BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik

dokumen-dokumen yang mirip
MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial

BAB XI TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: dan berpengaruh terhadap kehidupan individu.

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi

Kuliah 3 KPM 398-MPS

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL

dari komunikasi massa dalam kehidupan masyarakat. Berikutnya pada Modul 5 dibahas materi tentang komunikasi personal. Di dalamnya secara mendetail

PENDEKATAN MASALAH NUR ENDAH JANUARTI, MA

Perspektif dalam Ilmu Komunikasi

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial

Dimensi Subjektif - Objektif

Struktur Ilmu Pengetahuan Modern & Cara Memperoleh Pengetahuan Ilmiah: Penalaran (Scientific Reasoning) Kamis, 21 Mei 2015

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II KERANGKA TEORI

PENGANTAR METODE PENELITIAN. Pertemuan Kesatu

MASALAH-MASALAH POKOK TEORITIS

1. Fungsionalisme Struktural Perkembangannya

Ringkasan Artikel Social Paradigm and Organizational Analysis Chapter 1-3

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menunjukan pada mereka apa yang penting, absah dan masuk akal. Sebagai

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

Fondasi Utama Ilmu Pengetahuan

STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK

Tujuan Instruksional Khusus

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

Kapita Selekta Sosial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI PENUTUP. Bab ini merupakan penutup dari berbagai data dan pembahasan yang. telah dilakukan pada bagian sebelumnya yang pernyataannya berupa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengembangan masyarakat (community development) Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu

Disusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011

Bahan Kuliah Materi Penelitian Kualitatif 1 Jurusan Antropologi FISIP UNAND

RADIKALISME AGAMA (Suatu Pendekatan Sosiologi) Oleh: Abu Hapsin, Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

TEORI DAN METODOLOGI

$ [8] [176] Lusiana Darmawan Suryamita Harindrari

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih

STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK. a b c d e 1

MATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL

STUDI KASUS DALAM PSIKOLOGI

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM)

PENDAHULUAN. persoalan. Masalah sosial dapat terjadi karena adanya hambatan dalam pemenuhan

PANDANGAN HIDUP SISTEM

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatam Teoritik dalam Memahami Sistem Sosial Budaya Indonesia. Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-4

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian

Posisi Semiotika dan Tradisi-tradisi Besar Filsafat Pemikiran

Profil Lulusan Program Studi Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA LAPORAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah

CONTOH BAHAN AJAR. A. TOPIK : PENGERTIAN dan RUANG LINGKUP SOSIOLOGI AGAMA

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1)

BAB 3 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori

DASAR-DASAR MIKRO BAGI SOSIOLOGI MAKRO

Panduan Praktis Penelitian Kualitatif oleh Anis Fuad; Kandung Sapto Nugroho Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

Modul ke: TEORI INTERPRETIF 15FIKOM INTERAKSIONAL SIMBOLIK. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang

Kesetaraan vs. Stratifikasi Sosial

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM)

Sociological Paradigms and Organizational Analysis

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Sudut pandang teori materialisme historis dalam filsafat sejarah

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

TEORI KEJAHATAN SECARA SOSIOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan dengan mengamati teks online

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

Pertemuan 4. Landasan Teori dan Penyusunan Hipotesis

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

PRADIGMA PENELITIAN SOSIAL. Bahan Kuliah 1. Universitas Andalas

KEBUDAYAAN. Oleh : Firdaus

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, dan cara menarik kesimpulan yang bertujuan memperbaiki. prosedur dan kriteria baku dalam penelitian ilmiah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang sama unuk menilai aktifitas penelitian, dan menggunakan metode

Modul 2 Permasalahan dan Proposisi Penelitian

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Paradigma dan Penyusunan Teori dalam penelitian kualitatif PERTEMUAN 3

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

TEORI TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL DRS ASEP SETIAWAN MA PROGRAM ILMU POLITIK FISIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pelanggan dengan potensi profitable dengan membangun sebuah

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) M A T A K U L I A H P E N G A N T A R S O S I O L O G I

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipergunakan guna menjawab tujuan penelitian (Soehartono, 1999: 9). Oleh karena itu, pada

III. METODE PENELITIAN. peneliti dalam menentukan pemahaman sejalan dengan fokus dan tujuan yang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN

PENGANTAR PENELITIAN. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

Transkripsi:

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika berfikir berdasarkan suatu teori tertentu. Oleh karena setiap teori mempunyai asumsi dan pemahaman tertentu terhadap realitas sosial, maka masing-masing akan memberikan penjelasan dan pemahaman yang dapat berbeda terhadap fenomena sosial yang menjadi objek studinya, termasuk fenomena yang disebut masalah sosial. Asumsi, alur dan logika berfikir yang berbeda tersebut yang menyebabkan dalam studi masalah sosial kemudian dikenal ada beberapa perspektif yang bersumber dari teori tertentu (Soetomo, 2008). Dengan memahami berbagai perspektif tersebut, seseorang dapat mengetahui mengapa suatu realitas masalah sosial tertentu, sebut saja masalah kemiskinan sebagai contohnya dapat dijelaskan dengan cara berbeda, termasuk dalam melakukan identifikasi masalah, diagnosa dan treatment. Dalam penerapannya, sangat dimungkinkan seseorang secara konsisten menggunakan alur berfikir berdasarkan perspektif tertentu yang menjadi favoritnya untuk memahami dan menjelaskan masalah sosial. Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan seseorang bersikap lentur terhadap berbagai perspektif tersebut. Dia tidak bersikap fanatik terhadap perspektif tertentu, akan tetapi mencoba menggunakan perspektif yang dianggap sesuai dalam memahami dan menjelaskan realita masalah sosial tertentu. Terlepas dari pilihan mana yang digunakan, dengan memehami keseluruhan perspektif tersebut seseorang akan dapat mengetahui alur berfikir dan penalaran orang lain dalam menjelaskan masalahnya, walaupun orang lain tersebut menggunakan perspektif yang berbeda dengan yang dianutnya. Oleh karena itu pemahaman tentang perspektif yang digunakan akan sangat membantu dalam menjalin komunikasi akademik. Seseorang akan sulit memahami penjelasan dan analisis yang dilakukan orang lain yang melakukan studi masalah sosial dengan perspektif tertentu, apabila membacanya dengan menggunakan perspektif yang berbeda. Perspektif merupakan gambaran umum dari suatu subjek ilmu pengetahuan yang memberikan arah apa yang harus dikaji, pertanyaan apa yang harus digunakan, aturan- 1

aturan yang bagaimana yang harus diikuti untuk menginterpretasikan jawaban-jawaban yang telah diperoleh (Zamroni,.( 1992 Sedangkan paradigma merupakan seperangkat proposisi yang menerangkan bagaimana dunia dan kehidupan secara umum dipersepsikan. Pengertian paradigma seringkali disetarakan dengan perspektif atau sudut pandang. Paradigma juga dimaknai sebagai ideologi dan praktek suatu komunitas ilmuwan yang menganut suatu pandangan yang sama atau realitas, memiliki seperangkat kriteria yang sama untuk menilai aktivitas penelitian, dan menggunakan ( 2006 (Salim, metode serupa Paradigma juga dimaknai sebagai ideologi dan praktek suatu komunitas ilmuwan yang menganut suatu pandangan yang sama atau realitas, memiliki seperangkat kriteria yang ( 2006 (Salim, sama untuk menilai aktivitas penelitian, dan menggunakan metode serupa Lebih lanjut, Salim (2006) menjelaskan bahwa sejak abad pencerahan terdapat empat paradigma ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh para ilmuan yaitu : positivisme, post-positivisme, teori kritis dan konstruktivisme (interpretif). Perbedaan dari keempat perspektif atau paradigma tersebut dapat dilihat dari cara pandang masing-masing terhadap realitas dan cara yang ditempuh untuk mengembangkan sebuah ilmu pengetahuan terutama dari aspek ontologis, epistemologis dan metodologis. Ada tiga paradigma besar dalam ilmu sosial (sosiologi) yaitu : paradigma fakta sosial.( interpretif ) paradigma definisi sosial,( positivist ) paradigma perilaku sosial,( positivist ) Paradigma fakta sosial berasumsi bahwa sosiologi harus mampu menjawab persoalan kemasyarakatan secara riil di lapangan. Untuk menyusun sebuah pengetahuan diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia. Fakta sosial harus diteliti dalam dunia nyata sebagaiman orang mencari barang. Sedangkan paradigma perilaku sosial bertumpu pada pandangan tentang perilaku manusia.( behaviour ) Objek sosiologi yang konkret adalah perilaku manusia yang nampak dan kemungkinan perulangannya. Paradigma ini memusatkan perhatian kepada hubungan antara individu dengan lingkungan. Yang terakhir yaitu paradigma definisi sosial berasumsi bahwa sosiologi adalah ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interpretasi) tindakan sosial dan antar 2

hubungan sosial untuk sampai kepada penjelasan kausal. Tindakan sosial merupakan tindakan individu yang memiliki makna bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain, sedangkan tindakan individu yang diarahkan ke benda mati tidak masuk dalam kategori tindakan social. Tindakan individu ke benda mati bisa berubah menjadi tindakan sosial jika mendatangkan efek atau ekibat ke manusia lain, misalnya mengeruk tanah sehingga terjadi erosi, merusak hutan sehingga mendatangkan bencana banjir yang merugikan orang lain. Ilmu pengetahuan berusaha untuk melihat dan menjelaskan sebuah fenomena sosial menggunakan alur dan logika berfikir berdasarkan sebuah teori tertentu. Setiap teori selalu memiliki asumsi dan dasar pemahaman tertentu terhadap realitas sosial, yang tentunya masing-masing akan menghasilkan sebuah eksplanasi yang berbeda. Asumsi, alur dan logika berfikir yang berbeda melahirkan perspektif yang berbeda dengan bersumber pada teori tertentu. Sasaran kajian ilmu sosial adalah fenomena kehidupan masyarakat. Berbagai fenomena dalam masyarakat yang paling sering dibahas adalah tentang masalah sosial dan pemecahannya. Masalah sosial dapat diidentifikasi dan dijelaskan dengan menggunakan berbagai macam perspektif. Menurut Julian (1986), dalam mempelajari masalah sosial terdapat 6 perspektif yang bersumber pada 3 macam teori, yaitu : - Teori fungsional struktural : perspektif patologi sosial, disorganisasi sosial, perilaku menyimpang - Teori konflik : perspektif konflik nilai, institusional - Teori interaksionisme simbolik : perspektif labelling Teori fungsional struktural dikembangkan dari paradigma fakta sosial, yang berpendapat bahwa teori-teori yang dihasilkan harus diuji dengan data-data konkret berdasarkan penelitian empiris. Menurut teori fungsional struktural, struktur sosial dan pranata sosial tersebut berada dalam sebuah sistem sosial yang terdiri atas bagianbagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan. Teori ini menekankan pada keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahanperubahan dalam masyarakat. 3

Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain, sebaliknya kalau tidak fungsional maka struktur ini tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya. Setiap bagian dari sistem sosial saling komplementer dan terintegrasi. Nilai sosial dianggap sebagai instrumen dari sistem sosial yang menjaga keberaturan. Nilai sosial muncul sebagai hasil dari konsensus yang nantinya akan menjadi pedoman perilaku dan pedoman dalam menunaikan peranan sosial setiap unsur dalam sistem. Salah satu perspektif yang lahir dari teori ini adalah perspektif patologi sosial. Perspektif ini menganggap bahwa masalah sosial timbul karena individu gagal dalam proses sosialisasi nilai sosial atau adanya cacat yang dimiliki oleh individu tersebut, sehingga dalam berperilaku tidak berpedoman pada nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Dalam perkembangannya, perspektif ini mendiagnose atau memiliki hipotesis bahwa masyarakat yang immoral akan menghasilkan individu yang immoral pula, dan keadaan inilah yang menimbulkan masalah sosial. Teori konflik dibangun atas dasar paradigma yang sama dengan teori fungsional struktural yaitu paradigma fakta sosial, namun pola berfikir dan proposisi-proposisi yang ada dalam teori ini berbeda dengan teori fungsional struktural. Perbedaanperbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : - Menurut teori fungsional struktural, masyarakat berada dalam kondisi statis, tepatnya bergerak dalam kondisi keseimbangan, sedang menurut teori konflik, masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai dengan adanya pertentangan yang terus menerus diantara unsur-unsurnya - Dalam teori fungsional struktural, setiap elemen atau setiap institusi dianggap memberikan dukungan terhadap stabilitas, sedang menurut teori konflik, setiap elemen memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial - Teori fungsional struktural melihat anggota masyarakat terikat secara informal oleh norma-norma, nilai dan moralitas umum, sedang menurut teori konflik, keteraturan yang ada dlm masyarakat hanyalah disebabkan adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa, dengan demikian 4

nilai bukanlah hasil konsensus melainkan sebuah instrumen kelompok super ordinasi untuk memaksa kepentingannya kepada kelompok sub ordinasi. Dalam sosiologi, teori konflik adalah sebuah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai (konsensus), tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Konflik pada dasarnya adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dalam kehidupan kita. Konflik merupakan bagian dari interaksi sosial yang bersifat disosiatif. Suatu keadaan yang memiliki peluang besar untuk timbulnya konflik adalah perbedaan. Teori konflik lahir sebagai sebuah antitesis dari teori fungsional struktural yang memandang pentingnya keteraturan dalam masyarakat. Hasil Pembelajaran a. Mampu memahami dan menjelaskan : (1) Paradigma fakta sosial dalam sosiologi (2) Teori fungsional struktural dan teori konflik b. Mampu menggunakan paradigma dan teori tersebut untuk memotret dan menganalisis kasus konflik di kehutanan Aktifitas (1) Membaca bahan ajar sebelum kuliah, (2) Membaca bahan bacaan/pustaka yang relevan (3) Mencari contoh kasus konflik dalam pengelolaan hutan di Indonesia (4) Diskusi dan menjawab kuis Kuis dan latihan (1) Jelaskan pentingnya perspektif dan teori dalam melakukan analisis konflik di kehutanan dan berikan contoh kasus yang menguatkan argumentasi saudara! (2) Terangkan perbedaan teori fungsional struktural dan teori konflik serta berikan contoh kasus di kehutanan yang dapat dianalisis dengan kedua teori tersebut! 5