KAJIAN PENGGUNAAN ASAM PERASETAT UNTUK PEMUTIHAN TERHADAP SIFAT KIMIA PULP BAGASSE HASIL ORGANOSOLV

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah

I. PENDAHULUAN. keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian.

Zulferiyenni, Otik Nawansih dan Sri Hidayati 1)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kenaikannya diperkirakan

II. DESKRIPSI PROSES

PEMBUATAN PULP DARI SERABUT GAMBAS TUA KERING DENGAN PROSES ALKALI DENGAN ALKOHOL

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI

KONDISI OPTIMUM PEMASAKAN ABACA (MUSA TEXTILIS NEE) DENGAN PROSES SULFAT (THE OPTIMUM OF COOKING CONDITION OF MUSA TEXTILIS NEE WITH SULPHATE PROCESS)

HASIL DAN PEMBAHASAN

DELIGNIFIKASI KULIT KOPI MENJADI BAHAN BAKU PULP DENGAN METODE ORGANOSOLV SKRIPSI. Oleh: Kanidia Kunta Dena Nurseta

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan

Pulp - Cara uji bilangan kappa

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Untuk Pembuatan Kertas Dekorasi Dengan Metode Organosolv

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PROSES PEMBUATAN PULP DARI AMPAS TEBU MENGGUNAKAN PROSES ACETOSOLV

SIFAT PULP CAMPURAN KAYU RANDU DAN TUSAM PADA KONSENTRASI ALKALI AKTIF YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. industri minyak bumi serta sebagai senyawa intermediet pada pembuatan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODA

PENGARUH PEMUTIHAN OKSIGEN DUA TAHAP TERHADAP KUALITAS PULP Acacia mangium

SfFAT PULP SULF BBEBERAPA TAWAF UM BERDASWRKAN A DBMENSI SERAT F Oleh FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pulp dan kertas Indonesia terus

JURNAL INTEGRASI PROSES. Website:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES SODA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROSES PEMUTIHAN BERTINGKAT PADA PULP DARI TKKS HASIL PROSES ALKALI-METHANOL DENGAN KATALIS MgSO 4

SIFAT KIMIA TIGA JENIS KAYU RAKYAT

PEMBUATAN PULP SECARA NON KONVENSIONAL (PROSES ORGANOSOLV) (Makalah Teknologi Pulp dan Kertas) Oleh Kelompok 5

Pembuatan Pulp Sabut Sawit dengan Proses Acetosolv

PENGARUH KOMPOSISI SEKAM PADI DAN AMPAS TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK KERTAS DENGAN PROSES SODA

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

UJI KINERJA DIGESTER DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PROSES PULPING JERAMI PADI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES ORGANOSOLV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk

PENELITIAN BAHAN BAKU KERTAS DARI JERAMI PADI DENGAN SUHU PEMASAKAN 140 C

ISOLATION STUDY OF EFFICIENT α - CELLULOSE FROM WASTE PLANT STEM MANIHOT ESCULENTA CRANTZ

KAJIAN AWAL PULP DARI KULIT BUAH KAKAO DENGAN METODE ORGANOSOLV SKRIPSI

LAPORAN AKHIR PEMBUATAN PULP DARI BAHAN BAKU SERAT LIDAH MERTUA (SANSEVIERIA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORGANOSOLV

Ahmad Sapta Zuidar 1 ), Sri Hidayati 1 ), Rafma Junita Ariana Pulungan 2 ) 1 )Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian UniversitasLampung ABSTRACT

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMISAHAN METANOL DARI LIMBAH BIOMASSA TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DARI HASIL SAMPING PEMBUATAN PULP

Pembuatan Pulp dari Batang Pisang

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

BAB I PENGANTAR. Robby Mukafi 13/348251/TK/40846 Azizah Nur Istiadzah 13/349240/TK/41066

PEMBUATAN PULP DARI ALANG-ALANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemberian tekanan yang tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Di pasaran,

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kertas seni atau biasa disebut kertas daur ulang merupakan kertas yang biasa digunakan sebagai bahan pembuatan

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA

PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM DAN KULIT JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KERTAS SENI DENGAN PENAMBAHAN NaOH DAN PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI

INDUSTRI PULP DAN KERTAS. 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC

UJI KUALITAS KERTAS SENI DARI ALANG-ALANG MELALUI PROSES ORGANOSOLV DENGAN KONSENTRASI PELARUT DAN LAMA PEMASAKAN YANG BERBEDA

Pemanfaatan Limbah Jerami Padi dari Boyolali untuk Pembuatan Pulp dengan Proses Soda Menggunakan Digester Batch

PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA SKRIPSI

Prarancangan Pabrik Cellulose Murni dari Bagasse Ampas Tebu dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PEMANFAATAN SERAT PISANG ABAKA (Musa textilis Nee) DAN KERTAS HVS SEBAGAI KERTAS SENI YOGA PRASETYO

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi

I. PENDAHULUAN. Dalam masa menuju era globalisasi dan pasar bebas, kemajuan di bidang industri

PULPING DAN BLEACHING DENGAN BAHAN BAKU JERAMI MENGGUNAKAN NATRIUM HIDROKSIDA DENGAN ALAT DIGESTER BATCH

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

(The Change of Wood Acidity during Drying Process)

(Aa/..."...: 1~O) <'%""""".-n<> Uu ~ ~ calla!.s<:fia ~-~.-'min ~

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

3 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan bahwa. pembangunan tidak hanya mengejar kemakmuran lahiriah

KARAKTERISASI ASAP CAIR HASIL PIROLISIS AMPAS TEBU SERTA PENGUJIANNYA UNTUK PENGAWETAN DAGING AYAM

ANALISIS KOMPONEN KIMIA EMPAT JENIS KAYU ASAL SUMATERA UTARA (Chemical Component Analysis of Four Endemic Wood Species From North Sumatra)

HIDROLISIS SISA KETAMAN KAYU DALAM PROSES ACETOSOLV

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Study on Lignin Isolation from Oil Palm Empty Fruit Bunches

PEMBUATAN BIOETHANOL DARI AIR CUCIAN BERAS (AIR LERI) SKRIPSI. Oleh : CINTHYA KRISNA MARDIANA SARI NPM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN BATANG PISANG (MUSA PARADISIACA L) DALAM PEMBUATAN PULP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACETOSOLV SERTA IMPLEMENTASINYA DI SEKOLAH

LAPORAN AKHIR PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PEMBUATAN KERTAS DARI KOMBINASI LIMBAH AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN PROSES SODA

Luthfi Hakim 1 dan Fauzi Febrianto 2. Abstract

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA

OPTIMASI PEMASAKAN PROSES SODA TERBUKA DAN PENGGILINGAN PULP BAMBU BETUNG DAN BAMBU KUNING

Modul Mata Kuliah S1. Mata ajaran Kimia Kayu. Tim Pengajar: Prof.Dr.Ir. Wasrin Syafii Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc

Pemanfaatan Limbah Pelepah Pisang di Meteseh sebagai Bahan Baku pembuatan kertas dengan Proses Soda menggunakan Alat Digester

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

UJI KINERJA DIGESTER PADA PROSES PULPING KULIT JAGUNG DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU PEMASAKAN

Disusun oleh : Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng NIP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

KAJIAN PENGGUNAAN ASAM PERASETAT UNTUK PEMUTIHAN TERHADAP SIFAT KIMIA PULP BAGASSE HASIL ORGANOSOLV Bleaching Study using Paracetate Acid Against Chemical Pulp Properties of Organosolv Bagasse Sri Hidayati 1 dan A. Sapta Zuidar 1 1 Staf pengajar Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Lampung Email: staff@unila.ac.id ABSTRACT Baggase represent waste of lignocellulose yielded by sugar mill after sugar cane taken its. Especial component of bagasse for example fiber about 43-52%, lignine content of 20% and pentosan content of 27%. pulp had been made from bagasse fiber. This research conducted to know the bleaching methode using various concentration peracetic acid viewed from their chemical properties. The bleaching process was carried out using peracetic acid 0, 3, 6, 9, 12 and 15% at 85 0 C for 3 hours. After works, the pulp was washed and dried at room temperature, analyzed for cellulose, hemicellulose and number of kappa. The result showed that higher peracetic acid concentration descreased in cellulose, hemicelluse, lignin, permangant number and kappa number. The best result was obtained at the concentration of 3% with content of cellulose, hemicellulose, and permanganat numer and kappa number of 70,16%, 16,85%, and 30,05 5 respectively. Keywords: bagasse, peracetic acid,ccellulose PENDAHULUAN Kertas merupakan salah satu kebutuhan yang penting di dunia. Mulai dari dunia pendidikan, sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Konsumsi kertas semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dunia. Sedangkan industri kertas tergantung dari suplai pulp. Produksi pulp di Indonesia sebagian besar menggunakan bahan baku utama kayu hutan. Penggundulan hutan dan semakin menipisnya cadangan kayu hutan merupakan problem utama karena eksploitasi hutan yang terus menerus sebagai bahan baku pulp dan kertas (Biro, 2001, Deperindag dan APKI, 2001, Barr, 2001). Oleh karena itu, pemerintah perlu mencari alternatif lain yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp dan kertas selain kayu. Terutama bahan dengan komponen utama serat, misalnya ampas tebu. Potensi ampas tebu di Indonesia sangat besar yaitu mencapai 39.539.944 ton/tahun (Anonim, 2005). Ampas tebu merupakan limbah lignoselulosa yang dihasilkan oleh pabrik gula setelah tebu diambil niranya. Komponen utama ampas tebu antara lain fiber (serat) sekitar 43 52 %, air 46 52 %, dan padatan terlarut 2 3 % (Paturau, 1982). Serat ampas tebu memenuhi syarat sebagai bahan baku kertas yaitu mempunyai serat yang panjang lurus dengan kadar hemiselulosa tinggi. Menurut Passaribu (1998), kandungan holosellulosa ampas tebu adalah 75,64%, hemiselulosa 29,05% dan lignin 21,42%, panjang serat ratarata 2,26 mm, diameter tebal dinding 3,21 mikrometer, dan bilangan Runkel 0,85. Ada beberapa proses pengolahan pulping di dunia. Proses kimia menggunakan soda/pulping sulfat merupakan salah satu proses pengolahan ampas tebu menjadi pulp yang saat ini banyak digunakan. Hariyadi (1994), Darwis dkk (1994) dan Saptariyani (1992) melakukan penelitian pembuatan pulp dengan menggunakan proses sulfat. Keuntungan proses ini adalah biayanya murah dan hampir semua bahan baku dapat menghasilkan pulp dengan kekuatan yang sangat baik. Tetapi proses ini menimbulkan pencemaran lingkungan karena lindi hitam yang tinggi dan kemampuan daur ulang rendah. Sementara itu tuntutan masyarakat, baik 53

ditingkat nasional dan internasional, akan mutu lingkungan semakin gencar. Industri pulp dihadapkan pada kenyataan yang menunjukkan bahwa industri ini merupakan salah satu industri yang mencemari lingkungan hidup yang berat (Syafii, 2000; Suratmaji, 2001, KLH, 2005). Oleh karena itu, agar produksi pulp tersebut dapat diterima di pasar internasional, maka usaha-usaha pencarian teknologi alternatif yang ramah lingkungan harus dilakukan salah satunya dengan metode organosolv. Proses ini menggunakan bahanbahan organik seperti alkohol, asam asetat dan phenol, yang dikenal dengan proses organosolv (Fengel dan Wegener, 1995, Muladi et al., 2002). Penggunaan bahan-bahan organik dalam proses pembuatan pulp memiliki beberapa keunggulan antara lain, yaitu bebas senyawa sulfur, impregnasi senyawa pelarut organik lebih baik dari pelarut anorganik, dan proses daur ulang limbah lebih mudah dan murah dengan kemurnian cukup tinggi, selain itu rendemen pulp yang dihasilkan lebih tinggi dan dapat diperoleh hasil samping berupa lignin dan furfural dengan kemurnian yang relatif tinggi dan ekonomis dalam skala yang relatif kecil (Aziz dan Sarkanen, 1989). Baskoro (1986), Ruwelih (1990), dan Hidayati (2000) melakukan penelitian pembuatan pulp dari pada ampas tebu, tetapi metode pulping yang digunakan adalah proses soda. Untuk memperoleh pulp dengan mutu tinggi perlu dilakukan proses pemutihan. Secara umum dasar proses pemutihan adalah menghilangkan warna gelap pada pulp, tingkat rendemen yang tinggi, residu kimia serendah mungkin dan biaya proses yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh jenis bahan pemutih dan jumlah bahan pemutih yang dipakai (Goyal, 1994). Salah satu bahan pemutih yang digunakan adalah perasetat. Asam ini mempunyai bilangan oksidasi yang lebih tinggi dan kuat dibandingkan dengan oksidasi dari hidrogen peroksida (Muladi, 2000). Proses oksidasi pemutihan tergantung beberapa faktor yaitu ph, suhu, konsentrasi asam perasetat dan lama waktu reaksi. Keuntungan menggunakan pemutihan perasetat adalah tidak merusak selulosa dan bebas klor. Dengan mempertimbangkan kondisi diatas, maka perlu dilakukan penelitian pembuatan pulp menggunakan pelarut organik dengan konsentrasi asam asetat dan rasio larutan pemasak dan berat serpih dan proses pemutihan dengan menggunakan perasetat untuk mendapatkan pulp ampas tebu dengan rendemen tinggi, pelarutan lignin sempurna tetapi tidak merusak kandungan selulosa. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp adalah 8 kg bagase (kering oven) dari PTPN VII Unit Usaha Bunga Mayang, larutan pemasak (asam asetat glasial teknis, 98%), larutan pemutih (asam peroksida 30% dan asam aetat glasial teknis 95%); senyawa-senyawa kimia untuk analisis: KMNO4, KI, Na2S2O3, asam sulfat pekat (72%), asam hidroklorat (HClO3), NaOH, Na2CO3, etanol 95%, dan petroleum eter. Alat yang digunakan adalah rotary digester, flat refiner, alat penentu bilangan Kappa, alat penentu gramatur dan alat analisis. Metode Penelitian Semua perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari knsentrasi perasetat 0, 3, 6, 9, 12 dan 15%. Data dianalisis sidik ragam dengan taraf 1% dan 5%. Homogenitas diuji dengan uji Bartlet dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Analisis lanjutan dilakukan dengan uji Duncant pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1980). Pelaksanaan Penelitian A. Persiapan bagase Proses pembuatan pulp dimulai dengan bagase dicuci, dijemur sampai kering, kemudian dihilangkan empelurnya dengan menumbuk bagase sampai tinggal seratseratnya dan ditampi, lalu diambil 1000 g. B. Pemasakan pulp Pemasakan pulp dilakukan dengan menggunakan proses acetosolv. Sebanyak 54

1000 g bagase dimasukkan ke dalam rotary digester (alat pemasak). Kondisi pemasakan mengacu pada penelitian Gottlieb et al. (1992). Pemasakan dilakukan dengan menggunakan larutan asam asetat dalam air dengan konsentrasi 80 (v/v), dan rasio larutan pemasak dengan serpih bagase 8:1 (v/b). Suhu pemasakan maksimum 160 0 C pada tekanan yang terjadi pada suhu 160 0 C (± 2 atm), waktu tuju ke suhu maksimum 90 menit, waktu pada suhu maksimum 90 menit. C. Pencucian pulp Pulp hasil pemasakan selanjutnya dicuci dengan mengunakan air pada suhu 80 0 C dan kemudian dilanjutkan dengan menggunakan air pada suhu ruangan hingga jenuh. D. Defibrilisasi Defibrilisasi adalah proses yang bertujuan untuk memisahkan serat. Proses ini dilakukan dengan menggunakan defibrator yang memiliki prinsip kerja seperti blender. Pulp yang telah jenuh dimasukkan ke dalam defibrator menggunakan air sebagai media pemisahan serat. Defibrisasi dilakukan hingga pulp terurai menjadi serat-serat mandiri (selama 3 5 menit). E. Pemutihan pulp bagase Pulp dipanaskan pada asam perasetat dengan konsentrasi perlakuan pada suhu 85 o C selama 3 jam. Selanjutnya dilakukan pencucian dan pengeringan pada suhu kamar. Kemudian dilakukan pengamatan seperti yang dilakukan pada pulp sebelum diputihkan. Pulp yang sudah diputihkan selanjutnya diuji sifat-sifat kimia (kadar selulosa, hemiselulosa, lignin (Metode Datta, 1981), bilangan Kappa dan bilangan permanganat (SNI 0494-89). HASIL DAN PEMBAHASAN Bilangan Permanganat Bilangan Permanganat digunakan untuk menentukan tingkat kematangan atau daya terputihkan dari suatu pulp kimia (Dewan Standarisasi Nasional, 1989). Nilai bilangan Permanganat hasil penelitian berkisar antara 6,11 sampai 33,92 yang dapat dilihat pada Gambar 1.Dengan meningkatnya konsentrasi asam perasetat yang digunakan, penetrasi bahan pemutih tersebut tersebut ke dalam serat menjadi lebih sempurna yang mengakibatkan delignifikasi pulp akan semakin bertambah sehiungga menurunkan bilangan Permanganat. Bilangan permanganat 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 0 3 6 9 12 15 Konsentrasi asam perasetat (%) Gambar 1. Bilangan Permanganat pulp hasil pemutihan dengan konsentrasi. asam perasetat dalam berbagai 55

Gambar 2. Kadar hemiselulosa pulp hasil pemutihan dengan konsentrasi. asam perasetat dalam berbagai Kadar sellulosa (%) 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 0 3 6 9 12 15 Konsentrasi asam perasetat (%) Gambar 3. Kadar selulosa pulp hasil pemutihan dengan asam perasetat dalam berbagai konsentrasi. Hemiselulosa Hemiselulosa merupakan salah satu komponen utama dalam pulp sebab menurut Dence dan Reeve (1996) hemiselulosa memegang peranan penting dalam pengolahan serat dan pengikatan serat dalam lembaran kertas. Selain itu Casey (1952) menyatakan bahwa hemiselulosa dapat mempengaruhi ketahanan tarik, retak, dan lipat karena berfungsi sebagai perekat antar serat. Kadar hemiselulosa pulp berkisar antara 15,89 persen sampai 24,36 persen (Gambar 2) dengan ratarata akhir adalah 18,78 persen. Menurut Casey (1952), pulp dengan kadar hemiselulosa 16 20% mempunyai ketahanan tarik, retak, lipat yang baik. Kadar hemiselulosa semakin menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi asam perasetat, selain itu penurunan kadar hemiselulosa ini pun seiring dengan penurunan kadar selulosa pulp. Hubungan ini menunjukkan bahwa semakin banyak selulosa yang terdegradasi oleh larutan asam asetat maka semakin banyak pula hemiselulosa yang terdegradasi. Sebagian besar hemiselulosa terikat bersamaan dengan seluklosa dalam dinding sel sedangkan sebagian kecil terikat dengan lignin. Selulosa Kandungan selulosa sangat perlu diketahui sebab selulosa berpengaruh terhadap kekuatan kertas yang akan dihasilkan. Presentase selulosa dapat dilihat pada Gambar 3. Presentase selulosa yang dihasilkan berkisar antara 43,41 sampai 70,16 dengan rata-rata akhir adalah 55,74. Dari gambar terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi asam perasetat maka kadar selulosanya semakin menurun. Hal ini disebabkan selulosa telah terdegradasi oleh asam perasetat. Dence dan Reeve (1996) menyebutkan bahwa selama pemutihan pulp, degradasi selulosa dapat terjadi. Degradasi 56

selulosa ini diakibatkan sifat selulosa yang mudah terhodrolisis oleh asam. Akibatnya, fragmen-frgamen selulosa menjadi terlarut sehingga rendemen pulp yang dihasilkan lebih rendah. Selanjutnya, jika degradasi selulosa cukup kuat, kekuatan pulp akan menurun. Hal ini diperkuat oleh MacDonald dan Franklin (1969) yang menyatakan bahwa selama pemutihan pulp dapat terjadi modifikasi oksidatif dan hidrolitik serta degradasi selulosa. Gugus fungsi dalam selulosa yang terserang adalah gugus hidroksil dan aldehid ujung menghasilkan aldehid, keton, dan formasi gugus karboksil. SIMPULAN Semakin tinggi konsentrasi perasetat akan menurunkan kadar selulosa, hemiselulosa, lignin, bilangan kappa dan bilangan permanganat. Hasil terbaik pada proses pemutihan adalah menggunakan konsentrasi perasetat sebanyak 3% yang menghasilkan kadar selulosa 70,16%, hemiselulosa 16,85%, lignin 15,2%, bilangan permanganat 30,05 dan bilangan kappa 28,5. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2005. Pemanfaatan Ampas Tebu untuk Pulp dan Kertas. Informasi hotspot 25 September 2005. Aziz, S.B dan K. Sarkanen. 1989. Organosolv Pulping. TAPPI Journal. March 1989. 169-175. Barr, C. 2001. The Financial Collapse of asi Pulp & Paper: Moral Hazardand Implication for Indonesia s Forest, dalam Asian Development Forum-3, Bangkok. Baskoro, I.B.W. 1986. Pengaruh Antrakinon- Soda terhadap Sifat-sifat Pulp Ampas Tebu dan Jerami. Skripsi. Teknologi Hasil Hutan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. BIRO. 2001. Indonesia Pulp and Paper Industry. Jakarta: PT Biro Data Indonesia. Casey, J.P. 1952. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology I. John and Wiley and Son. New York. Casey, J.P. 1966. Pulp and Paper : Chemistry and Chemical Technology VI : Pulping and Bleaching. 2 nd edition. New York. Darwis, A.A., Muliah, M. Yani, dan Rohmat. 1994. Pengaruh Umur dan Konsentrasi Alkali Aktif terhadap Sifat-sifat Pulp Sulfat Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen). Jurnal Teknologi Industri Pertanian Vol. IV:1. 8-14. Datta, R. 1981. Acidogenic fermentation of lignocellulose acid yields and confertion of component. Biotech Bioneg 23:2167-2170. Dence, C.V. dan D. W. Reeve. 1996. Pulp Bleaching, Principle and Practice. TAPPI PRESS. Atlanta, Georgia. Hal 10 dan 50. Deperindag dan APKI. 2001. Industri Pulp dan Kertas 1999-2003: Realisasi 1999-2000 dan Proyeksi 2001-2003. Jakarta: Direktorat Industri Pulp dan Kertas. Dewan Standardisasi Indonesia. 1989. SNI 0494-1989-A. Cara Uji Bilangan Permanganat, Bilangan Kappa, dan Bilangan Khlor Pulp. Departemen Perindustrian. Jakarta. Fengel, D. dan G. Wegener. 1995. Kayu : Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Diterjemahkan oleh Hardjono Sastromiharjo. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta. 155 159. Gottlieb, J.P., A.W. Preuss, J. Meckel, A. Berg. 1992. Acetocell Pulping of Spurce and Chlorine Free Bleaching. Proceding of the TAPPI Solvent Pulping Symposium. Boston, November 5-6. Goyal, S.K. 1994. Bagasse bleaching Parameter Optimazition Pay. IPPTA Vol 6 (3). Haryadi, M.B. 1994. Pengaruh Pengelompokkan Bobot Jenis, Kondisi Alkali Aktif, serta Jenis Pemutihan terhadap Sifat Pulp Sulfat Putih Kayu Campuran. Skripsi. Fakultas Teknologi 57

Pertanian. Bogor. 4-22. Institut Pertanian Bogor. Hidayati, S.2000. Pemutihan Pulp Ampas Tebu Sebagai Bahan Dasar Pembuatan CMC. Jurnal Agrosains Vol.13(1). K.L.H. 2005. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 228 tahun 2005 Tentang Hasil Penilaian Peringkat Kerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup. Macdonald, R.G. dan J.N. Franklin, Ed. 1969. Pulp and Paper Manufacture. Second Edition. Mc. Graw-Hill Book Company, Inc. New York. Muladi, S, E.T Arung,, N.M Nimz dan O.Faix. 2002. Organosolv Pulping and Bleaching of Pulp with Ozone. Lembaga Penelitian Universitas Mulawarman Samarinda. Muladi, S., I.W Kusuma., O K Orsadchia and R. Pratt. 2000. The elementary chlorine free bleaching (ECF) of some Indonesia timber estate wood species, hlm 335-340. Di dalam M. Shimada, T Watanabe and T Yoshimura (Ed). Sustinable Utilization of Forest Product: Socio economical and Ecological management of tropical forest. Proceeding of the third wood science symposium. Japan. Pasaribu, R.A., D.H Goenadi and T.Irawadi. 1995. Pemanfatan fungi pelapuk lignoselulosis dalam biokonversi limbah tandak kelapa sawit menjadi pulp kertas. Laporan akhir RUT III. 42 Hlm. Paturau, J.M. 1982. Sugar Series 3 : By product of The Care Sugar Industry on Introduction to Their Industrial Utilization. 2 nd ed Elsevier Publ. Comp, New York. Saptariyani, A.K.P. 1992. Pengaruh Umur Kayu Albasia (Albazzia fulcataria (L) Fosberg). Dan Kayu Karet (Hevea brasiliensis muell. Arg) terhadap Sifat Fisik Pulp Sulfat yang Diputihkan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik, suatu Pendekatan Biometrik. Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. Gramedia. Jakarta. 228 229.Sudiharto, S. 1976. Suratmaji, T. 2001. Perkembangan Teknologi Proses Pembuatan Pulp & Kertas Menyongsong Perkembangan 10 tahun KTT Bumi, Peran Penguasaan Teknologi Lingkungan, Jakarta. Syafii, W. 2000. Sifat Pulp Daun Kayu Lebar dengan Proses Organosolv. Jurnal Teknik Industri Pertanian. Syafii, W. 2000. Sifat Pulp Organosolv beberapa Kayu Lebar Jenis Cepat Tumbuh. Jurnal Teknik Industri Pertanian. Vol. 10 (2). 54-55. 58