat dan (6) ketersediaan pasar. Indonesia telah menetapkan beberapa komoditas unggulan potensial berdasarkan nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Beberapa komoditas hortikultura yang telah ditetapkan menjadi komoditas unggulan pada periode 2015-2019 adalah aneka cabai, bawang merah dan jeruk. Menurut data dari Direktorat Jenderal Hortikultura (2015), Cabai sebagai komoditas unggulan potensial merupakan salah satu komoditi penting di Indonesia. Trend produktivitas cabai besar dan cabai rawittahun 2014 dan 2015 mengalami peningkatan. Produktivas cabai besar tahun 2014 tercatat 8,35 Ton/Ha. Produktivitas tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 8,65 Ton/Ha. Cabai rawit juga mengalami peningkatan produktivitas dari kisaran 5,93 Ton/Ha pada tahun 2014 menjadi 6,45 ton/ha.

1 67 133 199 265 331 397 463 529 595 661 727 793 859 925 991 1057 1123 1189 1255 Bawang merah memiliki luas panen yang semakin meningkat dari tahun 2014 menuju tahun 2015. Tahun 2014, luas panen bawang merah tercatat 120.704 Ha. Sementara tahun 2015, luas panen bawang merah naik menjadi 122.126 Ha. Produktivitas sedikit mengalami penurunan. Tahun 2014 tercatat pada angka 10,22 ton/ha. Sementara tahun 2015 tercatat pada angka 10,06/Ha (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2015) Cabai dan bawang merupakan komoditi yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan fenomenal. Berdasarkan data yang diuraikan tersebut maka sebenarnya cabai merah merupakan komoditi yang sangat potensial untuk dibudidayakan. Kendati demikian petani cabai merah dan bawang tidak selamanya mengalami keuntungan. Ada waktu dimana petani sering mengalami kerugian yang sangat besar. Hal ini terkait dengan risiko yang dihadapi oleh petani terutama dari sisi harga. Harga cabai merah sangat fluktuatif. Adanya fluktuasi harga ini merupakan suatu risiko yang dihadapioleh petani.sewaktu waktu harga sangat tinggi namun tidak berselang lama harga dapat turun dengan drastis. Berikut merupakan gambaran fluktuasi harga cabai merah keriting dan bawang merah. 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 Gambar 1. Plot Harga Bawang Merah Berdasarkan gambar terlihat bahwa plot harga bawang sangat fluktuatif dari waktu ke waktu. Harga tertinggi berada pada kisaran Rp70.00 sedangkan harga terendah berada pada kisaran Rp. 10.000. fluktuatif dari waktu ke waktu. Harga tertinggi berada pada kisaran hampir Rp80.00 sedangkan harga terendah berada pada di bawah kisaran Rp. 10.000. Fluktuasi ini berlangsung sepanjang tahun Fluktuasi ini berlangsung sepanjang tahun selama periode analisis. Berdasarkan selama periode analisis. Berdasarkan gambar terlihat bahwa uraian diatasmakapenelitian ini bertujuan untuk plot harga cabai merah juga sangat

1 40 79 118 157 196 235 274 313 352 391 430 469 508 547 586 625 664 703 742 781 820 859 1. Mengetahui dan membandingkan nilai volatilitas harga bawang merah dan cabai merah keriting di Indonesia. 2. Merumuskan strategi alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi volatilitas harga tersebut. 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Gambar 2.Plot Harga Cabai Merah Keriting mengamati beberapa ringkasan statistik 2. METODOLOGI PENELITIAN dari data. Pengujian keberadaan 2.1 Metode Pengumpulan Data heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai keruncingan (kurtosis) data. menggunakan data sekunder dari Jika data tersebut memiliki nilai kurtosis Kementerian Perdagangan. Sumber data yang lebih dari tiga maka data tersebut yang digunakan dalam penelitian ini memiliki sifat heteroskedastisitas adalah data harga harian komoditi cabai merah dan cabai merah keriting pada tahun (Davidson and MacKinnon, 2004 dalam Firdaus, 2006). 2006 2009 yang berjumlah 1147 Kemudian, dilanjutkan dengan 2.2 Pengolahan dan Analisis Data Pengukuran volatilitas harga cabai pengujian pengidentifikasian efek ARCH melalui fungsi autokorelasi kuadrat return. besar dalam penelitian ini menggunakan Suatu data memiliki efek ARCH metode ARCH GARCH Analisis ARCH-GARCH 1. Tahap Identifikasi Pemodelan ARCH-GARCH didahului apabilanilai autokorelasi pada data kuadrat return signifikan. Cara lain yang dapat dilakukan dalam menguji ARCH error ini adalah melalui uji ARCH-LM. Uji ARCHdengan identifikasi apakah data LM didasarkan pada hipotesisi nol yaitu mengandung heteroskedastisitas atau tidak. tidak terdapatnya ARCH error. Ini dapat dilakukan antara lain dengan

2. Estimasi Model Terdapat dua tahapan yang dilakukan dalam estimasi model ARCH-GARCH yaitu tahap identifikasi dan penentuan model rataan (mean equation) dan tahap identifikasi dan penentuan model ARCH- GARCH. Identifikasi dan penentuan model rataan (mean equation). Penentuan model rataan (mean equation) dilakukan dengan mengikuti prosedur metode Box-Jenkins. Prosedur Box-Jenkins terdiri dari beberapa tahapan yaitu ujistasioneritas data, penentuan model ARIMA tentatif dan pemilihan model ARIMA terbaik. a. Uji stasioneritas data. Stasioneritas data merupakan syarat yang penting dalam analisis data time series untuk menghindari terjadinya spurious regression, yaitu persamaan regresi yang menghasilkan nilai korelasi tinggi tetapi penafsiran hubungan antar series ini dari sisi ekonomi akan menyesatkan. Uji stasioneritas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF-Test). Uji ADF tersebut dilakukan untuk mendeteksi apakah data yang akan dianalisis mengandung akar unit. Data dikatakan sudah stasioner jika data tersebut tidak mengandung akar unit. Hipotesis uji pada ADF-Test adalah: H0 : Data mempunyai akar unit (tidak stasioner) H1 : Data tidak mempunyai akar unit (stasioner) Dengan bantuan software Eviews 6 diperoleh nilai t-statistic yang kemudian dibandingkandengan nilai kritismackinnon. Jika nilai t-statistic dalam uji ADF lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon berarti data tidak stasioner dan perlu dilakukan pembedaan atau differencing. b. Penentuan Model ARMA/ARIMA Penentuan model ARIMA tentatif dilakukan terhadap data yang sudah stasioner berdasarkan correlogram (pola ACF dan PACF) untuk menentukan orde AR (p) dan orde MA (q) dari suatu model ARIMA (p.d.q) tentatif. Adapun untuk orde d ditentukan berdasarkan stasioneritas data. Sesudah beberapa model ARIMA tentatif diperoleh, maka dilakukan pemilihan terhadap model ARIMA terbaik. Model ARIMA terbaik dipilih berdasarkan nilai Akaike Information Criteria (AIC) dan Schwartz Criterion (SC) yang terkecil.model ARIMA terpilih juga harus memenuhi beberapa kriteria berikut yaitu: residual peramalan bersifat acak, model parsimonious, parameter yang diestimasi berbeda nyata dengan nol, kondisi invertibilitas dan stasioneritas harus terpenuhi yang ditunjukkan oleh jumlah

koefisien AR dan MA yang masingmasing kurang dari satu, proses iterasi harus convergence, dan model harus memiliki MSE yang kecil. Identifikasi dan penentuan model ARCH- GARCH Pada tahap ini dilakukan pengujian efek ARCH terhadap model ARIMA terbaik yang telah didapatkan pada tahap sebelumnya. Selanjutnya dilakukan penentuan model ARCH-GARCH. Penentuan model ARCH-GARCH bisa dilakukan jika residual model rataan yang diperoleh mengandung efek ARCH. a. Pengujian efek ARCH Pengujian efek ARCH dilakukan dengan menggunakan uji Lagrange Multiplier (ARCH-LM test). Uji ARCH- LM didasarkan atas hipotesis nol (H0) tidak terdapat ARCH error. Apabila hasil pengujian menunjukkan penerimaan terhadap hipotesis nol, maka data tidak mengandung ARCH error dan tidak perlu dimodelkan dengan ARCH-GARCH. b. Penentuan model ARCH-GARCH Pada tahap ini dilakukan simulasi beberapa model ragam dengan menggunakan model ARIMA terbaik yang didapatkan. Kemudian dilanjutkan dengan pendugaan parameter model untuk mencari koefisien model yang paling sesuai denagan data. Langkah selanjutnya adalah pemilihan model ARCH-GARCH terbaik dari beberapamodel alternatifberdasarkan ukuran kebaikan model dan koefisien yang nyata. Kriteria yang digunakan sebagai ukuran kebaikan model yaitu: AIC (Akaike Information Criterion) dan SC (Schwarz Criterion) a. AIC = Ln (MSE) + 2*K/N b. SC = Ln (MSE) + [K*log (N)]/N Keterangan : MSE = Mean Squared Error K = jumlah parameter yang diestimasi n= jumlah observasi AIC dan SC adalah standar informasi yang menyediakan ukuran informasi yang dapat menemukan keseimbangan antara ukuran kebaikan model dan spesifikasi model yang terlalu hemat. Model yang baik adalah model yang memiliki nilai AIC dan SC yang terkecil dengan juga melihat signifikansi model. 3. Tahap Pemeriksaan Model ARCH- GARCH Untuk memastikan bahwa apakah model yang diperoleh sudah memadai maka dilakukan pemeriksaan model. Jika ternyata model yang ditemukan tidak memadai maka kembali dilakukan identifikasi. Pemeriksaan model dapat dilakukan melalui analisis residual yang telah distandarisasi melalui sebaram residual, kebebasan residual yang dilihat dari fungsi autokorelasi dan kuadrat residual, serta pengujian efek ARCH- GARCH dari residual.

Model ARCH-GARCH menunjukkan kinerja baik jika dapat menghilangkan autokorelasi dari data, yaitu bila residual baku merupakan proses ingar putih. Langkah selanjutnya adalah memeriksa koefisien autokorelasi residual baku dengan uji statistic Ljung-Box. 4. Perhitungan nilai volatilitas harga Model terbaik yang didapatkan dari analsis tahap sebelumnya digunakan untuk mengestimasi nilai volatilitas harga cabai. Ukuran volatilitas ditunjukkan oleh nilai standar deviasi yang merupakan akar kuadrat dari ragam model ARCH-GARCH yang diestimasi. Semakin besar volatilitas maka semakin besar kemungkinan harga naik atau turun secara drastis. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Volatilitas Bawang Merah Identifikasi keberadaan efek ARCH dilakukan dengan mengamati nilai kurtosis dari data harga bawang. Nilai Kurtosis yang lebih dari tiga menunjukkan terdapat indikasi efek arch. Nilai kurtosis plot data harga bawang merah seperti yang ditunjukkan oleh Gambar sebesar 8.037659. Hal ini berarti terdapat efek ARCH pada data time series harga bawang merah. 280 240 200 160 120 80 Series: HARGABAWANG Sample 1/03/2011 12/31/2015 Observations 1304 Mean 23032.50 Median 21199.74 Maximum 67935.00 Minimum 11892.00 Std. Dev. 9147.497 Skewness 1.868598 Kurtosis 8.037659 40 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 Jarque-Bera 2137.726 Probability 0.000000 Secara umum terdapat dua tahapan yang dilakukan dalam spesifikasi model ARCH-GARCH yaitu tahap identifikasi dan penentuan model rataan (mean equation) dan tahap identifikasi dan penentuan model ARCHGARCH. Tahap identifikasi dan penentuan model ARCH- GARCH dilakukan jika model mean equation yang diperleh mengandung efek ARCH. Plot data asli harga bawang menunjukkan adanya unsur musiman pada setiap tahunnya, yaitu adanya pola kenaikan harga disaat pertengahan tahun (puasa dan idul fitri) dan disaat akhir tahun sampai awal tahun (natal dan tahun baru), sehingga dilakukan stasioneritas untuk

pembedaan musiman (seasonal differencing) dan pembedaan reguler (reguler differencing). Pemilihan model ARIMA didasarkan atas beberapa kriteria yaitu: galat (error) bersifat acak (random), koefisien estimasinya signifikan, nilai AIC dan SIC terkecil dibandingkan model lainnya, Standar Error of Regression relatif kecil, Sum Square Residual relatif kecil, dan Adjusted Rsquared relatif besar. Berikut hasil beberapa model Arima. Dari beberapa model Arima tersebut diperoleh model terbaik yaitu Arima (0,1,1) dan(1,1,2). Pengujian heteroskedastisitas dilakukan pada model ARIMA yang dihasilkan. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan metode ARCH LM. Hasil pengujian heteroskedastisitas yang diperoleh, terbukti bahwa model ARIMA bawang merah memiliki heteroskedastisitas. Model ARCH GARCH yang tepat untuk komoditas bawang merah adalah ARCH (1). Hal ini berarti pola pergerakan hargabawang merah dipengaruhi oleh volatilitas satu hari sebelumnya. Berikut merupakan rumus Arch Garch yang diperoleh dari analisis volatilitas bawang merah ht = 0.000788 + 0.069386 ε2t-1 Penghitungan volatilitas dihitung dengan menggunakan rumus Penghitungan volatilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat volatilitas pada komoditas unggulan Indonesia. Nilai volatilitas yang akan datang (σt+1) dapat diperoleh dari model persamaan ARCHGARCH yang telah diperoleh, dimana σt = ht. Nilai volatilitas yang besar atau kecil menggambarkan seberapa besar tingkat risiko yang akan dihadapi pada masa yang akan datang. Informasi tentang volatilitas ini berfungsi bagi para pelaku pasar yaitu para pebisnis buah. Semakin tinggi nilai volatilitas maka risiko yang dihadapi juga akan semakin besar. Berdasarkan konsep risiko yang telah dijelaskan sebelumnya apabila risiko yang dihadapi besar maka keuntungan yang akan diperoleh juga akan semakin besar (high risk high return). 3.2 Volatilitas Cabai Merah Keriting Identifikasi keberadaan efek ARCH dilakukan dengan mengamati nilai kurtosis dari data harga cabai merah keriting. Nilai Kurtosis yang lebih dari tiga menunjukkan terdapat indikasi efek arch. Nilai kurtosis plot data harga bawang merah seperti yang ditunjukkan oleh Gambar sebesar 8.996903. Hal ini berarti terdapat efek ARCH pada data time series harga cabai merah keriting.

240 200 160 120 80 40 0 20000 30000 40000 50000 60000 70000 Series: HARGACABAI Sample 1/03/2011 12/31/2015 Observations 1304 Mean 27747.09 Median 26072.94 Maximum 74351.10 Minimum 13297.10 Std. Dev. 9963.369 Skewness 2.002507 Kurtosis 8.996903 Jarque-Bera 2825.495 Probability 0.000000 Plot data asli harga cabai menunjukkan adanya unsur musiman, yaitu adanya kenaikan harga pada akhir sampai awal tahun, dan disaat pertengahan tahun harga cenderung turun dan fluktuatif. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengaruh fluktuasi jumlah pasokan cabai.stasioneritas dilakukan untuk pembedaan musiman (seasonal differencing) dan pembedaan reguler (reguler differencing). Pemilihan model ARIMA didasarkan atas beberapa kriteria yaitu: galat (error) bersifat acak (random), koefisien estimasinya signifikan, nilai AIC dan SIC terkecil dibandingkan model lainnya, Standar Error of Regression relatif kecil, Sum Square Residual relatif kecil, dan Adjusted RSquared relatif besar. Dari beberapa model Arima tersebut diperoleh model terbaik yaitu Arima (0,1,1) dan(1,1,2). Setelah diperoleh model terbaik Uji Normalitas residual: Residual menyebar normal dilihat dari uji JB, prob 0,000 artinya residual sudah menyebar normal. Model ARCH GARCH yang tepat untuk komoditas bawang merah adalah ARCH (1). Hal ini berarti pola pergerakan hargacabai merah keriting dipengaruhi oleh volatilitas satu hari sebelumnya. Berikut merupakan rumus Arch Garch yang diperoleh dari analisis volatilitas cabai merah keriting ht = 798066.4+ 0.540971 ε2t-1 Penghitungan volatilitas dihitung dengan menggunakan rumus Penghitungan volatilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat volatilitas pada komoditas unggulan Indonesia. Nilai volatilitas yang akan datang (σt+1) dapat diperoleh dari model persamaan ARCHGARCH yang telah diperoleh, dimana σt = ht. Nilai volatilitas yang besar atau kecil menggambarkan seberapa besar tingkat risiko yang akan dihadapi pada masa yang akan datang. Informasi tentang volatilitas ini berfungsi bagi para pelaku pasar yaitu para pebisnis buah. Semakin tinggi nilai

volatilitas maka risiko yang dihadapi juga akan semakin besar. Berdasarkan konsep risiko yang telah dijelaskan sebelumnya apabila risiko yang dihadapi besar maka keuntungan yang akan diperoleh juga akan semakin besar (high risk high return). Berdasarkan hasil perhitungan nilai volatilitas bawang merah dan cabai merah keriting menunjukkan bahwa nilai volatilitas cabai merah keriting lebih tinggi dibandingkan bawang merah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat risiko harga cabai merah keriting lebih besar dibandingkan dengan bawang merah. Risiko harga cabai merah keriting yang lebih besar dibandingkan bawang merah besardapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu volume permintaan cabai merah keriting yang lebih besar sementara pasokan lebih berfluktuasi terkait dengan risiko produksi. Dengan demikian diperlukan adanya strategi yang tepat sasaran dan efektif untuk menanggulangi volatilitas harga. Hal ini disebabkan volatilitas harga akan berpengaruh terhadap daya beli dan pemenuhan kebutuhan masyarakat. 4. KESIMPULAN Kesimpulan 1. Hortikultura memiliki peran cukup besar dalam perekonomian. Beberapa komoditas hortikultura yang telah ditetapkan menjadi komoditas unggulan pada periode 2015-2019 adalah aneka cabai, bawang merah dan jeruk. Cabai dan bawang merah merupakan komoditas strategis di Indonesia sekaligus sebagai komoditas dengan fluktuasi harga yang tinggi dibandingkan komoditas hortikultura lainnya. 2. Berdasarkan hasil perhitungan nilai volatilitas melalui analisis ARCH GARCH,nilai volatilitas cabai merah keriting lebih tinggi dibandingkan bawang merah. Hal ini menunjukkan bahwa tingat risiko harga cabai merah keriting lebih besar dibandingkan dengan bawang merah. Namun demikian pola pergerakan hargabawang merah dan cabai merah sama-sama dipengaruhi oleh volatilitas satu hari sebelumnya. 3. Upaya meminimalisir volatilitas harga bawang merah dan cabai merah keriting besar sebaiknya dilakukan secara terintegrasi antara petani, pedagang pemerintah dan pihak-pihak lainnya. Semua komponen yang terkait seperti petani, pedagang dan pemerintahharus dapat bekerja sama untuk mengatasi risiko hargaagar dapat lebih efektif 4. Kerjasama yang dilakukan antara berbagai pihak tersebut hendaknya diiringi dengan konsistensi dan komitmen yang kuat seperti pembinaan yang berkelanjutan dan adanya

pengawasan yang baik. Hal ini dilakukan agar dalam upaya mencapai hasil yang diharapkan dapat lebih efisien. DAFTAR PUSTAKA Firdaus M. 2006. Analisis Deret Waktu Satu Ragam. IPB Press : Bogor Direktorat Jenderal Hortikultura. 2017. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Sayuran di Indonesia. www.kementan.go.id. Diakses tanggal 1 Maret 2017 Kementerian Perdagangan. 2015. Data Harga Komoditi Hortikultura. www.kemendag.go.id. Diakses tanggal 1 Januari 2015