STUDI PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN SARINGAN PASIR LAMBAT Rizki Ananda * dan Nieke Karnaningroem ** Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111 *rizki.patra@yahoo.com ABSTRAK Rutinitas kegiatan manusia menyebabkan sebuah permasalahan lingkungan yang baru maraknya jasa usaha laundry yang membuang hasil limbah laundry ke sekitar, akan memperburuk kualitas air, salah satunya eutrofikasi. Diperlukan sebuah teknologi untuk mengatasi atau meminimalisir dampak pencemaran melalui limbah tersebut. Dilakukan sebuah penelitian menggunakan reaktor saringan pasir lambat guna menurunkan kadar COD dan fosfat yang tinggi dalam air limbah laundry tersebut. Saringan pasir lambat diharapkan dapat meminimalisir pencemaran yang ditimbulkan jasa usaha laundry berskala kecil. Saringan pasir lambat skala rumah tangga ini sudah cukup efektif dalam kadar pencemaran seperti COD dan fosfat. Saringan pasir lambat memiliki kemampuan daya removal yang berkisar antara 40%-84% untuk COD dan 25 % - 61 % untuk fosfat. Kata kunci : Eutrofikasi, COD, fosfat, laundry, reactor PENDAHULUAN Permasalahan lingkungan seringkali diakibatkan rutinitas dan kegiatan manusia yang semakin meningkat yang mana kurang diantisipasi oleh masyarakat itu sendiri. Kegiatan pencucian baju atau laundry menggunakan air yang dicampurkan dengan deterjen yang mengandung surfaktan, akan menghasilkan air limbah dari bekas pencucian. Sesuai dengan SK. Gub Jatim no.45 tahun 2002 tentang baku mutu limbah cair mensyaraktan kadar COD limbah yang dibuang ke badan air kelas IV tidak boleh melebihi 600 mg/l, namun banyaknya limbah laundry atau air deterjent yang masuk ke perairan, ini menandakan semakin meningkatnya COD dalam air dan banyaknya surfaktan yang masuk ke perairan, serta mengakibatkan dampak-dampak seperti self purification dari perairan yang tercemar zat tersebut menurun. Menurut PP No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran yang mengakibatkan eutrofikasi yang menyebabkan badan air mendapat banyak nutrient yang terlarut, menurunnya kandungan oksigen terlarut dan kemampuan daya dukung badan air terhadap biota. Hal-hal tersebut dapat terjadi dikarenakan kandungan fosfat melebihi yang diijinkan untuk air golongan II yaitu sebesar 0,2 mg/l. Perlu adanya penelitian yang dapat menangani dampak akibat limbah laundry diatas untuk menjaga kualitas perairan atau lingkungan. Saringan pasir lambat diyakini dapat menurunkan kadar-kadar pencemar dalam limbah laundry. Saringan pasri lambat juga cukup baik diakai dan digunakan di Negara tropis,karena suhu yang hangat membantu memudahkan proses pengolahan di saringan pasir lambat. E-4-1
METODE PENELITIAN Dalam melakukan penelitian ini perlu dilakukan beberapa persiapan terlebih dahulu seperti menentukan reaktor yang dipakai dalan pengolahan untuk melakukan pengolahan terhadap sampling kualitas air, menentukan lokasi sampling penelitian, dan menyediakan bahan-bahan kimia yang akan dipakai dalam penelitian. penelitian ini memakai sebuah reactor yaitu Saringan Pasir Lambat. Tabel 1 Desain Ukuran Saringan Pasir Lambat sesuai dengan SNI no kedalaman (D) ukuran (m) 1 tinggi bebas (freeboard) 0.2 sampai 0.3 tinggi air diatas media 2 pasir 1 sampai 1.5 3 tebal pasir penyaring 0.6 sampai 1 4 tebal kerikil penahan 0.15 sampai 0.30 saluran pengumpul 5 bawah 0.1 sampai 0.2 jumlah 2.5 sampai 3.3 Untuk desain rekator adalah sebagai berikut : Tinggi Reaktor Saringan Pasir Lambat : 120 cm Tinggi media Pasir : 70 cm Tinggi media kerikil : 15 cm Tinggi free board : 20 cm Tinggi Under Drain : 15 cm Tinggi permukaan air di free board : 10 cm Diameter media kerikil : 1 mm 3 mm Kecepatan penyaringan (V) : 0.1 m/jam Luas permukaan bak (A) : 0.025 m/jam ANALISA DAN PEMBAHASAN Gambar 2 rencana reaktor Saringan Pasir Lambat Analisa dilakukan setiap pengambilan sampling saat air keluar dari outlet. Analisa dilakukan dengan 2 (dua) konsentrasi, yaitu konsentrasi 100 % (penuh) dan konsentrasi 50 % E-4-2
(pengencerang setengah) dan 3 variasi media pasir yaitu pasir laut, pasir gunung, dan pasir kali. Untuk melihat hasil analisa yang pertama adalah analisa COD dapat dilihat pada table efisiensi removal berikut. PASIR LAUT EFISIENSI REMOVAL 9 8 7 6 5 4 HARI ke- pasir laut 100 pasir laut 50 % Gambar 3 Grafik Efisiensi Perbandingan Penurunan COD Jenis Media Pasir Laut Pada 8 7 PASIR GUNUNG efisiensi removal 6 5 4 hari ke- pasir gunung 100 % pasir gunung 50 % Gambar 4 Grafik Efisiensi Perbandingan Penurunan COD Jenis Media Pasir Gunung Pada E-4-3
EFISIENSI REMOVAL 9 8 7 6 5 4 PASIR KALI HARI KE- pasir kali 100 % pasir laut 50 % Gambar 5 Grafik Efisiensi Perbandingan Penurunan COD Jenis Media Pasir Gunung Pada KESIMPULAN Saringan Pasir Lambat cukup efektif meremoval parameter-parameter limbah laundry seperti COD dan fosfat, terlebih dengan Saringan Pasir Lambat dengan media Pasir Kali. Pada COD dengan efisiensi removal 62,5 % - 84 % untuk konsentrasi 100 % (penuh) dan 58,44 % - 80 % untuk konsentrasi 50 % (pengenceran). Untuk fosfat dengan efisiensi removal 50,34 % - 61,59 % untuk konsentrasi 100 % (penuh) dan 46,72 % - 58,87 %. Untuk konsentrasi 50 % (pengenceran). PUSTAKA Anonim. (2002). Keputusan Gubernur No 45 Tahun 2002 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Industri atau Kegiatan Usaha Lainnya di Jawa Timur. Barros, L.A.F., Leal Filho, L.S., dan Peres, A.E.C., (2000 ). Technical Note Plant Practice Innovations In A Phospate Concentrator. Dept of Minning Engineering, USP, Brazil. Droste, Ronald L., (1997). Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment Disposal, John Willey & Sons Inc, New York Gunawan, R.A., (2009). Dasar Teknik Instrumentasi Menggunakan ph Meter. Laboratorium Kimia Dasar. Hardayanti, N., dan Suparni, S,R., (2006). Fitoremediasi Fosfat dengan Eceng Gondok. Politeknik Negeri Semarang, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Huisman, L., and W.E Wood, (1974), Slow Sand Filtrtion, WHO, Genewa Logdon, G.S., Kohne, R., Abel, S., LaBonde, S., (2002). Slow Sand Filter for Small for Small Water Systems, J. Environt. Engineering, Canada E-4-4
Mahdi, M.I., (2011). Pengaruh Ketebalan dan Diameter Media Saringan Pasir Lambat Untuk Mengolah Air PDAM Ditinjau Dari Parameter E.Coli, Zat Organik dan Deterjent. Tugas Akhir Teknik Lingkungan FTSP-ITS, Surabaya Paytan, A., dan McLaughin, K., (2007). Phosporus in Our Waters. Oceanography (20) 2:200208. Priandani, M., (2005). si Hitam yang Aktif. Hari Pendidikan Nasional, Bontang Rosariawari, F., (2008). Penurunan Konsentrasi Limbah Deterjent Menggunakan Furnace Bottom Ash (FBA). Jurusan Teknik Lingkungan UPN Veteran Jatim. Jawa Timur Said, N.I., Wahjono, H.D., (1999), Teknologi Pengolahan Air Bersih dengan Saringan Pasir Lambat. Kelompok Teknologi Pengolahan Air Bersih dan Limbah Cair Direktorat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta SNI 3981:2008., (2008). Perencanaan Instalasi Saringan Pasir Lambat. Badan Standarisasi Nasional (BSN). SK Gubernur no.413., (1987). Standart Baku Mutu Limbah Cair Yang Ditetapkan untuk BOD Dan COD Sukawati, T., (2008). Penurunan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) Pada Air Limbah Laundry Menggunakan Reaktor Biosand Filter dan Activated Carbon. Tugas Akhir Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII, Yogyakarta Susana, T., dan Suyarso, (2008). Penyebaran Fosfat dan Deterjent di Perairan Pesisir dan Laut di Cirebon Jawa Barat. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Bandung Tamamushi, B., (1983). Adsorption from Solution. Department of Civil Engineering. University of Birmigham, England Wotton, R., Hirabayashi, K., (1998). Midge Larvae in Slow Sands Filter Beds. Dept of Biology University College London, Great Briatain Hardayanti, N., dan Suparni, S,R., (2006). Fitoremediasi Fosfat dengan Eceng Gondok. Politeknik Negeri Semarang, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. E-4-5