BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika berfikir berdasarkan suatu teori tertentu. Oleh karena setiap teori mempunyai asumsi dan pemahaman tertentu terhadap realitas sosial, maka masing-masing akan memberikan penjelasan dan pemahaman yang dapat berbeda terhadap fenomena sosial yang menjadi objek studinya, termasuk fenomena yang disebut masalah sosial. Asumsi, alur dan logika berfikir yang berbeda tersebut yang menyebabkan dalam studi masalah sosial kemudian dikenal ada beberapa perspektif yang bersumber dari teori tertentu (Soetomo, 2008). Dengan memahami berbagai perspektif tersebut, seseorang dapat mengetahui mengapa suatu realitas masalah sosial tertentu, sebut saja masalah kemiskinan sebagai contohnya dapat dijelaskan dengan cara berbeda, termasuk dalam melakukan identifikasi masalah, diagnosa dan treatment. Dalam penerapannya, sangat dimungkinkan seseorang secara konsisten menggunakan alur berfikir berdasarkan perspektif tertentu yang menjadi favoritnya untuk memahami dan menjelaskan masalah sosial. Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan seseorang bersikap lentur terhadap berbagai perspektif tersebut. Dia tidak bersikap fanatik terhadap perspektif tertentu, akan tetapi mencoba menggunakan perspektif yang dianggap sesuai dalam memahami dan menjelaskan realita masalah sosial tertentu. Terlepas dari pilihan mana yang digunakan, dengan memehami keseluruhan perspektif tersebut seseorang akan dapat mengetahui alur berfikir dan penalaran orang lain dalam menjelaskan masalahnya, walaupun orang lain tersebut menggunakan perspektif yang berbeda dengan yang dianutnya. Oleh karena itu pemahaman tentang perspektif yang digunakan akan sangat membantu dalam menjalin komunikasi akademik. Seseorang akan sulit memahami penjelasan dan analisis yang dilakukan orang lain yang melakukan studi masalah sosial dengan perspektif tertentu, apabila membacanya dengan menggunakan perspektif yang berbeda. Perspektif merupakan gambaran umum dari suatu subjek ilmu pengetahuan yang memberikan arah apa yang harus dikaji, pertanyaan apa yang harus digunakan, aturan- 1
aturan yang bagaimana yang harus diikuti untuk menginterpretasikan jawaban-jawaban yang telah diperoleh (Zamroni,.( 1992 Sedangkan paradigma merupakan seperangkat proposisi yang menerangkan bagaimana dunia dan kehidupan secara umum dipersepsikan. Pengertian paradigma seringkali disetarakan dengan perspektif atau sudut pandang. Paradigma juga dimaknai sebagai ideologi dan praktek suatu komunitas ilmuwan yang menganut suatu pandangan yang sama atau realitas, memiliki seperangkat kriteria yang sama untuk menilai aktivitas penelitian, dan menggunakan ( 2006 (Salim, metode serupa Paradigma juga dimaknai sebagai ideologi dan praktek suatu komunitas ilmuwan yang menganut suatu pandangan yang sama atau realitas, memiliki seperangkat kriteria yang ( 2006 (Salim, sama untuk menilai aktivitas penelitian, dan menggunakan metode serupa Lebih lanjut, Salim (2006) menjelaskan bahwa sejak abad pencerahan terdapat empat paradigma ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh para ilmuan yaitu : positivisme, post-positivisme, teori kritis dan konstruktivisme (interpretif). Perbedaan dari keempat perspektif atau paradigma tersebut dapat dilihat dari cara pandang masing-masing terhadap realitas dan cara yang ditempuh untuk mengembangkan sebuah ilmu pengetahuan terutama dari aspek ontologis, epistemologis dan metodologis. Ada tiga paradigma besar dalam ilmu sosial (sosiologi) yaitu : paradigma fakta sosial.( interpretif ) paradigma definisi sosial,( positivist ) paradigma perilaku sosial,( positivist ) Paradigma fakta sosial berasumsi bahwa sosiologi harus mampu menjawab persoalan kemasyarakatan secara riil di lapangan. Untuk menyusun sebuah pengetahuan diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia. Fakta sosial harus diteliti dalam dunia nyata sebagaiman orang mencari barang. Sedangkan paradigma perilaku sosial bertumpu pada pandangan tentang perilaku manusia.( behaviour ) Objek sosiologi yang konkret adalah perilaku manusia yang nampak dan kemungkinan perulangannya. Paradigma ini memusatkan perhatian kepada hubungan antara individu dengan lingkungan. Yang terakhir yaitu paradigma definisi sosial berasumsi bahwa sosiologi adalah ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interpretasi) tindakan sosial dan antar 2
hubungan sosial untuk sampai kepada penjelasan kausal. Tindakan sosial merupakan tindakan individu yang memiliki makna bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain, sedangkan tindakan individu yang diarahkan ke benda mati tidak masuk dalam kategori tindakan social. Tindakan individu ke benda mati bisa berubah menjadi tindakan sosial jika mendatangkan efek atau ekibat ke manusia lain, misalnya mengeruk tanah sehingga terjadi erosi, merusak hutan sehingga mendatangkan bencana banjir yang merugikan orang lain. Ilmu pengetahuan berusaha untuk melihat dan menjelaskan sebuah fenomena sosial menggunakan alur dan logika berfikir berdasarkan sebuah teori tertentu. Setiap teori selalu memiliki asumsi dan dasar pemahaman tertentu terhadap realitas sosial, yang tentunya masing-masing akan menghasilkan sebuah eksplanasi yang berbeda. Asumsi, alur dan logika berfikir yang berbeda melahirkan perspektif yang berbeda dengan bersumber pada teori tertentu. Sasaran kajian ilmu sosial adalah fenomena kehidupan masyarakat. Berbagai fenomena dalam masyarakat yang paling sering dibahas adalah tentang masalah sosial dan pemecahannya. Masalah sosial dapat diidentifikasi dan dijelaskan dengan menggunakan berbagai macam perspektif. Menurut Julian (1986), dalam mempelajari masalah sosial terdapat 6 perspektif yang bersumber pada 3 macam teori, yaitu : - Teori fungsional struktural : perspektif patologi sosial, disorganisasi sosial, perilaku menyimpang - Teori konflik : perspektif konflik nilai, institusional - Teori interaksionisme simbolik : perspektif labelling Teori fungsional struktural dikembangkan dari paradigma fakta sosial, yang berpendapat bahwa teori-teori yang dihasilkan harus diuji dengan data-data konkret berdasarkan penelitian empiris. Menurut teori fungsional struktural, struktur sosial dan pranata sosial tersebut berada dalam sebuah sistem sosial yang terdiri atas bagianbagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan. Teori ini menekankan pada keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahanperubahan dalam masyarakat. 3
Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain, sebaliknya kalau tidak fungsional maka struktur ini tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya. Setiap bagian dari sistem sosial saling komplementer dan terintegrasi. Nilai sosial dianggap sebagai instrumen dari sistem sosial yang menjaga keberaturan. Nilai sosial muncul sebagai hasil dari konsensus yang nantinya akan menjadi pedoman perilaku dan pedoman dalam menunaikan peranan sosial setiap unsur dalam sistem. Salah satu perspektif yang lahir dari teori ini adalah perspektif patologi sosial. Perspektif ini menganggap bahwa masalah sosial timbul karena individu gagal dalam proses sosialisasi nilai sosial atau adanya cacat yang dimiliki oleh individu tersebut, sehingga dalam berperilaku tidak berpedoman pada nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Dalam perkembangannya, perspektif ini mendiagnose atau memiliki hipotesis bahwa masyarakat yang immoral akan menghasilkan individu yang immoral pula, dan keadaan inilah yang menimbulkan masalah sosial. Teori konflik dibangun atas dasar paradigma yang sama dengan teori fungsional struktural yaitu paradigma fakta sosial, namun pola berfikir dan proposisi-proposisi yang ada dalam teori ini berbeda dengan teori fungsional struktural. Perbedaanperbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : - Menurut teori fungsional struktural, masyarakat berada dalam kondisi statis, tepatnya bergerak dalam kondisi keseimbangan, sedang menurut teori konflik, masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai dengan adanya pertentangan yang terus menerus diantara unsur-unsurnya - Dalam teori fungsional struktural, setiap elemen atau setiap institusi dianggap memberikan dukungan terhadap stabilitas, sedang menurut teori konflik, setiap elemen memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial - Teori fungsional struktural melihat anggota masyarakat terikat secara informal oleh norma-norma, nilai dan moralitas umum, sedang menurut teori konflik, keteraturan yang ada dlm masyarakat hanyalah disebabkan adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa, dengan demikian 4
nilai bukanlah hasil konsensus melainkan sebuah instrumen kelompok super ordinasi untuk memaksa kepentingannya kepada kelompok sub ordinasi. Dalam sosiologi, teori konflik adalah sebuah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai (konsensus), tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Konflik pada dasarnya adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dalam kehidupan kita. Konflik merupakan bagian dari interaksi sosial yang bersifat disosiatif. Suatu keadaan yang memiliki peluang besar untuk timbulnya konflik adalah perbedaan. Teori konflik lahir sebagai sebuah antitesis dari teori fungsional struktural yang memandang pentingnya keteraturan dalam masyarakat. Hasil Pembelajaran a. Mampu memahami dan menjelaskan : (1) Paradigma fakta sosial dalam sosiologi (2) Teori fungsional struktural dan teori konflik b. Mampu menggunakan paradigma dan teori tersebut untuk memotret dan menganalisis kasus konflik di kehutanan Aktifitas (1) Membaca bahan ajar sebelum kuliah, (2) Membaca bahan bacaan/pustaka yang relevan (3) Mencari contoh kasus konflik dalam pengelolaan hutan di Indonesia (4) Diskusi dan menjawab kuis Kuis dan latihan (1) Jelaskan pentingnya perspektif dan teori dalam melakukan analisis konflik di kehutanan dan berikan contoh kasus yang menguatkan argumentasi saudara! (2) Terangkan perbedaan teori fungsional struktural dan teori konflik serta berikan contoh kasus di kehutanan yang dapat dianalisis dengan kedua teori tersebut! 5