BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengue shock syndrome (DSS). Kewaspadaan dini terhadap. tanda-tanda syok pada penderita demam berdarah dengue (DBD)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang berada pada periode triple

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Disease History and Delayed Diagnosis of Dengue Infection as Risk Factors for Dengue Shock Syndrome in Wangaya Hospital Denpasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. DBD (Nurjanah, 2013). DBD banyak ditemukan didaerah tropis dan subtropis karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. serotype virus dengue adalah penyebab dari penyakit dengue. Penyakit ini

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian demam berdarah dengue (DBD) di dunia semakin meningkat setiap tahunnya. Data di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada anak-anak. Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian DBD

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

Hubungan Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian Dengue Syok Sindrom (DSS) pada Anak

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DENGUE SHOCK SYNDROME PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE YANG DIRAWAT INAP DI RSUD WANGAYA KOTA DENPASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengue Haemoragic Fever (DHF) yang lebih sering disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit infeksi Dengue seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) kini

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Waktu survival (survival time) merupakan salah satu penelitian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

ANALISIS MANFAAT PEMBERIAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN DHF DI SMF PENYAKIT DALAM RSUD DR. SOEBANDI JEMBER SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai n

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kematian ( Padila 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

GAMBARAN SEROLOGIS IgG-IgM PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DI RSUP SANGLAH PERIODE JULI-AGUSTUS 2014 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa di negara yang sedang berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. puncak kejadian leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. Proportional Mortality Ratio (PMR) masing-masing sebesar 17-18%. 1

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. sampai 1954 yang disertai renjatan (shock) dan perdarahan gastrointestinal yang berakhir

ABSTRAK HUBUNGAN JUMLAH HEMATOKRIT DAN TROMBOSIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT SANGLAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN... 35

ABSTRAK INSIDENSI TIPE PENYAKIT INFEKSI DENGUE PADA ANAK USIA 0 15 TAHUN DI RS. IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban masalah kesehatan masyarakat terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis. DBD banyak ditemukan di wilayah urban dan semi-urban yang diperkirakan menginfeksi 2,5 milyar sampai 3 milyar orang. Sepanjang perjalanan penyakit dengue dilaporkan telah menyebar dilebih dari 100 negara di dunia. Kejadian penyakit DBD semakin tinggi disertai dengan serangan yang lebih berat (Guha-Sapir & Schimmer, 2005) (WHO, 2011). Penyakit DBD telah dilaporkan pada permulaan tahun 992 SM di Cina, namun baru pertama kali dilaporkan tahun 1653 di French West Indies (Kepulauan Karibia). Serangan penyakit DBD pada tahun 1897 terjadi di Australia, serta pada tahun 1931 dilaporkan di Italia dan Taiwan. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue di Asia Tenggara pernah terjadi di tahun 1953 sampai 1954 yang ditemukan di Filipina. Setelah itu menyebar ke banyak negara yang mencakup di dalam wilayah World Health Organization (WHO) South-East Asia dan wilayah Western Pacific (WHO, 2011). WHO mencatat terhitung mulai tahun 1968 hingga tahun 2009, di kawasan Asia Tenggara dengan kasus DBD tertinggi yaitu di Indonesia (Kemenkes RI, 2010a, WHO, 2011). Di Indonesia, DBD menyebar semakin meningkat dan perjalanan penyakitnya cepat yang berpotensi menimbulkan kematian dalam waktu singkat,

meskipun angka kematiannya dapat ditekan di bawah 1% (Kemenkes RI, 2011). Penyakit DBD masuk dalam urutan kedua dari 10 besar penyakit yang dirawat inap di rumah sakit pada tahun 2009 dengan 121.334 kasus dan 898 kematian. Distribusi kasus DBD per kelompok umur dari tahun 1993 sampai 2009 terjadi pergeseran dari kelompok kasus DBD yaitu kelompok umur <15 tahun adalah yang terbesar, namun pada tahun 1999 sampai 2009 kelompok umur yang terbesar yaitu 15 tahun. Persentase penderita laki-laki dan perempuan yaitu pada jenis kelamin laki-laki (53,78%) dan jenis kelamin perempuan (46,23%) (Kemenkes RI, 2010b). Berdasarkan data dari Kemenkes RI pada tahun 2013 tercatat 112.511 kasus dengan angka kesakitan DBD 45,85/100.000 penduduk dan 871 kematian dengan angka kamatian atau Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,77% (Kemenkes RI, 2013). Provinsi Bali pada tahun 2010 sebagai provinsi dengan angka kesakitan DBD tertinggi di Indonesia sebesar 323,12/100.000 penduduk. Pada tahun 2013, Provinsi Bali kembali sebagai provinsi dengan angka kesakitan DBD tertinggi di Indonesia yaitu 172,50/100.000 penduduk dengan angka kematian yaitu 0,08% (Kemenkes RI, 2013). Laporan Dinas Kesehatan Propinsi Bali menyebutkan jumlah kasus DBD terbanyak di Kota Denpasar diantara kabupaten lainnya dari sembilan kabupaten/kota di Bali. Kota Denpasar merupakan daerah endemis penyakit DBD karena setiap tahunnya ditemukan kasus DBD selama tiga tahun berturut-turut atau lebih (Dinkes Provinsi Bali, 2013). Angka kesakitan DBD di Kota Denpasar berfluktuasi secara beragam dari tahun ke tahun. Angka kesakitan DBD di Kota Denpasar selama lima tahun

terakhir sebagai berikut : 784,86/100.000 penduduk (2010), 170,98/100.000 penduduk (2011), 132,83/100.000 penduduk (2012), 211,38/100.000 penduduk (2013), dan 217,72/100.000 penduduk (2014) (Dinkes Kota Denpasar, 2014). Angka kesakitan tersebut jauh melebihi standar nasional dari tahun 2010 sebesar 55/100.000 penduduk dan diturunkan setiap tahunnya sampai 51/100.000 penduduk pada tahun 2014 (Kemenkes RI, 2013). Kematian karena penyakit DBD di Kota Denpasar juga selalu ada setiap tahun walaupun masih di bawah target nasional (CFR <1%) dengan tren secara berfluktuatif, berturut-turut yaitu sebesar 0,54% (2010), 0,20% (2011), 0,29% (2012), 0,16% (2013), dan 0,38% (2014) (Dinkes Kota Denpasar, 2014). Kewaspadaan dini terhadap tanda-tanda syok pada penderita DBD sangat penting oleh karena terjadinya kematian pada DSS 10 kali lebih besar dibandingkan penderita DBD yang tanpa disertai syok (Kemenkes RI, 2013). Menurut Hadinegoro (1996) pada hampir di seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia memperoleh prevalensi syok sebesar 16%-40%. Sedangkan penelitian Raihan dkk. (2010) di RSCM Jakarta disebutkan bahwa syok terjadi pada 103 (37,3%) pasien dari 276 pasien yang diteliti. Berdasarkan survei pendahuluan yang peneliti lakukan di RSUD Wangaya yang merupakan rumah sakit pemerintah Kota Denpasar, menunjukkan 2.605 pasien DBD yang rawat inap dari data elektronik rekam medik selama tahun 2013 sampai Agustus 2014. Pasien DBD yang rawat inap pada tahun 2013 terdapat sebanyak 1.522 dengan Dengue Shock Syndrome (DSS) sebanyak 31 kasus (2,04%), sedangkan dari bulan Januari sampai Agustus tahun 2014 terdapat 1.083

pasien DBD yang rawat inap dengan DSS sebanyak 28 kasus (2,59%). Kematian karena DSS ada satu kasus pada tahun 2013, dan terdapat dua kasus kematian pada tahun 2014 (Rekam Medik RSUD Wangaya, 2014). Hal ini menunjukkan perkembangan kejadian DSS di RSUD wangaya cendrung meningkat di tahun 2014. Namun dilihat dari tempat RSUD Wangaya sebagai tempat pelayanan kesehatan yang jaraknya mudah dijangkau dan termasuk rumah sakit grade A, seharusnya dapat menurunkan angka kejadian DSS. Beberapa penelitian telah dilakukan terkait faktor risiko yang berpengaruh dengan kejadian DSS di rumah sakit. Penelitian yang dilakukan di luar negeri antara lain; penelitian tentang faktor risiko yang berhubungan dengan DHF atau DSS pada orang dewasa di Rumah Sakit Tengku Ampuan Afzan Kuantan, penelitian hubungan faktor epidemiologi dengan DSS dan kematian pada pasien dengue di Rumah Sakit Kota Ho Chi Minh Vietnam. Sedangkan penelitian yang dilakukan di dalam negeri antara lain; analisis faktor-faktor risiko terjadinya DSS pada anak dengan DBD di RSUP Persahabatan, faktor-faktor risiko kejadian DSS pada pasien DBD di RSUD Ulin dan RSUD Ansari Saleh Banjarmasin, faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian DSS pada anak dengan DBD di RSUD Kota Semarang, hubungan gambaran klinis dan laboratorium sebagai faktor risiko syok pada DBD di RS Dr. M. Djamil Padang (Tee dkk., 2009; Anders dkk., 2011; Mayetti, 2010; Setiawati, 2011; Harisnal, 2012; Silvarianto, 2013). Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian tersebut antara lain; umur, jenis kelamin, infeksi sekunder, lama sakit sebelum masuk rumah sakit, status gizi, gejala simtomatik, hematokrit, trombosit, leukosit, musim, rujukan. Hasil penelitian tersebut

menemukan hasil yang berbeda-beda, dan sesuai pengkajian penulis bahwa perbedaan hasil itu oleh karena adanya perbedaan daerah dan tipe fasilitas kesehatan, karakteristik sampel penelitian, perbedaan kriteria inklusi dan ekslusi, perbedaan jumlah dan jenis variabel yang fokus penelitiannya ada yang lebih banyak menekankan faktor klinis dan ada yang menekankan faktor bukan klinis. Penelitian di Bali tentang faktor risiko kejadian DSS masih jarang dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Elmy dkk., (2009) di RSUP Sanglah Denpasar, menjelaskan bahwa setelah dilakukan analisis multivariat hanya status gizi yang bermakna yang mempengaruhi kejadian DSS, sedangkan variabel umur, jenis kelamin dan jenis infeksi tidak berpengaruh. Namun penelitian itu hanya mengambil data dari rekam medik di bagian anak dan hasil penelitian tersebut masih ada kontroversi dengan penelitian lain. Penelitian lain di RSUP Sanglah juga yang dilakukan oleh Karolina ddk., (2013) hanya menekankan faktor klinis yaitu kejadian perdarahan masif pada pasien DSS dihubungkan dengan jumlah leukosit, trombosit, dan kadar hematokrit tanpa menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian agar bisa dilakukan intervensi dan pengembangan program dalam menurunkan kejadian DSS. Berdasarkan hal tersebut diatas, perlunya kewaspadaan dini terhadap syok membuat rasa ingin tahu peneliti untuk mengetahui hubungan faktor risiko terjadinya DSS, dimana sebagian besar dari penderita DBD di Kota Denpasar tersebut dirawat inap di RSUD Wangaya yang merupakan rumah sakit negeri kelas B dan menjadi salah satu rumah sakit rujukan. Laporan penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi epidemiologi dengue yang berhubungan

dengan kejadian DSS dan kemudian dapat menentukan perencanaan program kesehatan dalam bidang pencegahan DSS pada pasien DBD serta menciptakan pelayanan kesehatan yang baik. Oleh karena itu, maka peneliti berpikir bahwa sangat penting dilakukan penelitian ini. 1.2 Rumusan masalah Kota Denpasar merupakan salah satu kota endemis penyakit DBD dan bisa menimbulkan KLB karena vektor penular DBD tersebar luas dengan penduduk yang padat dan mobilitasnya tinggi. Kejadian DSS di Kota Denpasar juga selalu ada setiap tahun dan lebih besar berisiko menimbulkan kematian pada penderita DBD. Indikasi adanya keterkaitan kondisi mayarakat yang ekonominya kurang dapat berhubungan dengan akses pelayanan kesehatan. Manifestasi klinis yang sangat bervariasi, patogenitas yang kompleks, dan adanya serotipe virus yang berbeda pada daerah yang berbeda, membuat kita mengalami kesulitan untuk memprediksi perjalanan penyakit DBD terlebih lagi menilai akan terjadinya DSS (Kemenkes RI, 2013). Guna mendalami permasalahan itu maka ada beberapa pertanyaan penelitian berikut ini. 1. Apakah umur merupakan faktor risiko kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar? 2. Apakah jenis kelamin merupakan faktor risiko kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar?

3. Apakah lama demam sebelum Masuk Rumah Sakit (MRS) merupakan faktor risiko kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar? 4. Apakah riwayat infeksi DBD sebelumnya merupakan faktor risiko kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar? 5. Apakah peningkatan nilai hematokrit merupakan faktor risiko kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar? 6. Apakah penurunan jumlah trombosit merupakan faktor risiko kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar? 7. Apakah kelas perawatan merupakan faktor risiko kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar? 8. Apakah jaminan kesehatan merupakan faktor risiko kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar.

1.3.2 Tujuan khusus Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui pengaruh berikut ini. 1. Umur terhadap kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar. 2. Jenis kelamin terhadap kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar. 3. Lama demam sebelum MRS terhadap kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar. 4. Riwayat infeksi DBD sebelumnya terhadap kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar. 5. Peningkatan nilai hematokrit terhadap kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar. 6. Penurunan jumlah trombosit terhadap kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar. 7. Kelas perawatan terhadap kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar. 8. Jaminan kesehatan terhadap kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar. 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan rujukan dalam bidang penelitian kesehatan khusunya mengenai studi faktor yang

meningkatkan risiko terhadap kejadian DSS pada penderita DBD, dan diharapkan dapat menambah pengalaman dan meningkatkan kemampuan dalam melakukan penelitian kesehatan terutama dalam bidang pengendalian penyakit DBD. 1.4.2 Manfaat praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat menambah wawasan masyarakat tentang faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian DSS pada penderita DBD, dan dapat diterapkan untuk menghindari keterlambatan dalam mendapat pengobatan yang tepat. 2. Hasil penelitian dapat digunakan untuk Dinas Kesehatan Provinsi Bali beserta Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dalam upaya pencegahan kejadian DSS pada penderita DBD berdasarkan faktor risiko yang terbukti mempengaruhi sehingga dapat dipilih alternatif perencanaan program, serta sebagai masukan bagi RSUD Wangaya Kota Denpasar untuk menjadi pertimbangan dalam penegakkan diagnosis dan mendeteksi kejadian DSS. 3. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan dalam melaksakan pekerjaan sehari-hari sebagai pemegang program pengendalian penyakit DBD di Dinas Kesehatan Kota Denpasar.