PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DISERTAI LEMBAR DISKUSI SISWA (LDS) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 26 PADANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Frida Sari Riska 1, Rina Widiana 2, Liza Yulia Sari 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Adekfrida04@gmail.com ABSTRACT This research is cause by several factors such as the less active students in the learning process, the discussion process is not going well, the lack of interest of students in expressing their opinions and asking about the material that is not understood. This problem has an impact on the low biology learning outcomes of students of grade VIII SMPN 26 Padang. This study aims to find out the application of Problem Based Learning learning model along with Student Discussion Sheet (LDS) on the results learning of biology students grade VIII SMPN 26 Padang. This type of research is experimental research, with research design Randommized Control Group-Posttest Only Design. The population of this study were all students of class VIII SMPN 26 Padang registered on the academic year 2016/2017. Sampling using purposive sampling technique and obtained class VIII 3 as experiment class and VIII 2 as control class. Data analysis technique used is t test. The result showed that the mean of experimental class cognitive is 82,15 and control class 74,68. Hypothesis tests results obtained T count > T table is 1.75> 1.68, means the cognitive domain hypothesis accepted so it can be concluded that the application of Problem Based Learning model with Student Discussion Sheet (LDS) can improve the biology learning result of grade VIII students at SMPN 26 Padang Lesson Year 2016/2017. Keyword : Active Learning, The Result of Cognitive, Affective and Psychomotor Learning Domains. PENDAHULUAN Proses pembelajaran dilakukan agar terjadinya perubahan menuju ke arah yang lebih baik pada diri seseorang melalui kegiatan melihat, mengamati dan memahami sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Menurut Sudjana (2008:28) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,
pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya. Oleh sebab itu belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Dalam proses pembelajaran guru dituntut kreatif dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat dengan tuntutan materi dan karakteristik siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi dan semangat siswa dalam belajar. Menurut Asma (2012:8) motivasi siswa dapat dibangkitkan jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan manfaat pelajaran ini untuk masa depan mereka. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada bulan Januari tahun pelajaran 2016/2017 dengan guru yang mengajar kelas VIII di SMPN 26 Padang, didapatkan informasi bahwa dalam proses pembelajaran guru telah menggunakan model pembelajaran langsung dan telah menggunakan metode pembelajaran, seperti metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Tetapi pada saat tanya jawab dan diskusi yang aktif hanya beberapa siswa saja, sedangkan siswa yang lain cenderung diam dan tidak berani untuk menyampaikan pendapatnya ataupun bertanya tentang materi yang tidak dipahaminya, sehingga proses diskusi dapat dikatakan tidak berjalan dengan baik. Selain itu siswa masih belum mampu memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan nyata. Salah satu materi yang berhubungan dengan kehidupan nyata adalah materi bahan kimia dalam makanan (zat aditif dan zat adiktif) dan materi ini sangat dekat dengan kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari tetapi siswa belum mampu memecahkan dan mengaitkan materi tersebut dengan kehidupan mereka. Hal ini tentunya berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah dan tidak mencapai kriteria ketuntasan minimun (KKM) yang ditetapkan yaitu 78. Adapun nilai rata-rata ulangan harian pada materi bahan kimia dalam makanan (zat aditif dan zat adiktif) tahun pelajaran 2015/2016 dapat dirincikan sebagai berikut, pada kelas VIII 1 (80,10),
VIII 2 (72,96), VIII 3 (72,69), VIII 4 (62,19), VIII 5 (63,07), VIII 6 (59,57), VIII 7 (59,89), dan VIII 8 (57,75). Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan mengoptimalkan siswa dalam pem-belajaran adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Menurut Rusman (2012:245) melalui pembelajaran berbasis masalah siswa dapat mempresentasikan gagasan, terlatih merefleksikan persepsi, mengargumentasikan dan mengkomunikasikan ke pihak lain sehingga guru pun memahami proses berfikir siswa. Selain itu juga guru dapat membimbing serta mengintervensikan ide baru berupa konsep dan prinsip. Hal demikian dapat menjadikan pembelajaran berlangsung sesuai dengan kemampuan siswa, sehingga interaksi antara guru dan siswa, serta siswa dengan siswa menjadi terkondisi dan terkendali. Untuk menunjang proses pem-belajaran dalam penerapan model Problem Based Learning dibutuhkan media pembelajaran. Salah satu media yang dapat digunakan untuk pembelajaran pada materi bahan kimia dalam makanan (zat aditif dan zat adiktif) adalah media Lembar Diskusi Siswa (LDS). Pada LDS ini diberikan sebuah wacana tentang peristiwa yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Salah satu fungsi LDS adalah sebagai arahan (petunjuk) proses pembelajaran dan memotivasi siswa agar tidak mudah bosan dalam mengikuti proses pembelajaran (Naini,2013) Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis telah melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Disertai Lembar Diskusi Siswa (LDS) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 26 Padang Tahun Pelajaran 2016/2017. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen karena penulis melakukan treatment atau perlakuan, dengan rancangan penelitian Randomised Control Group Only Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Padang yang terdaftar pada Tahun
Nilai Rata-rata Pelajaran 2016/2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, kelas VIII.2 dijadikan kelas kontrol dan kelas VIII.3 dijadikan kelas eksperimen. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kognitif Hasil belajar pada ranah kognitif dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Rata-rata, Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Uji Hipotesis No Parameter Kelas Keterangan Eksperim Kontrol en 1 Rata-rata 82,15 74,69 Eksperimen > Kontrol 2 Uji Normalitas = 0,1399 = 0,173 = 0,0719 = 0,173 < (Normal) < (Normal) 3 Uji Homogenit as = 0,53 = 1,96 < (Homogen) 4 Uji Hipotesis = 1,75 = 1,68 > (Hipotesis Diterima) Rata-rata nilai tes akhir kedua kelas sampel dapat dilihat melalui grafik Gambar 1. 100 80 60 40 20 0 82,15 74,69 Eksperimen Kontrol Kelas Sampel Gambar 1. Nilai Kognitif Masingmasing Kelas Sampel Proses pembelajaran pada kelas eksperimen dilihat dari segi ketuntasan untuk kelas eksperimen (VIII-3) jumlah siswa yang mengikuti tes akhir sebanyak 26 orang siswa dari 32 orang siswa, yang mencapai KKM adalah 18 orang siswa (69%), dan yang tidak mencapai KKM 8 orang siswa (31%). Sedangkan untuk kelas kontrol (VIII-2) jumlah siswa yang mengikuti tes akhir sebanyak 24 siswa dari 31 siswa, yang mencapai KKM adalah 12 orang siswa (50%), dan yang tidak mencapai KKM 12 orang siswa (50%). Tingginya persentase ketuntasan kelas eksperimen karena dalam penerapan pembelajaran PBL siswa terbiasa bekerja didalam kelompok untuk memecahkan masalah sehingga pada saat berdiskusi masing-masing
anggota kelompok akan bekerjasama dan menyumbangkan pendapatnya masing-masing, hal ini berdampak positif terhadap kemampuan kognitif siswa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rusman (2012:235) dalam proses PBM (Pembelajaran Berbasis Masalah) siswa belajar bahwa bekerja dalam tim dan kolaborasi itu penting untuk mengembangkan proses kognitif yang berguna untuk memahami permasalahan. Rata-rata nilai kelas eksperimen (82,15) lebih tinggi dari kelas kontrol (74,69) (Gambar 1). Tingginya ratarata nilai kognitif kelas eksperimen disebabkan karena dalam penerapan pembelajaran PBL pada kelas eksperimen siswa lebih memahami materi pelajaran yang diberikan, sebab proses pemecahan masalah pada model PBL membantu siswa dalam berpikir kritis dan mengembangkan keterampilan kreatif sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menjawab semua pertanyaan yang diberikan, dapat menyimpulkan materi pelajaran sesuai tujuan pembelajaran dan siswa terlihat semangat karena permasalahan yang dibahas adalah permasalahan yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2006:220) bahwa pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran dan dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. Selain itu tingginya hasil belajar pada kelas eksperimen karena pembelajaran pada kelas eksperimen dilengkapi dengan media LDS. Penggunaan media LDS dapat memudahkan siswa mengikuti langkah-langkah pembelajaran, karena LDS yang digunakan disusun sesuai dengan sintak PBL dan juga dilengkapi dengan wacana untuk membantu siswa mengidentifikasi masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Naini (2013) bahwa LDS berfungsi sebagai arahan (petunjuk) proses pembelajaran dan dapat membantu meningkatkan cara belajar siswa aktif.
Rata-rata (%) Dalam pelaksanaan pembelajaran PBL penulis juga mengalami beberapa kendala, seperti sebagian siswa kurang bisa menimbulkan masalah, hal ini terjadi karena pada saat siswa diberi waktu untuk membaca wacana yang ada pada LDS beberapa siswa malas untuk membaca dan terlihat menunggu temannya selesai menulis permasalahan yang ada, sedangkan siswa lain menyalin apa yang dibuat temannya, beberapa siswa meribut sehingga sewaktu-waktu menyebabkan suasana kelas menjadi kurang kondusif. Menurut Sanjaya (2006: 220-221) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 2. Afektif Persentase pencapaian setiap indikator ranah afektif disajikan pada gambar 2. 90 82,4179,85 80,52 80,2 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Disiplin Bekerjasam Indikator Eksperimen Kontrol Gambar 2. Rata-rata Nilai Afektif Pada Masing-masing Indikator Rata-rata nilai afektif kelas eksperimen (78,49) lebih tinggi dari kelas kontrol (69,25) disebabkan karena siswa pada kelas eksperimen terbiasa berdiskusi dan bekerjasama dalam memecahkan permasalahan sehingga siswa terlatih untuk ikut berperan aktif memberikan pendapat atau ide di dalam kelompoknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Margetson dalam Rusman (2012: 230) kurikulum PBM membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan membantu siswa belajar aktif. PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan
keterampilan interpersonal dengan lebih baik. Hasil penilaian pada indikator disiplin siswa kelas eksperimen (82,41%) lebih tinggi dari kelas kontrol (79,85%) (Gambar 2). Tingginya persentase aspek disiplin kelas eksperimen dari pada kelas kontrol disebabkan karena siswa pada kelas eksperimen umumnya mengerjakan tugas tepat waktu sebab masing-masing tahap pembelajaran punya waktu yang telah ditentukan, jika siswa lalai atau tidak menyelesaikan tahap pertama maka siswa tidak bisa lanjut ke tahap berikutnya sehingga siswa telah punya kesadaran sendiri untuk mengikuti setiap kegiatan pada proses pembelajaran. Menurut Suharsimi Arikunto (2005 dalam Bambang Sumantri, 2010:120) Disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada hatinya. Pada indikator berkomunikasi persentase nilai kelas eksperimen (80,52%) juga lebih tinggi dari kelas kontrol (80,2%) (Gambar 2), tapi selisihnya tidak terlalu jauh. Hal ini terjadi karena siswa sudah mulai berani dalam menyampaikan argumen atau pendapatnya, seperti pada saat tanya jawab banyak siswa yang menyampaikan pendapatnya, kemudian pada kegiatan presentasi siswa yang tidak tampil dapat memberikan saran atau bertanya kepada temannya yang tampil, kemudian di akhir pembelajaran siswa dapat menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Menurut Margetson dalam Rusman (2012:230) Pembelajaran Berbasis Masalah memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik. Selain itu, tingginya hasil penilaian sikap dan aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen juga disebabkan karena dalam proses pembelajaran siswa harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan LDS nya masing-masing dan dalam menyampaikan hasil diskusi berupa pemecahan masalah, anggota kelompok harus paham dan mengerti dengan hasil diskusi kelompok mereka, karena setelah
Rata-rata (%) penyampaian hasil diskusi, nantinya akan diminta beberapa pertanyaan atau tanggapan dari kelompok lainnya sehingga membuat siswa termotivasi untuk lebih aktif. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sanjaya (2006:220) bahwa pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa, dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 3. Psikomotor Persentase pencapaian setiap indikator ranah psikomotor disajikan pada Gambar 3. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 76,57 73,47 Isi laporan 88,65 Indikator 76,25 Penulisan Eksperimen Kontrol Gambar 4. Rata-rata Nilai Psikomotor Pada Masingmasing Indikator Rata-rata nilai psikomotor kelas eksperimen memiliki (79,84) lebih tinggi dari pada kelas kontrol (63,81), hal ini terjadi karena siswa pada kelas eksperimen telah membahas materi mulai dari proses pemecahan masalah, menjawab pertanyaan, berdiskusi, dan presentasi sehingga siswa telah memahami materi, hal ini memudahkan siswa membuat laporan berupa kesimpulan. Menurut Rusma (2012:232) Inovasi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) menggabungkan penggunaan dan interdisipliner kreatif, penguasaan, dan pengembangan keterampilan individu. Penilaian pada aspek isi laporan atau catatan kelas eksperiman (76,57%) lebih tinggi dari kelas kontrol (73,47) (Gambar 3) disebabkan karena isi laporan berupa kesimpulan di kelas eksperimen pada pertemuan pertama banyak siswa yang mengerjakan laporan kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran hal ini dikarenakan tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama cukup banyak, sehingga
waktu yang tersedia kurang bagi siswa untuk menuliskan kesimpulan di akhir pembelajaran dan sebagian siswa pun menjadi malas untuk menuliskan kesimpulan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Namun pada pertemuan 2 dan 3 sebagian besar siswa telah membuat kesimpulan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan sistematik. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman (2012: 235) bahwa Pemecahan masalah yang efektif meliputi perencanaan penuh untuk berpikir (menggunakan waktu untuk berpikir dan merencanakan), berpikir secara sistematik (diatur menyeluruh dan sistematik). Rata-rata nilai psikomotor kelas eksperimen (88,65%) lebih tinggi dari kelas kontrol (76,25%) disebabkan karena pada kelas kontrol ada siswa yang mencatat dengan asal jadi bahkan ada yang tidak mencatat sama sekali. Hal ini terjadi karena siswa bosan hanya mencatat apa yang diterangkan oleh guru. Sebagaimana yang disampaikan oleh Lufri (2007:66) bahwa model pembelajaran lansung berhubungan erat dengan metode ceramah dan metode ceramah memiliki kekurangan yaitu membosankan bagi anak didik (Lufri, 2007:34). Pada kelas eksperimen siswa umumnya membuat kesimpulan dengan rapi dan bersih, karena pada LDS yang diberikan telah tersedia tempat bagi siswa untuk menuliskan kesimpulan sehingga dapat memotivasi siswa. Menurut Naini (2013) LDS adalah duplikat yang diberikan guru kepada siswa di suatu kelas atau kelompok untuk melakukan aktivitas dalam belajar, dapat memotivasi siswa agar tidak mudah bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari pengamatan ketiga aspek dapat dilihat bahwa umumnya siswa yang mendapatkan penilaian afektif dan psikomotor yang bagus juga mendapatkan penilaian hasil belajar kognitif yang bagus.ini berarti bahwa aspek kognitif, afektif, dan psikomotor merupakan suatu kesatuan penilaian yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini sejalan dengan pengelompokan hasil belajar oleh Bloom yaitu ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).
Dalam hal ini pembelajaran yang menggunakan model Problem Based Learning (PBL) disertai LDS ternyata dapat memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar biologi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2006: 220) kelebihan dari model pembelajaran Problem Based Learning adalah pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran, pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa umtuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. Disamping itu, pemecahan masalah juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) disertai LDS dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMPN 26 Padang Tahun Pelajaran 2016/2017. DAFTAR PUSTAKA Asma, N. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang: UNP Press. Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP. Naini,I,.G.Indriati dan L Y Sari. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Disertai LDS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 9 Padang Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal. Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. Rusman. 2012.Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Rajagrafindo Persada. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Sudjana, N. 2008. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sumantri, B. 2010. Pengaruh Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMK PGRI Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010. Jurnal. STKIP PGRI Ngawi.